Disusun Oleh :
Grace Yolanda Sembiring
Gracya Marettha Hutagaol
Gunawan P Manalu
Hendrik A Zebua
Hendri E Siregar
Iestin B T Harefa
Innes Delviola Saragih
Irfan S Zega
Irma S M Simanjuntak
Jeka R Br. Sembiring Meliala
Jenita K Bakara
July T Malau
Kevin A Br Sibarani
Kristiani F Sihotang
Kristina Natalia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/I dapat mengerahui penatalaksanaan pada penanganan syok
kardiogenik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi syok kardiogenik
2. Untuk mengetahui etiologi syok kardiogenik
3. Untuk mengetahui patofisiologi Syok Kardigenik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik syok kardiogenik
5. Untuk mengetahui komplikasi syok kardiogenik
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang syok kardiogenik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan syok kardiogenik
BAB 2
PEMBAHASAN
2.3. Patofisiologi
Syok kardiogenik di tandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan akibat dari ketidakseimbangan yang
terusmenerus antara kebutuhan suplai oksigen miokardium. Pembuluh coroner yang
terserang juga tidak mampu meningkatkan aliran darah secara memadai sebagai respons
terhadap peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh aktivitas respons
kompensatorik seperti perangsang simpatik. Kontraktilitas ventrikel kiri dan kinerjanya
menjadi sangat terganggu akibat dari proses infark. Pertahanan perfusi jaringan menjadi
tidak memadai, karena ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu
menyediakan curah jantung dengan baik. Maka dimulailah siklus yang terus berulang.
Siklus dimulai saat terjadinya infark yang berkelanjut dengan gangguan fungsi
miokardium (Muttaqin, 2009). Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada
miokardium mengakibatkan perubahan metabolism dan terjadi asidosis metabolic pada
miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang berakibat
pada penurunan volume sekuncup yang di keluarkan oleh ventrikel. Penurunan curah
jantung dan hipotensi arteria disebabkan karena adanya gangguan fungsi miokardium
yang berat. Akibat menurunnya perfusi coroner yang lebih lanjut akan mengakibatkan
hipoksia miokardium yang bersiklus ulang pada iskemia dan kerusakan miokardium
ulang. Dari siklus ini dapat di telusuri bahwa siklus syok kardiogenik ini harus di putus
sedini mungkin untuk menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan mencegah
perkembangan menuju tahap irreversible dimana perkembangan kondisi bertahap akan
menuju pada aritmia dan kematian (Muttaqin, 2009).
2.7. Penatalaksanaan
Penanganan syok kardiogenik yaitu kegawatdaruratan yang memerlukan terapi
resusitasi segera sebelum syok merusak organ secara irreversible
1) Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakuka intubasi.
2) Penanganan awal : resusitasi cairan, oksigenasi dan proteksi jalan nafas, koreksi
hipovolemia dan hipotensi
3) Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
4) Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.
5) Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
6) Bila mungkin pasang CVP.
7) Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
Medikamentosa :
1) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
2) ansietas, bila cemas
3) Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4) Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5) Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6) Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon
IV. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
7) Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.
Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
Faktor penyebab infark miokard, aritmia ventrikel, gagal Kardiovaskular: Gangguan sirkulasi
Tn. A (58 thn) bersama dengan keluarganya datang ke IGD
jantung perifer, pucat, ekstremitas dingin.
dengan keluhan merasakan lelah, sesak napas, nyeri pada dada
dan tidak nyaman seperti tertimpa beban berat serta menyebar Kurangnya pengisian vena perifer lebih
tampak meringis kesalitan denga skala nyeri 7, keringat tekanan darah, Nadi cepat dan halus,
dingin, pucat, akral dingin, TD 80/60 mmHg, RR 32 x/I P; 90 SYOK KARDIOGENIK S. Pernafasan: Pernapasan
cepat dan dangkal
x/I T; 36,3 C BB 75 kg. Tingkat kesadaran compos mentis,
0
Intoleransi aktivitas
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus
pada :
1. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, kelelahan
2) Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan
warna kulit kelembaban, kelemahan umum
2. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK,
masalah TD, DM
2) Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat
atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan
gagal jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala
hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral
dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki kolaps
3. Eliminasi
1) Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jaM
2) Tanda : oliguri
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada
anterio substernal, prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang,
wajah, Tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas chorusing,
menyempit, berat,tertekan , dengan skala biasanya 10 pada skala 1-
10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
2) Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang mengeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama
jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan
kesadaran.
5. Pernafasan
1) Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan
oksigen atau medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
2) Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot
aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/
nyaring/nonprodoktik/ batuk terus-menerus, dengan / tanpa
pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih
( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan
crakles dari basilar dan mengi peningkatan frekuensi nafas, nafas
sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral dingin.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/
perubahan inotropik
2. Kerusakan Pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar
3. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan / penghentian aliran darah.
4. Nyeri ( akut ) b/d iskemik jaringan sekunder akibat sumbatan atau
penyempitan arteri koroner.
5. Intoleransi aktifitas b/d Ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miokard
3.3. Rencana Tindakan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/
perubahan inotropik,Ditandai dengan :Tekanan arterial sistolik < 90
mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg dibawah tekan
basal ( hipotensi relative ), perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3
atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an kontraktilitas
ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ),
pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki
kolaps, Gangguan fungsi mental, gelisah, berontak,apatis,
bingung.penurunan kesadaran hingga koma, Produksi urine < 30 ml/
jam( oliguri).
Intervensi :
1) Auskutasi TD . Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur,
duduk, berdiri jika memngkinkan .
Rasional:
Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan difungsi ventrikel,
hipoperfusi miokardia dan rangsanng vagal. Namun hipertensi juga
fenomena umum, kemungkinan berhubungan dengan nyeri , cemas,
pengeluaran katekolmin, dan atau masalah vakuler
sebelumnya.Hipotensi ortistatik (postural)mungkin berhubungan
dengan komplikasi infark.
2) Evaluasi kualitas dan keamaan nadi sesuai indikasi.
Rasional :
Penurunan curah jantung menyebabkan menurunnya kelemahan
/kekuatan nadi.Ketidakteraturan diduga disritmia , yang memerlukan
evaluasi lanjut.
3) Catat terjadinya suara S3, S4
Rasional:
S3 terjadi pada GJK tetapi juga terlihat pada gagal
mitral(regugitasi)dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark
berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemik miokard , kekakuan
ventrikel, dan hipertensi pulmonal atau sistemik.
4) Catat adanya suara murmur/gesekan .
Rasional:
Menunjukan gangguan aliran darah normal dalam jantung, contoh
katup tak baik , kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar/korda
tendenia.Adanya gesekan dengan infark juga berhubungan dengan
inflamasi , contoh efusi pericardial dan perikarditis.
5) Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
Rasional :
Frekuensi dan irama jaantung yang berspon terhadap obat dan ativitas
sesuai dengan terjadinya komplikasi /disritmia( Khususnya kontraksi
ventrikel premature atau blok jantung) , yang mempengaruhi fungsi
jantung atau meningkatan kerusakan iskemik. Denyutan /fibrilasi akut
atau kronis mungkin terlihat pada arteri koroner atau keterlibatan katup
dan mungkin merupakan kondisi patologi.
6) Sediakan alat dan obat darurat.
Rasional:
Sumbaatan koroner tiba – tiba , disritmia letal, perluasan infark
maupun kondisi syok yang memburuk merupakan kondisi yang
mencetuskan henti jantung, yang memerlukan terapi penyelamat hidup
segera.
7) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan , sesuai indikasi.
Rasional:
Meningkatan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard.
8) Kolaborasi untuk mempertahankan cara masuk IV/ hevarin – lok
sesuai indikasi Rasional:
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat pada adanya
disritmia dan nyeri dada.
9) Kolaborasi pada pemeriksaan ulang EKG , foto dada, pemeriksaan
data laboratorium(enzim jantung,GDA,elektrolit).
Rasional:
EKG dapat memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan /
perbaikan kondisi syok kardiogenik, status fungsi ventrikel ,
keseimbangan elektrolit dan efek obat.Foto dada dapat menunjukan
edema paru sehubungan dengan disfungsi ventrikel.Enzim jantung
dapat memantau perkembangan kodisi pasien, adanya hipoksia
menunjukan kebutuhan tambahan oksigen,keseimbangan elektrolit
cotoh hipo/hiperkalemia sangat besar berpengaruh terhadap irama
jantung dan kontraksinya.
10) Kolaborasi dalam pemberian obat antidiritmia sesuai indikasi, dan bila
digunakan bantu pemasangan /mempertahankan pacu jantung.
Rasional:
Disritmia biasanya pada secara simtomatis kecuali untuk PCV, dimana
sering mengancam secara profilaksis.
Pemacu merupakan tindakan dukungan sementara selama fase
akut/diperlukan secara permanen pada kondisi yang berat merusak
system konduksi ( Seperti :Syok Kardiogenik)
( )Disartria
Sistem Perkemihan ( )Aktual ()Resiko Mandiri:
BAK : Pola () Gangguan ()Observasi TTV
rutin: 4 x/hr keseimbangan cairan : ()Pasang kateter
Saat ini: 1x/hr lebih/kurang dari ( )Kaji turgor kulit
Volume: kebutuhan tubuh ()Ukur intake-output
( )Sedikit berhubungan dengan
( )Banyak penurunan fungsi ginjal Kolaborasi:
( )Tidak ada Gangguan eliminasi ( )Pemeriksaan darah
Warna: urine b.d: ( )HD
( )Kuning ( )Inkontinesi ( )Punksi suprabubic
( )Jernih ( )Pasang infus
( )Coklat ( )Retensi
( )Th/farmako:………
( )Merah
Rasa sakit pada
saat BAK :
( )Ya
( )Tidak
Keluhan sakit
pinggang:
( )Ya
( )Tidak
Distensia
suprapubic :
( )Ya ( )Tidak
-Fraktur
( ) Ya, area…
( ) Tidak
-Jenis Luka
VE, VL, VP, VS, VM
-Luka Bakar :
………… %
Area..........
Skrinning Nyeri : ( ) Nyeri akut Mandiri
berhubungan dengan ( ) Kaji nyeri secara komprehensif
-Skala nyeri cedera (biologis, kimis, ( ) Kontrol lingkungan (suhu,
-Karakteristik fisik, psikologis), pencahayaan, kebisingan)
-Lokasi kerusakan jaringan ( ) Kaji tipe dan sumber nyeri
-Durasi ( ) Ajarkan teknik non-farmako
-Frekuensi ( ) Nyeri kronis ( ) Tingkatkan istirahat dan tidur
-Nyeri hilang berhubungan dengan yang adekuat
dengan : ketidakmampuan fisik- ( ) Observasi TTV
( ) Minum obat psikososial kronis
( ) Istirahat (metastase kanker, injuri Kolaborasi
( ) Mendengar music neurologi, artritis) ( ) Berikan analgetik
( ) Merubah ( ) Rontgen2
posisi/tidur
( ) Lain-lain…….
Respon Emosi
( ) takut terhadap therapy/pembedahan/lingkungan RS ( ) marah/ tegang
() cemas ( ) sedih ( ) lain-lain…….
Respon kognitif
Pasien/ keluarga menginginkan informasi tentang:
( ) penyakit yang diderita () tindakan pemberian lanjut () tindakan
/pengobatan dan perawatan yang diberikan
( )perubahan aktivitas sehari-hari ( ) perencanaa diet dan menu ( ) perawatan setelah
dirumah
Sistem Sosial
Pekerjaan : ( ) wiraswasta ( ) swasta ( ) pegawai negeri ( ) pensiun ()
…………….
Tinggal bersama : () suami/istri ( ) orang tua ( ) anak ( ) teman sendiri ( )
…………….
Kondisi lingkungan rumah: () 1 lantai () 2 lantai
Kamar mandi di lantai 1 : () ya ( ) tidak
Masuk ke rumah ada tangga : () ya ( ) tidak
Orang yang membantu perawatan setelah dirumah: istri dan anak
Bantuan yang dibutuhkan setelah dirumah : ( ) mandi ( ) BAB/BAK ( ) makan ( )
berjalan/ambulansi
( ) Perawatan luka ( ) pemberian obat
Spiritual
Agama : kristen
Perlu pastoral care: : ( ) ya ( ) tidak
Penilaian Gizi ( ) aktual ( ) resiko Mandiri:
-penurunan BB dalam 2 bulan ( ) kaji adanya alergi
terakhir Ketidakseimbangan nutrisi makanan
( ) Tidak kurang dari kebutuhan tubuh ( ) monitor adanya
(Skor 0) berhubungan dengan penurunan BB dan
( ) Tidak Tahu/ragu-ragu ketidakmampuan untuk gula darah
(skor 2) ( ) kaji
( ) Ya
1-4 kg
(skor 1)
5-10 kg Kolaborasi
(skor 2) ( ) pemasangan infus
11-15 kg ( ) pemeriksaan darah
(skor 3) ( ) Th/farmako
≥ 15 kg ( ) pasang NGT
(skor 4) ( ) Rontgen
- keluhan kurang nafsu makan
( ) ya
(skor 1)
( ) Tidak
(skor 0)
- ≥2 beresiko malnutrisi
(konsul dengan ahli gizi)
BB Kg TB
cm
Skrinning Resiko Cedera Risiko jatuh berhubungan Mandiri
Jatuh: dengan ( ) sediakan
- pernah jatuh dalam 3 bulan ( ) factor eksternal lingkungan yang aman
terakhir fisik,biological,kimia pada pasien
() Ya ( ) tidak () factor internal () pasang pagar
- menggunakan alat bantu( alat Psikologik,malnutrisi,usia,hasi pengaman dan kunci
bantu jalan,tongkat,dll) l darah abnormal, hipoksis roda tempat tidur
- ada kesulitan jalan: ( ) ya ( ) () edukasi
tidak pencegahan pasien
resiko jantung
( ) pasang sigh clip
fall risk pada gelang
identitas pasien(untuk
pasien rawat inap)
Kolaborasi
() observasi TTV
() pemeriksaan
darah
( ) th/farmako
( ) pasang infus
( ) rontgen
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekua, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. Etiologi syok kardiogenik
antara lain : Penyakit jantung iskemik, obat-obatan yang mendepresi
jantung,gangguan irama jantung.
Syok kardiogenik adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai
keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan
jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok.
4.2. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda
dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat
melakukan pertolongan segera.
Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk
melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.
DAFTAR PUSTAKA