Nokia, produsen ponsel asal Finlandia blak-blakan soal gugatan Rp2,3 triliun yang mereka ajukan kepada Oppo. Dalam pernyataan yang mereka kirimkan ke CNNIndonesia, mereka menyatakan upaya hukum itu merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan. Sebelum menggugat Oppo, mereka mengklaim telah bernegosiasi dengan Oppo terkait pembaruan perjanjian lisensi paten (patent licensing agreement). Namun kata Nokia, Oppo menolak tawaran pembaruan perjanjian. Padahal kata mereka, tawaran pembaruan perjanjian sudah adil dan masuk akal. Dalam salah satu gugatannya, Nokia meminta pengadilan menyatakan Oppo melanggar hak paten dengan nomor pendaftaran IDP000031184 berjudul "Pensinyalan Informasi Modulasi Tambahan Untuk Akses Paket Hubungan-Turunan Kecepatan Tinggi". Nokia juga meminta Oppo menghentikan produksi, penjualan dan/atau menyediakan produk yang disengketakan, khususnya semua ponsel yang menggunakan merek Oppo dan RealMe yang mengimplementasikan HSDPA dengan dukungan untuk 64QAM, yang merupakan fitur dari HSPA+. Analisa Berdasarkan kasus di atas dapat diketahui bahwa PT Selalu Bahagia Bersama atau Oppo melanggar perjanjian kerjasama lisensi paten dengan perusahaan Nokia. Lisensi paten adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten, baik yang bersifat eksklusif maupun noneksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian tertulis untuk menggunakan Paten yang masih dilindungi dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Pada kasus di atas PT Selalu Bahagia Bersama atau Oppo telah melanggar dengan memproduksi, menjual dan/atau menyediakan untuk dijual produk-produk Tergugat yang menggunakan Paten Penggugat secara sengaja dan tanpa hak. Oleh karena itu berdasarkan UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten Pemegang paten/penerima lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga terhadap setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan yang merugikan hak pemegang paten seperti yang dilakukan oleh Nokia.