Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat,ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi mineral atau produk
yang cocok di pakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi
juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,
biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari
farmasi yaitu farmasetika (Anief,2005).
Dalam farmasi terdapat cabang ilmu farmasi antara lain farmasetika,
teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinik, farmagkognosi, biofarmasi,
farmakinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, toksiologi, farmako ekonomi,
farmasifisika, kimia farmasi, biologi farmasi, dan di tunjang ilmu ilmu lainnya.
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembukaan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat (Syamsuni, 2006).
Dalam ilmu farmasetika mempelajari segala hal tentang obat.mulai dari
bahan kimia yang ada di dalamnya,proses pembuatan obat,proses pengemasan
obat,funfsi dan kegunaan obat, sampai cara distribusi dan pengelolaan stok obat.
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk hidup bagian dalam maupun bagian luar. Guna mencegah,
meringankankan, maupun menyembuhkan penyakit. Secara umum menurut
bentuk sediaannya, obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sedian semi
padat dan sediaan padat.
Secara umum suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Bentuk dan ukurannya
harus sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dimasukan kedalam lubang
atau celah yang diinginkan tanpa menimbulkan kejanggalan dalam

1
penggelembungan begitu masuk dan harus bertahan untu sewaktu waktu dan suhu
tertentu.
Manfaat suppositoria adalah mengatasi nyeri ringan hingga sedang pada
penyakit arthritis rheumatoid, osteoarthritis, asam urat (gout), ankylosing
spondilitis, mingrain, sakit kepala, nyeri paska melahirkan, nyeri haid
(dismenore), sakit telinga, serta nyeri akibat trauma otot.
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan
suppositoria yang baik dan benar serta,apa saja yang harus diperhatikan saat
pembuatan suppositoria ini maka dilakukan praktikum pembuatan suppositoria
menggunakan zat aktif aminofilin.
Metode pembuatan suppositoria yaitu dengan menggunakan tiga cara yang
pertama dengan tangan,yang kedua dengan mencetka hasil leburan,dan yang
terakhir yaitu dengan kompresi.
1.2 Maksud Percobaan
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
pembuatan suppositoria.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari proses perhitungan bahan dan
mengetahui bahan dasar suppositoria.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
suppositoria.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
pembuatan suppositoria menggunakan metode cetak tuang dengan zat aktif
paracetamol.

2
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Teori Umum
2.1.1 Definisi Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan setengah padat dalam berbagai bentuk dan
bobot, yang diberikan melalui rektum, vagina, atau uretra. Bentuk dan ukurannya
harus sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dimasukkan kedalam lubang
atau celah yang diinginkan tanpa menimbulkan kejanggalan dalam
penggelembungan begitu masuk dan harus bertahan untuk suatu waktu dan suhu
tertentu (Dirjen POM, 1995).
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat sebagai zat pembawa terapetik yang bersifat lokal atau sistemik (Depkes,
1995).
Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan,
tetapi untuk vagina khususnya tablet vagina yang dibuat dengan cara kompresi
dapat dimasukkan lebih jauh kedalam saluran vagina dengan bantuan alat khusus
(Ansel, 1989).
Nilai tukar pada pembuatan suppositoria dengan menggunakan cetakan,
volume suppositoria harus tetap, tetapi bobotnya beragam tergantung pada jumlah
dan bobot jenis yang dapat diabaikan, misalnya extr, belladonace, garam alkaloid.
Nilai tukar dimaksud untuk mengetahui bobot lemak coklat yang mempunyai
volume yang sama dengan 1g obat (Syamsuni 2006).
2.1.2 Macam-macam Suppositoria
Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya menurut
Syamsuni (2006), yaitu
1. Suppositoria rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, berbentuk
peluru, digunakan lewat rektum atau anus. Menurut FI III bobotnya
antara 2-3 g., yaitu untuk dewasa 3 g dan anak 2 g, sedangkan menurut
FI IV kurang lebih 2 g.

3
2. Suppositoriea vaginal (ovula), berbentuk bola lonjong, seperti kerucut,
digunakan lewat vagina, berat antara 3-5 g. Menurut FI IV, suppositoria
vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut dan bercampur dengn
bahan dasar yang dapat larut atau dapat bercampur dalam air seperti
PEG atau gelatin tergliserinasi memiliki bobot 5 g.
3. Suppositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat uretra, berbentuk
batang dengan panjang antara 7-14 cm.
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria
Keuntungan penggunaan obat dalam bentuk suppositoria di bandingkan
peroral menurut syamsuni (2006), yaitu
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaandan asam
lambung
3. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
Kerugian penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibanding peroral
menurut Lachman (2008), yaitu:
1. Meleleh pada udara yang panas, jika menggunakan basis oleum cacao
2. Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama
3. Dianggap tidak aman
4. Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering, dingin) tidak
dilindungi dari cahaya, bebas dari udara
Dosis yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil
daripada yang di pakai secara oral.

4
2.1.4 Basis Suppositoria
Macam-macam basis suppositoria Menurut Syamsuni (2006) adalah
sebagai berikut
1. Lemak cokelat
Lemak ini merupakan senyawa trigliserida, berwarna kekuningan, dan
baunya khas. Jika dipanaskan sekitar 300c, lemak cokelat mulai mencair
dan biasanya meleleh pada suhu 340c-360c. Bila dibawah suhu 300c, zat
ini merupakan massa semi padat yang mengandung lebih banyak
Kristal (polimorfisme) daripada trigleserida padat.
2. PEG (polietilenglikel) atau carbowax
PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan bobot molekul 300-
6.000 (dalam perdagangan tersedia carbowax 400, 1.000, 1.500, 4.000,
6.000) carbowax yang bobot melekulnya dibawah 1.000 berupa cairan.
Sedangkan yang bobot melekulnya diatas 1.000 berupa padatan lunak
seperti malam.
3. Gelatin
Dalam Farmakope Belanda terdapat formula suppositoria dengan bahan
dasar gelatin yaitu: panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5
bagian gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air
panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan
tuangkan dalam cetakan, sehingga diperoleh suppositoria dengan berat
4 g.
2.1.5 Mekanisme Kerja Suppositoria
Menurut Yugatama adi (2012) mekanisme suppositoria dibagi menjadi tiga
yaiu:
1. Suppositoria berefek mekanik
Bahan dasar suppositoria berefek mekanik tidak peka terhadap pada
penyerapan. Suppositoria mulai berefek bila terjadi kontak yang
menimbulkan reflex defekasi, namun pada keadaan konstipasi reflex
tersebut lemah. Pada efek kontak tersebut terutama pada suppositoria

5
gliserin terjadi fenomena osmose yang disebabkan oleh afinitas gliserin
terhadap air. Hal tersebut menimbulkan gerakan peristatik.
2. Suppositoria berefek setempat
Termaksud dalam kelompok ini adalah suppositoria anti wasir, yaitu
senyawa yang efeknya disebabkan oleh adanya sifat astringen atau
peringkas pori. Kedalam basis suppositoria yang sangat beragam
kadang-kadang ditambahkan senyawa peringkas pori baik dengan cara
penyempitan maupun hemostatik. Dalam formula suppositoria sering
terdapat senyawa penenang. Obat tersebut bekerja secara rangkap baik
terhadap perifer maupun sentral yang terakhir ini sepenuhnya berefek
setempat.
3. Suppositoria berefek sistemik
Adalah suppositoria yang mengandung yang diserap dan berefek pada
organ tubuh selain rektum. Pada kelompok ini termasuk suppositoria
nutrif dan suppositoria obat.
a. Suppositoria nutrif, digunakan pada penyakit tertentu dimana saluran
cerna tidak dapat menyerap makan. Jumlah senyawa yang diserap
tentu saja sedikit namun sudah cukup untuk mempertahankan hidup.
b. Suppositoria obat, mengandung zat aktif yang harus diserap
mempunyai efek sistematik dan bukan efek setempat. Bila
suppositoria obat dimasukkan kedalam rektum pertama-tama akan
timbl efek reflex. Selanjutnya suppositoria melarut atau melebur
dalam cairan rektum sehingga zat aktif tersebar di permukaan
mukosa, lalu berefek setempat dan selanjutnya memasuki sistem
getah bening.
2.1.6 Metode Pembuatan Suppositoria
Menurut Syamsuni (2006), metode pembuatan suppositoria yaitu:
1. Dengan tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk suppositoria
yang menggunakan bahan dasar oleum cacao berskala kecil, dan jika

6
bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini cocok untuk
iklim panas.
2. Dengan mencetak hasil leburan
Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan paraffin cair bagi yang
memakai bahan dasar gliserin-gelatin, tetapi untuk oleum cacao dan
PEG tidak dibasahi karena akan mengerut pada proses pendinginan dan
mudah dilepas dari cetakan.
3. Dengan kompresi
Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan atau pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa
sampai 3.500-6.000 suppositoria/jam.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 ALKOHOL (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol.
Rumus molekul : C 2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, berbau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam klorofor P
dan dalam eter P.
Khasiat : Antiseptik (menghentikan dan mematikan
pertumbuhan kuman), disinfektan (mensterilkan
alat-alat dari mikroba).

7
Kegunaan : untuk mensterilkan alat laboratorium
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.2 AQUADEST (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
2.2.3 Asetil Alkohol (Allen, 2009)
Nama resmi : Cetyl Alkohol
Nama lain : Alkohol Cetylicus, Ethal, Ethol
Rumus molekul : C16H34O
Berat molekul : 242,44 g/mol
Pemerian : Serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak,
memiliki bau dan rasa yang khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter,
kelarutannya meningkat dengan peningkatan
temperatur, serta tidak larut dalam air.
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali,
cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi tengik.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator kuat, setil
alkohol bekerja untuk menurunkan titik leleh Ibu
profen

8
Profen, yang hasil dalam kecenderungannya
selama proses lapisan flim Ibu Profen kristal.
Kegunaan : sebagai emolien dan pengemulsi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat yang sejuk dan
kering.
2.2.4 OLEUM CACAO (Depkes 1979)
Nama resmi : OLEUM CACAO
Nama lain : lemak cokelat
Konsentrasi : 40-96%
Rumus struktur :

Pemerian : lemak pada putih kekuningan, bau khas aromatik,


rasa khas lemak agak rapuh.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter
Khasiat : zat tambahan
minyak tanah P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : analgetikum, antipiretikum
2.2.5 PARACETAMOL (Depkes 1979)
Nama resmi : ASETAMINOFEN
Nama lain : Tyenol, panadol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151.163 g/mol
Rumus struktur :

9
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Khasiat : Efektif untuk menghilangkan sementara sakit
ringan, nyeri, dan antipiretik untuk menurunkan
demam.
Kegunaan : Untuk meringankan demam dan nyeri jika tidak
memungkinkan untuk diberikan obat minum.
Penyimpanan : cukup disimpan disuhu ruang biasa yang penting
hindarkan dari paparan cahaya langsung dan
jauhkan dari jangkauan anak-anak.

10
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu 08, November 2020 pukul
15.00-17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Teknologi Jurusan Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan saat praktikum percobaan suppositoria antara
lain kertas perkamen, spatula, batang pengaduk, penjepit, cawan porselen,
penangas air, serta alumunium foil dan tissu.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum percobaan suppositoria
antara lain alkohol 70%, asetil alkohol, paracetamol, oleum cacao dan aquadest.
3.2.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan
3. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol 70/% agar terhindar
dari bakteri
4. Dipanaskan 2/3 gram bagian oleum cacao dalam cawan porselen
diatas penangas hingga meleleh
5. Dimasukaan zat aktif ke dalam cawan porselen
6. Dimasukan 1/3 sisa oleum cacao
7. Dimasukkan kedalam cetakan supositoria
8. Disimpan dalam kulkas hingga mengeras
9. Dibuka dari cetakan supositoria
10. Dimasukkan kedalam plastik yang diberi etiket

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Paracetamol, setil alkohol

4.2 Perhitungan Bahan


a. Berat 2 suppo =3x2
=6g
b. Paracetamol = 250 mg x 2
= 500 mg
= 0,5 g
c. Nilai tukar PCT = 0,5 x 1,5
= 0,75 g
d. Lemak Coklat = 6 – 0, 75
= 5,25 g
Biasanya dilebihkan 10% agar meminimalisasi kekurangan bobot saat
pembuatan, maka :
10
e. Dilebihkan 10% =6gx
100
= 0,6 g
f. Berat seluruh = 6 + 0,6
= 6,6 g
g. Oleum cacao = 6,6 – 0,75

12
= 5,85 g
4.3 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, dilakukan pembuatan sediaan suppositoria.
Dimana Menurut Depkes (1995), Suppositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektum, vagina atau uretra.
Umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat
bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagaui pembawa zat terapetik
yang bersifat lokal atau sistemik.
Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan sediaan ini adalah disiapkan
alat dan bahan serta dibersihkan alat yang digunakan dengan alkohol 70%.
Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% dapat mempercepat proses pembersihan alat
dari mikroorganisme. Metode yang digunakan yaitu dengan mencetak hasil
leburan. Untuk pembuatan suppositoria dengan PEG dilakukan dengan
melelehkan bahan dasar lalu dituangkan dalam cetakan seperti pada pembuatan
suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (Anief, 1997).
Metode yang digunakan yaitu yaitu metode cetak tuang. Metode ini dipilih
karena lebih efektif dan efisien digunakan dalam pembuatan suppositoria skala
lab. Basis yang digunakan yaitu oleum kakao (Syamsuni, 2006).
Menurut Syamsuni (2006) Oleum kakao merupakan trigliserida berwarna
kekuningan, memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai banyak
bentuk krital). Jika dipanaskan pada suhu sektiras 30°C akan mulai mencair dan
biasanya meleleh sekitar 34°-35°C, sedangkan dibawah 30°C berupa massa semi
padat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna
seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao adalah dapat melebur pada suhu tubuh dan dapat
memadat pada suhu kamar. Sedangkan kerugian oleum cacao adalah tidak dapat
bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran), titik leburnya tidak
menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan dengan bahan
tertentu. Serta meleleh pada udara yang panas (Depkes, 1995).
Hal ini dilakukan karena penggunaan basis oleum kakao yang merupakan
lemak. penangas yang telah panas, diletakkan aluminium foil diatasnya dan

13
dilubangi agar uap panas dari penangas keluar. Oleum cacao dimasukkan ke
dalam cawan porselen untuk dipanaskan diatas penangas yang telah ditutupi
aluminium foil sambil diaduk.
Menurut Syamsuni (2006), Oleum cacao mudah tengik, sebaiknya
penyimpanan dalam wadah atau tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari
cahaya. Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya
akibat pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, Oleum Cacao akan meleleh
sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna
untuk membentuk kristalnya kembali. Untuk itu, pada pembuatan suppositoria
Oleum Cacao hanya dilelehkan 2/3 saja. Bahan yang telah tercampur homogen,
tambahkan kembali sisa Oleum cacao yang tersisah.
Menurut Syamsuni (2006), untuk menghindari bentuk-bentuk kristal tidak
stabil diatas dapat dilakukan dengan cara, Oleum cacao tidak dilelehkan
seluruhnya cukup 2/3-nya saja yang dilelehkan, penambahan sejumlah kecil
bentuk kristal stabil ke dalam lelehan oleum cacao untuk mempercepat perubahan
bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil.
Setelah semua bahan tercampur homogen, lakukan pencetakan ke dalam
cetakan supposa. Kemudian dinginkan dalam lemari es selama 24 jam. Menurut
Syamsuni (2006), pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari.
Hal ini bertujuan agar suppositoria menjadi beku. Setelah 1 hari, diperoleh
suppositoria padat.
Sediaan suppositoria yang telah membeku diletakkan ke dalam plastik klip
dan diberi etiket berwarna biru yaitu untuk penggunaan obat luar (Syamsuni,
2006). Menurut Howard. C. Ansel, (1990), Penyimpanan sebaiknya dikemas
dalam wadah tertutup rapat untuk mencegah perubahan kelembapan dalam isi
suppositoria. Karena suppositoria umumnya dipengaruhi panas, maka perlu
menjaga dalam tempat dingin. Suppositoria yang basisnya oleum cacao harus
disimpan dibawah 300F (-1,10C) dan akan lebih baik apabila disimpan di dalam
lemari es.
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum ini yaitu pada saat
melarutkan setil alkohol harus dilakukan dengan sangat hati-hati terutama saat

14
memegang cawan porselen dengan penjepit agar cawan porselen tidak jatuh ke
dalam penangas air.
4.2 Nama Latin
Dr. Syaiful
SIP : No. 527/DU/2002
Jl. Siswa No. 6
Telp : 1234567
Gorontalo, 8 November 2020
R/
Paracetamol 250 mg
Oleum cacao 3g
m.f. Suppo dtd No. II
s.u.c

Pro : Rani
Umur : 22 tahun
Alamat: Jl. Arief Rahman

Singkatan Kepanjangan Arti


R/ Recipe ambillah
m.f Misce fac Campur dan buatlah
Suppo Suppositoria suppositoria
Dtd da tales doses Sesuai dosis
No. II Nomero duo Nomor dua
s.u.c Signa usus cognitus Sudah tahu aturan pakai
Pro Pro untuk

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak, atau melarut dalam suhu tubuh.
2. Dari percobaan yang telah di lakukan, pembuatan suppositoria
menggunakan metode cetak tuang dengan Zat Aktif PCT diperoleh
hasil suppositoria yang bentuk peluru sebanyak 2 suppositoria
menggunakan basis oleum cacao dan bahan aktif paracetamol.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium, sebaiknya kapasitas ruangan laboratorium yang lebih
diperluas dan pengadaan alat laboratorium lebih ditingkatkan.
5.2.2 Saran Untuk Jurusan
Untuk jurusan agar lebih memperhatikan perlengkapan dan perbaikan
laboratorium agar lebih baik lagi demi kebaikan bersama.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Untuk asisten, agar lebih membimbing praktikan dalam menjalankan
praktikum farmasetika dasar (suppositoria) sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan baik
5.2.4 Saran Praktikan
Untuk praktikan, sebaiknya para praktikan tidak ribut/ berisik dalam
laboratorium agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan serta tidak
mengganggu konsentrasi para praktikan lain yang ada alam laboratorium

16

Anda mungkin juga menyukai