Anda di halaman 1dari 7

Yohanes Hernawan Pratama

PEMBELAJARAN OBJEKTIVIKASI MUSIKAL MELALUI PENGUASAAN MUSIK INSTRUMENTAL


BAGI ANAK SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN OBJEKTIVIKASI MUSIKAL MELALUI


PENGUASAAN MUSIK INSTRUMENTAL
BAGI ANAK SEKOLAH DASAR
Yohanes Hernawan Pratama

Prodi Pendidikan Seni, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.


Email: yohanes_pratama@rocketmail.com

Abstract: Based on the curriculum 2013, the teaching and learning music at SD
Marsudirini Semarang Indonesia consists of the instrumental and vocal music learning.
The results of the study show that the instrumental music learning activity in the school
can improve students’ solfeggio that it can support whether the vocal or instrumental
music learning activity itself.
Key Words: education, music, instrumental, objektifikasi
Abstrak: Berdasar kurikulum 2013, pembelajaran musik di SD Marsudirini Semarang
Indonesia, terdiri dari pembelajaran musik instrumental dan vokal. Dalam hasil penelitian
terhadap pembelajaran, ditemukan bahwa pembelajaran musik instrumental di sekolah
dapat meningkatkan kemampuan solfegio siswa sehingga dapat mendukung pembelajaran
vokal maupun musik instrumental itu sendiri.

Kata kunci: pendidikan, musik, instrumental, objektifikasi

34
VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 1 No. 1 Juni 2018
ISSN: 2622-0407

PENDAHULUAN Tulisan ini ingin menggali efektifitas


Dari sejarahnya, tradisi musik yang pembelajaran objektivikasi musik instrumental
datang ke Nusantara dari akhir abad ke-15 dalam pendidikan seni pada kompetensi hasil
hingga ke-18 adalah tradisi solmisasi, suatu belajar siswa. Kompetensi hasil belajar sendiri
teori musik yang diciptakan oleh seorang rahib adalah perubahan perilaku ataupun perbuatan
Guido de Arrezo, yang dibawa oleh kaum pebelajar setelah mengalami belajar
misionaris Spanyol dan Portugis. Solmisasi itu (Soehardjo 2012: 60), dalam hal ini
kemudian menyebar ke banyak daerah di kemampuan solfegio siswa, dengan
Nusantara di masa kolonial Belanda, mengambil contoh kasus pelaksanaan
khususnya ketika muncul sebuah sekolah guru pembelajaran musik di Sekolah Dasar
untuk Gereja Protestan Indonesia (GPI) dalam Marsudirini kota Semarang, Indonesia.
naungan Nederlansch Zendelinggenootschap Solfegio
(Persekutuan para penginjil Belanda) di Solfegio adalah latihan kemampuan
Ambon sekitar tahun 1818 dimana sekolah pendengaran atau ketajaman pendengaran
tersebut telah menjadi pusat bagi pengajaran musik, baik ketepatan ritmik maupun
agama Kristen Protestan di seluruh Nusantara, ketepatan nadanya.Menurut Stanly yang
terkecuali Batak Toba, yang dilaksanakan oleh dikutip Sumaryanto (2005:40) dikatakan
Rheinische Missions Gesellschaft. Solfegio adalah istilah yang mengacu pada
Tradisi solmisasi dalam pendidikan menyanyikan tangga nada, interval dan
musik di Nusantara masih berlangsung hingga latihan-latihan melodi dengan sillaby
saat ini, hal ini ditunjukkan dengan masih solmization yaitu, dengan menyanyikan
jarang sekolah-sekolah umum yang solmisasi (do,re,mi,dst) dan kemudian
memanfaatkan instrumen alat musik sebagai dikembangkan dengan menempatkan huruf
pokok pembelajaran dalam pendidikan vokal (a,i,u,e,o) sebagai ganti solmisasi.
musiknya, hampir semua instansi pendidikan Solfegio juga dapat diartikan sebagai ilmu
formal memberikan materi vokal kepada siswa dalam memahami interval musik dan notasi.
namun instrumen alat musik hanya digunakan Solfegio bertujuan untuk memberikan
sebagai pengiring dalam pembelajaran vokal. pemahaman tentang jarak nada satu ke nada
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor; yang lain dengan cara menyanyikan berbagai
instrumen vokal di sekolah memiliki macam bentuk notasi, dengan menyanyikan
kelebihan, yaitu: 1) tidak memerlukan biaya interval nada yang berbeda-beda. Biasanya
dalam pengadaan alat; 2) siswa langsung solfegio diajarkan dengan latihan-latihan
paham maksud dan isi dari sebuah karya lagu menyanyikan solmisasi yang terus bertambah
yang dinyanyikan; namun demikian instrumen tingkat kesulitannya. Dalam perkembangannya
vokal juga memiliki kelemahan, yaitu: 1) solfegio bukan hanya menyanyi saja tetapi
memiliki ketergantungan pada instrumen alat juga mendengar dan membaca nada.
musik dalam hal penyeteman; 2) siswa hanya Kemampuan membaca nada disebut dengan
secara instan menerima karya lagu bersyair Sight Reading, kemampuan mendengar nada
yang sudah jelas isi dan maksudnya, sehingga disebut dengan Ear Training, sedangkan
abstraksi sebuah karya tidak luas; 3) timbre kemampuan menyanyi disebut dengan Sight
suara vokal hanya terbatas pada suara anak- Singing.
anak, wanita, dan pria; serta 4) ambitus suara Konsep Pendidikan Seni
vokal hanya terbatas pada tangga nada Pendidikan seni adalah pendidikan yang
tertentu. Sedangkan instrumen alat musik menggunakan seni sebagai bahan kajiaannya
membutuhkan biaya dalam pengadaan alat (Soehardjo 2011: 13). Berdasarkan rujukan
untuk pembelajaran, namun memiliki resmi Undang-undang Republik Indonesia
kelebihan, yaitu: 1) intonasi lebih stabil; 2) nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
dapat membantu siswa untuk peka pada nada Pendidikan Nasional: Pendidikan adalah
yang tepat; 3) timbre instrumen lebih beragam; usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
4) ambitus suara instrumen lebih luas bila melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dibandingkan suara vokal; dan 5) dengan dan/atau latihan bagi peranannya di masa
mempelajari instrumen alat musik, siswa dapat yang akan datang. Sedangkan pengertian seni
terbantu dalam mempelajari instrumen vokal, berdasarkan analisis adalah kegiatan
sehingga kemampuan menembak nada yang berkesenian yang selanjutnya diuraikan bahwa
tepat dalam vokal dapat meningkat. kegiatan berkesenian itu terdiri dari 2 jenis:

35
Yohanes Hernawan Pratama
PEMBELAJARAN OBJEKTIVIKASI MUSIKAL MELALUI PENGUASAAN MUSIK INSTRUMENTAL
BAGI ANAK SEKOLAH DASAR
kegiatan berkesenian yang dilandasi modus masyarakat, satuan budaya, atau lingkungan
imitasi, dan yang dilandasi mosud ekspresi. tertentu, yang menjadi latar kehadiran karya
Bila memadukan pengertian pendidikan dan seni yang berkaitan. Rohidi menerapkan suatu
seni itu sendiri, maka pengertian hakiki pendekatan penelitian yang dianggap lebih
Pendidikan Seni adalah usaha sadar untuk faktual dan praktis. Sebagai pedoman dalam
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan menentukan metode penelitian tentang seni,
bimbingan melalui kegiatan bimbingan, maka digunakan pendekatan interdisiplin.
pengajaran, dan atau latihan agar menguasai Dalam penelitian objektivikasi musikal
kemampuan berkesenian sesuai dengan peran melalui penguasaan musik instrumental ini
yang harus dimainkannya. Ada dua peran yang menggunakan metode deskriptif kualitatif.
dapat dimainkan. Pertama, menularkan Lokasi dan Waktu Penelitian
keterampilan seni, dan yang kedua Penelitian ini dilakukan di SD
memfungsididikkan seni (Read, 1945 dan Marsudirini Semarang, Indonesia yang terletak
Wickiser, 1974 dalam Soehardjo 2011: 13). di jalan Pemuda 157-159 Semarang. Penelitian
Seni dan Estetika mempunyai konstelasi ini dilakukan selama satu setengah bulan yaitu
pengetahuan yang berbeda dengan mulai pertengahan bulan Februari sampai
pengetahuan eksak. Struktur pengetahuan seni dengan akhir bulan Maret 2015.
dan estetika ini selanjutnya disebut sebagai Sasaran Penelitian
Logika Seni atau Logika Estetika (logico Adapun sasaran penelitian ini adalah
aestheticus); logika yang berbasis rasa dan proses pembelajaran ansambel musik di kelas
cara pemerolehannya (epistemologinya) III A sampai dengan III C di SD Marsudirini
dengan pengakuan terlebih dahulu. Dalam Semarang. Sasaran penelitian proses
konstelasi pengetahuan seni mendekati filsafat pembelajaran hanya diambil sampel tiga kelas
yang dasar pemahamannya melalui dengan alasan pada tiga kelas tersebut terdapat
perenuangan dan pengalaman (eksperiensial). jumlah siswa dengan pembagian yang merata.
Sedangkan pendidikan masuk dalam polus Siswa-siswi SD Marsudirini yang memiliki
behavioral sciences oleh karenanya nilai rata-rata tinggi pada kelas sebelumnya, di
pendidikan berada pada ilmu dan sosial. Polus kelas III akan dikelompokkan dalam kelas III
behavioral sciences menuntut pemikran paralel A dan C, sehingga apabila penulis
dengan eksperimensial atau percobaan agar mengambil sampel dari kelas III A sampai
tidak terjadi kesalahan dalam penerapannya. dengan III C maka akan didapat sampel
Logika, baik saintikus maupun estetikus responden yang merata dari kelompok siswa
bersifat dinamis oleh perubahan masyarakat dengan rata-rata tinggi hingga menengah.
termasuk filsafat (cara berpikir kritis, sosial, Teknik Pengumpulan Data
budaya dan perkembangan jiwa maupun Penelitian dalam rangka mengungkap
politik kenegaraan). Pendidikan Seni berada proses pembelajaran objektivikasi musikal
pada dua ranah (polus) yang menghendaki melalui penguasaan musik instrumental yang
kekhasan, karena berada pada ranah berbeda. dilaksanakan melalui kegiatan ansambel musik
Untuk memahami perkembangan masyarakat di SD Marsudirini Semarang. Teknik yang
perlu didahului dengan pengantar tinjauan digunakan dalam penelitian ini adalah:
sosiologis, filsafat, psikologis dan budaya observasi, wawancara (interview), dan
menuju habitus serta prioritas kenegaraan dokumentasi.
(Pamadhi 2015: 6) Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
A. METODE PENELITIAN Untuk menetapkan keabsahan data
Dalam sebuah penelitian yang baik dalam penelitian kualitatif diperlukan
harus menggunakan metode yang benar dan pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan
tepat, untuk mendapatkan jawaban yang didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
dibutuhkan peneliti. Sesuai dengan apa yang Kriteria/Standar keabsahan data kualitatif yang
disampaikan oleh Rohidi (2011: 179) bahwa penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian seni hendaknya menggunakan derajad kepercayaan (credibility). Kriteria ini
metode pengumpulan data secara sistematik
yang berkaitan dengan berbagai bentuk karya
seni (rupa, tari, musik, pertunjukan, dan
sebagainya), dari sebuah individu, kelompok

36
VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 1 No. 1 Juni 2018
ISSN: 2622-0407

menuntut penelitian kualitatif agar


dapat dipercaya oleh pembaca yang kritis dan Gambar 1 Analisis Model Interaktif
dapat dibuktikan oleh orang-orang yang
menyediakan informasi yang dikumpulkan Sumber: Analisis Data Kualitatif (Miles &
selama penelitian berlangsung (Wagiman Huberman dalam Maudina 2015: 48)
2011: 51).
Dalam penelitian ini akan Reduksi data (Data Reduction)
dipergunakan teknik pemeriksaan keabsahan Menurut Sugiyono, mereduksi data
data triangulasi untuk memastikan derajad artinya merangkum, memilih hal-hal yang
keabsahan data. Triangulasi adalah verifikasi pokok, memfokuskan pada hal yang penting,
penemuan melalui informasi dari berbagai dicari tema dan polanya (Maudina 2015: 49).
sumber dan menggunakan multi metode dalam Dalam penelitian ini pola dan tema penelitian
pengumpulan data. Untuk menguji keabsahan adalah meneliti pembelajaran objektivikasi
data dipergunakan triangulasi data. Pengujian musikal melalui penguasaan musik
dilakukan dengan cara: (1) membandingkan instrumental dalam pembelajaran ansambel
data hasil wawancara dengan kepala sekolah musik di SD Marsudirini Semarang, dengan
dan guru seni musik, (2) membandingkan data tujuan untuk mengumpulkan data dan memilih
hasil observasi dengan data hasil wawancara data yang telah diperoleh untuk dihasilkan
dengan guru seni musik, dan (3) hasil penelitian.
membandingkan hasil wawancara dengan Penyajian data
dokumen yang ditemukan (Moleong dalam Penyajian data penelitian kualitatif.
Wagiman 2011: 51). Bentuk penyajian data dengan teks yang
Teknik Analisis Data bersifat naratif merupakan cara yang paling
Analisis data adalah upaya yang umum digunakan. Hal tersebut akan
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memudahkan dalam menyajikan data-data
mengorganisasikan data, memilah-milahnya yang diperoleh mengenai pembelajaran
menjadi satuan yang dapat dikelola, objektivikasi musikal melalui penguasaan
mensintesiskannya, mencari dan menemukan musik instrumental yang dilaksanakan dalam
pola, menemukan apa yang penting dan apa pembelajaran ansambel musik di SD
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang Marsudirini Semarang.
dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan Verifikasi/simpulan
dan Biklen dalam Moleong 2010: 248). Simpulan yang dikemukakan bersifat
Proses pengolahan data dimulai sementara dan akan berubah jika ditemukan
dengan mengelompokkan data-data yang bukti lain yang kuat. Peneliti akan
terkumpul melalui observasi, wawancara, memperoleh kesimpulan sebagai hasil akhir
dokumentasi, dan catatan yang dianggap dapat pengolahan data.
menunjang dalam penelitian ini untuk Pembelajaran Objektivikasi Musikal
diklarifikasikan dan dianalisis berdasarkan Melalui Penguasaan Musik Instumental
kepentingan penelitian. Hasil analisis data Pengajaran musik adalah pengajaran
tersebut selanjutnya disusun dalam bentuk tentang bunyi. Apapun yang dibahas dalam
laporan dengan teknik deskriptif analisis yaitu suatu pembelajaran musik harus bertitik tolak
dengan cara mendeskripsikan keterangan- dari bunyi itu sendiri. Unsur-unsur yang paling
keterangan atau data-data yang telah dasar dan sangat penting dalam suatu lagu,
terkumpul dan dianalisis berdasarkan teori- ialah irama dan melodi. Dalam kegiatan
teori yang ada. bernyanyi maupun bermain musik kita harus
Menurut Miles dan Huberman (dalam dapat merasakan gerak irama lagu dan ayunan
Maudina 2015: 48), analisis data terdiri atas biramanya, serta dapat membayangkan nada
tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan melodi lagu tersebut dalam pikiran atau
dan penarikan kesimpulan/verifikasi. khayalan. Oleh sebab itu untuk mengajarkan
unsur irama haruslah dapat ditanamkan,
dipupuk, ditingkatkan, dan dikembangkan
pengertian serta rasa irama. Untuk
mengajarkan unsur melodi juga harus dapat
menanamkan, memupuk, meningkatkan, dan
mengembangkan pengertian serta

37
Yohanes Hernawan Pratama
PEMBELAJARAN OBJEKTIVIKASI MUSIKAL MELALUI PENGUASAAN MUSIK INSTRUMENTAL
BAGI ANAK SEKOLAH DASAR
mempertajam bayangan nada. Kedua hal itu menyatakan kemiripan (ars imitatur naturam).
dapat dicapai melalui pengalaman musik. Seni merupakan peniruan bentuk alam yang
Tanpa mempunyai rasa irama dan bayangan mampu memberikan gambaran (imajinasi)
nada, orang hanya akan bernyanyi atau bagi yang melihat. Poesis adalah proses
bermain musik seperti robot, tidak merasakan pengubahan (mimesis) bentuk alami menjadi
dan menghayati ungkapan lagu yang lebih indah tanpa menghadirkan bentuk
dinyanyikan atau dimainkannya. Tegasnya, aslinya. Karya menjadi semacam tata bentuk
kemampuan merasakan irama dan kemampuan yang menimbulkan kesamaan imajinasi
membayangkan nada adalah syarat urutan terhadap objek yang dicontoh dan proses
kemampuan yang harus ditanamkan terlebih mencontoh karya melalui interpretasi
dahulu dalam belajar musik (Jamalus 1998: 3). keindahan objek alami.
Tantangan dalam pendidikan seni musik ‘Techne sebenarnya adalah sistem
di sekolah dasar sekarang adalah mendasari pengetahuan dan keterampilan manusia yang
kemampuan musikal yang merupakan syarat membawa segala sesuatu dari gelap menjadi
urutan kemampuan ini, Dalam penelitian ini terang’ (Bagus Wiryomartono, 2001:5). Seni
diungkapkan bahwa penguasaaan musik merupakan transformasi bentuk yang didasari
instrumental pada anak mampu memberikan oleh interpretasi indah pada suatu objek.
objektivikasi musikal. Objektivikasi sendiri Techne tidak sekedar mereproduksi bentuk
artinya adalah kegiatan merepresentasikan melainkan interpretasi terhadap bentuk yang
suatu objek melalui suatu proses dalam diri memungkinkan menjadi ‘indah’. Penemuan
yang dilaksanakan secara sadar. Untuk lebih ‘indah’ melalui pengetahuan dari dialog;
memberikan pemahaman tentang pencarian nilai indah dihasilkan dari dialog
objektivikasi, akan penulis berikan contoh tersebut sehingga menemukan bentuk
objektivikasi dari karya Plato dalam periode ‘imajiner’ yang sempurna.
perkembangan pemahaman seni dari tinjauan a. Plato Mengungkapkan bahwa sastra atau
filsafat. Tulisan Plato sangat banyak dan seni hanya merupakan peniruan (mimesis)
berbentuk dialog; dalam dialog ini pembaca atau pencerminan dari kenyataan.
harus menginterpratasi masing-masing kata b. Aritoteles Ia berpendapat bahwa mimesis
atau kalimat yang tersusun (excergessis). bukan hanya sekedar tiruan, bukan sekedar
Keindahan hadir karena kesenian dan kesenian potret dan realitas, melainkan telah melalui
menjadi hadir dari suatu pengamatan, baik kesadaran personal batin pengarangnya.
langsung maupun tidak langsung. Proses c. Raverzt berpendapat bahwa mimesis dapat
penciptaan tersebut memerlukan keterampilan diartikan sebagai sebuah pendekatan yang
teknis untuk menyadap keindahan bentuk mengkaji karya seni dan sastra yang
alami dan kemudian hadir melalui imajinasi. berupaya untuk mengaitkan karya seni
Bentuk yang hadir merupakan duplikasi dengan realita atau kenyataan.
(imitasi) dari benda alami (ars imitatur d. Abrams Mengungkapkan pendekatan
naturam). Peniruan tadi disyaratkan bahwa mimetic adalah pendekatan kajian seni dan
sebuah karya seni hadir karena fisik dan sastra yang menitikberatkan kajiannya
idealisme. Fisik yang dimaksud adalah terhadap hubungan karya dengan kenyataan
kemampuan instrumen mata untuk menangkap di luar karya.
objek; melalui keterampilan bentuk itu Periode mimesis dibangun oleh Plato
dihadirkan kembali sebagai imitasi. Langkah dan dikembangkan oleh muridnya Aristoteles;
ke dua adalah kehadiran ide yang ada dalam mimesis menjadi sebuah metode penciptaan
bentuk; ide dapat dipahami dan dikenali karya seni namun juga dapat berfungsi sebagai
sehingga tersimpan dalam memori. Ide ini alat untuk memahami karya seni. Seni
akhirnya menjadi ideologi sebuah penciptaan merupakan imitasi alami, artinya melalui
karya seni patung sebagai representasi instrumen mata dan eksperimentasi dihasilkan
imajinasi bentuk alami. karya seni. Seni hadir melalui imajinasi objek
Dari uraian di atas penciptaan karya seni
oleh Plato dicapai dengan dua langkah, (1)
techne dan (2) poesis; techne adalah
kemampuan menyatakan bentuk yang
mewakili visi objektivikasi sehingga orang

38
VIRTUOSO (Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik), Vol. 1 No. 1 Juni 2018
ISSN: 2622-0407

nyata, melalui tangkapan imajinasi membentuk siswa menjadi anak yang baik,
diungkapkan kembali dalam bentuk karya seni bukan hanya mahir bermain musik. Hal ini
imitasi. (Pamadhi 2015: 11-12) Gagasan ini ditunjukkan dari pengambilan nilai siswa
dapat digunakan untuk memahami konsep bukan hanya diambil dari kemahiran siswa
objektivikasi suatu karya seni. Pembelajaran bermain alat musik namun nilai diambil dari
seni berkiblat pada pengalaman rasa yang sikap rajin siswa membawa alat musik dan
bersifat individual, serta berintikan kegiatan- partitur; sikap saling menghormati ketika
kegiatan motorik (A.J. Soehardjo: Pendidikan siswa belajar memainkan alat musik secara
Seni 2011: 249). bersama; siswa juga dituntut untuk setia pada
Untuk memberikan pengalaman rasa satu alat musik yang ingin didalami sejak kelas
pada anak maka diperlukan penerapan III sampai dengan kelas VI Sekolah Dasar, alat
objektivikasi musikal melalui musik yang menjadi pilihan adalah pianika dan
instrumental yang dapat digambarkan sebagai recorder; siswa juga dituntut untuk rutin
berikut: belajar alat musik dan diberi pengertian bahwa
berlatih memainkan alat musik perlu
ketekunan.
Selain komitmen utama yang dibentuk
SD Marsudirini dalam pendidikan seni musik,
Guru seni musik di SD Marsudirini memiliki
metode pembelajaran yang dinilai efektif
Gambar 2 Objektivikasi Musik Instrumental mengasah kemampuan solfegio siswa, sejak
kelas III SD (usia sekitar 8-9 tahun)
Pelaksanaan pembelajaran objektivikasi pembelajaran ansambel musik sudah
musikal dilakukan melalui musik instrumental, menggunakan notasi balok dan nama mutlak,
dimana siswa diajak untuk secara tidak sehingga siswa sejak dini mengenal bahasa
langsung mengasah solfegio yaitu belajar universal musik yaitu notasi balok. Melalui
merasakan ritmis, melodi, dan harmoni ansambel musik siswa mengalami
melalui pelaksanaan pembelajaran musik pembelajaran objektivikasi musikal, secara
instrumental. Objektivikasi musikal tidak langsung siswa belajar ketepatan nada melalui
hanya berhenti pada siswa mempelajari karya instrumen pianika dan rekorder, dan secara
seni musik sebagai subyek, namun diharapkan tidak langsung belajar ketepatan ritmis melalui
setelah siswa memahami suatu subyek, lalu notasi balok dalam partitur sederhana yang
diinterpretasikan menjadi suatu bentuk lain. dibuat oleh guru musik.
Sebagai contoh, setelah siswa melaksanakan Dalam pembelajaran pendidikan seni
pembelajaran objektivikasi musikal melalui musik di kelas VI di SD Marsudirini,
musik instrumental yang memiliki intonasi pelaksanaannya dapat dikatakan hampir tidak
yang jelas dan tepat, maka siswa telah belajar ada kendala, dikarenakan sejak siswa duduk di
solfegio dalam hal ketajaman pendengaran dan kelas III sudah dibekali dasar-dasar musik
ketepatan nada, setelah pembelajaran yang kuat melalui cara-cara sederhana yang
diharapkan kemampuan kepekaan siswa bersifat kontinuitas. Hampir semua siswa kelas
meningkat, sehingga materi ini mampu VI SD Marsudirini memiliki keterampilan
diinterpretasikan siswa misalnya dalam bermain alat musik rekorder dan pianika yang
bernyanyi siswa tahu mana nada yang tepat baik, juga ketepatan nada saat bernyanyi yang
dan mana nada yang false. baik pula, hal ini disebabkan oleh latihan
Pelaksanaan Pendidikan Seni Musik di SD solfegio yang dilaksanakan sejak kelas III
Marsudirini Semarang Indonesia sampai dengan kelas VI yang bersifat
Pembelajaran pendidikan seni musik di kontinuitas.
SD Marsudirini dimulai sejak kelas III sampai PENUTUP
dengan kelas VI menggunakan materi Pembelajaran objektivikasi musikal
ansambel musik. Seluruh siswa dari kelas III melalui penguasaan musik instrumental yang
SD dibekali dasar musikalitas melalui musik ditanamkan sejak dini terbukti meningkatkan
instrumental yang dimainkan secara bersama kemampuan solfegio anak, selain juga
dalam bentuk ansambel campuran pianika dan pendidikan seni mampu melatih karakter
recorder. SD Marsudirini melalui pendidikan siswa. Dengan adanya penelitian di Sekolah
seni musik memiliki komitmen utama untuk Dasar di Indonesia ini diharapkan dapat

39
Yohanes Hernawan Pratama
PEMBELAJARAN OBJEKTIVIKASI MUSIKAL MELALUI PENGUASAAN MUSIK INSTRUMENTAL
BAGI ANAK SEKOLAH DASAR
memberikan gambaran serta tawaran
pembelajaran pendidikan musik yang efisien
di sekolah umum pada negara-negara
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
A.J. Soehardjo. 2011. Pendidikan Seni jilid 1.
Malang: Bayumedia Publishing.
_______. 2012. Pendidikan Seni jilid 2.
Malang: Bayumedia Publishing.
Kennedy, Michael. 1990. The Oxford
Dictionary of MUSIC. New York:
Oxford University Press.
Maudina, Lifara Aidlika. 2015. Proses
Pembelajaran Artikulasi Lagu Dalam
Pembelajaran Vokal Untuk Anak Usia 7
Tahun (Studi Kasus di All Mozart Music
Course & Studio Kudus). Skripsi.
Semarang: UNNES.
Moleong, J.Lexy. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pamadhi, Hajar. 2015. Materi Perkuliahan:
Teori Pendidikan Seni. Yogyakarta.
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi
Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.
Sumaryanto, F. Totok. 2007. Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif Dalam
Penelitian Pendidikan Seni. Semarang:
Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni UNNES.
Wagiman, Joseph. 2011. Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP): Peranan Guru Dalam
Pembelajaran Seni Musik di SMA
CITISCHOOL Semarang. Tesis.
Semarang: UNNES.
Wullner, Franz. Chorubungen. Jepang

40

Anda mungkin juga menyukai