Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SISTEM EKONOMI INDONESIA


PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL,
DEMOKRASI TERPIMPIN
DAN ORDE BARU (1950-1998)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir


Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Guru Pembimbing : Gemina Zeiva, S.Pd.

Oleh:

1. Kevin Hezekiel Hutagaol (0043111551)


2. Johannes Sabattino Tambunan (0036670339)
3. Elisabeth Rosmaida Br. Sinaga (0041650629)
4. Ayu Furwati (0041631837)

KELAS XII IPS 4


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MANDAU
KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Sistem
Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru”.

Ucapan terima kasih tim penulis sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan izin
dan doanya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Selanjutnya kepada
guru pembimbing Ibu Gemiza Zeiva, S.Pd. serta teman-teman yang telah bekerja sama serta
mendukung secara moril dan materil.

Melalui penulisan makalah ini, tim penulis menitikberatkan kepada bagaimana sistem
ekonomi serta Kebijakan yang dilakukan pada masa demokrasi liberal, demokrasi terpimpin dan
orde baru. Diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua, bagaimana
kehidupan masyarakat dan sistem ekonomi pada saat itu.

Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, karitik dan saran tim penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Duri, Februari 2022

Tim Penulis
ABSTRAK

Kami telah melakukan literasi dari berbagai dari berbagai sumber tentang tema , “Sistem
Ekonomi Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru
Tahun 1950-1988”. Jumat, 18 Februari 2022 dan Minggu 20 Februari 2022 pukul 16.00 di
rumah Ayu Furwati. Literasi ini bertujuan untuk menyelidiki dinamika perkembangan
Ekonomi pada masa Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru.
Demokrasi liberal atau demokrasi konstitusional adalah sistem politik yang menganut
kebebasan individu. Lahirnya demokrasi liberal dilatarbelakangi oleh usaha Bangsa
Indonesia memperbaiki jalan Negaranya yang kala itu benar-benar terbebas dari
gangguan Belanda karena bentuk negara serikat kala itu dirasa tidak cocok dengan
semangat persatuan rakyat Indonesia. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan sesuai dengan
UUD 1945. Lahirnya Demokrasi Terpimpin disebabkan karena sebelum Demokrasi
Terpimpin, pemerintahan tidak berjalan efektif, dimana partai-partai politik saling
bersaing dan berebut kepentingan. Demokrasi Terpimpin yang sudah dirintis pada 1957,
sebenarnya baru resmi berjalan sejak 1959, ketika Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden. Dekrit Presiden dikeluarkan karena ketidakstabilan pemerintah. Badan
Konstituante untuk menetapkan undang-undang baru untuk mengganti UUDS 1959. Orde
Baru merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang menggantikan zaman
sebelumnya didasarkan atas koreksi terhadap berbagai penyimpangan. Lahirnya Orde
Baru diawali dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden
Soekarno kepada Letjen Soeharto. Surat berisi instruksi presiden agar Letjen. Soeharto
sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka
menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan
negara Republik Indonesia. Manfaatnya adalah untuk menganalisis dan melakukan
penelitian sederhana tentang perkembangan perekonomian bangsa Indonesia pada Masa
Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru sehingga mampu menyajikan
dalam bentuk makalah ini.

Kata Kunci :
Ekonomi, Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, Orde Baru
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… ii
ABSTRAK ……………………………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 5
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 5
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan Makalah ……………………………………………………………… 7
1.4 Manfaat Makalah …………………………………………………………… 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………………… 8
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 12
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………………… 23
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 23
5.2 Saran …………………………………………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 25
DOKUMENTASI ……………………………………………………………………… 26
SOAL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………… 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu. Lahirnya


demokrasi liberal dilatarbelakangi oleh usaha Bangsa Indonesia memperbaiki jalan Negaranya
yang kala itu benar-benar terbebas dari gangguan Belanda karena bentuk negara serikat kala itu
dirasa tidak cocok dengan semangat persatuan rakyat Indonesia.

Masa kabinet kebanyakan hanya bertahan kurang lebih satu tahun. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan kepentingan antar partai yang ada. Sayangnya, perbedaan di antara
partai-partai tersebut tidaklah pernah dapat terselesaikan dengan baik.

Kekacauan politik yang ada pada masa demokrasi liberal membuat, kabinet telah
mengalami jatuh bangun, karena munculnya mosi tidak percaya dari partai relawan. Sehingga
banyak terjadi perdebatan dalam konstituante, yang sering menimbulkan suatu konflik
berkepanjangan, yang menghambat upaya pembangunan.

Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan sesuai dengan UUD 1945. Lahirnya Demokrasi Terpimpin
disebabkan karena sebelum Demokrasi Terpimpin, pemerintahan tidak berjalan efektif, dimana
partai-partai politik saling bersaing dan berebut kepentingan.

Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945, dimulailah pelaksanaan ekonomi terpimpin,


sebagai awal berlakunya herordering ekonomi. Dimana alat-alat produksi dan distribusi yang
vital harus dimiliki dan dikuasai oleh negara atau minimal di bawah pengawasan negara. Dengan
demikian peranan pemerintah dalam kebijakan dan kehidupan ekonomi nasional makin
menonjol. Pengaturan ekonomi berjalan dengan sistem komando. Sikap dan kemandirian
ekonomi (berdikari) menjadi dasar bagi kebijakan ekonomi.
Masalah pemilikan aset nasional oleh negara dan fungsi-fungsi politiknya ditempatkan
sebagai masalah strategis nasional. Kondisi ekonomi dan keuangan yang ditinggalkan dari masa
Demokrasi Liberal berusaha diperbaiki oleh Presiden Soekarno, namun kondisi ekonomi
semakin memburuk karena anggaran belanja negara setiap tahunnya terus meningkat tanpa
diimbangi dengan pendapatan negara yang memadai.

Orde Baru merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang menggantikan zaman


sebelumnya didasarkan atas koreksi terhadap berbagai penyimpangan. Lahirnya Orde Baru
diawali dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno
kepada Letjen Soeharto. Surat berisi instruksi presiden agar Letjen. Soeharto sebagai Menteri
Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan,
ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan rata – rata pertumbuhan sebesar 7% di bawah


pemerintahan orde baru yang dibuktikan dengan tingginya angka pembangunan dan berhasil
melakukan swasembada beras hingga Indonesia sempat dijuluki sebagai macan Asia. Namun
perekonomian Indonesia sangat rapuh karena pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan
landasan ekonomi yang mantap. Hal itu mengakibatkan pada krisis ekonomi dunia ekonomi
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan ekonomi sejak masa Demokrasi Liberal hingga Orde Baru?
2. Apa saja penyebab terjadinya krisis ekonomi dari masa Demokrasi Liberal sampai masa
Orde Baru?
3. Bagaimana upaya Pemerintah dalam mengatasi Krisis ekonomi pada masa Demokrasi
Liberal hingga masa Orde Baru?
1.3 Tujuan Makalah

Tujuan makalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui keadaan ekonomi pada masa Demokrasi Liberal hingga Orde Baru
2. Mengetahui penyebab terjadinya krisis ekonomi dari masa Demokrasi Liberal sampai
masa Orde Baru
3. Mengetahui upaya Pemerintah dalam mengatasi Krisis ekonomi dari masa Demokrasi
Liberal sampai masa Orde Baru

1.4 Manfaat Makalah

Makalah ini bermanfaat untuk:

1. Sebagai wacana keilmuan mengenai keadaan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi
Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru
2. Menambah literatur bagi kalangan akademis dalam mengkaji masalah keadaan ekonomi
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru
3. Sebagai upaya pemenuhan tugas Sejarah Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara ikut serta, baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

2.2 Liberal

Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu. Lahirnya


demokrasi liberal dilatarbelakangi oleh usaha Bangsa Indonesia memperbaiki jalan Negaranya
yang kala itu benar-benar terbebas dari gangguan Belanda karena bentuk negara serikat kala itu
dirasa tidak cocok dengan semangat persatuan rakyat Indonesia. Masa kabinet kebanyakan hanya
bertahan kurang lebih satu tahun. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antar
partai yang ada. Sayangnya, perbedaan di antara partai-partai tersebut tidaklah pernah dapat
terselesaikan dengan baik.

2.3 Terpimpin

Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan sesuai dengan UUD 1945. Demokrasi Terpimpin terbentuk dilatar
belakangi oleh kegagalan Konstituante dalam merumuskan konstitusi baru, dikeluarkannya
Dekrit Presiden 1959, serta kondisi politik nasional yang tidak stabil. Lahirnya Demokrasi
Terpimpin disebabkan karena sebelum Demokrasi Terpimpin, pemerintahan tidak berjalan
efektif, dimana partai-partai politik saling bersaing dan berebut kepentingan.
2.4 Orde Baru

Orde Baru merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang menggantikan zaman


sebelumnya didasarkan atas koreksi terhadap berbagai penyimpangan. Lahirnya Orde Baru
diawali dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno
kepada Letjen Soeharto. Surat berisi instruksi presiden agar Letjen. Soeharto sebagai Menteri
Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan,
ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.

2.5 Ekonomi

Ekonomi atau Perekonomian adalah serangkaian besar kegiatan produksi dan konsumsi
yang saling terkait yang membantu dalam menentukan bagaimana sumber daya yang langka
dialokasikan. Produksi dan konsumsi barang dan jasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang hidup dan beroperasi dalam perekonomian, yang juga disebut sebagai sistem
ekonomi.

Disamping itu ekonomi juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis :

1. Ekonomi berbasis pasar 

Memungkinkan barang mengalir dengan bebas melalui pasar, sesuai dengan


penawaran dan permintaan. Indonesia bisa dianggap sebagai ekonomi pasar, di mana
konsumen dan produsen menentukan apa yang dijual dan diproduksi. Produsen memiliki
apa yang mereka buat dan menentukan harga mereka sendiri, sementara konsumen
memiliki apa yang mereka beli dan memutuskan berapa banyak yang bersedia mereka
bayar.

Namun, hukum penawaran dan permintaan dapat memengaruhi harga dan


produksi. Jika permintaan konsumen untuk barang tertentu meningkat dan terjadi
kekurangan pasokan, harga cenderung naik karena konsumen bersedia membayar lebih
untuk barang itu. Pada gilirannya, produksi cenderung meningkat untuk memenuhi
permintaan karena produksi didorong oleh keuntungan. Akibatnya, ekonomi pasar
memiliki kecenderungan untuk menyeimbangkan dirinya secara alami.

Ketika harga di satu sektor untuk suatu industri naik karena permintaan, uang, dan
tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi permintaan itu bergeser ke tempat-tempat
di mana mereka dibutuhkan.

2. Ekonomi pasar murni 

Jarang terjadi karena biasanya ada intervensi pemerintah atau perencanaan pusat.
Bahkan negara sebebas Amerika Serikat bisa dianggap ekonomi campuran. Peraturan,
pendidikan publik, tunjangan jaminan sosial disediakan oleh pemerintah untuk mengisi
kesenjangan dari ekonomi pasar dan membantu menciptakan keseimbangan. Akibatnya,
istilah ekonomi pasar mengacu pada ekonomi yang lebih berorientasi pasar secara umum.

3. Ekonomi berbasis perintah 

Bergantung pada agen politik pusat, yang mengontrol harga dan distribusi barang.


Penawaran dan permintaan tidak dapat berjalan secara alami dalam sistem ini karena
direncanakan secara terpusat, sehingga ketidakseimbangan sering terjadi.

4. Ekonomi hijau 

Bergantung pada bentuk energi terbarukan dan berkelanjutan. Sistem ini


beroperasi dengan tujuan akhir untuk memangkas emisi karbon, memulihkan
keanekaragaman hayati, mengandalkan sumber energi alternatif, dan secara umum
melestarikan lingkungan. Ekonomi hijau cenderung berfokus pada inovasi teknologi yang
meningkatkan efisiensi energi. Tujuan dari ekonomi hijau adalah untuk menyediakan
konsumsi dan produksi sambil mengurangi atau menghilangkan dampak buruk pada bumi
dan sumber dayanya.

Sementara, disiplin ekonomi dapat dibagi menjadi dua bidang fokus utama, ekonomi


mikro, dan ekonomi makro.

1. Ekonomi mikro 
Mempelajari perilaku individu dan perusahaan untuk memahami mengapa mereka
membuat keputusan ekonomi yang mereka lakukan dan bagaimana keputusan tersebut
mempengaruhi sistem ekonomi yang lebih besar. Ilmu ekonomi mikro mempelajari
mengapa berbagai barang memiliki nilai yang berbeda dan bagaimana individu
berkoordinasi dan bekerja sama satu sama lain. Mikroekonomi cenderung berfokus pada
kecenderungan ekonomi, seperti bagaimana pilihan dan tindakan individu mempengaruhi
perubahan dalam produksi.

2. Ekonomi makro
Mempelajari seluruh ekonomi, dengan fokus pada keputusan dan masalah skala
besar. Makroekonomi mencakup studi tentang faktor-faktor ekonomi secara luas seperti
pengaruh kenaikan harga atau inflasi pada perekonomian. Makroekonomi juga berfokus
pada laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB), yang
merepresentasikan jumlah total barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian. Perubahan pengangguran dan pendapatan nasional juga dipelajari.
Singkatnya, ekonomi makro mempelajari bagaimana ekonomi agregat berperilaku.
BAB III
PEMBAHASAN

Sistem Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan
yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi
adalah sebagai berikut:

1. Sistem Ekonomi Gunting Syafruddin

Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong


semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK
Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang
memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas.
Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah
mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp.
200 juta.

2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik


Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada
masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri
perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya :
Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia. Para pengusaha Indonesia
yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
ekonomi nasional. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan
diberikan bantuan kredit. Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan
berkembang menjadi maju. Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet
Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun
(1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari
program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban
keuangan pemerintah semakin besar.

Kegagalan program ini disebabkan karena :


1. Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi
dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
2. Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3. Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4. Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5. Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara
hidup mewah.
6. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara
cepat dari kredit yang mereka peroleh.

Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban
defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit
anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf
Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional
dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai
produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

3. Nasionalisasi De Javasche Bank

Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah
Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya
terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada
pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan
ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan
biaya ekspor, serta melakukan penghematan secara drastis.

Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia


sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951
berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba

Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri


perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah Untuk memajukan
pengusaha pribumi. Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi
nasional. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam
rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi


dan non pribumi. Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba
digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina.

Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba:


1. Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan
tanggung jawab kepada tenaga tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki
jabatan jabatan staf.
2. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional
3. Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan
perusahaan-perusahaan asing yang ada.

Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab Pengusaha pribumi kurang
pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit. Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan
persaingan bebas. Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk


merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda.
Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai
kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi Persetujuan Finek hasil KMB
dibubarkan. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.

Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat


oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak. Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau
menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak.

Tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan


pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan diri
dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya
Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Dampaknya
Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi
belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.

6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih
berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya
kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan. Program yang
dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali
Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka
panjang.
Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan
dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November
1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional
Pembangunan (Munap).

Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah. RPLT tidak dapat berjalan
dengan baik disebabkan karena adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa
Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan
negara merosot.
Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi. Adanya ketegangan
antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakan
ekonominya masing-masing.

7. Musyawarah Nasional Pembangunan


Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah.
Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional
Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana
pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk
jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan
dengan baik karena :
1. Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
2. Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
3. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
4. Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta
sehingga meningkatkan defisit Indonesia.
5. Memuncaknya ketegangan politik Indonesia-Belanda menyangkut masalah
Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
Perkembangan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin

Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945, dimulailah pelaksanaan ekonomi terpimpin,


sebagai awal berlakunya herordering ekonomi. Di mana alat-alat produksi dan distribusi yang
vital harus dimiliki dan dikuasai oleh negara atau minimal di bawah pengawasan negara. Dengan
demikian peranan pemerintah dalam kebijakan dan kehidupan ekonomi nasional makin
menonjol. Pengaturan ekonomi berjalan dengan sistem komando. Sikap dan kemandirian
ekonomi (berdikari) menjadi dasar bagi kebijakan ekonomi. Masalah pemilikan aset nasional
oleh negara dan fungsi-fungsi politiknya ditempatkan sebagai masalah strategis nasional.

Kondisi ekonomi dan keuangan yang ditinggalkan dari masa demokrasi liberal berusaha
diperbaiki oleh Presiden Soekarno. Beberapa langkah yang dilakukannya antara lain membentuk
Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan melakukan sanering mata uang kertas yang nilai
nominalnya Rp500 dan Rp1.000 masing-masing nilainya diturunkan menjadi 10% saja.

Depernas disusun di bawah Kabinet Karya pada tanggal 15 Agustus 1959 yang dipimpin
oleh Mohammad Yamin dengan beranggotakan 80 orang. Tugas dewan ini menyusun overall
planning yang meliputi bidang ekonomi, kultural, dan mental. Pada tanggal 17 Agustus 1959
Presiden Soekarno memberikan pedoman kerja bagi Depernas yang tugas utamanya memberikan
isi kepada proklamasi melalui grand strategy, yaitu perencanaan overall dan hubungan
pembangunan dengan demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin.

Depernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan nasional


yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan mempertimbangkan faktor
pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Perencanaan ini meliputi perencanaan segala
segi pembangunan jasmaniah, rohaniah, teknik, mental, etis dan spiritual berdasarkan norma-
norma dan nilai-nilai yang tersimpul dalam alam adil dan makmur. Pola Pembangunan Semesta
dan Berencana terdiri atas Blueprint tripola, yang meliputi pola proyek pembangunan, pola
penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan pembangunan.

Pola Proyek Pembangunan Nasional Semesta Berencana tahap pertama dibuat untuk
tahun 1961-1969, proyek ini disingkat dengan Penasbede. Penasbede ini kemudian disetujui oleh
MPRS melalui Tap MPRS No. I/MPRS/1960 tanggal 26 Juli 1960 dan diresmikan
pelaksanaanya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 1 Januari 1961.

Depernas pada tahun 1963 diganti dengan Badan Perancangan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno sendiri. Tugas Bappenas ialah
menyusun rancangan pembangunan jangka panjang dan jangka pendek, baik nasional maupun
daerah, serta mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan, dan menyiapkan dan menilai
Mandataris untuk MPRS.

Kebijakan sanering yang dilakukan pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-undang No. 2/1959 yang berlaku tanggal 25 Agustus 1959 pukul 06.00 pagi.
Peraturan ini bertujuan mengurangi banyaknya uang yang beredar untuk kepentingan perbaikan
keuangan dan perekonomian negara. Untuk mencapai tujuan itu uang kertas pecahan Rp500 dan
Rp1.000 yang ada dalam peredaran pada saat berlakunya peraturan itu diturunkan nilainya
menjadi Rp50 dan Rp100.

Kebijakan ini diikuti dengan kebijakan pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank
yang nilainya di atas Rp25.000 dengan tujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan keuangan kemudian diakhiri dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
No. 6 Tahun 1959 yang isi pokoknya ialah ketentuan bahwa bagian uang lembaran Rp1.000 dan
Rp500 yang masih berlaku harus ditukar dengan uang kertas bank baru yang bernilai Rp100 dan
Rp50 sebelum tanggal 1 Januari 1960.

Setelah keamanan nasional berhasil dipulihkan, kasus DI Jawa Barat dan pembebasan
Irian Barat, pemerintah mulai memikirkan penderitaan rakyatnya dengan melakukan rehabilitasi
ekonomi. Konsep rehabilitasi ekonomi disusun oleh tim yang dipimpin oleh Menteri Pertama Ir.
Djuanda dan hasilnya dikenal dengan sebutan Konsep Djuanda. Namun konsep ini mati sebelum
lahir karena mendapat kritikan yang tajam dari PKI karena dianggap bekerja sama dengan negara
revisionis, Amerika Serikat dan Yugoslavia.
Upaya perbaikan ekonomi lain yang dilakukan pemerintah adalah membentuk Panitia 13.
Anggota panitia ini bukan hanya para ahli ekonomi, namun juga melibatkan para pimpinan partai
politik, anggota Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR), pimpinan DPR, DPA.
Panitia ini menghasilkan konsep yang kemudian disebut Deklarasi Ekonomi (Dekon) sebagai
strategi dasar ekonomi Indonesia dalam rangka pelaksanaan Ekonomi Terpimpin.

Strategi Ekonomi Terpimpin dalam Dekon terdiri dari beberapa tahap; Tahapan pertama,
harus menciptakan suasana ekonomi yang bersifat nasional demokratis yang bersih dari sisa-
sisa imperialisme dan kolonialisme. Tahapan ini merupakan persiapan menuju tahapan kedua
yaitu tahap ekonomi sosialis. Beberapa peraturannya merupakan upaya mewujudkan stabilitas
ekonomi nasional dengan menarik modal luar negeri serta merasionalkan ongkos produksi dan
menghentikan subsidi.

Peraturan pelaksanaan Dekon tidak terlepas dari campur tangan politik yang memberi
tafsir sendiri terhadap Dekon. PKI termasuk partai yang menolak melaksanakan Dekon, padahal
Aidit terlibat di dalam penyusunannya, selama yang melaksanakannya bukan orang PKI. Empat
belas peraturan pemerintah yang sudah ditetapkan dihantam habis-habisan oleh PKI. Djuanda
dituduh PKI telah menyerah kepada kaum imperialis. Presiden Soekarno akhirnya menunda
pelaksanaan peraturan pemerintah tersebut pada bulan September 1963 dengan alasan sedang
berkonsentrasi pada konfrontasi dengan Malaysia.

Kondisi ekonomi semakin memburuk karena anggaran belanja negara setiap tahunnya
terus meningkat tanpa diimbangi dengan pendapatan negara yang memadai. Salah satu penyebab
membengkaknya anggaran belanja tersebut adalah pembangunan proyek-proyek mercusuar,
yang lebih bersifat politis dari pada ekonomi, misalnya pembangunan Monumen Nasional
(Monas), pertokoan Sarinah, dan kompleks olahraga Senayan yang dipersiapkan untuk Asian
Games IV dan Games of the New Emerging Forces (Ganefo).
Kondisi perekonomian yang sangat merosot mendorong pemerintah berusaha
mendapatkan devisa kredit (kredit impor) jangka panjang yang harus dibayar kembali setelah
satu atau dua tahun. Menteri Bank Sentral Yusuf Muda dalam memanfaatkan devisa kredit ini
sebagai defered payment khusus untuk menghimpun dan menggunakan dana revolusi dengan
cara melakukan pungutan terhadap perusahaan atau perseorangan yang memperoleh fasilitas
kredit antara Rp250 juta sampai Rp 1 milyar. Perusahaan atau perseorangan itu harus membayar
dengan valuta asing dalam jumlah yang sudah ditetapkan. Walaupun cadangan devisa menipis,
Presiden Soekarno tetap pada pendiriannya untuk menghimpun dana revolusi, karena dana ini
digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat prestise politik atau mercusuar, dengan
mengorbankan ekonomi dalam negeri.

Dampak dari kebijakan tersebut ekonomi semakin semrawut dan kenaikan barang
mencapai 200-300% pada tahun 1965 sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa
pecahan mata uang Rp1.000 (uang lama) diganti dengan Rp1 (uang baru). Tindakan penggantian
uang lama dengan uang baru diikuti dengan pengumuman kenaikan harga bahan bakar yang
mengakibatkan reaksi penolakan masyarakat. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan menyuarakan aksi-aksi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru

Pada awal kelahirannya, Orde Baru memang memfokuskan programnya terhadap


pembangunan ekonomi. Hal ini didasarkan kepada kondisi ekonomi Indonesia diawal Orde Baru
yang cukup memprihatinkan, sehingga fokus ekonomi harus berdasarkan pada amanat panca sila
untuk menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam programnya pemerintahan Orde
Baru menetapkan dua kebijakan ekonomi, yakni jangka panjang dan jangka pendek.
 
a. Program Jangka Pendek
 
Presiden Soeharto pada awal pemerintahannya dihadapkan pada masalah yang cukup
sulit dibidang ekonomi. Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang mencapai 650%
berakibat melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-alat produksi mengalami
kerusakan terutama di sektor pertanian. Permasalah tersebut berakibat pada kurangnya tingkat
kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Rehabilitas dan stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal pemerintahan Orde Baru
dalam memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas maksudnya perbaikan fisik terhadap prasarana-
prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas dimaksudkan pengendalian inflasi supaya harga tidak
melonjak terus menerus. Untuk lebih jelas bagaimana kebijakan jangka pendek pemerintahan
Orde Baru

 
Program stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan pemerintahan Orde Baru
menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula mencapai 650% berhasil ditekan
menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana prasaran mulai diperbaiki dan diremajakan.
Pemerintah Orde Baru siap melaksanakan program jangka panjang khususnya dibidang
pertanian.
 
b. Program Jangka Panjang
 
Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut
sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita I (1969) tersebut fokus pada
rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi. Repelita II (1974-
1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas
nasional, dan pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994), selain berusaha


mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai bergerak menitikberatkan pada sektor
industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang menyerap tenaga
kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan mesinmesin
industri.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yakni Perkembangan


Ekonomi sejak era Demokrasi Liberal hingga Orde Baru masih saja mengalami kendala dan
krisis ekonomi yang sangat berpengaruh besar. Nilai rupiah jatuh secara drastis, dampaknya terus
menerus di segala bidang kehidupan, terutama bidang ekonomi. Tidak sampai menempuh waktu
yang lama, sejak demokrasi liberal, lalu digantikan dengan demokrasi terpimpin hingga
mencapai orde baru, Ketika krisis moneter melanda dunia, bulan Mei 1998, Orde Baru akhirnya
runtuh.

Krisis moneter membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya kehidupan demokrasi yang
sehat, yang selama ini terkurung dalam sistem kekuasaan Demokrasi Liberal, Demokrasi
Terpimpin maupun Orde Baru yang serba menguasai semua sisi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

Perubahan era yang terjadi lahir sebagai reaksi langsung terhadap krisis ekonomi yang
melanda Indonesia sekaligus adanya tuntutan untuk terjadinya perubahan-perubahan di Indonesia
dalam berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian. Selama perubahan masa dari
Demokrasi Liberal hingga Orde Baru, berbagai pembaharuan nyatanya memang terjadi,
walaupun tatanan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan kehidupan bangsa Indonesia.
Terhitung sejak bergantinya era Demokrasi Liberal hingga Orde Baru, ada 2 tokoh yang menjadi
Presiden RI: Soekarno (1945-1967) dan Soeharto (1967-1998). Setiap tokoh tersebut memiliki sistem
pemerintahan dan ekonomi yang berbeda-beda.
4.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan makalah, maka tim penulis merekomendasikan berupa saran-saran


berikut:

1. Sebagai pelajar SMA Negeri 1 Mandau, penulis berharap agar kita dapat memahami
sebab dan akibat merosotnya perekonomian Indonesia sejak Demokrasi Liberal hingga
Orde Baru, dapat memberikan pelajaran penting bagi perubahan sistem demokrasi dan
upaya memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara di masa mendatang.

2. Sebagai masyarakat umum, penulis berharap agar kita dapat membantu pemerintah dalam
menangani permasalahan perekonomian Indonesia sehingga perekonomian kita dapat
berjalan dengan baik dan membuat Indonesia menjadi semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, dkk. 2018. Sejarah Indonesia. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan.

Malintan, Dias Anjar. 2019 Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi
Liberal. Cileungsi : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nitisastro, Widjoyo, dkk. (1965). Masalah-masalah Ekonomi dan Faktor-faktor Ipolpos


(Ideologi, Politik, Sosial). Jakarta: Lembaga Ekonomi dan Kemasjarakatan Nasional.

Praptanto, Eko. 2010. Sejarah Indonesia 3. Jakarta: PT Bina Sumber Daya Mipai.

Soesastro, Hadi, dkk. (2005). Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam
setengah abad akhir. Jakarta: Penerbit Kanisius.

https://kamus.tokopedia.com/e/ekonomi/

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Orde%20Baru-BB/Topik-
2.html

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5817976/apa-itu-demokrasi-liberal-ini-sejarah-
hingga-masa-berakhirnya-di-indonesia

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/14/060000669/demokrasi-terpimpin-1957-
1965-pengertian-dan-karakteristik?page=all
DOKUMENTASI
SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Jelaskan pengertian dari masa Demokrasi Terpimpin!


Pembahasan:
Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
dalam permusyawaratan/perwakilan sesuai dengan UUD 1945. Demokrasi Terpimpin
terbentuk dilatar belakangi oleh kegagalan Konstituante dalam merumuskan konstitusi
baru, dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, serta kondisi politik nasional yang tidak
stabil. Lahirnya Demokrasi Terpimpin disebabkan karena sebelum Demokrasi Terpimpin,
pemerintahan tidak berjalan efektif, dimana partai-partai politik saling bersaing dan
berebut kepentingan.

2. Jelaskan pengertian dari masa Demokrasi Liberal!


Pembahasan:
Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu.
Lahirnya demokrasi liberal dilatarbelakangi oleh usaha Bangsa Indonesia memperbaiki
jalan Negaranya yang kala itu benar-benar terbebas dari gangguan Belanda karena bentuk
negara serikat kala itu dirasa tidak cocok dengan semangat persatuan rakyat Indonesia.
Masa kabinet kebanyakan hanya bertahan kurang lebih satu tahun. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan kepentingan antar partai yang ada. Sayangnya, perbedaan di
antara partai-partai tersebut tidaklah pernah dapat terselesaikan dengan baik.

3. Jelaskan pengertian dari masa Orde Baru!


Pembahasan:
Orde Baru merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang menggantikan
zaman sebelumnya didasarkan atas koreksi terhadap berbagai penyimpangan. Lahirnya
Orde Baru diawali dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh
Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto. Surat berisi instruksi presiden agar Letjen.
Soeharto sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam
rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan
bangsa dan negara Republik Indonesia.
4. Jelaskan Program Jangka Panjang Indonesia pada masa Orde Baru!
Pembahasan:
Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang
disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita I (1969) tersebut
fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi.
Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan
penekanan pada sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku.

Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994), selain berusaha


mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai bergerak menitikberatkan
pada sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang
menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri.

5. Jelaskan Program Jangka Pendek Indonesia pada masa Orde Baru!


Pembahasan:
Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang mencapai 650% berakibat
melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-alat produksi mengalami kerusakan
terutama di sektor pertanian. Permasalah tersebut berakibat pada kurangnya tingkat
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Rehabilitas dan stabilitas ekonomi menjadi
kebijakan awal pemerintahan Orde Baru dalam memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas
maksudnya perbaikan fisik terhadap prasarana-prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas
dimaksudkan pengendalian inflasi supaya harga tidak melonjak terus menerus.

Program stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan pemerintahan Orde


Baru menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula mencapai 650%
berhasil ditekan menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana prasaran mulai
diperbaiki dan diremajakan.
6. Jelaskan tugas dan fungsi Depernas dalam pembangunan Ekonomi Indonesia!
Pembahasan
Depernas disusun di bawah Kabinet Karya pada tanggal 15 Agustus 1959 yang
dipimpin oleh Mohammad Yamin dengan beranggotakan 80 orang. Tugas dewan ini
menyusun overall planning yang meliputi bidang ekonomi, kultural, dan mental. Pada
tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno memberikan pedoman kerja bagi Depernas
yang tugas utamanya memberikan isi kepada proklamasi melalui grand strategy, yaitu
perencanaan overall dan hubungan pembangunan dengan demokrasi terpimpin dan
ekonomi terpimpin.

Depernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan


nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan
mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan.
Perencanaan ini meliputi perencanaan segala segi pembangunan jasmaniah, rohaniah,
teknik, mental, etis dan spiritual berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai yang tersimpul
dalam alam adil dan makmur. Pola Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri atas
Blueprint tripola, yang meliputi pola proyek pembangunan, pola penjelasan
pembangunan dan pola pembiayaan pembangunan.

7. Jelaskan Kebijakan Sistem Ekonomi Gunting Syafruddin!


Pembahasan
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong
semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK
Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang
memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas.
Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah
mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp.
200 juta.

8. Jelaskan Strategi Ekonomi Terpimpin dalam Dekon!


Pembahasan
Strategi Ekonomi Terpimpin dalam Dekon terdiri dari beberapa tahap; Tahapan
pertama, harus menciptakan suasana ekonomi yang bersifat nasional demokratis yang
bersih dari sisa-sisa imperialisme dan kolonialisme. Tahapan ini merupakan persiapan
menuju tahapan kedua yaitu tahap ekonomi sosialis. Beberapa peraturannya merupakan
upaya mewujudkan stabilitas ekonomi nasional dengan menarik modal luar negeri serta
merasionalkan ongkos produksi dan menghentikan subsidi.

9. Jelaskan dampak Strategi Ekonomi Dekon!


Pembahasan
Dampak dari kebijakan tersebut ekonomi semakin semrawut dan kenaikan barang
mencapai 200-300% pada tahun 1965 sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan
bahwa pecahan mata uang Rp1.000 (uang lama) diganti dengan Rp1 (uang baru).
Tindakan penggantian uang lama dengan uang baru diikuti dengan pengumuman
kenaikan harga bahan bakar yang mengakibatkan reaksi penolakan masyarakat. Hal
inilah yang kemudian menyebabkan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan
menyuarakan aksi-aksi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

10. Jelaskan mengenai Rencana Pembangunan Lima Tahun!


Pembahasan
RPLT adalah Program yang pada umumnya merupakan program jangka pendek,
tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini
merancang pembangunan jangka panjang.
Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan
dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November
1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional
Pembangunan (Munap).

Anda mungkin juga menyukai