Nim : 12020221064
a. Filsafat
Kata filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Arab dengan istilah "Falsafah " dan
dalam bahasa Inggris dengan istilah "Philosophia" .Kata Philosophia terdiri atas kata Philein
yang berarti cinta (love ) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara
etimologi filsafat adalah cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam dalamnya .
Sedangkan secara terminologi, filsafat dalam pandangan Aristoteles ,ialah suatu ilmu
(pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu - ilmu
metafisika ,logika , estetika,logika,dan etika.
b. Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Pemakaian kata ini
dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah “science”. Science berasal dari bahasa
Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai
macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan
betul-betul terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Dalam filsafat ilmu ,kajian yang paling mendasar adalah tentang Ontologi ,
Epistemologi ,dan Aksiologi .
A. Ontologi
ontologi berdasarkan bahasa berasal dari bahasa Yunani, yaitu On (Ontos) merupakan ada
dan logos merupakan ilmu sehingga ontologi merupakan ilmu yang mengenai yang ada.
Ontologi menurut istilah merupakan ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality, baik berbentuk jasmani/konkret maupun rohani abstrak.Ontologi dalam filsafat
ilmu merupakan studi atau pengkajian mengenai sifat dasar ilmu yang memiliki arti, struktur,
dan prinsip ilmu. Ontologi filsafat sebagai cabang filsafat adalah ilmu apa, dari jenis dan struktur
dari objek, properti, peristiwa, proses, serta hubungan dalam setiap bidang realitas.Ontologi
dalam filsafat akan selalu berbicara tentang nilai atau hakikat ilmu.
1. Objek telaah Ontologi adalah ada,membahas tentang yang ada dimana maksudnya yang tidak
terikat oleh satu perwujudan tertentu.
2. Objek telaah Ontologi adalah realitas,yaitu sesuatu kenyataan yang selanjutnya menjurus pada
sesuatu kebenaran .
3. Objek telaah Ontologi adalah Substansi,maksudnya sesuatu objek dimana objek tersebut harus
ada suatu keterangan - keterangan untuk membenarkan kejadian.
5. Objek telaah Ontologi adalah tunggal,maksudnya yaitu satu dimana hanya dijadikan satu -
satunya sumber yang di jadikan objek tersebut .
6. Objek telaah Ontologi adalah Yang Jamak yaitu aliran yang tidak mengukur satu atau dua
substansi saja tetapi banyak substansi karena didalam aliran ini manusia tidak hanya terdiri dari
jasmani dan rohani tetapi juga tersusun atas api, tanah, udara yang menjadi unsur dari segala
wujud.
7. Objek telaah Ontologi adalah berubah.Bagi para filsafat tetap dan berubah ialah gejala yang
tertangkap indera,sedangkan arkhenya tetap.Kata tersebut bahwa pada dasarnya atas realistis itu
lebih bersifat materialistik .
Ontologi dalam hukum berbicara tentang hakikat ilmu atau nilainya.Dalam hal ini ontologi
berusaha untuk menentukan objeknya ,bagaimana kita dapat memahami wujud hukum itu yang
sesungguhnya (makna tertinggi) ,sementara kita hanya mempersoalkan harus "begini " dan harus
"begitu " ,tanpa melihat apa sesungguhnya dari objek hukum itu sendiri .Dengan kata lain filsafat
hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum itu secara filosofis.Dengan demikian objek filsafat
hukum adalah hukum ,dan objek tersebut di kaji secara mendalam sampai inti atau
dasarnya ,yang disebut sebagai hakikat .Ontologi filaafat hukum ,pada prinsipnya tidak
hanyaOntologi filsafat hukum, pada prinsipntnya tidak hanya melihat hukum sebagai objeknya
melainkan segala pola perilaku manusia, dasar dimana timbal balik hak dan kewajiban (manusia)
berperan, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya yang
berkemungkinan bersentuhan (perlindungan) dengan kewajiban negara, pemerintah dan
masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa titik tolak kajian ontologi dalam filsafat ilmu akan
mempersoalkan; apa objeknya, bagaimana hakekat dari keberadaan (wujud) objek tersebut, serta
bagaimana perhubungan objeknya terhadap jangkauan penalaran (pikiran) dan deteksi panca
indara manusia.
Hukum adat atau hukum kebiasaan adalah serangkaian aturan yang mengikat pada suatu
masyarakat yang tidak tertulis dan bersumber dari kebiasaan yang tumbuh dan berkembang pada
suatu masyarakat tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum secara turun temurun.
Ontologi hukum Islam adalah interelasi antara teks (nash/naqal), akal (ra’yu), dan realitas
yang hidup (waqā’i). Interelasi antara teks (nash), akal, dan realita, mempunyai dua bentuk
paradigma dalam sejarah hukum Islam.sebenarnya ada tiga unsur yang bermain dalam hukum
Islam, yaitu teks sebagai perwujudan dari wahyu Tuhan; akal atau nalar dari seorang mujtahid;
serta realitas yang hidup yang dihadapi, dimana hukum itu akan diterapkan.Ontologi dalam
hukum Islam berbicara tentang bagaimana nilai atau hakikat dalam hukum Islam itu sendiri.
Puasa adalah adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu.
B.Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasardasarnya, serta pertanggungjawaban
atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologis membahas tentang
terjadinya dan kesahihan atau kebenaran ilmu. Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia
berhubungan satu sama lain dan tolok ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda.
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan
bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model
filsafat. Dengan pengertian ini, epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan,
bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal yang dianggap patut diterima dan apa yang patut
ditolak.
Dengan hukum adat kita dapat memahami budaya hukum di Nusantara dan juga dapat
mengetahui hukum adat mana yang tidak relavan lagi dengan perubahan zaman dan hukum adat
mana yang dapat mendekati keseragaman yang bisa di berlakukan ,karena hukum adat menurut
kebiasaan mayarakat Indonesia memiliki sanksi jika melanggarnya .
C. Aksiologi
Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa Yunani artinya
nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa aksiologi
adalah ‘ilmu tentang nilai’. aksiologi berarti teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.
1. Nilai
2. Etika
3. Estetika
Aksiologi dalam hukum yang menjadi objek kajian filsafat yaitu bagaimana manusia dalam
penerapan pengetahuan itu, dapat mengklasifikasinya, tujuan pengetahuan dan perkembangannya.
Aksilogi filsafat hukum akan mempersoalkan bagaiman hukum itu berfungsi secara ideal. Nilai,
azas dan norma (azas objektif hukum yang bersifat moral, Azas objektif hukum yang bersifat
Rasional, dan Azas subjektif hukum yang bersifat Moral dan Rasional) yang merupakan unsur-
unsur hukum.Nilai (value) merupakan salah satu cabang filsafat yaitu axiologi (filsafat nilai).
Secara nilai , Hukum adat merupakan suatu kebiasaan pada wilayah tertentu ,dimana kebiasaan
itu turun menurun akan berlaku ,dan apabila hukum itu di langgar akan mendapatkan
sanksi .Secara Estetika,hukum adat membuat seseorang patuh terhadap peraturan - peraturan
yang di buat dalam wilayah tertentu .Hukum tersebut harus dipatuhi guna menghargai dan
menjalankan perintah apa yg sudah di buat dalam hukum ada tersebut demi kebaikan .
b . Kaitan Aksilogi dengan Hukum Islam
Aksilogi dalam konteks hukum Islam, pembahasan nilai-nilai alam setiap penggalian,
pelaksanaan, dan perbuatan hukum harus selalu dikaitkan untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Dengan kata lain, nash-nash yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadis ketika
didialogkan dengan realitas yang hidup oleh seorang ahli hukum, diproyeksikan untuk
menggapai kebahagiaan,kesejahteraan,keadilan,kebebasan, dan lain sebagainya.
Secara Etika : dengan berpuasa akan membuat seseorang patuh terhadap perintah Allah dan
juga dengan berpuasa akan mendekatkan diri kepada Allah sebagai manusia yang bertakwa .
Secara estetika : Dalam berpuasa terdapat kebiasaan yang baik sebagai cerminan akhlak yang
mulia serta memberikan pendidikan moral dan suatu bentuk ibadah.