Anda di halaman 1dari 25

POST PARTUM

A. Pengertian Post Partum


Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh
alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu
masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

B. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut
involusi (winknjosastro,2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah
besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri
dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat
tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post
partum (Manuaba, 1998 : 190).
C. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6
minggu post partum berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat
uterus normal : 30 gram). Involusi disebabkan oleh :
 Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan
anemia setempat : Ishcemia.
 Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai
bukti kehamilan.
 Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian
atrofi sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret
yang dinamakan lochea, yang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-
sisa vernix caseosa lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah
bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak
kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau
kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena banyak
leukosit (Wiknjosastro, 2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah
partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap
hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi, refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down.
Kedua refleks ini bersumber dan perangsang puting susu akibat
isapan bayi meliputi :
 Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hipotalamus didasar otak. Lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu
pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah melalui
sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
 Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke
bagian belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan
hormon. Oksitosin masuk ke dalam darah dan akan
memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan duktuli
dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

D. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali
perubahan-perubahan yang terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau
2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
 Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
 Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh
kepala bayi
 Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum
turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita
menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

E. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


 Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
 Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
 Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
 Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
 Pembengkakan di wajah/tangan
 Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
 Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
 Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
 Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
 Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
 Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

F. Perawatan Post Partum


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi.
Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-
kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang
untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh
miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi
dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk
dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta
banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat
dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya
dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila
ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma
atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi
analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah
dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih
dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.
G. Pathways
PATHWAYS post partum Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun Kehadiran
anggota baru
Involusi uterus
Oksitosin meningkat Prolaktin
cemas
meningkat
Kontraksi
uterus lambat Kontraksi uterus
Isapan bayi Isapan bayi
Laserasi jalan adekuat tidak adekuat perubahan
lahir pola peran
Atonia uteri Pelepasan jaringan
endometrium
Oksitosin Pembendungan
Servik & vagina meningkat ASI
perdarahan Vol. darah turun Ansietas
Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi bengkak

Kurang Resiko infeksi


Ketidakefektifan Hb O2 turun perawatan Nyeri
Perfusi Jaringan efektif Tidak efektif
Akut
Perrifer
hipoksia Invasi bakteri
ASI keluar ASI tidak
keluar
Kuman
Resiko syok Daya tahan mudah masuk
hipovolemik tubuh turun Ibu tidak tahu
bagaimana cara
menyusui bayinya
Kelemahan Intoleransi
umum aktivitas

Kurang
Defisit Pengetahuan
perawatan diri
H. PENGKAJIAN
 Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang
lain (Sastrawinata, 1983 : 154)
 Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, < 16
tahun atau > 35 tahun.
 Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
 Agama :Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu
selama memberikan asuhan.
 Pekerjaan ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan secara tidak
langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu sehingga masa nifas
pun jadi terganggu pada ibu nifas normal.
 Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.

 Anamnesa (Data Subjektif)


 Tanggal / jam :Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan
pelayanan.
 Keluhan : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah melahirkan.
 Riwayat kehamilan dan persalinan :Untuk mengetahui apakah klien melahirkan
secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan spontan.
 Riwayat persalinan :
 Jenis Pesalinan :Spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan
normal.
 Komplikasi dalam persalinan :Untuk mengetahui selama persalinan
normal atau tidak.
 Placenta ilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau
tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
 Tali pusat :Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.
 Perineum :Untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau tidak.
Pada nifas normal perineum dapat utuh atau ada robekan, pada nifas
normal pun bisa juga dilakukan episotomi.
 Perdarahan :
Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II, III selama
proses persalinan, pada nifas normal pendarahan tidak boleh lebih dari
500 cc.
 Proses persalinan Bayi
 Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi
 Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
 Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit  Pernapasan pada nifas normal
16 – 20 x/menit, suhu normalnya 36BB dan PB : untuk mengetahui BB
bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr
 BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
 Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
 Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
Banyaknya normal atau tidak normalnya 500-1000 cc.

 Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum nifas normal
biasanya baik.
b. Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi
post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas
normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda Vital
36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik
 Muka
- Kelopak mata : ada edema atau tidak
- Konjungtiva : Merah muda atau pucat
- Sklera : Putih atau tidak
 Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak ada.
 Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
 Dada
- Jantung : irama jantung teratur
- Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak
 Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran
colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
 Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal bila
ditemukan lordosis.
CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
 Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi
lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak
Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak

e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus,
posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari di bawah pusat kontraksinya baik.
Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya ada
kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post partum loceha warna
merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau tidak, juga tentang
jahitan perineum klien. Pada nifas normal perineum bisa juga terdapat ada bekas
jahitan bisa juga tidak ada, perineumnya bersih atau tidak.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, para ibu nifas normal
kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
- Edema : ada atau tidak
- Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
- Kemerahan : ada atau tidak
- Varices : ada atau tidak
- Reflek patella : kanan kiri +/-, normalnya +
- Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat
- Tanda hooman : +/-+ bila tidak ditemukan rasa nyeri (Mochtar, 1998
: 102)

 Uji Diagnostik
- Darah : pemeriksaan Hb
HB ibu nifas normal : Hb normal 11 gram %
- Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi
komplikasi.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus
2. Kurang pengetahuan tentang manejemen laktasi dan perawatan bayi b/d kurangnya
informasi
3. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya informasi

G. Intervensi
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien perdarahan post
partum menurut prioritas dan rencana keperawatannya adalah :
a. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, proses
kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus (Carpenito, 1997).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hialng, dengan kriteria hasil pasien tidak
mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang, skala nyeri dalam batas
normal (2-3).

Intervensi keperawatan :
1. Berikan individu kesempatan untuk beristirahat.
Rasional: meningkatkan relaksasi
2. Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
3. Kaji skala nyeri.
Rasional: mengidentifikasi tingkat nyeri
4. Ajarkan metode distraksi selama muncul nyeri akut.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
5. Beri posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus
6. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: menurunkan/mengotrol nyeri dan menurukan sitem saraf simpatis
b. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi berhubungan
dengan kurangnya informasi (Carpenito, 1997).
Tujuan : Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan
mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah
dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien mampu
menjelaskan kembali mengenai informasi yang telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan
informasi.
2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali
pusat dan perawatan payudara.
3. Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
4. Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
5. Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan.
c. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum berhubungan dengan
kurangnya informasi (Tucker, 1993).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat
mengungkapkan pemahaman tentang perawatan diri post
partum.
Intervensi keperawatan :
1. Anjurkan klien untuk menghindari coitus selama 4 – 6 minggu / sesuai anjuran
dokter.
2. Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila ibu menyusui.
3. Tekankan pentingnya diet nutrisi.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang lebih berat dan
bayi selama 2 -3 minggu.
5. Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.
6. Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.
7. Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.
8. Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu perubahan dari
merah menjadi coklat sampai putih.
9. Beritahu menstruasi akan kembali 6 – 8 minggu setelah perawatan.
10. Tekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk pemeriksaan post
pasca partum.
11. Perawatan vagina/vulva hygiene
Rasional: Membersihkan perineum
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991. Pelatihan Gawat Darurat Prenatal. Semarang :


CV. Grafika Karya.
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan Penanganan
Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documentating
Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.
Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH paraf

1 Ds : Bayi besar Nyeri akut


 pasien mengatakan
nyeri pada perut bekas
Sectio caesarea
operasi.
P= pada saat bergerak
Q= seperti di tusuk-tusuk Luka post op
R= abdomen
S= 5
T= hilang timbul Jaringan terputus
Do:
 pasien Nampak Merangsang area
meringis saat bergerak
sensorik
 Pasien Nampak hati –
hati saat bergerak
 Nampak bekas luka Gg rasa nyaman
jahitan luka post op di
bagian abdomen
kuadran bawah. Nyeri akut
 TTV: TD 110/70
mmHg, N78x/menit,
S:36,5 C, RR:
20x/Menit.

2 Ds Section caesare Intoleransi


 Ny.Y mengatakan aktifitas
merasa lemah
Luka post op
 Ny.Y mengatakan
belumm bisa
beraktifitas seperti Jaringan terputus
biasanya
Do
 Pasien Nampak belum Merangsang area
bisa bergerak sensorik
 Tampak luka post op sc
di bagian bawah
abdomen kurang lebih Keterbatasan
10 cm
bergerak
 Klien Nampak lemah
 Ttv : TD 110/70 mmHg,
N78x/menit, S:36,5 C,
RR: 20x/Menit.
Gg rasa nyaman

Intoleransi aktifitas

3 Ds Luka post op sc Resiko infeksi


 Klien mengatakan luka
perban sudah kotor Jaringan terbuka
Do
 Tampak luka perban
post op sc pada area Proteksi kosong
perut.
 Tampak perban sudah
mulai kotor Infasi bakteri

 Ttv : TD 110/70 mmHg,


N78x/menit, S:36,5 C,
RR: 20x/Menit.
Resiko infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik Ditandai Dengan Prosedur
Operasi Post Partum Sc
2. Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Imobilitas Fisik
3. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Kerusakan Integritas Kulit
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No.dx Tujuan Intervensi Rasional Paraf

1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi  Menentukan


Tindakan lokasi, kebutuhan
keperawatan karakteristik menejemen
selama 2x24 jam , durasi, nyeri
diharapkan nyeri kualitas dan  Menentukan
berkurang dengan intensitas TTV
kriteria hasil nyeri  Relaksasi
 Nyeri yang 2. Monitor Ttv dapat
dirasakan 3. Berikan mengurangi
berkurang terknik non rasa nyeri
 Skala nyeri farmakologi  Kolaborasi
menjadi 0-1 (kompres air dengan dokter
 Ttv dalam hangat) untuk
batas normal 4. Ajarkan pemberian
Teknik obat
relaksasi
nafas dalam
5. Kolaborasi
dengan
dokter
2 Setelah dilakukan 1. Monitor  Menentuukan
Tindakan lokasi dan penyebab
keperawatan sifat ketidaknyama
selama 2x24 jam ketidak nan selama
diharapkan nyamanan / bergerak
intoleransi rasa sakit  Melakukan
aktivitas selama relaksasi
meningkat,dengan bergerak Pereda
kriteria hasil: 2. Lakukan /penghilang
 Kemudahan pengendali rasa nyeri
dalam an nyeri  Membantu
melakukan sebelum kegiatan
aktifitas memulai bergerak
 Kecepatan Latihan secara
berjalan 3. Berikan perlahan
meningkat posisi  Mobilitas
 Perasaan tubuh bertahap agar
lemah optimal u/k ibu dapat
menurun pergerakan mengembalik
aktif an aktivitas
ataupun seperti semula
pasif
4. Anjurkan
ibu
melakukan
mobilisasi
bertahap
 6 jam
setelah
post op
sc
anjurkan
ibu
untuk
mirirng
kiri/miri
ng kanan
 19 jam
setelah
ibu
melahirk
an
anjurkan
ibu
untuk
duduk
 24 jam
setelah
ibu
melahirk
an
anjurkan
ibu
untuk
berjalan.
3 Setelah dilakukan 1. Monitor  Monitor
Tindakan tanda dan adanya infeksi
keperawatan gejala  Untuk
selama 2x24 jam infeksi memenejemen
diharapkan resiko 2. Batasi kebersihan
infeksi menurun jumlah diri
 Kebersihan pengunjung  Agar pasien
lingkungan 3. Berikan menegetahui
meningkat perawatan ttng
 Personal kulit / perawatan
hygiene tempat luka dan
meningkat cidera resiko infeksi
 (rawat apabila tidak
luka) menejaga
4. Cuci lingkungan
tangan yang baik
sebelum
dan
sesudah
melakukan
aktivitas
5. Jelaskan
tanda dan
gejala
infeksi
6. Anjurkan
klien cuci
tangan
dengan
baik dan
benar
7. Koleborasi
dengan
dokter

IMPLEMENTASI

no.dx Day/tgl Jam IMPLEMENETASI Paraf

1 Selasa 19.20 1. Mengidentifikasi lokasi,


12/01/22 karakteristik, durasi, kualitas
dan intensitas nyeri
2. Memonitor skala nyeri
3. Memoonitor Ttv
4. Memberikan terknik non
farmakologi (kompres air
hangat)
5. Mengajarkan Teknik relaksasi
nafas dalam
6. Memfasilitasi istirahat dan tidur
7. berkolaborasi dengan dokter
2 Selasa 19.30 1. Memonitor lokasi dan sifat
12/01/22
ketidak nyamanan / rasa
sakit selama bergerak
2. Melakukan pengendalian
nyeri sebelum memulai
Latihan
3. Memberikan posisi tubuh
optimal u/k pergerakan aktif
ataupun pasif
4. menganjurkan ibu
melakukan mobilisasi
bertahap
• 6 jam setelah post op sc
anjurkan ibu untuk mirirng
kiri/miring kanan
• 19 jam setelah ibu
melahirkan anjurkan ibu
untuk duduk
•24 jam setelah ibu
melahirkan anjurkan ibu untuk
berjalan.

3 Selasa 20.00 1. Memonitor tanda dan


12/01/22 gejala infeksi
2. membatasi jumlah
pengunjung
3. memberikan perawatan
kulit / tempat cidera (rawat
luka)
4. mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
aktivitas
5. mejelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
analgetic

EVALUASI

No.dx Hari/tgl Jam Evaluasi Paraf

1 Rabu,13 14.30 S:
/22  klien mengatakan nyeri masih
terasa saat bergerak
 P: Pasien mengatakan nyeri
terasa pada area luka post op sc
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri dibagian bawah perut
S: skala nyeri 3
T: saat beraktifitas

O:
 Klien Nampak lebih rileks
 Skala nyeri 3
 TTV : TD 110/80 mmHg, N:
70x/menit, S: 36,5 C, RR:
20x/menit
A: masalah teratasi Sebagian
P: intervensi dilamnjutkan mandiri
 Menerapkan teknik relaksasi
nafas dalam
 Mengontrol lingkungan yang
aman dan nyaman
 Menganjurkan memonitor byeri
secara mandiri
 mengonsumsi obat analgetik
yang di berikan oleh dokter
2 Rabu,13 14.40 S:
/22
 Klien mengatakan sudah mulai
biasa berjalan secara mandiri
tapi perlahan
O:
 Klien nampak mulai berjalan
secara perlahan
 TTV : TD 110/80 mmHg, N:
70x/menit, S: 36,5 C, RR:
20x/menit
 ADL : belajar mandiri dalam
melakukan aktifitas
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan mandiri
 Memberikan penguatakan
positif untuk beraktifitas
 Menjelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan renaca
latihan
3 Rabu,13 15.40 S:
 Klien mengatakan perban luka
/22 post op sc sudah di ganti
dengan perban yang baru.
O:
 Perban luka post op sc sudah
digantikan atau sudah
dibersihkan pada pukul 14.30
wita.
 TTV : TD 110/80 mmHg, N:
70x/menit, S: 36,5 C, RR:
20x/menit.
A: masalah teratasi Sebagian
P: intervensi dilanjutkan mandiri
 Melakukan perawatan luka
post op sc secara mandiri
 Menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri,
ibu boleh mandi tapi tidak
boleh mengenai perban

Anda mungkin juga menyukai