Anda di halaman 1dari 6

Nama : Husnaini

Nim : 141.19.005
M. Kuliah : Akuntansi Syariah
Prodi : S1 Akuntansi (Pagi)
Dosen : Wahyu Junaedi, S.E., M.S.A

Tugas Buku (Slamet Wiyono) Hal 49-50

1. Pengertian Akad adalah, Akad berasal dari kata al-‘Aqd yang merupakan bentuk Masdar dari
kata ‘Aqada dan jamaknya adalah al-‘Uqud yang artinya perjanjian yang tercatat atau suatu
kontrak. Ada juga beberapa pengertian lain terkait akad yaitu sebagai perikatan antara ijab
dan qabul yang dibenarkan syara’ yang menetetapkan persetujuan kedua belah pihak.
Sedangkan didalam islam kitab fiqih sunnah, akad diartikan dengan hubungan dan
kesepakatan. Pengertian lain juga menurut akad transaksi Syariah Aqd artinya gabungan atau
penyatuan dari penawaran (ijab) dan penerimaan (qabul)’ yang sah sesuai dengan hukum
Islam. Ijab adalah penawaran dari pihak pertama, sedangkan untuk qabuk sendiri adalah
penerimaan dari penawaran yang disebutkan oleh pijak pertama.
2. Akad Tabarru adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk
memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong menolong dalam
rangka berbuat kebaikan. Ada 3 bentuk akad Tabarru yaitu :
 Meminjamkan Uang, meminjamkan uang termasuk akad Tabarru karena tidak boleh
melebihkan pembayaran atas pinjaman yang diberikan, karena setiap kelebihan tanpa
‘iwad adalah riba. Ada 3 jenis pinjaman yaitu :
a) Qard : Merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu.
b) Rahn : Merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau
jumlah tertentu.
c) Hiwalah : Bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari pihak lain.
 Meminjamkan jasa, berupa keahlian atau keterampilan termasuk akad tabarru’. Ada 3 jenis
pinjaman jasa, yaitu :
a) Wakalah : Memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk melakukan
sesuatu atas nama orang lain.
b) Wadi’ah : Merupakan bentuk tutrunan akad wakalah, dimana pada akad ini telah rinci
tentang jenis penitipan dan pemeliharaan. Sehingga selama pemberian jasa tersebut kita
juga bertindak sebagai wakil dari pemilik barang.
c) Kafalah : Merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini terjadi atas
wakalah bersyarat.
 Memberikan sesuatu, dalam akad ini pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Ada 3
bentuk akad ini, yaitu :
a) Waqaf : Merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang dilakukan untuk
kepentingan umum dan agama, serta pemberian itu tidak dapat dipindah tangankan.
b) Hibah, Shadaqah ; Merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.

Akad Tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Dari sisi
kepastian hasil yang diperoleh, akad Tijarah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

 Natural Uncertainty Contract Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran
dimana pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi
satu, kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Oleh
sebab itu, kontrak jenis ini tidak memberikan imbal hasil yang pasti, baik nilai imbal hasil
maupun waktu. Jenis-jenis natural uncertainty contract antara lain:
a) Mudharabah: yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana pemilik
modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang
diperoleh menurut kesepakatan dimuka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya
ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsure kesengajaan atau kelalaian oleh
mudharib
b) Musyarakah: akad kerjasama yang terjadi antara pemilik modal (mitra musyarakah)
untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu
kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
 Natural Certainty Contract Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran,
dimana kedua belah pihak saling mempertukarkan asset yang dimilikinya, sehingga objek
pertukarannya pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti tentang jumlah, mutu,
harga, dan waktu penyerahan. Dalam kondisi ini secara tidak langsung kontrak jenis ini
akan memberikan imbal hasil yang tetap dan pasti karena sudah diketahui ketika akad.
Jenis dari kontrak ini ada beberapa, antara lain:
a) Murabahah: transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
b) Salam: transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang
diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai.
c) Istishna’: memiliki system yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’
pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali (termin) atau
ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.
d) Ijarah: akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

3. Syarat akad agar sah secara ketentuan Syariah Islamiyah, saya mengambil akad jual beli
dalam islam yang mana agar transaksinya sah dan sesuai syariat.
a) Kesepakatan Bersama, Suatu tindakan jual beli sah dengan syarat harus ada kesepakatan
Bersama, Contohnya : Saat Budi membeli minuman botolan dan penjual tempat Budi
membeli tidak berkata apa-apa selama transaksi. Jual beli ini dianggap sah dalam islam.
Kesepakatan Bersama dapat dicapai oleh apapun yang menunjukan, baik itu melalui kata-
kata atau sikap.
b) Penggunaan akal sehat, Transaksi jual beli dalam islam wajib dilakukan oleh dua pihak
yang sehat secara akal dan melihat konteks transaksi, tapi apabila ada hal lain seperti ,
Contoh : Ketika seorang anak kecil menjaga took milik orangtuanya hal ini tidak ada
salahnya.
c) Barang yang diperjual belikan harus dimiliki penjual, Contoh : Si A ingin Membeli motor
kepada Si B, maka Si A harus memperlihatkan barang yang akan dijual kepada Si B hal ini
membuktikan bahwa barang yang diperjual belikan ada.
d) Pihak penjual Harus bias menyerahkan barang kepada pembeli, Contoh : Barang yang dijual
ada ditempat atau ada didepan mata tidak dalam kondisi yang sulit dijangkau atau barang
yang diperjual belikan itu masih dalam bayangan saja. Misal Si Fulan ingin membeli sapi
dari Si Fulana dan sapi tersebut ada didepan mata Si Fulan hal ini lah sah syarat jual beli
dalam Islam.
e) Harga Barang Harus diketahui, informasi harga dari barang atau jasa yang dijual harus
disampaikan dan diketahui oleh pihak pembeli baik itu dengan cara diperlihatkan atau
melalui penjelasan.
4. Perbedaan akad Murabahah, As-salam, dan al-istishna
Akad Murabahah,, transaksi murabahah adalah transaksi jual beli antara nasabah yang
membutuhkan barang dengan bank syariah yang membeli barang tersebut untuk dijual
kembali kepada nasabah. Dalam hal ini nasabah dapat melakukan pembayaran secara
angsuran kepada bank syariah dengan perjanjian jangka waktu tertentu.
Akad salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana seseorang melakukan pembelian
barang dengan cara pesanan. Pola transaksi ini banyak dipraktikkan pada sistem jual beli
online. Dimana pembeli membayar terlebih dahulu barang yang disediakan penjual namun
tidak dapat langsung menerima barang tersebut. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli,
penjual mengirimkan barang sesuai spesifikasi yang dimaksud. Pola transaksi ini juga
dapat dilakukan melalui lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah atau BPR
Syariah. Pembiayaan salam dapat dilakukan jika nasabah memiliki dana cukup untuk
membeli barang melalui perantara lembaga keuangan Syariah.
Akad istishna’ merupakan salah satu bentuk jual beli dengan cara pesanan. Pada umumnya
akad ini digunakan untuk jual beli barang yang tidak dijual di pasaran. Misalnya untuk
pembangunan gedung, jembatan, perumahan dan sebagainya. Nasabah yang melakukan
pengajuan pembiayaan istishna’ dapat bekerjasama dengan bank untuk menyelesaikan
proyek secara keseluruhan atau sebagian. Misalnya seorang pengusaha membutuhkan
dana untuk pembangunn hotel 20 lantai, tentu butuh biaya yang besar. Pengusaha tersebut
dapat mengajukan pembiiayaan kepada bank syariah untuk menyediakan modal. Disinilah
bank syariah bekerjasama dengan developer untuk melakukan pembangunan hotel sesuai
spesifikasi yang diminta oleh pengusaha. Pembayaran pembangunan hotel dapat dilakukan
oleh satu atau beberapa bank syariah sekaligus. Setelah selesai, pengusaha memiliki
kewajiban untuk membayar biaya pembangunan yang sudah dikeluarkan oleh bank
Syariah

5. Ijarah merupakan kontrak antara bank syariah dengan nasabah dimana bank syariah sebagai
pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai penyewa. Menentukan biaya sewa yang
disepakati oleh kedua belah pihak pada saat akad. Ijarah dalam perbankan disebut dengan
operational lease, yaitu kerja sama / kontrak antara penyewa dan orang yang menyewa dimana
penyewa harus membayar biaya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak pada saat akad
dan pada saat jatuh tempo aset harus diserahkan dari penyewa ke oeang yang menyewakan.
Biaya pemeliharaan aset yang menanggung adalah orang yang menyewakan. Dalam ijarah
akan dilakukan antara muajjil (lessor) dan mustajir (lessee) dan objek sewa disebut (ma’jur).
Sedangkan Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian diantara lessor dan lessee atas barang
yang disewakan. Perbedaan antara ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik adalah letak
kepemilikan aset pada saat jatuh tempo.
6. Mudharabah dan Musyarakah

Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal)
dengan nasabah selaku (mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk
mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana
tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.

Musyarakah adalah bentuk pembiayaan dengan skema bagi hasil (syirkah), dimana Bank
menempatkan dana sebagai modal untuk usaha nasabah, dan selanjutnya Bank dan
Nasabah akan melakukan bagi hasil atas usaha sesuai nisbah yang disepakati pada jangka
waktu tertantu.

7. Menurut pendapat saya akad yang cocok untuk pak Rafi adalah Akad Qardh’, karena Akad
Qardh adalah akad yang mengatur mengenai pemberian dana talangan kepada nasabah dalam
kurun waktu yang cenderung pendek. Dana ini harus diganti secepatnya karena Pak Rafi
hanya membeli barang konveksi sehingga tidak terlalu lama kurun waktu peminjamannya.
Besaran nominalnya juga harus sesuai dengan dana talangan yang diberikan, atau bisa
diartikan nasabah hanya harus melakukan pengembalian pinjaman pokok saja, maksudnya
bank Syariah hanya memberikan pinjama uangs sesuai dengan berapa nominal yang dipinjam
Pak Rafi saja.

9. Menurut saya Tuan Syahrul lebih cocok menggunakan Murabahah yang dimana murabahah
ini adalah perjanjian jual-beli bank dengan nasabah. Bank Syariah membeli barang yang
diperlukan nasabah kemudia menjualnya kepada nasabahyang bersangkutan sebesar harga
perolehan ditambah denga margin keuntungan yang disepakati antara bank Syariah dan
nasabahm dengan hal ini Tuan Syahrul juga akan memperoleh keuntungan .

10. Akad Wakalah penerapannya dalam perbankan Syariah yaitu dengan memberikan kekuasaan
penuh kepada nasabah untuk membeli barang tersebut, akad wakalah dalam perbankan
Syariah secara terperinci yaitu aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
kepada kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu.
Akad Hawalah penerapannya dalam perbankan Syariah merupakan suatu akad pemindahan
hutang dari tanggungan muhil (orang yang berhutang ) menjadi tanggungan muhal’alaih
(orang yang melakukan pembayaran hutang ) sehingga dalam hawalah ini terjadi perpindahan
tanggungan atau hak dari satu pihak kepada pihak lain.

11. Pendapat saya terkait kasus Tuan Joni adalah sangat tidak baik karena pada kasus tersebut
Tuan Joni sedang mengalami musibah yaitu dimana orangtuanya sedang mengalami sakit
jantung dan akan dioperasi membutuhkan biaya yang sangat penting dan dalam waktu yang
cepat, dari hal ini pinjamannya tidak perlu menggunakan margin dikarenakan Tuan Joni pasti
sulit untuk mengembalikan biaya tersebut apalagi ditambah menggunakan margin
pembayaran yang iya lakukan bisa menjadi 2 kali lipat, akad Qardh al- hasan yang memang
tepat untuk permsalahan Tuan Joni tersebut kenapa ? karena akad Qardh al- hasan adalah
suatu system yang berkaitan dengan segala bentuk pinjaman yang pinjamannya tanpa
menggunakan imbalan yang didasarkan pada hokum ai-qardh al- hasan, yang dimana akad ini
dikategorikan akad tolong- menolong dan bukan transaksi komersial.

Anda mungkin juga menyukai