Anda di halaman 1dari 47

PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL BERBASIS PBL

MENGGUNAKAN APLIKASI BOOK CREATOR


MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII
SMP NEGERI 2 KOTA SOLOK

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Prasyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Matematika

LUTHFIA NAINZI
NPM. 181000484202005

Pembimbing I Pembimbing II

Rita Oktavinora, S.Pd., M.Pd Adevi Murni Adel. S.Si., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt,

karena berkat rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulisan proposal

yang berjudul “Pengembangan Modul Digital Berbasis Problem Based

Learning (PBL) pada Materi Relasi dan Fungsi Kelas VIII SMPN 2 Kota

Solok” ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kita curahkan

kepada Nabi besar Muhammad SAW. Proposal ini penulis ajukan untuk

memenuhi tugas akhir. Penulis menyadari bahwa penulisan suatu karya ilmiah

tidaklah mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan

proposal ini terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan

masukan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun guna kesempurnaan

proposal ini.

Selama penulisan proposal ini, penulis menyadari bahwa kemampuan dan

pengetahuan penulis sangat terbatas, namun berkat do’a, dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Oktavinora, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing 1 yang telah membantu

penulis menyusun proposal ini dari awal sampai saat ini.

2. Ibu Adevi Murni Adel, S.Si., M.Pd selaku pembimbing 2 yang telah

membantu membimbing penulis menyusun proposal dengan baik.

3. Ibu Hana Adhia, S.Si, M.Pd selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu

pendidikan yang telah membantu penulis dengan sepenuh hati.

i
4. Dan kepada kedua orang tua penulis yang selalu mensuport dan mendoakan

penulis sampai penulis berhasil menyusun proposal ini.

5. Selanjutnya ibu-ibu dosen pendidikan matematika yang selalu menyemangati

penulis untuk menyusun dan menyelesaikan proposal sampai penelitian.

6. Dan juga kepada ketiga teman penulis yang selalu menemani dan mensuport

dari awal semester sampai penulis menyusun proposal ini. Terima kasih

banyak Panji Putra, Fadhilah Fikri dan Asma Yunita.

7. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga proposal

ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya jika

penulis banyak melakukan kesalahan, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah

laku. Karena kesalahan datang dari diri penulis sendiri dan kebenaran dan

kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Semoga, bantuan bimbingan dan motivasi yang diberikan menjadi amal

shaleh di sisi Allah SWT dan bermanfaat bagi pembaca, semoga proposal ini bisa

dilanjutkan ke penelitian sampai ke penyusunan skripsi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Solok, November 2021

Penulis

Luthfia Nainzi

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................7
C. Batasan Masalah...................................................................................7
D. Rumusan Masalah.................................................................................7
E. Tujuan Penelitian..................................................................................8
F. Manfaat Penelitian................................................................................8
G. Spesifikasi Produk................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika..............................................................11
2. Media Pembelajaran......................................................................14
3. Modul Digital.................................................................................17
4. Problem Based Learning...............................................................22
5. Modul Digital Berbasis PBL Dengan Aplikasi Book Creator.......26
B. Penelitian Relevan................................................................................27
C. Kerangka Berpikir.................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian......................................................................................31
B. Model Pengembangan...........................................................................31
C. Subjek Uji Coba....................................................................................34
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................34
E. Instrumen Penelitian.............................................................................35
F. Teknik Analisis Data.............................................................................36

DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................39

iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Nilai UH Relasi dan Fungsi Kelas 8.4..............................................4
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir ...........................................................................25
Tabel 3.1 Skor Kategori Skala Likert ..............................................................31
Tabel 3.2 Range Presentase dan Kriteria Kualitatif .........................................32
Tabel 3.3 Interval Presentase Kepraktisan Modul Digital Matematika ...........33

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Tampilan Buku Paket Pegangan Peserta Didik ...........................4
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................25
Gambar 3.1 Model ADDIE ..............................................................................29

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Siagian (2016:60) “matematika adalah salah satu cabang ilmu

pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan

bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri”.

Matematika ilmu yang bermanfaat untuk sebagian besar ilmu-ilmu lain. Dengan

makna lain bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk

ilmu lain, yang utama adalah sains dan teknologi. Penguasaan materi matematika

oleh peserta didik menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi di dalam

penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang semakin

kompetitif pada saat ini. Matematika merupakan kebutuhan yang harus

dikembangkan sejalan dengan meningkatkan mutu satuan pendidikan.

Oktavinora & Sepria (2019:90) sehubungan dengan pentingnya

matematika bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah

seharusnya kualitas pemahaman matematika ditingkatkan. Berbagai usaha yang

dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan agar mutu pendidikan matematika

lebih baik, diantaranya meningkatkan kualitas pendidik matematika, melengkapi

sarana dan prasarana pendidikan, menambah persediaan buku pegangan peserta

didik dan pendidik, serta penyempurnaan kurikulum. Apalagi sekarang sedang di

zamannya era teknologi, yang sangat mempengaruhi untuk meningkatkan mutu

pendidikan.

1
Faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan adalah kualitas

pembelajaran. Jika kualitas pembelajarannya sudah banyak kendala, maka harus

diperbaiki agar kualitas menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh satuan pendidikan pada saat

sekarang adalah terhambatnya Proses Pembelajaran (PBM) karena kasus covid-19

yang melanda banyak negara termasuk negara Indonesia. Menurut Prawanti &

Sumarni (2020:287) “pandemi COVID-19 menimbulkan dampak jangka pendek

pada keberlangsungan pembelajaran dan dampak ini akan dirasakan oleh seluruh

orang yang berkaitan dengan bidang pendidikan entah itu di desa maupun di

kota”. Belajar dari rumah adalah hal baru yang keluarga di Indonesia apalagi bagi

orang tua peserta didik yang memiliki pekerjaan dan mengharuskan untuk berada

di luar rumah. Peserta didik yang biasa melakukan pembelajaran secara tatap

muka juga akan mengalami masalah psikologis. Kegiatan belajar dari rumah ini

belum pernah terjadi dan dilakukan sehingga keefektifan pembelajaran secara

daring ini belum terukur dan belum teruji.

Maka dari itu, sekolah menerapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

(PTMT). Dengan diterapkannya PTMT, banyak sekolah melaksanakan PBM yang

dibagi secara 2 shift, yaitu shift pagi dan shift siang namun masih ada juga

sekolah yang menerapkan PBM sistem daring (online). Dengan adanya proses

pembelajaran PTMT maupun daring, banyak permasalahan yang ditemukan

terutama pada mata pelajaran yang sulit dipahami saat pembelajaran daring

maupun PTMT. Mata pelajaran tersebut salah satunya adalah matematika, dimana

peserta didik beranggapan pelajaran matematika sulit karena melibatkan banyak

2
rumus. Jadi, menjelaskan rumus matematika harus tepat dan jelas agar peserta

didik dapat memahami dengan benar, karena saat pembelajaran PBM daring

sudah banyak materi yang sulit dipahami maka peserta didik berpikiran saat

pembelajaran PTMT juga sulit maka peserta didik jadi malas memahami dan

belajar.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pendidik di

SMP Negeri 2 Kota Solok pada tanggal 18 Oktober 2021, bahwa peserta didik

dalam menjalankan proses pembelajaran daring maupun PTMT banyak memiliki

permasalahan terutama dalam kurangnya pemahaman peserta didik pada materi

relasi dan fungsi. Di mana saat pembelajaran daring pendidik memberikan materi

dengan cara mengirimkan video di google classroom, materi yang diberikan

pendidik materi inti saja, dan materi yang tertera di buku paket pegangan peserta

didik materinya terlalu rumit dan sulit dipahami oleh peserta didik. Saat

pembelajaraan PTMT pendidik juga berpedoman dengan materi yang diberikan

pada pembelajaran daring. Permasalahan lainnya saat pembelajaran daring peserta

didik diberikan soal latihan sesuai dengan contoh soal yang diberikan

sebelumnya, tetapi masih banyak peserta didik yang tidak bisa mengerjakan

latihan yang diberikan, karena soal latihan yang diberikan pendidik masih banyak

soal yang tidak berhubungan dengan permasalahan di kehidupan nyata.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang peserta didik

di SMP Negeri 2 Kota Solok pada tanggal 13 Oktober 2021, faktor yang

menyebabkan peserta didik beranggapan matematika pelajaran yang sulit dan

menakutkan lainnya adalah buku paket yang dipegang peserta didik menggunakan

3
bahasa yang sangat sulit untuk dipahami, dan soal pembahasan di buku paket

banyak yang tidak di mengerti peserta didik.

Gambar 1.1 Tampilan Buku Paket Pegangan Peserta Didik

Berdasarkan faktor tersebut minat dan motivasi peserta didik jadi semakin

menurun. Peserta didik jadi kurang memahami materi yang disampaikan oleh

pendidik. Dalam menciptakan pembelajaran daring yang produktif, pendidik juga

seringkali menemukan kesulitan dalam menjelaskan materi pembelajaran daring.

Khususnya bagi pendidik matematika dalam pelaksanaan pembelajaran daring

masih menunjukan kekurangan dan keterbatasan. Terutama dalam memberikan

penguatan konsep dari materi yang disampaikan menggunakan video, sehingga

hal tersebut berakibat langsung pada hasil belajar yang dicapai oleh para peserta

didik. Penyampaian pembelajaran semacam ini akan terus terjadi selama pendidik

masih menggangap bahwa dirinya merupakan salah satu sumber belajar bagi

peserta didik dan mengabaikan media, model, dan strategi pembelajaran.

4
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di atas, dapat dikatakan bahwa

proses pembelajaran matematika secara daring mengakibatkan kurangnya

semangat dan motivasi belajar peserta didik yang peneliti lihat dari hasil nilai

Ujian Harian (UH) Relasi dan Fungsi kelas 8.4 sebanyak 35 peserta didik dan

hanya 1 peserta didik yang mencapai nilai diatas KKM ( ≥ 77).

Tabel 1.1 Nilai UH Relasi dan Fungsi Kelas 8.4

Nilai Ujian 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Banyak 4 4 4 6 8 5 3 0 1 0

Peserta didik

Jumlah 35 Peserta didik

KKM ≥ 77

Tuntas 1 Peserta didik

Berdasarkan hasil daftar nilai diatas, peneliti bermaksud untuk

mengembangkan media pembelajaran peserta didik saat pembelajaran daring

(online) atau disebut dengan media pembelajaran berbasis digital. Peneliti

mengembangkan media pembelajaran yang berbasis digital karena mudah dibawa

dan digunakan dimana saja dan kapan saja, media yang menarik dapat

memudahkan peserta didik paham dengan konsep matematika.

Menurut Asmi, dkk (2018:2) bahwa “bahan ajar yang inovatif pada

dasarnya dapat diciptakan oleh guru dengan memanfaatkan teknologi informasi

yang menarik dan dapat dibawa serta dibaca kapan saja dan dimana saja. Apalagi

saat ini peserta didik sudah indentik dengan gawai (smartphone) yang sering

dibawa oleh peserta didik”.

5
Maka dari itu, peneliti mengembangkan bahan ajar digital dengan model

sebuah Modul Digital. Modul digital merupakan sebuah modul yang disajikan

secara elektronik atau digital yang dilengkapi dengan gambar, video, tautan link,

animasi yang mudah dipahami peserta didik. Modul digital yang cocok

dikembangkan adalah modul digital berbasis Problem Based Learning (PBL),

dimana metode PBL merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada

pemecahan masalah yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata.

Menurut Adel & Zuhuri (2019: 2) perlunya dilakukan solusi dalam


memilih strategi pembelajaran sehingga peserta didik lebih giat, termotivasi,
minat belajar peserta didik meningkat dan hasil belajar lebih baik. Pendidik
sebagai salah satu penentu keberhasilan pembelajaran hendaknya memilih
strategi pembelajaran yang tepat, agar dapat membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan, dan mendorong peserta didik mengembangkan pengetahuannya.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam modul

berbasis elektronik adalah Problem Based Learning (PBL). Diharapkan peserta

didik dapat membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang

didapatnya, sehingga kemampuan berpikir peserta didik benar-benar terlatih.

Maka dari itu, peneliti gunakan metode Problem Based Learning dalam media

modul digital agar peserta didik dilatih mandiri dan membentuk pengetahuan

dalam memecahkan masalah dengan media modul digital.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas untuk tujuan

pembelajaran dapat tercapai, dan membuat peserta didik mengerti dalam proses

pembelajaran maka peneliti mempunyai keinginan untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengembangan Modul Digital Berbasis Problem Based

Learning (PBL) Menggunakan Aplikasi Book Creator Materi Relasi dan

Fungsi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Solok”.

6
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalahnya

sebagai berikut :

1. Kurangnya minat dan motivasi belajar peserta didik saat pembelajaran daring

atau PTMT di sekolah dan terhadap buku paket pegangan peserta didik yang

terlalu sulit untuk dipahami.

2. Pendidik kesulitan dalam memberikan materi yang disampaikan

menggunakan video dalam proses pembelajaran daring.

3. Materi pembelajaran yang disampaikan pendidik dan soal latihan yang

diberikan belum berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan nyata.

4. Modul digital matematika belum pernah dijadikan bahan ajar di sekolah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

permasalahan yang akan diteliti adalah Pengembangan modul digital berbasis

Problem Based Learning (PBL) menggunakan aplikasi Book Creator materi

Relasi dan Fungsi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Solok.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka

perumusan masalahnya adalah :

1. Apakah Pengembangan modul digital berbasis Problem Based Learning

(PBL) menggunakan aplikasi Book Creator materi Relasi dan Fungsi Kelas

VIII SMP Negeri 2 Kota Solok itu valid?

7
2. Apakah Pengembangan modul digital berbasis Problem Based Learning

(PBL) menggunakan aplikasi Book Creator materi Relasi dan Fungsi Kelas

VIII SMP Negeri 2 Kota Solok itu praktis?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penlitian ini adalah untuk :

1. Menghasilkan media pembelajaran modul digital berbasis Problem Based

Learning (PBL) menggunakan aplikasi Book Creator materi Relasi dan

Fungsi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Solok yang valid.

2. Menghasilkan media pembelajaran modul digital berbasis Problem Based

Learning (PBL) menggunakan aplikasi Book Creator materi Relasi dan

Fungsi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Solok yang praktis.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Bagi Pendidik

a) Sebagai media pembelajaran matematika untuk memudahkan pendidik

dalam menyampaikan materi ajar secara daring dan PTMT.

b) Sebagai media pembelajaran yang praktis dan bervariasi untuk proses

pembelajaran yang menyenangkan saat daring dan PTMT.

c) Dapat mendorong peserta didik untuk belajar lebih semangat, aktif dan

kreatif.

d) Tersedianya media pembelajaran modul digital berbasis Problem Based

Learning (PBL) menggunakan aplikasi Book Creator materi Relasi dan

Fungsi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Solok.

8
2. Bagi Peserta didik

a) Dapat mengembangkan pengetahuan dan pengalaman untuk

meningkatkan motivasi belajar.

b) Dapat dijadikan modul digital pegangan yang bisa selalu dipelajari di

rumah maupun di luar rumah.

c) Untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep Materi

Relasi dan Fungsi dalam proses pembelajaran daring dan PTMT.

d) Peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan yang ada pada materi

Relasi dan Fungsi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Solok.

3. Bagi Peneliti

a) Sebagai bekal untuk peneliti yang akan menjadi calon pendidik

b) Dapat menambah pengetahuan dan bekal untuk menjadi seorang

pendidik matematika yang profesional dan dapat memanfaatkan media

digital yang dapat menunjang proses pembelajaran.

c) Mengetahui bentuk media digital dan pendekatan yang cocok untuk

diberikan pada tingkat SMP / MTS sederajat yang sedang melaksanakan

proses pembelajaran daring dan PTMT yang mampu menghasilkan

umpan balik dan hasil belajar yang maksimal.

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk pada penelitian ini berpusat pada pengembangan media

pembelajaran berbasis elektronik modul digital relasi dan fungsi. Modul digital ini

disusun dengan tujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik

dalam proses pembelajaran daring maupun PTMT.

9
Bagian-bagian yang terdapat pada modul digital yaitu :

1. Modul digital dalam bentuk landscape.

2. Modul digital yang dikembangkan terdiri dari cover, daftar isi, kata

pengantar, uraian materi relasi dan fungsi, contoh soal dan latihan-latihan.

3. Modul digital terdapat gambar, audio, video penjelasan materi pembelajaran.

4. Terakhir terdapat daftar pustaka, dan dibagian belakang berisi biodata

peneliti.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Belajar menurut pendapat Dimyati & Mudjiono (2015:9) tentang

pandangan skinner adalah “suatu perilaku, dimana pada saat orang belajar,

maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responsnya menurun”. Pada saat proses belajar ditemukan adanya

hal seperti kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons si

pelajar dan konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

Menurut pendapat Dimyati & Mudjiono (2015:13) tentang

pandangan piaget, ia berpendapat bahwa “pengetahuan dibentuk oleh

individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan

lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya

interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang”.

Menurut pendapat El Khuluqo (2017:5) tentang pendapat Notoatmodjo &

Ahmadi “belajar adalah usaha untuk menguasai segala seguatu yang

berguna untuk hidup, dan tentang pendapat Ahmadi belajar adalah proses

perubahan dalam diri manusia”.

11
Pembelajaran menurut pendapat Lefudin (2017:14) tentang
pendapat Knirk & Gustafson adalah suatu proses yang sistematis melalui
tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses pembelajaran
aktivitasnya dalam bentuk interaksi pembelajaran dalan suasana interaksi
edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang
telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu yang telah dirumuskan pada
satuan pelajaran.

Pembelajaran menurut Pohan (2020:2) tentang pendapat Sagala

adalah “membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan

pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah.

Mengajar dilakukan pihak pendidik sebagai pendidik, sedangkan belajar

oleh peserta didik”. Menurut El Khuluqo (2017:15) tentang pendapat

Winkel mengartikan “pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang

dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan

memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap

rangkaian kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa

belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk menciptakan

perubahan pada dirinya baik dari segi pengetahuan, tingkah laku,

kemampuan seseorang untuk menjadikannya lebih baik yang didapat dari

pengalaman-pengalaman yang telah dialami disekitar lingkungan

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran harus terjadi komunikasi dua

arah antara pendidik dan peserta didik agar suasana belajar menjadi lebih

kondusif. Karena, dengan terjadinya komunikasi dua arah maka perubahan

sifat atau tingkah laku peserta didik akan mengalami perubahan melalui

12
proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan terarah dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

Pendapat Fahrurozi & Hamdi (2017:4) tentang pendapat

Ruseffendi yang mengemukakan bahwa “matematika merupakan suatu

ilmu yang berhubungan dengan penelahaan bentuk-bentuk atau struktur-

struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hali itu. Untuk

memahaminya diperlukan pemahaman tentang suatu konsep-konsep yang

ada di dalam matematika itu sendiri”. Menurut Fahrurozi & Hamdi

(2017:6) tentang pendapat Suwangsih & Turlina yang mengemukakan

bahwa “matematika disebut sebagai ilmu tentang pola, karena pada

matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola

dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan

representasinya untuk membuat generalisasi”.

Matematika menurut pendapat Melisa, (2020:24) tentang pendapat

Kline “matematika bukanlah pengetahuan yang dapat menjadi sempurna

untuk dirinya sendiri, tetapi matematika terutama untuk membantu orang

memahami dan mengatasi masalah matematika sosial, ekonomi dan alam.

Ini tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu, logika

adalah dasar untuk pembentukan matematika”.

Dari definisi-definisi di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses interaksi atau komunikasi antara pendidik dan

peserta didik dalam proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik

berpikir secara logis dan kritis dalam memecahkan masalah-masalah

13
numerik, masalah matematika sosial, ekonomi dan alam yang diberikan

dalam proses pembelajaran matematika.

2. Media Pembelajaran

Pengertian media menurut Hamid, dkk (2020:4) tentang pendapat

National Education Assocation (NEA) “media merupakan sebuah

perangkat dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca, beserta

instrumen yang digunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, serta

dapat memengaruhi efektivitas program instruksional”. Pandangan Gagne

& Briggs (1974) “media pembelajaran merupakan alat yang digunakan

untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang dapat merangsang

peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran”.

Pengertian media pembelajaran menurut Sumiharsono & Hasanah

(2017:9) tentang pendapat Heinich, dkk (1985) mengemukakan bahwa

“media pembelajaran merupakan pembawa pesan-pesan atau informasi

yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-maksud

pembelajaran”. Menurut pendapat Sumiharsono & Hasanah(2017:10)

tentang pendapat Martin & Briggs yang mengemukakan bahwa “media

pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan

komunikasi dengan pembelajar. Hal ini bisa berupa perangkat keras dan

perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras”.

Dari menurut pendapat para ahli di atas dapat diartikan bahwa

media pembelajaran adalah sesuatu bentuk perantara yang harus dapat

memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, karena media

14
sebagai alat komunikasi pendidik dan peserta didik dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Menurut pendapat Arsyad (2014:6) di dalam kegiatan


pembelajaran, sering pula pemakaian kata media pembelajaran digantikan
dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran
(instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual
communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education),
teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan media
penjelas.

Menurut Hamid, dkk (2020:7) manfaat media dalam pembelajaran,

diantaranya :

a. Membantu proses pembelajaran yang berlangsung antara pendidik

dengan peserta didik. Tidak semua materi pembelajaran dapat

disampaikan secara verbal saja, tetapi perlu alat bantu (tools) lain

yang dapat membantu mengirimkan pesan atau konsep materi

kepada peserta didik. Pendidik terbantu dalam menyampaikan materi

pembelajaran, sedangkan peserta terbantu dan lebih mudah dalam

memahami konsep materi yang disampaikan oleh pendidik.

Sehingga, transfer of knowledge dan transfer of value dapat

dilakukan secara maksimal.

b. Meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam proses

pembelajaran, rasa ingin tahu dan antusiasme peserta didik

meningkat, serta interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber

belajar dapat terjadi secara interaktif. Dapat membantu penyampaian

materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret. Beberapa

informasi dan konsep materi pembelajaran yang bersifat abstrak,

15
rumit, kompleks, tidak dapat hanya disampaikan secara verbal saja.

Sehingga, perlu adanya alat bantu berupa media pembelajaran untuk

menyampaikan materi tersebut. Konsep materi yang bersifat abstrak,

kompleks, rumit dapat dikonkretkan melalui media misalnya berupa

simulasi, pemodelan, alat peraga dan lain-lain.

c. Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

Beberapa materi pembelajaran yang kompleks membutuhkan ruang

dan waktu yang panjang untuk penyampaiannya. Oleh karena itu,

media pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakteristik

materinya, sehingga keterbatasan tersebut dapat teratasi. Misalnya,

dengan media pembelajaran online, e-learning, mobile learning, web

based learning, yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja

menembus batas ruang dan waktu. Materi pembelajaran dapat

diakses kapan saja dan di mana saja.

Dari pendapat Hamid, dkk dapat dikatakan bahwa ada 3 manfaat

media pembelajaran. Media pembelajaran dapat disesuaikan dengan

karakteristik materinya, sehingga keterbatasan tersebut dapat teratasi.

Misalnya, dengan media pembelajaran online, e-learning, mobile learning,

web based learning, yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja

menembus batas ruang dan waktu. Materi pembelajaran dapat diakses

kapan saja dan di mana saja.

16
3. Modul Digital

a. Pengertian Modul Digital

Menurut Najuah, dkk (2020:6) “modul merupakan salah satu alat

bantu pembelajaran yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam proses

pembelajaran. Melalui modul, peserta didik dapat melakukan

pembelajaran secara mandiri dengan berpedoman pada unsur-unsur yang

terdapat dalam modul”. Modul adalah bahan ajar yang ditulis sendiri oleh

pendidik untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi

secara mandiri. Dalam dunia pendidikan saat ini, modul yang banyak

dikembangkan ada dua jenis, yaitu modul elektronik dan modul cetak.

Penggunaan modul elektronik maupun cetak didasarkan pada analisis

permasalahan dan kebutuhan peserta didik.

E- Modul menurut Syamsudin (2005:168) adalah salah satu produk


bahan ajar non cetak berbasis digital yang secara mandiri dirancang untuk
dapat dipelajari oleh peserta didik. E- Modul disebut juga media untuk
belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi dengan petunjuk
untuk belajar sendiri. Dapat dikatakan bahwa pembaca dapat melakukan
kegiatan pembelajaran tanpa kehadiran pengajar secara langsung.

Menurut Muhimatunnafingah, dkk (2018:29) Modul digital


merupakan alternatif dari bahan ajar yang menarik karena bukan materi
dan gambar saja yang dapat dimuat, tetapi juga audio dan video yang
sesuai dengan materi pembelajaran. Modul digital merupakan hasil
rancangan dari pendidik yang akan digunakan sebagai bahan ajar oleh
peserta didik. Modul digital dapat didesain sedemikian rupa agar menarik,
dan ini merupakan perbedaan dengan modul cetak yang biasanya tidak
berwarna sehingga gambar kurang jelas.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa modul digital

adalah bahan ajar berbasis elektronik atau digital yang berisikan materi

menarik yang dapat memuat audio dan video agar melatih peserta didik

belajar mandiri saat proses pembelajaran daring atau online.

17
b. Manfaat Modul Digital

Sementara itu, manfaat menurut Najuah, dkk (2020:12) tentang

pendapat Nasution (2006) menyampaikan bahwa manfaat yang diperoleh

dari penggunaan modul adalah :

1) Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga


peserta didik dapat mengetahui hasil belajarnya.
2) Peserta didik mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi
dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
3) Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik dan
dapat dicapai oleh peserta didik. Dengan begitu, usaha peserta didik
untuk mencapainya dapat terarah dengan segera.
4) Pembelajaran yang membimbing peserta didik untuk mencapai sukses
melalui langkah-langkah yang teratur akan menimbulkan motivasi
yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.
5) Modul dapat disesuaikan dengan perbedaan peserta didik, seperti
perbedaan antara kecepatan dan cara belajar.
6) Modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa
persaingan di kalangan peserta didik, sebab semua dapat mencapai
hasil tertinggi. Dengan sendirinya, jalan kearah kerjasama akan lebih
terbuka.
7) Modul dengan sengaja memberi kesempatan untuk remedial, yakni
memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan peserta didik
yang segera dapat ditemukan sendiri oleh peserta didik berdasarkan
evaluasi yang diberikan secara individu.

Dari pendapat Najuah, dkk diatas dapat dikatakan bahwa manfaat

modul digital terdiri dari 7 manfaat dimana manfaat memberikan umpan

balik yang baik kepada peserta didik dan pendidik saat proses

pembelajaran. Modul dapat menyesuaikan kepentingan dan kebutuhan

pemahaman peserta didik dan dapat membantu pendidik dalam proses

pembelajaran.

18
c. Kelebihan dan Kekurangan Modul Digital

Menurut Hutahaean, dkk (2018:303) E-module interaktif menjadi

salah satu bukti dari pengaruh Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Pendidikan Pascasarjana UNIMED ISBN : 978-623-92913-0-3 303

perkembangan IPTEK terhadap bidang pendidikan, yang menggeser media

cetak menjadi media digital.

1) Dampak Positif Penggunaan E-module Interaktif sebagai Media


Pembelajaran
a) Memungkinkan peserta didik mengakses informasi berbasis
multimedia dalam bentuk audio, video, gambar, ataupun animasi.
b) Meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik.
c) Menyediakan pengalaman belajar yang manipulatif yang tidak
tersedia di lingkungan kelas yang normal
d) Memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan media
berdasarkan umpan balik aktivitas yang mereka lakukan untuk
meningkatkan keterampilan
e) Memotivasi peserta didik dengan memberikan pengalaman
belajar yang mendalam dan transfer pengetahuan antar peserta
didik
f) Tidak memandang perbedaan suku agama ras dan antar golongan
g) Peserta didik bebas berekspresi, terutama bagi peserta didik yang
pemalu karena lebih nyaman ketika memiliki ruang dan waktu
sendiri menggunakannya
h) Dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

2) Dampak Negatif Penggunaan E-module Interaktif sebagai Media


Pembelajaran
a) Memakan waktu yang lama bagi peserta didik pemula yang
belum mengenal perangkat digital
b) Media pembelajaran lain yang memerlukan komunikasi tatap
muka berkurang, karena komunikasi berjalan secara elektronik
c) Adanya kemungkinan masalah teknis karena banyak perangkat
lunak yang diperlukan untuk mengoperasikannya
d) Kemampuan komputer atau smartphone mempengaruhi kecepatan
mengakses secara efisien.

Dari pendapat Hutahaean menganai kelebihan dan kekurangan

modul digital di atas dapat dikatakan bahwa banyak kelebihan yang akan

19
didapatkan peserta didik yaitu dapat meningkatkan motivasi dan minat

belajar peserta didik dari modul digital yang menarik dan sebagai media

pembelajaran yang memiliki fungsi baik untuk pengalaman belajar yang

menyenangkan. Sedangkan kekurangan modul digital dapat

memungkinkan peserta didik membutuhkan waktu lama dalam mengenal

dan memahami perangkat digital yang digunakan tersebut, dan peserta

didik akan menjadi canggung saat pembelajaran tatap muka karena sering

belajar mandiri dirumah dengan menggunakan media berbasis digital.

d. Pengembangan Modul Digital dengan Book Creator

1) Pengertian Book Creator

Menurut Puspitasari dkk, (2020:312) tentang pendapat Towner


& Carrera (2019) di dalam buku yang dibuatnya di Book Creator juga
menjelaskan bahwa Book Creator dapat mendukung pelajar yang
belajar bahasa asing. Book Creator menjadi suatu aplikasi yang tepat
untuk pembelajaran bahasa asing karena mendukung 4 domain dalam
pembelajaran bahasa yakni, membaca, menulis, berbicara dan
menyimak. Book Creator juga memberi pemelajar suatu materi yang
dapat dikreasikan sesuai dengan tingkat kemahiran berbahasa mereka.
Setiap anak dapat membuat buku yang menunjukkan pemikiran dan
pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka dan menyisipkan
konsep apa yang telah mereka pelajari di sekolah.

Menurut SMK Islam Dan Tekonologi Kota Tegal (2019) di


dalam profil sekolah yang berada di google, Book Creator adalah
"tool" sederhana untuk membuat sebuah buku atraktif. Mengapa
dikatakan atraktif karena biasanya sebuah buku hanya menampilkan
tulisan dan gambar, namun dengan tool ini kita tidak hanya bisa
mengampilkan gambar dan tulisan tetapi juga dapat menyisipkan
audio ataupun video.

Jadi dari para pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa

Book Creator adalah salah satu aplikasi media pembelajaran berbasis

20
digital yang di dalamnya dapat menyisipkan materi berupa gambar,

video dan suara yang menarik minat dan motivasi belajar siswa.

2) Langkah-Langkah Membuat Modul Digital dengan Book

Creator

Langkah-langkah membuat modul digital dengan Book

Creator menurut SMK Islam dan Teknologi Kota Tegal (2019),

Menggunakan tool ini sangatlah mudah, pertama pastikan komputer

atau laptop kita sudah terinstal Google chrome terlebih dulu.

Selanjutnya arahkan url pada address bar google chrome kita menuju

alamat https://app.bookcreator.com, unduh dan instal aplikasi

tersebut.

Untuk memulai membuat sebuah buku baru cukup mudah,

jalankan aplikasi Book Creator lalu klik ikon New Book yang ada di

pojok kanan atas. Selanjutnya kita dipersilahkan untuk memilih layout

buku kita apakah Portrait, Square, Landscape atau yang lainya tinggal

pilih sesuai keinginan kita. Jika sudah memilih layout silahkan

berkreasi untuk mendesain buku pelajaran dengan menekan tombol +.

Ada dua tabulasi disana tabulasi pertama yaitu Media dimana kita bisa

menyisipkan sebuah file audio, video melalui tombol Import.

Menggambil gambar dengan menggunakan camera di laptop kita

dengan menekan menu Camera. Menggambar dengan menggunakan

menu Pen. Menyalin teks dengan menggunakan menu Text serta

merekam suara dengan menggunakan menu Record.

21
Tabulasi kedua adalah tabulasi Shapes dimana menu ini

digunakan untuk menyisipkan bentuk gambar gambar yang tersedia di

dalamnya. Agar halaman buku kita tidak membosankan ketika dibaca

oleh peserta didik, coba kita tekan icon inspector (i) disamping logo +.

Disana akan ada banyak pilihan warna dasar untuk buku kita.

Jadi, langkah peneliti membuat modul digital di Google

chrome dengan cara online, dan peserta didik membaca modulnya

juga harus online. Karena, modul digital harus terhubung ke digital

atau terhubung dengan internet.

4. Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

PBL menurut Setyo, dkk (2020:18) tentang pendapat Wahyuning

(2015) yaitu “secara umum PBL dapat dijelaskan sebagai model

pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata bahan untuk

membelajarkan peserta didik dalam proses belajar, sehingga mampu

mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berfikir kritis secara

keterampilan memecahkan masalah”. Menurut Fatirul (2020:7) tentang

pendapat Newby (2000) “PBL yaitu dapat meningkatkan pemahaman dan

resitasi karena pembelajar diharuskan menyelesaikan masalah sehari-hari

dan menerapkan teori dan praktik, melibatkan level belajar yang lebih

tinggi, memberi kesempatan kepada pembelajaran untuk belajar dari

kesalahan, dan membangun tanggung jawab”. Sedangkan PBL menurut

Rosmiyati & Maiyendra (2019:102) adalah “model pembelajaran yang

22
dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang

membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki

model belajar sendiri serta memiliki kecakapan yang berpartisipasi dalam

tim”. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan yang sistematik

untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa Problem Based

Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran berbasis masalah yang

bercirikan adanya permasalahan dalam kehidupan nyata sebagai konteks

untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan

memecahkan masalah dalam memperoleh pengetahuan.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Menurut Muis (2019:24) pembelajaran berdasarkan masalah


mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Pengajuan masalah atau pertanyaan, yaitu mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang penting secara
sosial dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Mereka
menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi
jawaban-jawaban sederhana dan ada berbagai solusi yang kompetitif
untuk menyelesaikannya.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, yaitu memungkinkan
berpusat pada beberapa mata pelajaran (misalnya matematika, IPA,
dan ilmu-ilmu sosial, dan lain-lain).
3) Penyelidikan autentik, yaitu melakukan penyelidikan untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis, mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,
dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya, yaitu menuntut peserta
didik untuk menghasilkan produk tertentu.
Karakteristik di atas mirip dengan prinsip-prinsip umum
pembelajaran berdasarkan masalah menurut Muis (2019:25) tentang
pendapat Reigeluth & Cheilman yaitu :

23
1) Pilih masalah-masalah yang autentik dan sesuai dengan kurikulum,
baik satu disiplin ilmu maupun interdisipliner,
2) Peran pendidik adalah untuk mendorong pengembangan keterampilan
proses metakognisi peserta didik dan keahlian peserta didik sebagai
pemecah masalah,
3) Gunakan assesmen autentik untuk mengukur tujuan pembelajaran,
4) Gunakan pemantapan dan melalui aktivitas tanya jawab untuk
menggabungkan konsep yang diajarkan dari pengalaman.

Berdasarkan karakteristik di atas, PBL bertujuan membantu peserta

didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

menyelesaikan masalah secara mandiri dan mampu menjadi pelajar yang

bertanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah nyata.

c. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)

Menurut Nuraini, (2017:372) tentang pendapat Sanjaya keunggulan

PBL antara lain :

1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami

pelajaran,

2) PBL dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik,

3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran,

4) Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada peserta didik setiap mata

pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya

merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh

peserta didik, bukan hanya sekedar belajar dari pendidik atau buku-

buku saja,

5) PBL dianggap PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai

peserta didik,

24
6) PBL dapat mengem-bangkan kemampuan berpikir kritis,

7) PBL dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka milik dalam dunia nyata,

8) PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk belajar secara

terus-menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

d. Kelemahan Problem Based Learning (PBL)

Menurut Nuraini, (2017:372) tentang pandangan Sanjaya mengenai

kelemahan model PBL antara lain:

1) Peserta didik tidak mempunyai minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,

maka mereka akan merasa ragu untuk mencoba,

2) Keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu

untuk persiapan,

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

yang ingin mereka pelajari.

e. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)

Tahap-tahap PBL menurut Nuraini, (2017:372) tentang pendapat

Sugiyanto yang mengemukakan ada 5 tahap yang harus dilaksanakan

dalam PBL, yaitu:

1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik,

2) Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti,

25
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok,

4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil,

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

5. Modul Digital Berbasis Problem Based Learning (PBL) Menggunakan

Aplikasi Book Creator

Modul digital berbasis Problem Based Learning (PBL) ini berisi

materi pelajaran matematika mengenai relasi dan fungsi. Karena, sekarang

peserta didik banyak dituntut untuk belajar di rumah maka berbasis PBL yang

peneliti gunakan dalam memperagakan atau menampilkan modul digital

adalah peserta didik diberikan link website modul digital materi relasi dan

fungsi:https://read.bookcreator.com/TZgZkPfbctS9xPrp8Ia8vfNjVjC2/mkl7Yut

fQqeDblCyIBLk3g, di dalam modul tersebut sudah terdapat materi, penjelasan

materi, contoh soal beserta penjelasan videonya. Jadi, dimodul digital ini

pendidik tidak langsung memperagakan secara langsung kepada peserta didik

dalam suatu proses pembelajaran melainkan peserta didik diberikan materi dan

masalah melalui modul digital yang menarik agar peserta didik dapat

memahami materi dan tertarik dalam memecahkan masalah yang ada dalam

modul atau dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penjabaran di atas dijelaskan bahwa pengembangan

modul digital berbasis PBL menggunakan aplikasi Book Creator sangatlah

perlu dilakukan. Selain itu penggunaan modul digital yang menarik akan

memberikan minat dan motivasi belajar peserta didik semasa belajar di rumah.

26
B. Penelitian Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh :

1. Meridian Handayani (2019) dengan judul “Pengembangan Buku Saku

Berbasis PMRI pada Materi Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Negeri 2

Kota Solok”. Penelitian pada Buku Saku  berbasis PMRI ini memiliki

kriteria sangat valid dan dikembangkan sudah sangat praktis.

2. Nanda Diyah Rahmawati (2019) dengan judul “Pengembangan E-modul

Berbasis Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI SMA dengan

Model 4D”. Penelitian pada E-modul Berbasis Problem Based Learning

(PBL) ini memiliki kriteria sangat valid dan dapat meningkatkan

kemampuan berfikir kritis peserta didik.

3. Yuni Permata Sari (2020) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar

Relasi dan Fungsi Berbasis Android untuk Problem Based Learning

Peserta didik Kelas VII”. Penelitian pada Bahan ajar berbasis Android

untuk Problem Based Learning ini memiliki kriteria sangat valid dan

praktis yang dikembangkan terhadap aktivitas dan minat belajar peserta

didik.

Perbedaan antara penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian

tersebut adalah :

1. Media pembelajaran penelitian Meridian berbeda dengan media

pembelajaran yang dikembangkan peneliti yaitu modul digital berbasis

PBL menggunakan aplikasi Book Creator pada materi relasi dan fungsi.

27
2. Materi pembelajaran penelitian Nanda Diyah Rahmawati berbeda dengan

materi pembelajaran yang dikembangkan peneliti yaitu materi relasi dan

fungsi dengan pengembangan media pembelajaran yang sama yaitu E-

modul atau modul digital berbasis Problem Based Learning.

3. Media pembelajaran penelitian Yuni Permata Sari berbeda yaitu peneliti

mengembangkan modul digital berbasis PBL dengan materi yang sama

dengan penelitian relevan Yuni Permata Sari yaitu relasi dan fungsi.

C. Kerangka Berpikir

Peserta didik diharapkan mampu belajar mandiri di rumah dan mampu

menemukan sendiri konsep dari pembelajaran matematika materi relasi dan fungsi

itu, sesuai dengan kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik untuk jauh lebih

aktif dalam proses pembelajaran daring maupun PTMT. Pada kurikulum 2013

pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan tempat mengecek kebenaran dari

apa yang telah mereka temukan.

Solusi yang ditawarkan oleh peneliti adalah pengembangan Modul Digital

Berbasis Problem Based Learning (PBL) Menggunakan Aplikasi Book Creator,

dimana berbasis PBL ini sangatlah membantu peserta didik dalam menemukan

konsep-konsep pada permasalahan yang diberikan saat pembelajaran. Problem

Based Learning (PBL) membimbing peserta didik menemukan konsep dari

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari pada media atau peragaan yang

diberikan oleh pendidik selama proses pembelajaran. Modul digital ini kemudian

akan diujikan kevalidan dan kepraktisannya. Setelah itu, akan diuji cobakan pada

28
sekolah yang telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut:

Permasalahan yang
ditemukan

1. Kurangnya minat dan motivasi belajar peserta didik saat


pembelajaran daring dan PTMT disekolah dan terhadap
buku paket yang sulit dipahami.
2. Buku paket pegangan siswa soal dan materi didalamnya
menggunakan bahasa yang sulit dipahami.

Solusi

Modul Digital Berbasis PBL menggunakan


Aplikasi Book Creator

Analisis :
1. Minimnya penggunaaan media pembelajaran saat
daring dan PTMT.
2. Peserta didik kurang tertarik dengan media
pembelajaran yang monoton.

Desain Produk :
1. Membuat rancangan produk
2. Membuat angket dan rancangan produk

29
Pembuatan Produk :
1. Mengembangkan produk modul digital relasi
dan fungsi.
2. Validasi ahli materi dan media.

Ujicoba Produk :
Angket respon peserta didik dan Angket
respon pendidik

Evaluasi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan

pengembangan (R&D). Metode penelitian dan pengembangan (R&D) menurut

Saputro (2017:8) tentang pendapat Sugiyono (2010) merupakan metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut. Menurut Saputro (2017:8) Research and

Development adalah pendekatan penelitian untuk menghasilkan suatu produk baru

atau menyempurnakan produk yang sudah ada. Produk yang peneliti kembangkan

bersifat analisis kebutuhan. Produk yang dihasilkan adalah modul pembelajaran

yang dapat dilihat dan dipelajari dimanapun, kapanpun dibutuhkan. Modul ini

bersifat elektronik yang difokuskan pada materi pokok Relasi dan Fungsi di

SMPN 2 Kota Solok.

B. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan

pembelajaran ini adalah model ADDIE yang terdiri dari lima tahapan, yakni

Analysis, Design, Development, Implementation,dan Evaluation. Menurut

Verdiana, dkk (2020:312) mengatakan bahwa salah satu fungsi ADDIE digunakan

adalah untuk menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur

program pelatihan yang efektif, dinamis, dan mendukung kinerja pelatihan itu

sendiri. ADDIE ditujukan untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif.

31
Menurut Verdiana, dkk (2020:313) tentang pendapat Gagne, dkk yang

menjelaskan dasar-dasar tahapan ADDIE secara terperinci dengan panduan

prosedural yang terperinci sebagai berikut:

1) Analysis (Analisis), mengidentifikasi masalah dan karakteristik peserta didik

dengan cara:

a. Pertama-tama menentukan kebutuhan akan instruksi pembelajaran yang

seperti apa untuk menyelesaikan masalah tersebut.

b. Melakukan analisis instruksional untuk menentukan target tujuan

pembelajaran dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

c. Menentukan keterampilan apa yang diharapkan dimiliki oleh peserta

didik yang masuk, dan yang akan berdampak pada pembelajaran dalam

kursus.

d. Analisis waktu yang tersedia dan seberapa banyak yang dapat dicapai

dalam periode waktu tersebut. Beberapa peneliti juga

merekomendasikan analisis konteks dan sumber daya yang tersedia.

2) Design (desain/perancangan), mendesain strategi-strategi pengajaran dan

menentukan aktivitas peserta didik dan penilaian, dengan cara :

a. Menerjemahkan sasaran kursus ke dalam hasil kinerja keseluruhan, dan

sasaran utama untuk setiap unit kursus.

b. Menentukan topik pengajaran atau unit yang akan dibahas dan beberapa

banyak waktu yang akan dihabiskan untuk masing-masing.

c. Menpendidiktkan unit yang berkaitan dengan tujuan kursus.

32
d. Memecahkan unit instruksi, identifikasi tujuan utama yang ingin

dicapai selama setiap unit.

e. Menentukan pelajaran dan kegiatan pembelajaran untuk setiap unit.

f. Mengembangkan spesifikasi untuk penilaian apa yang telah dipelajari

oleh peserta didik.

3) Development (pengembangan), membuat isi, penugasan, dan penilaian-

penilaian, dengan cara:

a. Membuat keputusan tentang jenis kegiatan dan materi pembelajaran.

b. Menyiapkan bahan konsep dan / atau kegiatan.

c. Mencoba materi dan kegiatan dengan anggota audiens target.

d. Merevisi, memperbaiki, dan memproduksi bahan dan kegiatan.

e. Menghasilkan pelatihan instruktur atau bahan tambahan.

4) Implementation (implementasi/eksekusi), membuat prototipe penilaian,

pelatihan pendidik, dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran,

dengan cara :

a. Menentukan pasar materi untuk diadopsi oleh instruktur dan pelajar

potensial.

b. Memberikan bantuan atau dukungan sesuai dengan kebutuhan.

5) Evaluation (evaluasi/umpan balik), penilaian formatif, yang mengukur hasil

belajar selama pembelajaran. Penilaian sumatif, yang mengukur hasil belajar

setelah selesai pembelajaran, dengan cara:

a. Menerapkan rencana untuk penilaian pelajar.

b. Melaksanakan rencana untuk evaluasi program.

33
c. Melaksanakan rencana untuk pemeliharaan dan

d. Revisi kursus.

Gambar 3.1 Model ADDIE

C. Subjek Uji Coba

Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui apakah media yang

dikembangkan layak digunakan atau tidak. Setelah produk divalidasi oleh ahli

media dan ahli materi, media pembelajaran Modul Digital di uji cobakan kepada

subjek penelitian yaitu peserta didik kelas 8.4 SMP Negeri 2 Kota Solok sebanyak

35 peserta didik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket. Menurut Sugiyono (2010:199) koesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Menurut Sandjaja &

Albertus (2006:151) Angket adalah cara pengumpulan data dengan

mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari

responden.

34
Jadi dapat dikatakan angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan sesuai

kebutuhan seorang peneliti yang diberikan kepada responden untuk dijawabnya.

Selain itu juga sangat efisien waktu untuk mengumpulkan data dalam kelas yang

luas dan memiliki peserta didik yang cukup banyak.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Angket respon ahli materi

Angket respon ahli materi ditujukan kepada dosen matematika, angket

ini berisi tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan materi dalam

media pembelajaran meliputi aspek pembelajaran, materi dan kebenaran

isi.

2. Angket ahli media

Angket ahli media berisi tentang aspek-aspek yang berhubungan

dengan media pembelajaran yang akan dihasilkan. Angket ahli media

menilai tentang kesederhanaan media, keterpaduan, keseimbangan,

bentuk, warna dan kemudahan pengoperasian.

3. Angket ahli bahasa

Angket ahli bahasa berisi tentang aspek-aspek yang berhubungan

dengan penggunaan bahasa dan ketepatan pemakaian bahasa dalam media

pembelajaran.

35
4. Angket respon pendidik

Angket respons pendidik berisi tentang aspek-aspek yang

berhubungan dengan ketepatan materi dalam media pembelajaran.

5. Angket respon peserta didik

Angket ini berisi poin-poin tentang aspek-aspek pembelajaran, materi,

desain tampilan dan pemograman.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran perbaikan

produk. Sedangkan data kuantitatif yaitu data dari ahli materi, ahli bahasa, ahli

media, respon pendidik dan respon peserta didik yang berupa pengisian lembar

angket.

1. Data Validitas

Digunakan skala likert untuk menganalisis angket dalam penelitian ini

yang nantinya akan dianalisis secara kualitatif.

Tabel 3.1 Skor Kategori Skala Likert

Skor
Pernyataan
SS S R TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Sumber : Di modifikasikan dari Syofian Siregar (2014:50)

Keterangan :

SS = Sangat setuju

S = Setuju

36
R = Ragu

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung presentase dari masing-

masing subjek angket sebagai berikut :

skor rata−rata
P= x 100 %
skor maksimal

Presentase yang diperoleh kemudian ditransformasikan kedalam kalimat

yang bersifat kualitatif. Menentukan kriteria dilakukan dengan cara :

Tabel 3.2 Range Presentase dan Kriteria Kualitatif

No Interval (I) Kriteria


1 80% <I≤ 100% Sangat Valid
2 60% <I≤ 80% Valid
3 40% <I≤ 60% Cukup
4 21% <I≤ 40% Tidak Valid
5 0% <I≤ 20% Sangat Tidak Valid
Sumber : Di modifikasikan dari Arikunto (2012:89)

Digunakan ketetapan sebagai indikator keberhasilan validasi ahli media

dan materi supaya memberikan makna dan pengambilan keputusan. Uji ahli

media, materi, materi dan bahasa. Hasil persentase setiap item dikatakan berhasil 

atau valid terletak pada rentang 60%-80% dan 80%-100% yaitu kriteria “sangat

valid” .

37
2. Data Praktikalitas

Menentukan kriteria praktikalitas dari analisis respon pendidik dan respon

peserta didik dilakukan dengan cara seperti Tabel 4. Pemberian nilai validitas

modul digital dilakukan dengan rumus.

skor rata−rata
Tingkat praktikalitas = x 100 %
skor maksimal

Tabel 3.3 Interval Presentase Kepraktisan Modul Digital Matematika

No Interval (I) Kriteria

1 80% <I≤ 100% Sangat Praktis

2 60% <I≤ 80% Praktis

3 40% <I≤ 60% Cukup Praktis

4 21% <I≤ 40% Tidak Praktis

5 0% <I≤ 20% Sangat Tidak Praktis

Sumber : Dimodifikasikan dari Arikanto (2012: 89)

38
DAFTAR RUJUKAN

Adel, Adevi Murni & Randi Ilham Zuhuri. Studi Penggunaan Model
Pembelajaran Cooperative Tipe Pair Share Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gunung Talang.
Universitas Mahaputra Muhammad Yamin. (Jurnal Theorems Vol.4, No.1)
Juni 2019.
Adhitya Rol Asmi, dkk. Pengembangan E-modul Berbasis Flip Book Maker
Materi Pendidikan Karakter untuk Pembelajaran Mata Kuliah Pancasila
MPK Universitas Sriwijaya. Universitas Sriwijaya: (Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial Vol. 27, No.1) Juni 2018.
Albertus Heriyanto, B. Sandjaja. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fahrurrozi and Hamdi, Syukrul. 2017. Metode Pembelajaran Matematika.
Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi Press.
Fatirul, Achmad Noor. 2020. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantuan Internet dan Gaya Kognitif terhadap Prestasi Belajar.
Surabaya: Jakad Media Publishing.
Hamid, Mustofa Abi., dkk. 2020. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Yayasan
Kita Menulis.
Hutahaean, Lidia Aprileny, dkk. Pemanfaatan E-module Interaktif Sebagai Media
Pembelajaran Di Era Digital. Universitas Sebelas Maret Surakarta:
(Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED
ISBN : 978-623-92913-0-3). 2018.
Khuluqo, I. E. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lefudin. 2017. Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi dengan Model
Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan
Metode Pembelajaran. Yogyakarta: DeePublish.
Lia, T. P., dan Woro, S. 2020. Kendala Pembelajaran Daring Selama Pandemic
Covid-19. Universitas Negeri Semarang: (Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana UNNES).

39
Muhammad Daut, S. Kemampuan Koneksi Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Universitas Islam Sumatera Utara: (Journal of Mathematics
Education and Science Vol. 2, No.1) Oktober 2016.
Muhimatunnafingah, dkk. Efektivitas Model Pembelajaran Mandiri Menggunakan
Modul Digital dan Modul Cetak Terhadap Hasil Belajar Sejarah Ditinjau
dari Minat Baca Siswa. Universitas Negeri Surakarta: (Jurnal Candi Vol.
18. No.2).
Muis, Muhammad. 2019. Model Pembelajaran Berbasis Masalah: Teori dan
Penerapannya. Jawa Timur: Caramedia Communication.
Najuah, dkk. 2020. Modul Elektronik : Prosedur Penyusunan dan Aplikasinya.
Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
Nuraini, Fivi. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD. Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga: (E-Jurnal Mitra Pendidikan Vol. 1, No. 4) Juni
2017.
Oktavinora, Rita dan Rena Sepria. Penerapan LKS Pada Metode Resitasi
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1
Hiliran Gumanti. Universitas Mahaputra Muhammad Yamin: (Theorems
Vol. 4, No.1) Juni 2019.
Pohan, A. E. 2020. Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah.
Jawa Tengah: CV Sarnu Untung.
Portal Sekolah SMK Islam dan Teknologi Kota Tegal. Home-Tutorial-Pembuatan
Media Ajar Dengan Book Creator. Diakses dari laman web pada tanggal 8
November 2021 dari :http://smkistektegal.sch.id/v2/berita/detail/pembuatan-
media-ajar-dengan-book-creator.
Puspitasari, Verdiana, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan
Model Diferensiasi Menggunakan Book Creator Untuk Pembelajaran Bipa
Di Kelas Yang Memiliki Kemampuan Beragam. Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan: (Jurnal Education and development Vol. 8, No.4)
November 2020.
Rosmiyati dan Ratna Maiyendra. Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik
Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas
VII SMP Negeri 4 Kota Solok. Universitas Mahaputra Muhammad Yamin:
(Jurnal Theorems Vol. 4, No. 1) Juni 2019.
Saputro, Budiyono. 2017. Manajemen Penelitian Pengembangan (Research &
Development) Bagi Penyusun Tesis dan Disertasi. Yogyakarta: Aswaja
Presindo.

40
Setyo, Arie Anang, dkk. 2020. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning:
Volume 1. Sorong: Yayasan Barcode.
Siregar. Syofian. 2014. Metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.
Sugiyono (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan RND. Bandung:
Alfabeta.
Sumiharsono, Rudy dan Hisbiyatul Hasanah. 2017. Media Pembelajaran : Buku
Bacaan Wajib Dosen, Guru dan Calon Pendidik. Jawa Timur: CV Pustaka
Abadi.
Syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.Yogya: Rineka Cipta
2 di dalam jurnal Kuncahyono. Pengembangan E-modul (Modul Digital)
dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah
Malang: (JMIE: Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education) Oktober 2018.

41

Anda mungkin juga menyukai