Anda di halaman 1dari 8

VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 3 No.

1 , Juni 2020
ISSN: 2622-0407

Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9 :


Menimbang Ruang antara Musik Dulu dan Kini
Mei Artanto

Program Studi Pendidikan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan,


Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Email: flautacloth@gmail.com

Abstract: Simphoni Keroncong Moeda (SKM) #9 is a space for the actualization of the Keroncong Muda Yogyakarta
community in voicing keroncong music so that the younger generation is interested. Carrying a combination of musical
content, SKM is present when there is a lack of appreciation from young people towards keroncong music. Armed
with Western classical music knowledge from the arranger and his musicians as creative capital, the musical identity
of keroncong music and other music such as campursari, dangdut, and pop is nicely packaged in orchestra music. This
tendency follows what the logic of popular culture promotes by John Fiske as 'art in between'. 'Art is in between'
becomes a musical identity playing room of SKM in weighing musical aspects of keroncong music and other music
that is processed using popular creativity in the structure and form of music. For SKM, the space between being a
field to weigh the extent of musical aspects in music used to be an aesthetic treat following the current trend of music
development without losing the substantial educational value of keroncong music.

Keywords: keroncong music, popular culture, Simphoni Kerontjong Moeda, Yogyakarta

Abstrak: Simphoni Keroncong Moeda (SKM) #9 menjadi ruang aktualisasi komunitas Keroncong Muda Yogyakarta
dalam menyuarakan musik keroncong agar diminati oleh generasi muda. Mengusung konten perpaduan musical, SKM
hadir dikala sepinya apresiasi anak muda terhadap musik keroncong. Berbekal pengetahuan musik klasik Barat dari
para arranger dan musisinya sebagai modal kreatif, identitas musikal dari musik keroncong dan musik lainnya seperti
campursari, dangdut, dan pop dikemas secara apik dalam balutan musik orkestra. Kecenderungan ini mengikuti apa
yang ditawarkan logika budaya populer yang diusung oleh John Fiske sebagai ‘seni berada di antara’. ‘Seni berada di
antara’ menjadi ruang permainan identitas musikal dari SKM dalam menimbang aspek-aspek musikal dari musik
keroncong dan musik lainnya yang diolah menggunakan kreatifitas populer secara struktur dan bentuk musiknya. Bagi
SKM ruang antara menjadi medan untuk menimbang sejauh apa aspek musikal dalam musik dulu menjadi suguhan
estetis mengikuti kecenderungan perkembangan musik saat ini tanpa kehilangan subtansi nilai edukasi dari musik
keroncong.

Kata kunci: musik keroncong, budaya populer, Simphoni Kerontjong Moeda, Yogyakarta

PENDAHULUAN
Alunan khas bunyi intrumen musik Kempot, SKM juga menggarap lagu-lagu
keroncong seperti cak, cuk, cello, dan gitar, yang berkarakter musikal kuat seperti lagu dangdut dari
dibarengi dengan alunan musik orkestra telah dua grup yang sedang digandrungi di Yogyakarta,
membawa dan memberi warna yang berbeda bagi dan memiliki banyak viewer di Youtube, yaitu
setiap lagu yang dibawakan Simphony Kerontjong Guyon Waton dan Om Wawes. Malam itu, lagu-
Moeda (SKM) pada malam itu, 25 Juni 2019 di lagu dengan identitas musikal yang khas dari musik
Embung Langensari, Yogyakarta. Sebut saja campursari dan dangdut disulap secara apik oleh
seperti lagu yang hari ini banyak diketahui oleh SKM #9 melalui balutan musik keroncong dan
para milenial, seperti lagu Pamer Bojo dan Banyu orkestra.
Langit dari Didi Kempot. Dua lagu yang memiliki Pada pergelaran kali ini, kembali SKM
karakter kuat secara musikal dalam garapan mengusung perpaduan musik keroncong dan
campursari tersebut, malam itu nampak tampil orkestra sebagi konten musikal yang ditawarkan,
dengan nuansa musikal berbeda di acara Simphony dan itu seperti dalam pergelaran di tahun-tahun
Kerontjong Moeda #9. Selain dua lagu dari Didi sebelumnya. Melalui konten perpaduan musik

57
Mei Artanto
Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9: Menimbang Ruang antara Musik Dulu dan Kini

keroncong dan orkestra, SKM telah memberi pergelaran tahun-tahun sebelumnya. Saran penulis
warna dan angin segar bagi geliat musik keroncong yaitu pilih video SKM #9, seperti lagu berjudul
di Yogyakarta khususnya untuk mengenalkan Lungaku dan Sebatas Teman dari Guyon Waton,
kembali musik keroncong kepada generasi muda. atau lagu Banyu Langit dan Pamer Bojo dari Didik
Hal menarik dari SKM selain suguhan format Kempot yang dinyanyikan oleh Paksi Raras Alit.
pergelaran yang menggunakan orkestra, yaitu Selamat mendengarkan.
terkait bagaimana dalam tajuk SKM #9 ini SKM KAJIAN PUSTAKA
dapat memadukan musik ‘dulu’ (secara historis), Mendengarkan musik menjadi aktvitas
seperti musik keroncong dan orkestra dengan karya penting dalam sebuah penelitian yang memiliki
musik saat ini, seperti lagu-lagu dari Didi Kempot, objek penelitian sebuah pergelaran musik. Hal itu
Guyon Waton, dan Om Wawes yang justru banyak dilakukan guna mendapati data yang berkaitan
digandrungi oleh anak muda saat ini, khususnya di dengan aspek musikal dan non-musikal yang hadir
Yogyakarta dan sekitarnya. Padahal secara dalam sebuah pergelaran, seperti mendengarkan
musikal, masing-masing musik tersebut, yaitu dan mengamati pergelaran SKM #9. Selain
campursari, dangdut, musik keroncong, dan mendengarkan dan mengamati pergelaran SKM
orkestra, memiliki karakter yang sangat kuat, baik #9, hal yang juga penting dalam sebuah penelitian
dari gaya musikal, garapan, dan format instrumen yaitu melakukan kajian pustaka. Kajian pustaka ini
musiknya. Artinya bukan perkara mudah untuk dilakukan guna mendapati informasi dan data yang
memadukan beragam identitas musikal dari musik berguna untuk memetakan di mana posisi
tersebut kedalam bentuk sajian pergelaran. penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Tidak
Pasalnya jika penggarapan musik tersebut tidak hanya itu, fungsi dari kajian pustaka dalam
cukup cermat, maka bukan perpaduan apik yang penelitian ini juga untuk menambah dan
dicapai tetapi justru karakter dan identitas musikal mengkonfirmasi jika terdapat kemiripan data
dari musik tersebut tidak dapat tersampaikan maupun mendapati data yang belum diperoleh oleh
secara baik kepada pendengar. Lantas apa yang peneliti.
sedang diupayakan dan ditawarkan oleh SKM #9 Tulisan pertama dalam kajian pustaka ini
dengan konten perpaduan musik keroncong diambil dari artikel Nugrahanstya Cahya Widyanta
dengan musik lainnya? Tentu SKM memiliki dengan judul Efektivitas Keroncong Garapan
maksud tersendiri yang kiranya penting untuk Orkes Keroncong Tresnawara Terhadap Audiensi
disampaikan melalui konsep musikal yang Generasi Muda. Tulisan yang terbit di Jurnal
diusung. Pasalnya jika tidak, konten sajian Kajian Seni Vol. 3, No. 2 Tahun 2017 menyoal
semacam ini memiliki resiko kegagalan yang tentang kreativitas pada Orkes Keroncong
cukup besar untuk dilakukan. Terlebih jika maksud Tresnawara dalam menggarap lagu-lagu
dari konten tersebut berkaitan erat dengan keroncong. Dalam proses pengamatan
pelestarian dan pendidikan publik melalui penggarapan lagu keroncong dari Orkes
pergelaran musik. Keroncong Tresnawara, Nugrahanstya
Merujuk penjelasan di atas, lantas membuat menemukan beberapa aspek musikal yang menjadi
penulis tertarik untuk menilik sejauh apa praktik kekhasan gaya keroncong garapan Orkes
yang dilakukan SKM dalam menegosiasikan Keroncong Tresnawara seperti pada gaya vokal,
identitas musikal dari musik keroncong, orkestra, terdapat singkopasi, unisono, dan penggunaan
campusari, dan dangdut dalam pergelaran SKM #9. akord subtitusi (Widyanta, 2017: 167 - 171). Selain
Namun sebelum beranjak menilik sejauh apa memperoleh kekhasan pada gaya musikal dalam
perpaduan musikal yang ada pada pergelaran SKM proses penggarapan lagu-lagu keroncong,
#9, sejenak kita dapat mendengarkan pergelaran Nugrahastya juga menyoal tentang makna dari
dari SKM #9 melalui penelusuran youtube adanya gaya musikal garapan Orkes Keroncong
menggunakan smartphone yang kita miliki. Pada Tresnawara. Penelusuran terkait pemaknaan atas
menu pencarian, silahkan menuliskan Simphony gaya musikal ini, Nugrahastya mengamati
Kerontjong Moeda untuk mencari video terkait. pemaknaan tersebut dari perspektif penonton, yang
Setelah itu, maka di layar smartphone akan untuk konteks tulisan tersebut lebih mengamati
terpampang banyak pilihan video SKM dari pada pemaknaan dari para generasi muda.

58
VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 3 No. 1 , Juni 2020
ISSN: 2622-0407

Tulisan kedua dari Antisipasi Iman Nehe berbeda, yaitu dengan mengambil objek pergelaran
dengan judul Keberadaan Orkes Keroncong KKAJ SKM #9.
Di Jombang yang terbit dalam Virtuoso (Jurnal METODE PENELITIAN
Pengkajian dan Penciptaan Musik) Vol. 2, No. 2, Pada penelitian ini penulis menggunakan
November 2019. Artikel ini menjelaskan tentang metode kualitatif. Penggunaan metode kualitatif ini
geliat dan eksistensi orkes keroncong Komunitas dimaksudkan agar penulis dapat menguraikan
Keroncong Anak Jombang (KKAJ) dalam upaya secara mendalam terkait bagaimana proses dan
melakukan konservasi musik keroncong di wilayah cara dari SKM #9 dalam menghadirkan musik dulu
Jombang (Nehe, 2019: 71). Bagi Nehe keberadaan dan kini dalam sebuah pergelaran musik sehingga
KKAJ di Kabupaten Jombang amatlah penting, hal dalam penyajian datanya dapat dilakukan dengan
itu dikarenakan KKAJ dalam melakukan langkah dan tindakan yang tepat (Rohidi, 2011:
konservasi musik keroncong cukup aktif 48). Proses pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan regenasi bagi anggotanya, yaitu dengan cara observasi langsung, di mana pengalaman
mendatangi beberapa SMA di Jombang guna penulis sebagai musisi yang ikut serta dalam
melakukan perekutan anggota (2019: 75). penyelenggaraan SKM #9 menjadi pintu masuk
Berdasarkan hal itu, kehadiran dari KKAJ di dalam mengumpulkan data. Selain itu proses
Jombang sebagai ruang untuk mempelajari pengumpulan data dilakukan melalui proses
keroncong sangatlah penting, terlebih bagi pengamatan audio visual yang terdapat di youtube.
generasi muda agar mereka dapat mengenal dan Hal ini dilakukan guna mendapata data yang terkait
mencintai keroncong secara mendalam. dengan aspek musikal. Setelah data diperoleh hal
Tulisan ketiga dari Dedi Novaldi, G. R. selanjutnya yaitu melakukan analisis data dengan
Lono Lastoro Simatupang, dan Sal Murgiyanto menggunakan model Miles dan Huberman yaitu
dengan judul Pasar Keroncong Kotagede 2017: reduksi data, penyajian data, dan verivikasi data
Sebuah Kajian Event. Artikel yang terbit di Jurnal (Sugiono, 2015: 337 - 345). Pada proses analisis
Kajian Seni Vol. 05, No. 02, April 2019 menyoal data ini, penulis akan menggunakan perspektif dari
tentang Pasar Keroncong Kotagede 2017 jika John Fiske terkait telaahnya atas budaya populer,
ditinjau dalam perspektif event studies akan berada di mana ruang antara menjadi wilayah penting
dalam kategori seperti apa (Novaldi, Simatupang, dalam memahami seni budaya populer (Fiske,
dan Murgiyanto, 2019: 192). Melalui perspektif 2011: 40). Dan pergelaran SKM #9, bagi penulis
even studies Novaldi memiliki temuan bahwa sedang bermain dalam ruang antara tersebut, di
Pasar Keroncong Kotagede 2017 bisa masuk mana musik dulu, yaitu keroncong, dipadukan dan
kedalam dua kategori pada typologi of planned dicampurkan dengan musik saat ini, yaitu dangdut
events, yaitu konser (arts and entertaiment) dan dan campursari.
festival (cultural celebrations) (2019: 197, 200, PEMBAHASAN
dan 202). Akan tetapi dari penjelasan dua ketegori Mengenal Simphoni Kerontjong Moeda
tersebut, Novaldi justru menegaskan bahwa Sembari mendengarkan video SKM #9 di
kehadiran event Pasar Keroncong Kotagede 2017 youtube, barangkali kita dapat melanjutkan
ini merupakan sebuah bentuk festival di mana pembicaraan upaya negosiasi musikal yang
seluruh anggota masyarakat Pasar Kotagede, baik dilakukan oleh SKM dengan penelusuran secara
langsung maupun tidak, ikut terlibat dalam proses singkat kemunculan Simphony Kerontjong Moeda
penyelenggaraannya (2019: 205 - 206). Yang atau sering disebut SKM di Yogyakarta. SKM, saat
dalam konteks ini dengan menyajikan konser (arts ini dapat dikatakan sebagai wadah bagi teman-
and entertaiment) atau pergelaran musik teman muda yang memiliki ketertarikan terhadap
keroncong. Mengamati tulisan di atas, penulis musik keroncong. Mayoritas dari mereka, yaitu
mendapati bahwa topik dari penelitian ini penggagas, konseptor, pengorganisir acara,
sangatlah berbeda dengan ketiga tulisan tersebut. aranger, hingga para musisi yang terlibat disetiap
Kesamaan yang ada, yaitu terdapat pada pergelaran merupakan para alumni SMK N 2
pengambilan objek yaitu musik keroncong, namun Kasihan Bantul atau sering disebut dengan Sekolah
jika ditilik secara rinci, baik situasi dan Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Berbekal
latarbelakang pada penelitian ini sangatlah pengetahuan musik yang diperoleh dari jenjang

59
Mei Artanto
Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9: Menimbang Ruang antara Musik Dulu dan Kini

tersebut, mereka bersama-sama membuka ruang variasi dari musik keroncong, dapat dicermati
bagi teman-teman generasi muda yang memiliki dalam pergelaran SKM #9, di mana musik
ketertarikan terhadap musik keroncong untuk keroncong dibawakan secara apik dengan balutan
bergabung melestarikan musik ini. orkestra yang berpadu dengan musik lainnya.
Kehadiran SKM sejauh ini mendapat Sajian yang menarik ini, penulis rasakan sejak
apresiasi dan disambut baik oleh masyarakat mengikuti latihan hari pertama guna menyiapkan
Yogyakarta. Hal itu dapat dilihat dari rutinnya pergelaran SKM #9. Pada kesempatan tersebut
SKM menggelar pergelaran musik sejak tahun penulis ikut serta sebagai pemain flute, dan itu
2009, hingga pergelaran SKM #9 di tahun 2019. seperti di tahun-tahun sebelumnya ketika terlibat
Dilansir dari blog pribadi salah seorang punggawa dalam pergelaran SKM. Ketertarikan penulis atas
SKM, yaitu Ari Kancil, mengatakan bahwa suguhan pergelaran SKM #9 yang begitu apik turut
munculnya komunitas ini, yang bernama disertai pertanyaan terkait sejauh apa upaya
Keroncong Muda Yogyakarta didasari oleh rasa negosiasi musikal yang dilakukan dalam
keprihatinan atas minimnya minat anak muda pergelaran SKM #9. Pasalnya baik lagu-lagu hits
terhadap musik keroncong di Yogyakarta hari ini seperti lagu dari Didi Kempot, Guyon
(arikantjil.blogspot.co.id, diunduh 20 Agustus Waton, dan Om Wawes dan lagu-lagu keroncong
2019). Rasa keprihatinan tersebut lantas membuat dari Kusbini dapat disajikan secara berbeda dari
teman-teman Keroncong Muda Yogyakarta nuansa lagu sebelumnya.
merancang program-program guna menarik minat Mengamati apa yang dilakukan oleh SKM
generasi muda untuk mencintai musik keroncong, ini, yaitu proses memadukan musik keroncong
salah satunya yaitu membentuk Simphony dengan orkestra, nampaknya bukan satu-satunya
Kerontjong Moeda. Sejak kemunculannya, SKM ruang dalam geliat musik keroncong di
mengusung konsep suguhan sajian musik Yogyakarta. Jika ditilik beberapa tahun sebelum
keroncong dengan konten anak muda dan SKM muncul, yaitu di tahun 2000-an upaya
dimainkan oleh para musisi muda. Hadirnya para menggabungkan musik keroncong dengan orkestra
musisi muda yang tampil disetiap pergelaran SKM sebenarnya telah dilakukan oleh Singgih Sanjaya
turut menguatkan pesan bahwa musik keroncong dengan Light Keroncong Orkestra (Widyanta,
tidak lagi identik dengan musik tempo dulu yang 2016: 57). Bersama Light Keroncong Orkestra
hanya dimainkan oleh para generasi lama. Ari (LKO), Singgih Sanjaya juga mengusung misi
Kancil juga menjelaskan bahwa SKM mencoba untuk melakukan pelestarian dan pengembangan
menyuguhkan musik keroncong dengan berbagai musik keroncong
variasi, baik keroncong asli dan keroncong garapan (http://www.tjroeng.com/?p=373 , diunduh 20
dengan memadukan berbagai genre musik Agustus 2019). Bahkan jika ditengok jauh
(arikantjil.blogspot.co.id, diunduh 20 Agustus kebelakang, jauh sebelum Singgih Sanjaya dengan
2019). Hal itu dilakukan guna musik keroncong LKO, di tahun 1970-an perpaduan berbagai irama
dapat secara mudah diterima oleh generasi muda musik, seperti jazz, rock, dan lainya, dengan musik
yang pada akhirnya minat mempelajari musik keroncong telah dilakukan oleh Budiman BJ
keroncong dapat tumbuh dibenak para generasi bersama orkes keroncong Bintang Jakarta
muda, khususnya di Yogyakarta dan sekitarnya. (Soeharto dan Sunurpraptomo, 1996: 44-45). Maka
Melalui upaya tersebut Ari Kancil menaruh dengan pemaparan jejak dari upaya memadukan
harapan agar para generasi muda dapat kembali musik keroncong dengan musik lainnya di atas,
memiliki ketertarikan terhadap musik keroncong sebenarnya hadirnya SKM dengan mengusung
secara mendalam. konsep memadukan keroncong dengan orkestra
SKM #9 dan Jejak Memadukan Keroncong dalam konstelasi geliat musik keroncong nasional,
dengan Orkestra terlebih di Yogyakarta bukanlah sesuatu yang baru.
Sekelumit penjelasan tentang tujuan Akan tetapi yang menarik dari hadirnya SKM
hadirnya SKM dapat memberi pengetahuan bagi dalam geliat musik keroncong di Yogyakarta justru
kita bahwa musik keroncong dapat dinikmati dan terletak pada hadirnya generasi muda, baik sebagai
dimainkan secara berbeda oleh generasi muda. Dan musisi, aranger, hingga kepanitiaan di SKM.
perihal konsep musik yang diusung, yaitu berbagai

60
VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 3 No. 1 , Juni 2020
ISSN: 2622-0407

Hemat penulis, kehadiran anak muda dalam (Ganap, 2011: 19). Pada umumnya, keroncong
upaya pengembangan musik keroncong menjadi garapan merujuk pada upaya mengolah musik
modal penting, pasalnya yang mengetahui seluk keroncong dengan perpaduan berbagai gaya musik,
beluk bagaimana dan hal apa saja yang menjadi yang seringkali perpaduan tersebut secara struktur
ketertarikan generasi muda pada umumnya adalah musik ditempatkan pada bagian intro, interlude,
anak muda itu sendiri. Artinya kehadiran SKM dan koda (1996: 44-45). Hal itu juga dipertegas
yang mayoritas roda penggeraknya adalah anak oleh musisi keroncong senior di Yogyakarta, yaitu
muda, sekirannya jika mengunsung konsep Andi Prihtyas Toko yang menjelaskan bahwa
pergelaran tentu disertai dengan pertimbangan ‘keroncong garapan itu keroncong yang
taste generasi muda, baik itu dalam konten musikal diaransemen, kalau lagu keroncong ya kordnya
maupun repertoar yang disuguhkan. Dan itu divariasi, terus ada intro, koda’ (Toko, 07 Juni
nampak dalam pergelaran SKM #9 di mana 2018). Keroncong beat, secara historis muncul
penataan panggung, konten musikal, hingga pada tahun 1960-an di mana komersialisasi musik
repertoar musik cenderung mengarah pada apa sedang merebak kala itu sehingga membuat
yang sedang hits dikalangan anak muda, Brigadir Jenderal Pirngadi merasa perlu untuk
khususnya Yogyakarta. memberi warna baru dalam musik keroncong
Melihat pergelaran musik SKM #9, penulis melalui mengaransemen kembali lagu-lagu yang
menangkap bahwa apa yang sedang diupayakan sudah ada, yang tidak hanya berkutat pada lagu
oleh SKM yaitu agar musik keroncong kembali keroncong saja melainkan juga mengaransemen
dekat dengan generasi muda begitu kental terasa. lagu pop Barat (Widjajadi, 2007: 23-24, dan 2016:
Hal ini dapat diamati dari repertoar yang 44). Dan apa yang dilakukan oleh Brigadir
disuguhkan, di mana mayoritas adalah lagu-lagu Jenderal Pirngadi pada masa itu, bagi Philip
yang saat ini sedang hits di Yogyakarta, seperti Yampolsky disebut dengan catchall category yaitu
lagu Pamer Bojo dan Banyu Langit dari Didi sebuah upaya kreatif dalam membawakan
Kempot, serta beberapa lagu dari Guyon Waton keroncong yang keluar dari standar keroncong
dan OM. Wawes. Upaya menghadirkan lagu-lagu masa itu namun tetap mempertahankan idiom
hits ini dalam balutan keroncong dan orkestra musik keroncong, yang kemudian dianggap
menjadi satu daya tarik tersendiri bagi pergelaran olehnya sebagai pop kroncong (Yampolsky, 2010:
SKM #9. Dan jika kita melihat audio visual yang 10). Sedangkan untuk gaya keroncong, Widjajadi
ada di youtube, tentu dapat mendapati bagaimana menjelaskan bahwa upaya ini tidak lain merupakan
respon penonton yang begitu ramai ketika lagu- bentuk ekspresi gaya musikal musik keroncong
lagu hits ini dibawakan. Bahkan tidak canggung secara leluasa, baik hanya sekedar menempelkan
para penonton juga ikut bernyanyi bersama SKM gaya musikal keroncong atau memadukan dengan
#9. Berdasarkan hal seperti itu setidaknya upaya lagu apapun agar memiliki ‘rasa keroncong’ (2007:
yang dilakukan SKM #9 dalam memadukan musik 4).
keroncong, orkestra, dangdung, dan campursari SKM #9 dalam Ruang Antara Musik Dulu dan
dapat diterima oleh masyarakat, khususnya yang Kini
malam itu hadir secara langsung. Mengamati penjelasan pengelompokan
Hal yang justru sulit bagi penulis yaitu musik keroncong di atas, ketiganya memiliki
mencoba memasukkan praktik musik yang kesamaan secara konsep musikal, yaitu mengolah
dilakukan SKM ini dalam kategori-kategori musik keroncong secara kreatif agar berbeda
pengelompokan musik keroncong. Pasalnya sejauh dengan bentuk dan gaya musik sebelumnya. Dan
ini, repertoar yang disajikan oleh SKM dapat sejauh pengamatan penulis terhadap repertoar yang
mengarah pada tiga pengelompokan jenis musik disajikan dalam setiap pergelaran SKM, secara
keroncong, seperti keroncong garapan, keroncong konsep musikal SKM dapat masuk ke dalam tiga
beat, dan gaya keroncong. pengelompokan di atas secara dinamis.
Ditinjau secara historis, keroncong garapan Kedinamisan ini merujuk pada tujuan dari hadirnya
muncul di tahun 1970-an di mana Orkes Studio SKM dalam geliat musik keroncong di
Jakarta dalam acara Bintang Radio Televisi Yogyakarta, yaitu memberi kemasan yang segar
menggarap musik keroncong secara orkestra terhadap musik keroncong agar diminati generasi

61
Mei Artanto
Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9: Menimbang Ruang antara Musik Dulu dan Kini

muda. Maka agar musik keroncong dapat diterima perkembangan musik saat ini beserta berbagai
secara mudah oleh lintas kalangan, khususnya anak tingkat apresiasi musik di masyarakat yang
muda, kedinamisan secara musikal menjadi hal bervariasi, SKM tidak dapat melepaskan diri dari
penting. Lantas untuk mencapai itu, aransemen modus produksi yang ada dalam budaya populer.
musik dipilih oleh SKM sebagai konsep Permainan SKM di ruang antara tersebut nampak
pengolahan musiknya. terlihat melalui kaca mata Fiske dalam melihat
Melalui aransemen musik sebagai pilihan praktik budaya populer. Bagi Fiske, budaya
pengolahan musikalnya, penulis melihat bahwa populer telah menghadirkan kreatifitas populer
SKM sedang bermain-main pada ‘ruang antara’ yang turut serta dengan segala kemampuannya
musik dulu dan musik kini. Penyebutan musik dulu untuk membuat ‘seni berada di antara’ melalui
mengacu pada penggunaan musik keroncong dan pengolah segala hasil industri budaya (2011: 30
orkestra yang kita tahu bahwa musik tersebut dan 40). Dan apa yang dijelaskan oleh Fiske di atas
memiliki catatan historis panjang dalam perjalanan yang sedang dimainkan oleh SKM #9 di repertoar
musik di Indonesia. Sejarah perjalanan musik sajian musik malam itu. Sebut saja seperti lagu
keroncong dapat kita baca dalam buku yang Pamer Bojo dari Didi Kempot, dengan khas alunan
berjudul Krontjong Toegoe karya Victor Ganap musik keroncong melalui instrumen cak, cuk, dan
(2011) dan artikel yang ditulis oleh Philip cello beserta format orkestra, lagu campursari
Yampolsky (2010) dengan judul Kroncong disajikan tanpa kehilangan rasa musik campursari.
Revisited: New Evidence from Old Sources. Untuk Hal serupa juga nampak pada lagu yang berjudul
sejarah masuknya musik klasik Barat, seperti Dinggo Bukti dari Om Wawes, di mana konsep
orkestra ke Indonesia dapat dilihat dalam buku musik dangdut yang disisipi irama jazz pada lagu
yang berjudul Disseminasi Musik Barat ke Timur tersebut tetap dipertahankan oleh SKM #9
karya Triyono Bramantyo (2004), Tan Thiam walaupun digarap dengan balutan keroncong dan
Kwie: Celah-Celah Kehidupan Sang Maestro orkestra.
Pendidik Musik Tiga Zaman karya RM. Surtihadi Sajian semacam itu, bagi penulis yang kala
(2008), dan Amir Pasaribu: Komponis, Pendidik & itu berposisi sebagai pemain merasa bahwa SKM
Perintis Musik Klasik Indonesia karya Eritha sedang memainkan identitas musikal musik
Rohana Sitorus (2009). Merujuk pada catatan keroncong, orkestra, dangdut, dan campursari
historis tersebut dalam tulisan ini penulis menyebut melalui aransemen musik sebagai pengolahan
musik keroncong dan orkestra sebagai musik dulu musikalnya. Pada pergelaran SKM #9, identitas
yang diolah dan diaktualisasikan oleh SKM dengan musikal musik keroncong tetap dihadirkan melalui
kecenderungan perkembangan musik saat ini. permainan instrumen cak, cuk, dan cello secara
Sedangkan musik kini, lebih mengacu pada karya engkel dan double dengan cara membaca partitur.
musik pop yang muncul dan digandrungi saat ini Identitas orkestra disajikan melalui permainan dari
oleh anak muda, seperti lagu-lagu yang dibawakan strings section, woodwind section, dan brass
oleh SKM #9 sebut saja lagu Pamer Bojo dan section beserta cara mengolah musiknya yaitu
Banyu Langit dari Didi Kempot; lagu Lungaku dan aransemen musik yang menggunakan ilmu musik
Sebatas Teman dari Guyon Waton; dan lagu klasik Barat; untuk musik campursari dihadirkan
Dinggo Bukti dari Om Wawes. melalui pilihan lagu Pamer Bojo dan Banyu Langit
Penjelasan di atas kiranya dapat menjadi dan hadirnya combo band section; sedangkan
poin penting untuk menilik sejauh apa praktik identitas musikal dangdut dihadirkan melalui
SKM dalam ‘ruang antara’ musik dulu dan kini. pilihan lagu dari Guyon Waton dan OM Wawes
Ruang antara dalam konteks tulisan ini, mengacu beserta permainan kendang yang begitu khas.
pada kecenderungan budaya populer yang Permainan tersebut nampak pada pembagian
menghadirkan produk hiburan melalui mekanisme porsi penempatan identitas musikal dalam struktur
saling pinjam meminjam dan memadukan berbagi bentuk musiknya yang terkadang bertemu pada
unsur dalam modus produksinya sehingga dapat satu permaianan dibagian tertentu, dan terkadang
mengkondisikan tubuh dalam pengalaman di dipisahkan dibagian tertentu. Pertemuan identitas
antara (Heryanto, 2015: 22). Artinya, dalam upaya musikal dari masing-masing jenis musik dan
melestarikan musik keroncong dengan situasi pemisahannya membuat lagu yang dibawakan oleh

62
VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 3 No. 1 , Juni 2020
ISSN: 2622-0407

SKM #9 ini terkesan menjadi abu-abu karena pergelaran SKM sangat disayangkan jika
masing-masing identitas musikal sama-sama dilewatkan. Upaya memadukan musik dulu dan
tampil kuat dalam sajiannya. Musik keroncong kini sebagai konten musikal dalam setiap
dalam konteks ini hanya diambil gaya permainan pergelaran menjadikan SKM berada dalam
yang dibawakan oleh instrumen cak, cuk, dan cello permainan dan pengkondisian budaya populer,
sebagai penanda bahwa repertoar yang dimainkan yaitu ruang antara. Permainan yang penuh akan
memiliki rasa keroncong walaupun bukan lagu jerat kuasa industrialisasi di setiap modus produksi
keroncong (2007: 3 dan 49). dalam ruang antara ini diikuti oleh SKM dengan
Bagi penulis, sajian semacam itu seakan penuh negosiasi. Negosiasi tersebut terlihat dari
mengaburkan cita-cita melestarikan musik cara bagaimana SKM menimbang ruang antara
keroncong, pasalnya musik keroncong yang musik dulu dan kini melalui aransemen musik yang
disajikan hanya mengambil gaya permainannya menghadiran identitas musikal secara
saja. Hal tersebut kiranya baik dilakukan sebagai kompromistis dari masing-masing musik yang
upaya mengenalkan kembali musik keroncong disajikan dan diakomodir dalam repertoar di SKM
kepada generasi sekarang melalui lagu-lagu atau #9 . Melalui upaya menimbang musik dulu dan kini
jenis musik yang saat ini digandrungi oleh setidaknya SKM dapat menyuarakan pada generasi
kalangan anak muda, khususnya Yogyakarta dan muda di Yogyakarta dan sekitarnya bahwa musik
sekitarnya. Namun juga perlu ditimbang secara keroncong kini dapat dinikmati dan dipelajari oleh
mendalam untuk memberi porsi lebih pada anak muda, sekaligus dapat menampik anggapan
pengenalan bentuk musik keroncong pakem, bahwa musik keroncong hanya dimainkan dan
seperti keroncong asli, langgam, langgam jawa, dinikmati oleh generai tua. Dan mari kita tunggu
dan stambul, yang diaktualisasikan dengan musik bersama konsep apakah yang akan diusung dalam
yang berkembang saat ini. Jika hal itu dilakukan, pergelaran SKM #10, adakah sesuatu yang baru
maka apa yang di maksud oleh Fiske yang untuk ditawarkan kepada pendengar ataukah hanya
mengutip dari de Certau bahwa seni ‘mengolah’ mengulang hal yang sama dari tahun-tahun
dalam modus produksi budaya populer tidak hanya sebelumnya.
sekedar bertujuan untuk membuat masyarakat DAFTAR PUSTAKA
masuk dalam sistem kuasa industri melalui Fiske, John. Memahami Budaya Populer.
komoditas yang ditawarkan (2011: 28). Artinya Yogyakarta: Jalasutra. 2011, pp 28, 30, dan
sajian dari SKM #9 ini diharapkan tidak masuk 40.
dalam jeratan budaya populer yang dimaksud Fiske Ganap, Victor. Krontjong Toegoe. Yogyakarta:
di atas dengan berhenti pada hingar bingar Badan Penerbit Institut Seni Indonesia
pergelaran semata tanpa ada upaya keberlanjutan Yogyakarta, 2011, pp 19.
yang lebih dalam memahami musik keroncong Heryanto, Ariel. terj. Eric Sasono. Identitas dan
oleh para pendengarnya. Terlepas dari catatan Kenikmatan: Politik Budaya Layar
tersebut, keunggulan SKM saat ini terletak pada Indonesia. Jakarta: KPG, 2015, pp 22.
pengolahan aspek musikal dalam ‘ruang antara’ Nehe, Antisipasi Iman. Keberadaan Orkes
dari musik dulu dan musik kini. Melalui upaya Keroncong KKAJ Di Jombang dalam
semacam itu justru menjadikan SKM dinamis Virtuoso (Jurnal Pengkajian dan
secara konteks pergelaran dan dapat dinikmati oleh
Penciptaan Musik), Vol. 2, No. 2,
berbagai kalangan dan usia.
KESIMPULAN November 2019.Program Studi Musik,
Upaya pelestarian terhadap musik Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
keroncong di Yogyakarta saat ini sangat diperlukan Negeri Surabaya, 2019, pp 71 dan 75.
guna melanjutkan kehidupan musik ini. Hal itu Novaldi, Dedi, G. R. Lono Lastoro Simatupang,
yang sedang diupayakan oleh SKM dalam kurun dan Sal Murgiyanto. Pasar Keroncong
waktu kurang lebih sembilan tahun ini. Melalui Kotagede 2017: Sebuah Kajian Event
upaya mengemas musik keroncong yang berpadu dalam Jurnal Kajian Seni Vol. 5, No. 2
dengan musik hits dan digandrungi anak muda di Tahun 2019. Program Studi Pengkajian
wilayah Yogyakarta dan sekitarnya membuat Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah

63
Mei Artanto
Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9: Menimbang Ruang antara Musik Dulu dan Kini

Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, 2 Tahun 2017. Program Studi Pengkajian


2017, pp 197 200, 202, 205 - 206. Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah
Rohidi, Tjetjep Rohendi. Metodologi Penelitian Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
Seni. Semarang: Penerbit Cipta Prima 2017, pp 167 - 171.
Nusantara Semarang, 2011, pp 48. Widyanta, Nugrahanstya Cahya. Tesis: Gaya
Musikal Lagu Keroncong Garapan Orkes
Soeharto, Achmad Soenardi, dan Samidi
Keroncong Tresnawara Yogyakarta.
Sunurpraptomo. 1996. Serba-Serbi
Yogyakarta: Program Studi Pengkajian
Keroncong. Jakarta: Penerbit Musika, 1996,
Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah
pp 44-45.
Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian
2016, pp 44 dan 57.
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Yampolsky, Philip B. Kroncong Revisited: New
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alvabeta. Evidence from Old Sources, In: Archipel,
2015, pp 337 - 345. volume 79. Paris: Musiques d’un Archipel.
Widjajadi, R. Agoes Sri. 2007. Mendayung di Sous la direction de Dana Rappoport, 2010,
Antara Tradisi dan Modernitas: Sebuah pp 10.
Penjelajahan Ekspresi Nudaya Terhadap Sumber Elektronik
Musik Keroncong. Yogyakarta: Hanggar http://www.tjroeng.com/?p=373 diunduh 20
Kreator, 2007, pp 3, 4, 23-24, dan 49. Agustus 2019
Widyanta, Nugrahanstya Cahya. Efektivitas http://arikantjil.blogspot.co.id/2013/07/keroncong
Keroncong Garapan Orkes Keroncong -muda-yk.html diunduh 20 Agustus 2019.
Tresnawara Terhadap Audiensi Generasi Narasumber
Muda dalam Jurnal Kajian Seni Vol. 3, No. Andi Prihtyas Toko, wawancara 7 Juni 2018,
Yogyakarta.

64

Anda mungkin juga menyukai