Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Metode squash atau pejetan merupakan suatu metode untuk mendapatkan

sediaan dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme

secara keseluruhan, sehingga diperoleh suatu sediaan yang tipis dan dapat diamati

di bawah mikroskop contohnya seperti pengamatan inti sel/kromosom dengan

tujuan untuk mengamati proses pembelahan sel/mitosis dan mempelajari fase-

fasenya (Abidin, 2014).

Preparat merupakan kaca berisi spesimen/objek penelitian yang diletakkan

pada permukaan gelas objek, dengan atau tanpa pewarnaan sehingga

memudahkan pengamat untuk identifikasi di bawah mikroskop. Proses pembuatan

sediaan meliputi sediaan utuh/keseluruhan (whole mount), gesek (smear), pejetan

(squash), serbuk sari (pollen), irisan (section), apus, rentang, maserasi, dan

lainlain (Abidin, 2014).

Sediaan mitosis dengan metode squash merupakan hal yang paling

penting, karena dengan sediaan tersebut dapat dilakukan pengamatan mitosis sel.

Proses pembuatan sediaan meliputi beberapa tahap, salah satunya pemulasan.

Pemulasan pada preparat merupakan syarat penting yang bertujuan untuk

menentukan kualitas preparat, sehingga unsur-unsur jaringan/selnya terlihat

kontras dan jelas dibawah mikroskop (Aristya,2015).

Zat warna yang umum digunakan dalam pemulasan inti sel/kromosom

pada preparat mitosis yaitu safranin dan hematoksilin. Secara nyata, kedua zat

tersebut merupakan zat warna sintetik yang mampu mewarnai kromatin terutama
untuk kromosom ujung akar Allium cepa, sehingga akan tampak jelas dibawah

mikroskop (Abidin, 2014).

Secara umum safranin memiliki kelemahan diantaranya penyimpanannya

yang sulit (tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama), mudah rusak,

dan bersifat karsinogenik. Dilihat dari kekurangan tersebut maka perlu adanya

alternatif penggunaan pewarna yang terbuat dari bahan tumbuhan/nabati yang

mudah diperoleh dan memiliki fungsi yang sama seperti safranin serta aman untuk

mengurangi masalah yang ditimbulkan, karena salah satu karakterisik zat warna

ideal yakni tidak toksik dan tidak karsinogenik (Paryanto, 2012).


Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tentang

Metode Squash

Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Sitogenetika

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan Sebagai bahan

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Metode pemencetan (squash) adalah suatu metode yang dilakukan dengan

cara memencet suatu potongan jaringan sehingga didapat suatu preparat yang

tipis dan dapat diamati di bawah mikroskop. pembuatan preparat untuk metode

squashdilakukan melaui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi

pengumpulan akar, praperlakuan, fiksasi, hidrolisis atau maserasi dan

pewarnaan, pemencetan (squashing) (Winarto 2011).

Metode squash merupakan metode pembuatan preparat mikroteknik yang

bertujuan untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memejet sebuah objek di

atas kaca preparat. Dalam proses pembuatan preparat metode squash dilakukan

melalui berbagai modifikasi metode (Fathurrahman,2016).

Tujuan pembuatan preparat dengan metode squash adalah untuk membuat

dan mengamati tahapan-tahapan pembelahan sel mitosis dan meiosis yang

terdapat pada ujung akar tumbuhanPembuatan preparat squash diupayakan untuk

dilakukan proses pemotongan ujung akar di waktu yang tepat sehingga

mendapatkan hasil tahapan-tahapan pembelahan sel dengan maksimal dan

lengkap dimulai dari tahap profase, metafase, anafase maupun telofase

(Fathurrahman,2016).

Seiring dengan kebutuhan preparat mikroteknik, maka perlu diupayakan

dalam peningkatan kualitas proses pembuatan preparat, misalnya dalam teknik

pewarnaan. Waktu perendaman yang tidak sesuai atau terlalu lama juga dapat

mengakibatkan warna preparat menjadi gelap dan semua jaringan dapat terwanai,

sehingga tidak dapat mengamati atau membedakan jaringan yang menjadi target

amatan (wahyuni,2015).
Preparat dikatakan tergolong dalam katagori baik, apabila tingkat

kejernihan baik, kualitas warna baik, keutuhan bagian anggota jaringan preparat

atau sediaan utuh. Kualitas preparat yang baik juga mengetahui kejelasan pada

anatomi jaringan yang dapat diamati serta kejelasan warna preparat yang

mewarnai jaringan atau sel ketika dilihat menggunakan mikroskop

(Susanto, mahmudati, & rofieq, 2017).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilakukan secara daring di Jl. Serdang No.131

Perbaungan dengan menggunakan aplikasi Google Meet yang dilakukan pada hari

Jumat,08 Oktober 2021 pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai dengan

ketinggian ±103 mdpl.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop/hp yang

berfungsi sebagai alat untuk melakukan praktikum melalui Google Meet dan

untuk membuat laporan, pulpen dan buku sebagai alat untuk mencatat bahan

praktikum yang dijelaskan oleh asisten laboratorium.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah PPT yang

dishare oleh asisten laboratorium sebagai bahan ajar/materi praktikum, literatur

dan jurnal sebagai pedoman dalam membuat laporan praktikum.

Prosedur Praktikum

1. Diberikan link Google Meet untuk praktikum

2. Dilakukan pengarahan oleh asisten laboratorium

3. Dijelaskan materi praktikum oleh asisten laboratorium

4. Diadakan kuis dan dijawab masing- masing

5. Dilakukan pengabsenan oleh asisten laboratorium

6. Dilakukan pembuatan laporan praktikum


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan Mitosis pada Akar Bawang dengan Metode Squash

No Gambar Keterangan

1
Ditumbuhkan akar (4-7 hari)
dengan meletakkan akar bawang
di daerah lembab atau di atas
air.

2
Diletakkan ujung akar bawang
pada larutan kolkisin 0,02%
selama 1-2 jam.

Dibuang larutan kolkisin dan


diganti dengan larutan carnoys
untuk mempertahankan kondisi
sel.

3 Diganti larutan carnoys dengan


alkohol 70% jika tidak ingin
langsung mengamati.
Jika ingin langsung diamati
disimpan di alkohol 70%.

4 Dilakukan perlakuan maserasi


sehingga pembelahan mitosis
mudah diamati.

Diletakkan potongan akar di


atas object glass dan dipanaskan
di atas bunsen.

5 Diserap sisa HCl dan diberi


pewarna acetoorcein 2%.
Setelah 45 menit, sisa
acetoorcein dibersihkan dengan
asam asetat 45%.
6. Dibersihkan sisa asam asetat,
ditutup dengan cover glass, dan
dilakukan pengamatan

Terjadi pembelahan mitosis


yaitu profase, metafase, anafase,
telofase.

Tahap Tahap Mitosis

NO. GAMBAR KETERANGAN

1. Tahapan Profase pada mitosis

2. Tahapan Metafase pada mitosis


3. Tahapan Anafase pada mitosis

4. Tahapan Telofase pada mitosis


Pembahasan

Metode squash atau pejetan yaitu suatu metode untuk mendapatkan

sediaan dengan cara memejet suatu potongan jaringan. Hal ini sesuai dengan

literatur Winarto (2011) yang menyatakan bahwa Metode pemencetan (squash)

adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara memencet suatu potongan

jaringan sehingga didapat suatu preparat yang tipis dan dapat diamati di bawah

mikroskop. pembuatan preparat untuk metode squashdilakukan melaui

beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi pengumpulan akar, praperlakuan,

fiksasi, hidrolisis atau maserasi dan pewarnaan, pemencetan (squashing).

Metode squash bertujuan untuk mendapatkan objek di atas kaca preparat.

Hal ini sesuai dengan literatur Fathurrahman (2016). yang menyatakan bahwa

Metode squash merupakan metode pembuatan preparat yang bertujuan untuk

mendapatkan suatu sediaan dengan cara memejet sebuah objek di atas kaca

preparat. Dalam proses pembuatan preparat metode squash dilakukan melalui

berbagai modifikasi metode.

Tujuan metode squash agar dapat mengamati tahap-tahap pembelahan sel

mitosis dan meiosis. Hal ini sesuai dengan literatur Fauziah (2015) yang

menyatakan bahwa Tujuan pembuatan preparat dengan metode squash adalah

untuk membuat dan mengamati tahapan-tahapan pembelahan sel mitosis dan

meiosis yang terdapat pada ujung akar tumbuhanPembuatan preparat squash

diupayakan untuk dilakukan proses pemotongan ujung akar di waktu yang tepat

sehingga mendapatkan hasil tahapan-tahapan pembelahan sel dengan maksimal

dan lengkap dimulai dari tahap profase, metafase, anafase maupun telofase.
Yang perlu di perhatikan dalam keberhasilan pembuatan preparat yaitu

seperti teknik pewarnaan. Hal ini sesuai dengan literatur Wahyuni (2015) yang

menyatakan bahwa Seiring dengan kebutuhan preparat , maka perlu diupayakan

dalam peningkatan kualitas proses pembuatan preparat, misalnya dalam teknik

pewarnaan. Waktu perendaman yang tidak sesuai atau terlalu lama juga dapat

mengakibatkan warna preparat menjadi gelap dan semua jaringan dapat terwanai,

sehingga tidak dapat mengamati atau membedakan jaringan yang menjadi target

amatan.

Faktor keberhasilan pembuatan preparat antara lain tingkat kejerniahan

baik. Hal ini sesuai dengan literatur Susanto, mahmudati, & rofieq (2017) yang

menyatakan bahwa Preparat dikatakan tergolong dalam katagori baik, apabila

tingkat kejernihan baik, kualitas warna baik, keutuhan bagian anggota jaringan

preparat atau sediaan utuh. Kualitas preparat yang baik juga mengetahui kejelasan

pada anatomi jaringan yang dapat diamati serta kejelasan warna preparat yang

mewarnai jaringan atau sel ketika dilihat menggunakan mikroskop


KESIMPULAN

1. Metode pemencetan (squash) adalah suatu metode yang dilakukan dengan

cara memencet suatu potongan jaringan sehingga dapat diamati di

bawah mikroskop.

2. Metode squash merupakan metode pembuatan preparat yang bertujuan

untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memejet sebuah objek di

atas kaca preparat.

3. Tujuan pembuatan preparat dengan metode squash adalah untuk membuat

dan mengamati tahapan-tahapan pembelahan sel mitosis dan meiosis.

4. Seiring dengan kebutuhan preparat , maka perlu diupayakan dalam

peningkatan kualitas proses pembuatan preparat, misalnya dalam teknik

pewarnaan.

5. Preparat dikatakan tergolong dalam katagori baik, apabila tingkat

kejernihan baik, kualitas warna baik, keutuhan bagian anggota jaringan

preparat atau sediaan utuh.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. Z. (2014). Studi Indeks Mitosis Bawang untuk Pembuatan Media


Pembelajaran Preparat Mitosis. Bioedu, 3(3), 571–579. Retrieved from
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu.

Aristya, (2015). Karakterisasi Kromosom Tumbuhan dan Hewan. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

Fathurrahman. (2016). Pengaruh Pemberian Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Tanaman Kedelai Hitam ( Glycine max ( L .) merr ). Jurnal
Dinamika Pertanian, 32(1), 21–26.

Paryanto, Purwanto, A., Kwartiningsih, E., dan Mastuti, E. 2012. Pembuatan Zat
warna Alami dalam Bentuk Serbuk untuk Mendukung Industri Batik di
Indonesia. Jurnal Rekayasa Proses, 6(1): 26-29.

Susanto, C.P., Mahmudati, N. & Rofieq, A. (2017). Perbandingan ciri 80


mikroskopis jaringan trakea pada beberapa varietas batang bunga mawar
melalui metode preparat maserasi dan SEM (dikembangkan menjadi media
buku saku siswa biologi kelas XI SMA). skripsi. Malang Universitas
Muhammadiyah Malang. Retrieved from http://eprints.umm.ac.id/20850/

Wahyuni, Sri. 2015. Identifikasi Preparat Gosok Tulang (Bone) Berdasarkan


Teknik Pewarnaan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015,
yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang, tema: “Peran Biologi dan Pendidikan Biologi
dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”21 Maret
2015. Malang.

Winarto, 2011. Pewarnaan kromosom dan pemanfaatannya dalam Penentuan


Tingkat Ploidi Eksplan Hasil Dari Kultur Anther.

Anda mungkin juga menyukai