Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Kedokteran Hewan Surya Agus Prihatno, dkk

ISSN : 1978-225X

PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA SAPI PERAH YANG


MENGALAMI KAWIN BERULANG
Blood Biochemical Profile in Repeat Breeding Dairy Cows

Surya Agus Prihatno1, Asmarani Kusumawati1, Ni Wayan Kurniani Karja2, dan Bambang Sumiarto3
1
Bagian Reproduksi dan Obstetri Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, Bogor
3
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
E-mail: prihatno@ugm.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil biokimia darah pada sapi perah yang mengalami kawin berulang. Sapi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dua puluh ekor sapi perah peranakan Friesian Holstein, berumur 3-8 tahun sudah pernah beranak minimal satu kali,
mempunyai siklus reproduksi normal, dan kondisi tubuh sehat. Seluruh sapi dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 10
ekor sapi. Kelompok I adalah sapi fertil sedangkan kelompok II adalah sapi yang telah diinseminasi lebih dari tiga kali tetapi belum atau tidak
bunting. Profil biokimia darah yang diukur adalah kadar total protein, total kolesterol, glukosa, dan kalsium. Data dianalisis menggunakan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total protein; total kolesterol; glukosa; dan kalsium pada kelompok I vs kelompok II masing-masing adalah
6,77±0,38 vs 6,82±0,821 g/dl (P>0,05); 166,08±37,06 vs 125,95±38,108 mg/dl (P<0,05); 68,40±9,60 vs 48,58±6,675 mg/dl (P<0,01); dan
9,90±1,43 vs 9,23±0,94 mg/dl (P>0,05). Disimpulkan bahwa sapi-sapi perah yang mengalami kawin berulang mempunyai total kolesterol dan
kadar glukosa yang lebih rendah dibanding sapi-sapi perah yang fertil.

Kata kunci: kawin berulang, total protein, total kolesterol, glukosa, kalsium

ABSTRACT

This research aimed to determine blood biochemical profile of repeat breeding dairy cows. Twenty Friesian Holstein cross breed with the
age of 3-8 years old, have birth at least once, normal reproductive cycle, and in a healthy condition were divided in to two groups. Group I
consist of 10 fertile cows and group II consist of cows which were inseminated more than 3 times with fertile and non fertile sperm. The
concentration of total protein, total cholesterol, glucose, and calcium in blood serum from fertile and repeated breeding cows were calculated.
The data was analyzed by t-test statistics. The result showed that blood biochemical profile of repeated breeding cows such as total protein, total
cholesterol, glucose and calcium were 6.82±0.821 g/dl, 125.95±38.108 mg/dl, 48.58±6.675 mg/dl, and 9.23±0.94 mg/dl, respectively. Profiles of
fertile cows were 6.77±0.38 g/dl, 166.08±37.06 mg/dl, 68.40±9.60 mg/dl, and 9.90±1.43 mg/dl, respectively. The t-test analysis showed that the
total cholesterol of repeated breeding cows was significantly lower (P<0.05) and glucose concentration was very significantly lower (P<0.01)
than the fertile one. In conclusion, dairy cows with repeated breeding case had lower cholesterol total and glucose concentration than fertile one.

Key words: repeat breeding, cholesterol total, glucose, calcium

PENDAHULUAN Selain itu, defisiensi nutrisi juga menyebabkan aktivitas


ovarium tidak optimal, gangguan hormon, dan skor
Permasalahan reproduksi yang sering terjadi pada kondisi tubuh yang rendah, menyebabkan calving
sapi perah di Indonesia adalah rendahnya efisiensi interval panjang, yang pada akhirnya menyebabkan
reproduksi. Rendahnya efisiensi reproduksi mengindi- kawin berulang.
kasikan adanya gangguan reproduksi. Salah satu gejala Rendahnya kadar glukosa dalam serum pada sapi,
gangguan reproduksi adalah kejadian kawin berulang. selain dapat menghambat sintesis atau pelepasan
Kawin berulang adalah suatu keadaan sapi betina gonadothropin releasing hormone (GnRH) juga
mengalami kegagalan untuk bunting setelah menghambat pelepasan follicle stimulating hormone
dikawinkan tiga kali atau lebih dengan pejantan fertil (FSH) dan luteinizing hormone (LH), menyebabkan
tanpa adanya patologi pada traktus reproduksinya terhambatnya perkembangan folikel, ovum, estrogen,
(Båge et al., 2002). dan progesteron. Kekurangan nutrisi juga berdampak
Salah satu penyebab kawin berulang adalah pada kematian ovum, embrio, dan fetus karena tidak
kesalahan manajemen, terutama nutrisi (Fahey et al., cukupnya hormon steroid ovarium.
2002). Hubungan antara reproduksi dengan status Defisiensi kolesterol dapat mengakibatkan berahi
nutrisi pada sapi sangat erat kaitannya (Wettemann et tenang (silent estrus) atau berahi pendek (subestrus),
al., 2003). Kekurangan nutrisi telah dilaporkan sebagai memperpanjang masa anestrus, menurunkan angka
faktor utama yang menghambat sistem produksi sapi di kebuntingan, dan mendorong timbulnya anestrus pasca
daerah-daerah tropis. Kekurangan nutrisi atau masukan melahirkan (Hardjopranjoto, 1995). Kekurangan
nutrisi yang tidak cukup dapat berpengaruh langsung protein menyebabkan timbulnya berahi yang lemah,
terhadap efisiensi reproduksi (Salem et al., 2006), berahi tenang, anestrus, kawin berulang (repeat
seperti rendahnya kinerja reproduksi dan produktivitas. breeding), kematian embrio dini, absorbsi embrio yang

29
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 7 No. 1, Maret 2013

mati oleh dinding uterus, kelahiran anak yang lemah dalam tabung darah kemudian disimpan pada termos
atau kelahiran prematur (Bearden et al., 2004). es. Untuk selanjutnya dilakukan analisis darah di
Selain pengaruh nutrisi, defisiensi dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
ketidakseimbangan mineral juga berpengaruh terhadap Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM). Pemisahan
kawin berulang (Das et al., 2002), aktivitas ovarium, dan serum dilakukan dengan cara sentrifugasi dengan
rendahnya efisiensi reproduksi (Boland, 2003). Kalsium kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
mempunyai peranan penting dalam pengaturan proses
fisiologis dan biokimia yang mencakup eksitabilitas Pengukuran Kandungan Biokimia Serum Darah
neuromuskuler, koagulasi darah, proses sekresi, Pengukuran kandungan serum darah dilakukan
integritas membran serta transpor membran plasma, terhadap glukosa darah, total kolesterol, total protein,
reaksi enzim, pelepasan hormon dan neurotransmiter dan dan kalsium darah dengan menggunakan
kerja interseluler sejumlah hormon (Granner, 2003). spektrofotometer Microlab 300 di LPPT UGM. Data
Sumber utama kalsium bagi keperluan tubuh adalah dari hasil pemeriksaan yang terkumpul berupa kadar
pakan. Mineral ini diserap di dalam usus dari permukaan glukosa, total kolesterol, total protein, dan kalsium
mukosa oleh sel-sel yang terbentuk secara khusus dari dicatat dan dianalisis dengan t-test.
sekumpulan mikrovili kemudian memasuki sitoplasma
sel-sel usus (Cunningham et al., 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN
Laporan tentang profil darah sapi yang mengalami
kawin berulang di Indonesia masih sangat terbatas. Data hasil penelitian biokimia darah pada sapi perah
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui yang mengalami kawin berulang dan sapi yang normal
gambaran profil biokimia darah pada sapi perah yang disajikan pada Tabel 1.
mengalami kawin berulang sehingga dari hasil Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
penelitian ini diharapkan mendapat data dasar kadar total protein serum darah sapi yang kawin berulang
total protein, total kolesterol, glukosa, dan kalsium lebih rendah dibanding dengan sapi-sapi yang fertil,
dalam serum darah sapi perah yang mengalami kawin yaitu masing-masing adalah 6,77±0,38 dan 6,82±0,82
berulang yang dipelihara secara tradisional. g/dl, namun secara statistik tidak berbeda (P>0,05).
Idealnya, menurut Mitruka dan Rawnsley (1981),
MATERI DAN METODE konsentrasi total protein serum darah sapi perah adalah
7,56±0,50 g/dl. Menurut Ramakrishna (1996), kadar
Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi perah protein tidak berbeda secara signifikan antara sapi yang
peranakan Friesian Holstein (FH) yang berasal dari mempunyai siklus normal dengan kawin berulang.
daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Rendahnya konsentrasi total protein serum darah baik
berumur 3-8 tahun, sudah pernah beranak minimal satu pada sapi perah yang mengalami kawin berulang
kali, siklus reproduksinya normal, dan kondisi tubuh maupun yang fertil merupakan suatu pertanda bahwa
sehat. Sapi-sapi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok sapi-sapi perah tersebut kekurangan protein dalam
yaitu kelompok I terdiri atas 10 ekor sapi fertil dan ransumnya yang mungkin disebabkan oleh defisiensi
kelompok II adalah kelompok sapi yang telah asam amino yang berfungsi untuk biosintesis
diinseminasi lebih dari tiga kali tetapi gagal menjadi gonadotropin dan hormon gonadal (Khan et al., 2010).
bunting. Sapi-sapi tersebut diberi ransum pakan yang Kolesterol ialah suatu zat lemak yang beredar di
sama dengan bahan pakan penyusun ransum terdiri atas dalam darah dan diproduksi oleh hati (Murray et al.,
campuran rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total
konsentrat yang terdiri atas bekatul, gaplek, ampas kolesterol pada sapi yang mengalami kawin berulang
kecap, pollard, kulit ketela, kulit kacang, tetes tebu, lebih rendah dibanding sapi yang fertil (P<0,05).
ampas tahu, bungkil kopra, dan kulit kopi. Menurut Murray et al. (2003), kolesterol juga
merupakan unsur penting dalam membran plasma,
Pengambilan Sampel Darah yakni kolesterol merupakan senyawa induk bagi semua
Sampel darah diambil lima jam sebelum diberi steroid lainnya yang disintesis dalam tubuh seperti
pakan melalui vena jugularis sebanyak 10 ml hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D,
menggunakan spuit ukuran 10 ml, dimasukkan ke dan asam empedu. Rendahnya total kolesterol pada sapi

Tabel 1. Hasil uji biokimiawi darah pada sapi peranakan Friesian Holstein yang mengalami kawin berulang dan sapi normal

Kawin Berulang Normal


Uji Biokimiawi Darah
(n = 10) (n = 10)
Total protein (g/dl) 6,77±0,38 6,82±0,82
Total kolesterol (mg/dl) 124,59±34,73a 166,08±37,06b
Glukosa (mg/dl) 48,58±6,68d 68,40±9,60e
Kalsium (mg/dl) 9,23±0,94 9,90±1,43
a,b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
c,d
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

30
Jurnal Kedokteran Hewan Surya Agus Prihatno, dkk

yang mengalami kawin berulang bisa juga diakibatkan KESIMPULAN


rendahnya lemak dalam ransum pakan dan
memengaruhi proses reproduksi. Sapi-sapi yang Sapi-sapi perah yang mengalami kawin berulang
kekurangan lemak dalam ransumnya dapat menekan mempunyai total kolesterol dan kadar glukosa yang
berahi dan ovulasi atau mengurangi jumlah sel telur lebih rendah dibanding sapi-sapi perah yang fertil.
yang diovulasikan. Kekurangan lemak pada sapi betina
dapat diikuti oleh berahi tenang (silent heat) atau berahi DAFTAR PUSTAKA
pendek (subestrus), memperpanjang masa anestrus,
atau kawin berulang (Hardjopranjoto, 1995). Arthur, G.H., E.N. David, and H. Pearson. 2001. Veterinary
Reproduction and Obstetrics. 8th ed. Bailliere Tindall,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi
London.
kadar glukosa pada serum darah sapi-sapi yang Båge, R., H. Gustafsson, B. Larsson, M. Forsberg, and H.
mengalami kawin berulang lebih rendah secara sangat Rodríguez-Martínez. 2002. Repeat breeding in dairy heifers:
nyata (P<0,01) dibanding sapi-sapi yang fertil yaitu Follicular dynamics and oestrous cycle characteristics in
relation to sexual hormone patterns. Theriogenology 57:2257-
masing-masing sekitar 48,58±6,675 dan 68,40± 9,60
2269.
mg/dl. Rendahnya kadar serum glukosa pada sapi yang Bearden, H.J., J.W. Fuquay, and S.T. Willard. 2004. Applied
mengalami kawin berulang menandakan rendahnya Animal Reproduction. 6th ed. Pearson Prentice Hall, USA.
energi (karbohidrat) dalam ransum. Penelitian ini Boland M.P. 2003. Trace minerals in production and reproduction
in dairy cows. Adv. Dairy Technol. 15:319-330.
mendukung pendapat Chandrahar et al. (2003), bahwa
Cunningham, M., M.A. Latour, and A. Duane. 2005. Animal
sapi perah yang mengalami kawin berulang mempunyai Science and Industry. 7th ed. Pearson and Prentice Hall, New
kadar glukosa serum darah yang sangat rendah. Jersey.
Glukosa adalah salah satu substrat metabolisme Chandrahar, D., R.P. Tiwari, M.K. Awasthi, and G.K. Dutta. 2003.
Serum biochemical profile of repeat breeder cows. Indian J.
paling utama yang diperlukan untuk fungsi yang
Anim Reprod. 24:125-127.
sesuai dengan proses reproduktif pada sapi. Rendahnya Das, S., S.K. Bandopadhya, S. Basu, B.B. Ghosh, and R.
kadar serum glukosa selain dapat menyebabkan Dattagupta. 2002. Blood mineral profile of normal cyclic and
tingginya konsentrasi non esterified fatty acids (NEFA) repeat breeder crossbred cows under rural condition. Indian J.
Anim. Reprod. 23:167-169.
yang mempunyai efek toksik terhadap folikel, oosit,
Fahey, J., K. O’Sullivan, J. Crilly, and J.F. Mee. 2002. The effect
embrio, dan fetus (Arthur et al., 2001), dan of feeding and management practices on calving rate in dairy
menurunnya sekresi GnRH oleh hipotalamus (Murray herds. Anim. Reprod. Sci. 74:133-150.
et al., 2003). Penurunan GnRH menghambat sintesis Granner, D.K. 2003. Hormon yang Mengatur Metabolisme
Kalsium. Dalam Biokimia Harper. Murray, R.K., D.K.
FSH dan LH dan menyebabkan terjadinya kawin
Granner, P.A. Mayes, dan V.W. Rodwell (eds.). EGC Penerbit
berulang (Mulligan et al., 2006) Buku Kedokteran, Jakarta.
Kadar kalsium pada sapi perah yang mengalami Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak.
kawin berulang menunjukkan lebih rendah namun tidak Airlangga University Press, Surabaya.
Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2000. Reproductive Failure in
berbeda secara signifikan (P>0,05). Rendahnya kalsium
Females. In Reproduction in Farm Animal. Hafez E.S.E
dalam serum darah selain menyebabkan gangguan (Ed.) 7th ed. Lea and Fabiger, Philadelphia.
biosintesis steroid di dalam glandula adrenalis dan Khan, S., A. Thangavel, and S. Selvasubramaniyan. 2010. Blood
ovarium (Seifi et al., 2005) dan menurunkan fungsi otot biochemical profile in repeat breeding cows. Tamilnadu J.
Vet. Anim. Sci. 4:90-102.
polos, terutama otot polos gastrointestinal dan uterus.
McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenalgh. 1988. Animal
Akibatnya adalah penurunan penyerapan nutrisi dan Nutrition. 4th ed. Longman Scientific and Technical, USA.
rendahnya kontraksi uterus, yang menyebabkan Mitruka, B.M. dan H.M. Rawnsley. 1981. Clinical Biochemical
menurunnya efisiensi reproduksi dan menghasilkan and Hematological Reference Values in Normal
Experimental Animals and Normal Humans. 2nd ed. Year
kawin berulang.
Book Medical Publishers Inc., Chicago.
Rendahnya profil biokimia serum darah terutama Mulligan, F.J., L. O’Grady, D.A. Rice, and M.L. Doherty. 2006.
total kolesterol, kadar glukosa darah, dan kalsium Nutrition and fertility in dairy cows. Irish Vet. J. 60:15-20.
tersebut menandakan rendahnya nutrisi dalam ransum Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, dan V.W. Rodwell.
2003. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Penerbit Buku
yang diberikan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kedokteran EGC, Jakarta.
Kondisi yang demikian jelas sangat berpengaruh pada Ramakrishna, K.V. 1996. Microbial and biochemical profile in
sistem reproduksi. McDonald et al. (1988), menyatakan repeat breeder cows. Indian. J. Anim. Reprod. 17:30-32.
kekurangan nutrisi dapat menyebabkan problem Salem, M.B., M. Djemali, C. Kayouli, and A. Majdoub. 2006. A
review of environmental and management factors affecting the
kesehatan dan problem reproduksi yang serius.
reproductive performance of Holstein-Friesian dairy herds in
Kekurangan nutrisi dalam ransum dapat mempengaruhi Tunisia. Livestock Research for Rural Developm. 18(4):123-
proses ovulasi dan pembuahan, mempengaruhi 129.
perkembangan embrio dan fetus di dalam uterus, Seifi, H.A., N. Farzaneh, and M. Mohri. 2005. Relationships
between fertility serum calcium and inorganic phosphorus in
sehingga dapat diikuti kematian embrio dan penyerapan
dairy cow. Iranian J. Vet. Research.06: 02.
embrio oleh dinding uterus, abortus atau kelahiran anak Wettemann, R.P., C.A. Lents, N.H. Ciccioli, F.J. White, and I.
yang lemah dan kematian neonatal (Jainudeen dan Rubio. 2003. Nutritional and suckling-mediated anovulation in
Hafez, 2000; Bearden et al., 2004). beef cows. J. Anim. Sci. 81 (E. Suppl. 2): E48-E59.

31

Anda mungkin juga menyukai