Anda di halaman 1dari 10

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A


MATCH BERBANTUAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL
BELAJAR IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Meida Dwi Sana Tiballa1, Dewa Nyoman Sudana2, I Ketut Gading3


1,2 Jurusan PGSD, 3 Jurusan Bimbingan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: meidadwi57@yahoo.co.id1 ,dewanyoman_sudana@ undiksha.ac.id2,


iketut.gading@undiksha.ac.id 3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa kelas
V yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
berbantuan peta pikiran dan siswa kelas V yang tidak mendapat perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran. Jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent posttest only
control group design. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng.
Sebanyak 32 orang siswa kelas kelas V SDN 3 Kaliuntu dilibatkan sebagai kelompok
eksperimen dan 28 orang siswa kelas V SDN 1 Kaliuntu dilibatkan sebagai kelompok
kontrol. Kedua kelompok memiliki kesetaraan hasil belajar IPA sebelum diberikan
perlakuan. Kesetaraan ini diuji dengan Uji Anava Satu Jalur terhadap hasil ujian akhir
semester sebelum perlakuan dilaksanakan. Sementara kelompok kontrol tidak
mendapatkan perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan
Peta Pikiran, akan tetapi mendapatkan pembelajaran yang biasanya dilaksanakan oleh
guru. Setelah perlakuan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dites hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alamnya dengan menggunakan tes hasil belajar buatan
peneliti. Data hasil tes dianalisis dengan Uji-t. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran dan siswa
yang tidak mendapat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan
Peta Pikiran.

Kata kunci : Model make a match, hasil belajar, IPA

Abstract
This study aims to determine the difference of science learning outcomes between grade
V students who received treatment with cooperative learning model type of make a match
aided mind map and grade V students who are not treated with cooperative learning
model type make a match assisted mind map. This research type is quasi experiment
research with non-equivalent design posttest only control group design. Samples were
taken by random sampling technique. The population of this research is all students of
grade V SD in Gugus X Buleleng District. A total of 32 students of class V SDN 3 Kaliuntu
were involved as experimental group and 28 students of grade V SDN 1 Kaliuntu were
involved as control group. Both groups had equality of science learning outcomes before
treatment was administered. This equality is tested by Anava Path Test against the final
exam result before the treatment is done. While the control group did not get the
Cooperative Learning Model Type Make A Match Mind Map Therapy, but get the learning
that is usually carried out by the teacher. After the experimental group treatment and
control group tested the result of study of Natural Sciences by using the result of research
test made by the researcher. The test result data was analyzed by t-Test. The result of
the analysis shows that there are significant differences of science learning outcomes
between students who received treatment model of Cooperative Learning Type Make A

1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Match Assisted Mind Maps and students who did not get Cooperative Learning Model
Type Make A Match Assisted Mind Map.

Keywords: make a match, learning outcomes, sains

PENDAHULUAN model pembelajaran sehingga


Pembelajaran merupakan kegiatan pelajaran IPA menjadi monoton dan
yang mempunyai tujuan, yaitu kurang menarik.
membelajarkan siswa untuk mencapai 3. Siswa cenderung hanya memanfaatkan
kompetensi yang diinginkan. waktu yang ada di sekolah tanpa
Pembelajaran merupakan suatu hal yang mengembangkan materi tambahan
sangat kompleks yang dipengaruhi oleh untuk memperluas wawasan di luar jam
beberapa faktor antara lain guru, siswa, pelajaran.
sarana, media, serta lingkungan. Agar Berkaitan dengan rendahnya hasil
pembelajaran berlangsung efektif, guru belajar menunjukkan adanya masalah
memiliki peran yang sangat penting. Guru pada proses pembelajaran. Menurut
tidak hanya berfungsi sebagai sumber Sanjaya (2009) salah satu masalah yang
ilmu, tetapi juga harus berperan sebagai dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat
motivator dan fasilitator dalam ini adalah lemahnya proses pembelajaran.
pengembangan minat peserta didik dalam Proses pembelajaran hingga dewasa ini
mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. masih didominasi guru dan kurang
Namun, pada kenyataannya guru memberikan akses bagi peserta didik
masih kesulitan untuk mengaktifkan siswa untuk berkembang secara mandiri melalui
dalam belajar sehingga proses penemuan dalam proses berpikirnya. Hal
pembelajaran belum memenuhi standar ini berlaku untuk semua mata pelajaran
proses sesuai dengan yang diharapkan. termasuk sains. Hal ini didukung oleh
Berdasarkan hasil wawancara dengan hasil penelitian Sadia (2008) yang
guru mata pelajaran IPA dan hasil menyatakan bahwa model/strategi
observasi awal diperoleh data yang pembelajaran yang dominan digunakan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa oleh para guru dalam proses
dibidang studi IPA siswa kelas V Sekolah pembelajaran IPA adalah model
Dasar Gugus X Kecamatan Buleleng ekspositori.
dikatakan belum memenuhi KKM yang Dari pernyataan dan fakta-fakta di atas
telah ditetapkan. Masih rendahnya hasil terlihat bahwa hasil belajar siswa masih
belajar siswa yang belum memenuhi rendah, pembelajaran yang dilakukan oleh
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) guru kurang melibatkan siswa dalam
terutama pada mata pelajaran IPA yang proses pembelajaran. Hal ini
memiliki KKM yaitu 70 di sekolah tersebut menyebabkan pembelajaran menjadi
menjadi permasalahan bagi guru yang kurang menyenangkan dan tidak
mengajar pada sekolah tersebut. menantang.
Hal ini menyebabkan kualitas Oleh karena itu perlu dilakukan
pembelajaran masih rendah yang ditandai inovasi dalam proses pembelajaran, salah
dengan rendahnya hasil belajar. satunya dengan menggunakan model-
Rendahnya hasil belajar IPA bisa dilihat model pembelajaran yang inovatif.
dari nilai ulangan umum semester Berbagai inovasi dalam pendidikan IPA
sebelumnya masih jauh di bawah KKM. telah dilakukan dalam kurun waktu
Rendahnya hasil belajar IPA bisa terakhir ini. Hal ini merupakan upaya
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: untuk membelajarkan siswa sehingga
1. Model pembelajaran yang diterapkan mereka dapat belajar secara optimal.
dalam pelaksanaan pembelajaran IPA Salah satu model pembelajaran yang bisa
kurang tepat kalau dilihat dari digunakan untuk meningkatkan hasil
karakteristik materi yang dibahas. belajar, membuat pembelajaran menjadi
2. Guru cenderung tidak mau melakukan menyenangkan, dan mengembangkan
inovasi dalam menggunakan berbagai sikap bekerja sama adalah model

2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

pembelajaran kooperatif (Slavin, 2011). Dalam menggunakan model pembelajaran


Menurut Maonde (2015) pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan
Kooperatif merupakan yaitu mereka harus peta pikiran ini siswa dilatih untuk
bertanggung jawab untuk belajar sendiri. berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Menurut Sunhaji (2016) pembelajaran secara merata serta menuntut siswa
Kooperatif merupakan pembelajaran yang bekerjasama dengan kelompoknya agar
menekankan pada aktivitas siswa secara tujuan menggunakan model pembelajaran
bersama dalam belajar yang berbentuk Make A Match ini dapat tercapai dengan
kelompok kecil. Dasar filosofis baik. Peta pikiran tersebut dapat
pembelajaran kooperatif adalah digunakan untuk mengenalkan,
kerjasama akan menghasilkan energi mengkategorikan,memvisualisasikan dan
kolektif yang disebut sinergi. Sinergi ini mengkaji ulang aturan fonetik dan sebagai
akan menghasilkan sesuatu yang luar ejaan (Reima Al-Jarf, 2011).
biasa (Murtono, 2015). Berdasarkan uraian di atas, maka
Sejalan dengan Yoruk (2016) meyatakan akan dilakukan penelitian untuk
bahwa, Metode pembelajaran kooperatif membuktikan adanya pengaruh model
adalah salah satu metode modern. Ini pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
bertujuan untuk mengembangkan domain Match dan peta pikiran terhadap hasil
psikomotor, kognitif dan afektif para siswa. belajar siswa. Dengan demikian,
Dalam pembelajaran kooperatif penelitian yang akan dilakukan berjudul
siswa belajar bersama sebagai suatu tim “Pengaruh Model Pembelajaran
dalam menyelesaikan tugas-tugas Kooperatif Tipe Make A Match
kelompok untuk mencapai tujuan bersama, Berbantuan Peta Pikiran Terhadap Hasil
sehingga setiap anggota kelompok Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar
memiliki tanggung jawab yang sama untuk Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten
keberhasilan kelompoknya. Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Cara yang tepat yang dapat
dilakukan adalah menggunakan model METODE
dan media pembelajaran. Model Penelitian ini merupakan penelitian
pembelajaran yang di maksud adalah quasi experiment (eksperimen semu)
Make A Match dengan menggunakan dengan rancangan Posttest Only Control
media peta pikiran. Model pembelajaran Group Design. Rancangan penelitian ini
Kooperatif Tipe Make A Match merupakan hanya memperhitungkan skor post-test
model pembelajaran yang berhubungan saja yang dilakukan pada akhir penelitian.
dengan karakteristik siswa, dimana pada Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah
model pembelajaran ini siswa menjadi SDN di Gugus X Kecamatan Buleleng
lebih aktif karena siswa sendiri lebih aktif Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran
untuk memecahkan permasalahan yang 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini
diberikan oleh guru." Make a Match" atau adalah seluruh sekolah dasar siswa kelas
mencari pasangan merupakan salah satu V di Gugus X Kecamatan Buleleng.
alternatif yang dapat diterapkan kepada Jumlah SDN pada Gugus X sebanyak 5
siswa (Dewi, 2013). SD namun karena 1 SD menggunakan
Model pembelajaran akan lebih K13 jadi hanya menggunakan 4 sekolah
efektif jika didukung oleh media yang ada di Gugus X dengan jumlah
pembelajaran yang tepat. Salah satu keseluruhan siswa yaitu 96 orang siswa.
media pembelajaran yang dirasa tepat Agung (2014:69) Sampel adalah
digunakan dalam pembelajaran IPA sebagian dari populasi yang diambil, yang
dengan Make A Match adalah peta dianggap mewakili seluruh populasi dan
pikiran. diambil dengan menggunakan teknik
Buzan (2005:1) menyatakan bahwa, tertentu”. Untuk sampel dalam penelitian
“peta pikiran merupakan cara mencatatat ini dipilih adalah dua kelas, satu kelas
yang kreatif , efektif, dan secara harfiah eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas
akan ‘memetakan’ pikiran-pikiran kita”. dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa
Selain itu, “peta pikiran adalah suatu campur tangan dari peneliti. Setelah
teknik visual yang dapat menyelaraskan. seluruh kelas dinyatakan setara, dalam

3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

menentukan sampel teknik yang Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas


digunakan disebut sebagai teknik varians menggunakan Uji-F. Selanjutnya
sampling. Sampel pada penelitian ini data dianalisis secara deskriptif dan juga
diambil dengan cara random sampling Uji-t. Semua pengujian hipotesis dilakukan
yaitu dengan cara undian. Cara untuk pada taraf signifikansi 5% (α=0,05) dan
mengambil sampel penelitian adalah dianalisis dengan bantuan program SPSS
sebagai berikut. Masing-masing kelas V 17.0 PC for Windows.
tiap sekolah diberi nomor urut, selanjutnya
dipilih dua kelas secara random untuk HASIL PENELITIAN
dijadikan sampel. Untuk menentukan Data penelitian ini adalah skor hasil
kelas eksperimen dan kelas kontrol belajar IPA sebagai akibat dari siswa yang
digunakan teknik random sampling. mendapat perlakuan model pembelajaran
Dari hasil pengundian untuk kooperatif tipe make a match berbantuan
menentukan kelas eksperimen dan peta pikiran pada kelompok eksperimen
kontrol, diperoleh sampel yaitu kelas V SD dan siswa yang tidak mendapat perlakuan
Negeri 3 Kaliuntu sebagai kelas model pembelajaran kooperatif tipe make
eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 a match berbantuan peta pikiran pada
Kaliuntu sebagai kelas kontrol. Kelas kelompok kontrol. Data hasil belajar IPA
eksperimen diberikan perlakuan dengan yang diperoleh melalui post-test terhadap
menggunakan model pembelajaran 32 orang siswa menunjukkan bahwa skor
Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan tertinggi adalah 35 dan skor terendah
peta pikiran dan kelas kontrol tidak adalah 15. Sedangkan data hasil belajar
mendapat perlakuan model pembelajaran IPA yang diperoleh melalui post-test
Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan terhadap 28 orang siswa menunjukkan
peta pikiran. bahwa skor tertinggi adalah 27 dan skor
Sementara itu, untuk terendah adalah 11. Berdasarkan hasil
mengumpulkan data dalam penelitian, perhitungan diperoleh pada kelompok
dibutuhkan suatu metode pengumpulan eksperimen mean (M), Median (Md),
data. Metode pengumpulan data yang Modus (Mo), varians, dan stndar deviasi
digunakan untuk mengukur hasil belajar (s) dari data hasil post-test kelompok
IPA siswa adalah metode tes. Data yang eksperimen, yaitu mean (M) = 25,75,
dikumpulkan dalam penelitian ini median (Me) =26,00, modus (Mo) = 27,00,
merupakan hasil belajar IPA pada siswa Varian = 23,93 dan standar deviasi = 4,89.
kelas V. Sebelum mengadakan Untuk mengetahui tinggi rendahnya
pengumpulan data, perlu disiapkan suatu variabel hasil belajar IPA siswa, skor rata-
instrumen penelitian. Instrumen yang rata hasil belajar IPA siswa dikonversikan
digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kriteria rata-rata
hasil belajar IPA kelas V dalam penelitian ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi).
ini berupa tes objektif yakni tes pilihan Berdasarkan skala penilaian diketahui
ganda. Tes objektif digunakan karena Mean (M) = 25,75 skor hasil belajar IPA
dapat mengungkap daya ingat dan kelompok eksperimen terletak pada
pemahaman siswa setelah mengikuti kategori sangat tinggi. Dalam penelitian ini
proses belajar. Soal yang dibuat terlebih menggunakan bantuan program SPSS PC
dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk 17.0 for Windows.
menentukan kelayakan sebagai instrumen Selanjutnya berdasarkan hasil
penelitian. Instrumen dalam penelitian perhitungan pada kelompok kontrol
terlebih dahulu dilakukan analisis dengan diperoleh hasil mean (M) = 17,82, median
menggunakan uji validitas tes, reliabilitas (Md) = 17,50, modus (Mo) = 14,00, varian
tes,taraf kesukaran tes, dan daya beda = 16,59 dan standar deviasi = 4,07. Untuk
tes. mengetahui tinggi rendahnya variabel
Selanjutnya, data penelitian harus hasil belajar IPA siswa, skor rata-rata hasil
memenuhi syarat analisis yang meliputi uji belajar IPA siswa dikonversikan dengan
normalitas sebaran data, dan uji menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi)
homogenitas varians. Uji normalitas dan standar deviasi ideal (SDi).
sebaran data menggunakan statistik Berdasarkan skala penilaian, diketahui

4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Mean (M) = 17,50 skor hasil belajar IPA Frekuensi


kelompok kontrol terletak pada kategori
sedang. Dalam penelitian ini 10
menggunakan bantuan program SPSS PC
17.0 for Windows. 5
Berdasarkan kurva poligon data
hasil belajar IPA kelompok eksperimen, di Titik Tengah

bawah dapat diketahui bahwa modus 0


lebih besar dari median dan median lebih 12.. 15 18 21 24 27
besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan
Mo= 14,00 Md= 17,50 M= 17,82
kata lain, kurva di atas adalah kurva juling
negatif. Gambar 2. Kurva Poligon Kelompok
Kontrol
10
Frekuensi

Sebelum melakukan uji hipotesis,


5 harus dilakukan beberapa uji prasyarat,
yaitu uji normalitas dan homogenitas
0 sebaran data. Uji normalitas dilakukan
16 19 22 25 28 31 34 untuk menguji suatu distribusi empirik
mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau
Titik Tengah untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi)
M= 25,75 Md= 26,00 Mo= 27,00 dari gejala yang diselidiki tidak
menyimpang secara signifikan dari fe
Gambar 1. Kurva Poligon Kelompok (frekuensi harapan) dalam distribusi
Eksperimen normal. Uji normalitas data dilakukan
terhadap data hasil belajar IPA siswa
Berdasarkan kurva poligon data kelompok eksperimen dan kontrol.
hasil belajar kelompok kontrol dibawah, Uji normalitas sebaran data
dapat diketahui bahwa modus lebih kecil dilakukan dengan menggunakan statistik
dari median, dan median lebih kecil dari Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dalam
mean (Mo<Md<M). Dengan kata lain, penelitian ini, menggunakan bantuan
kurva di atas adalah kurva juling positif. program SPSS PC 17.0 for Windows.
Ringkasan hasil uji normalitas dengan
disajikan pada tabel 1.

Tabel 1.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Eksperimen .146 28 .133
Kontrol .112 28 .200*

Tabel 1 menunjukkan bahwa homogenitas dilakukan terhadap


kelompok eksperimen nilai signifikansi varians pasangan antar kelompok
berada diatas 0,05 untuk statistik eksperimen dan kontrol. Uji yang
Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan kriteria digunakan adalah uji-F.
uji normalitas, data berdistribusi normal jika Uji homogenitas dalam penelitian ini,
angka signifikansi yang dihasilkan lebih menggunakan bantuan program SPSS
besar dari 0,05. PC 17.0 for Windows. Perhitungan uji
Uji homogenitas varians antar homogenitas sebaran data secara
kelompok bertujuan untuk memeriksa lengkap disajikan pada tabel 2.
kesamaan varians antar kelompok
perlakuan. Dalam penelitian ini, uji

5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Tabel 2.
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians Sampel

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable:Data
F df1 df2 Sig.
.432 1 58 .513
Tests the null hypothesis that the error variance
of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Grup

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dilanjutkan.


data hasil belajar IPA siswa berasal dari Pengujian hipotesis dilakukan
populasi yang homogen. Berdasarkan dengan menggunakan Uji-t. Apabila
perhitungan uji prasyarat, data hasil terdapat perbedaan hasil belajar siswa
belajar IPA telah memenuhi persyaratan kelas V pada kelompok eksperimen dan
analisis, yaitu data berdistribusi normal kontrol, maka pengujian dapat dilakukan
dan varians antar kelompok homogen. dengan menggunakan bantuan program
Oleh karena itu, pengujian hipotesis SPSS PC 17.0 for Windows. Ringkasan
dengan menggunakan Uji-t dapat ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.
Ringkasan Uji-t

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Sig. Mean Error
(2- Differenc Differenc
F Sig. T df tailed) e e Lower Upper
Data Equal .43 .513 6.76 58 .000 7.92857 1.17220 5.5821 10.2749
variance 2 4 6 8
s
assume
d
Equal 6.84 57.87 .000 7.92857 1.15789 5.6106 10.2464
variance 7 2 9 6
s not
assume
d

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa, bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar


nilai T yang diperoleh sebesar 6,764 antara kelompok eksperimen dan
dengan taraf signifikansi 0,000. kelompok kontrol.
Signifikansi nilai T tersebut menunjukkan Dengan demikian, dapat

6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh Make A Match adalah peta pikiran.


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Penggunaan peta pikiran dalam
Make A Match Berbantuan Peta Pikiran pembelajaran membantu siswa
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas memahami materi dengan mudah, karena
V Sekolah Dasar Gugus X Kecamatan dalam membuat peta pikiranberisi garis
Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun yang berlekuk-lekuk dan menjadi kata
Pelajaran 2016/2017. kunci dalam materi. Selain itu peta pikiran
yang dibuat dengan menggunakan
PEMBAHASAN gambar dan warna yang berbeda-beda
Hasil penelitian ini menunjukkan sehingga dapat menarik perhatian siswa
bahwa hasil belajar IPA antara siswa untuk belajar. Dengan demikian, materi
kelas eksperimen berbeda dengan siswa yang ada dalam peta pikiran lebih mudah
kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena untuk dipahami dan lebih mudah untuk
siswa pada kelas eksperimen mendapat diingat oleh siswa. Hal tersebut sesuai
perlakuan berupa penerapan model dengan pendapat Suryantini (2012)
pembelajaran kooperatif tipe make a mengungkapkan bahwa mind mapping
match berbantuan peta pikiran, adalah cara mencatat yang kreatif, efektif,
sedangkan siswa pada kelas kontrol tidak dan secara harafiah yang akan
diberikan perlakuan berupa penerapan “memetakan” pikiran. Hal ini sejalan
model pembelajaran kooperatif tipe make dengah teori Vigotsky (dalam Trianto,
a match berbantuan peta pikiran. 2011:77) dalam pembelajaran
Pembelajaran kooperatif merupakan dikehendakinya susunan kelas berbentuk
strategi pembelajaran yang menekankan pembelajaran kooperatif antar siswa,
pada aktivitas siswa secara bersama di sehingga siswa dapat berinteraksi di
belajar yang berbentuk kelompok kecil, sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling
mencapai tujuan yang sama dengan membantu dalam memecahkan masalah.
menggunakan berbagai aktivitas belajar. Kelebihan model pembelajaran
Secara umum pembelajaran kooperatif kooperatif tipe make a match berbantuan
dianggap lebih diarahkan oleh guru, Guru peta pikiran yaitu mampu menciptakan
menetapkan tugas dan pertanyaan- suasana belajar aktif dan menyenangkan,
pertanyaan serta menyediakan bahan- materi pembelajaran yang disampaikan
bahan dan informasi yang dirancang lebih menarik perhatian siswa, mampu
untuk membantu peserta didik meningkatkan hasil belajar siswa
menyelesaikan masalah.Terdapat mencapai taraf ketuntasan belajar secara
beragam tipe model pembelajaran 14 klasikal, suasana kegembiraan akan
kooperatif, salah satunya adalah model tumbuh dalam proses pembelajaran,
pembelajaran kooperatif tipe make a kerjasama antar sesama siswa terwujud
match. Model pembelajaran kooperatif dengan dinamis, munculnya dinamika
tipe make a match ini merupakan suatu gotong royong yang merata di seluruh
pembelajaran yang menugaskan siswa siswa.
untuk mencari pasangan kartu yang Dengan demikian, penerapan model
diperolehnya sambil belajar mengenai pembelajaran kooperatif tipe make a
suatu konsep dalam suasana yang match berbantuan peta pikiran dapat
menyenangkan. Pembelajaran dengan memberikan suasana menyenangkan,
menggunakan make a match ini menuntut dalam permainan kartu soal yang berisi
aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu kartu jawaban yang diacak dan diberikan
siswa berbuat, berbicara, mendengar, waktu yang terbatas sehingga tercipta
membaca dan bertanya kepada teman situasi penambahan point. Dalam kartu
kemudian siswa dapat menemukan dan soal dan kartu jawaban ini, telah
konsep yang diperoleh. Di dalam model disisipkan materi pelajaran IPA yang
pembelajaran akan lebih efektif jika secara tidak langsung membuat siswa
didukung oleh media pembelajaran yang mengingat dan memahami materi tersebut
tepat. Salah satu media pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan.
yang dirasa tepat digunakan dalam Berbeda halnya dengan pembelajaran
pembelajaran IPA dengan Kooperatif Tipe pada kelas kontrol, proses pembelajaran

7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

berlangsung kurang optimal. Selama model pembelajaran Cooperative


proses pembelajaran siswa terlihat pasif. Learning tipe Make a Match berpengaruh
Dimana guru lebih banyak menyampaikan postitif terhadap hasil belajar kognitif
materi melalui ceramah, latihan soal, serta siswa SMP. Iwan dan Lestari (2015)
pemberian tugas. Kegiatan permainan menyatakan bahwa, Penerapan model
akademik belum dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe make a
pembelajaran. Sehingga, siswa yang match pada kelas VIIA di SMP Negeri 15
kurang aktifakan tetap seperti itu, karena Manokwari dapat meningkatkan hasil
semangat untuk belajar mereka punitu belajar biologi siswa yang dilihat dari data
tidak pernah ada dalam diri siswa. hasil tes siklus I sebesar 60% dan pada
Selain itu juga, proses pembelajaran siklus II menjadi 80% atau meningkat
masih berpusat pada guru (teacher sebesar 20%. Yasemin (2013)
centered) yang lebih banyak memberikan mengatakan bahwa temuan yang
ceramah daripada kegiatan yang diperoleh dari penelitian ini bertujuan
melibatkan siswa secara aktif dalam untuk mengetahui pengaruh metode
proses pembelajaran. pembelajaran bersama yang digunakan
Hasil penelitian ini sejalan dengan dalam penelitian ini Implementasi model
hasil penelitian yang dilakukan oleh pembelajaran kooperatif pada
Ernawati (2016) menyatakan bahwa, keberhasilan akademik, retensi
aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 17 pengetahuan dan sikap Terhadap
Nan Sabaris Kabupaten Padang pelajaran siswa yang mengikuti pelajaran
Pariaman pada pembelajaran IPS yang sains dan teknologi. Effandi (2013)
menerapkan model pembelajaran menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match dapat kooperatif dapat meningkatkan prestasi
meningkat dan Hasil belajar siswa kelas belajar matematika. Pembelajaran
IV SDN 17 Nan Sabaris Kabupaten kooperatif juga meningkatkan
Padang Pariaman pada pembelajaran IPS pemahaman dan kepercayaan diri. Hasil
yang menerapkan model pembelajaran ini akan menyiratkan bahwa
kooperatif tipe Make a Match dapat menggabungkan pembelajaran kooperatif
meningkat. Widiana dan Jampel (2016) di kelas matematika akan meningkatkan
menyatakan bahwa, pendekatan multiple pembelajaran matematika di sekolah
intelligence teaching dibantu pemetaan menengah kedua. Akakuru (2015)
pikiran (mind mapping) dapat menyatakan bahwa Pembelajaran
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Kooperatif dapat meningkatkan peran
siswa kelas 5 di SD 8 Tianyar Barat, penting bagi siswa dalam mata pelajaran
Kubu, Karangasem. Mikran (2012) bahasa inggris.
menyatakan bahwa, penerapan model Berdasarkan pemaparan di atas,
pembelajaran kooperatif tipe make a dugaan yang menyatakan bahwa terdapat
match dapat meningkatkan hasil belajar perbedaan yang signifikan hasil belajar
fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 IPA antara siswa yang mendapat
Tomini pada konsep gerak. Untuk hasil perlakuan dengan model pembelajaran
belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai Make A Match berbantuan peta pikiran
ketuntasan belajar klasikal sebesar 72% dan siswa yang tidak mendapat perlakuan
dan daya serap klasikal sebesar 72%. dengan model pembelajaran Make A
Sedangkan pada hasil belajar siswa siklus Match berbantuan peta pikiran di SD
II diperoleh nilai ketuntasan belajar Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten
klasikal sebesar 94% dan daya serap Buleleng terbukti dalam penelitian ini.
klasikal sebesar 82%. Hal ini menunjukan
bahwa siswa sudah melewati standar PENUTUP
ketuntasan klasikal yang dipersyaratkan. Berdasarkan hasil penelitian dan
Untuk hasil observasi aktivitas siswa dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
guru pada siklus I berada pada kategori sebagai berikut. Terdapat perbedaan hasil
kurang dan cukup, sedangkan pada siklus belajar IPA yang signifikan antara siswa
II berada pada kategori baik dan sangat yang mendapat perlakuan model
baik. Apriyani (2016) menyatakan bahwa, pembelajaran make a match berbantuan

8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

peta pikiran dan siswa yang tidak Apriyani. 2016. “Pengaruh Model
mendapat perlakuan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A
make a match berbantuan peta pikiran Match Dalam Pembelajaran IPA
pada siswa kelas V SDN 3 dan 1 Kaliuntu Terhadap Keterampilan Sosial Dan
pada tahun ajaran 2016/2017. Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP”.
Perbandingan hasil perhitungan rata-rata Jurnal Pendidikan Ilmu
hasil belajar IPA kelompok ekperimen Pengetahuan Alam. (Vol: 5 No: 9
adalah 25,84 lebih besar dari rata-rata Tahun 2016).
hasil belajar IPA kelompok kontrol Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind
sebesar 18,59. Adanya perbedaan yang Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
signifikan menunjukkan bahwa Utama.
pembelajaran yang mendapat perlakuan
model pembelajaran make a match Dewi, Kadek Meta. 2013. “Pengaruh
berbantuan peta pikiran berpengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
terhadap hasil belajar IPA siswa Make A Match Berbantuan Media
dibandingkan dengan pembelajaran yang Grafis Terhadap Hasil Belajar IPS
tidak mendapat perlakuan model Siswa Kelas V SDN 18 Pemecutan
pembelajaran make a match berbantuan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal
peta pikiran Mimbar PGSD Universitas
Saran yang dapat disampaikan Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD
berdasarkan penelitian yang telah (Vol: 2 No: 1 Tahun 2013).
dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Bagi
siswa-siwa di Sekolah Dasar agar lebih Ernawati. 2016. “Model Kooperatif Make A
aktif dalam mengikuti pembelajaran dan Match Untuk Meningkatkan Hasil
terus mengembangkan pemahamannya Belajar dan Aktivitas Belajar IPS
dengan selalu berusaha membangun Siswa Kelas IV” Jurnal Education
sendiri pengetahuan tersebut melalui (Vol: 2 No: 1 Tahun 2016).
pengalaman. 2) Bagi guru-guru di Sekolah
Dasar agar lebih berinovasi dalam Faad Maonde. 2015. The Discrepancy of
pembelajaran dengan menerapkan model Students’ Mathematic
pembelajaran make a match berbantuan Achievement through
peta pikiran untuk dapat meningkatkan Cooperative Learning Model, and
hasil belajar siswa. 3) Bagi kepala sekolah the ability in mastering
yang mengalami penelitian ini dijadikan Languages and Science.
sebagai sumber informasi dalam International Journal of Education
pengembangan pendidikan dengan and Research. Vol. 3. No. 1
beragamnya model pembelajaran yang 2015-ISSN 2201-6333.
ada. 4) Bagi peneliti yang berminat untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut Iwan & Ni Putu Puspa Lestari. 2015.
tentang model pembelajaran make a “Application Type Of Cooperative
match berbantuan peta pikiran dalam Learning Model Make A Match To
bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu Improve The Motivation And
lainnya yang sesuai agar memperhatikan Learning Of Biological Materials
kendala-kendala yang dialami dalam On Ecosystem. Jurnal Nalar
penelitian ini sebagai bahan pertimbangan Pendidikan”. (Vol.3 No.2 Tahun
untuk perbaikan dan penyempurnaan 2015)
penelitian yang akan dilaksanakan.
KOC, Yasemin. 2013. Effect Of
DAFTAR RUJUKAN Cooperative Learning Model On
Science And Technology
Agung, AA Gede. 2014. Metodelogi Laboratory Practices Lesson.
Penelitian Pendidikan Singaraja: International Journal on New
UNDIKSHA. Trends in Education and Their
Implications. Artikel. Vol. 4 No.4
2013- ISSN 1309-6249.

9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

thinking skill of the whole of state


Mikran. 2012. “Penerapan Model islamic senior high schools In
Pembelajaran Kooperatif Make A purwokerto city indonesia.
Match untuk Meningkatkan Hasil International Journal of Education
Belajar Siswa Kelas VIIA SMP and Research. Artikel. Vol. 4. No.
Negeri 1 Tomini Pada Konsep 10 2016-ISSN 2411-5681.
Gerak” Jurnal Pendidikan Fisika
Tadulako (Vol: 2 No: 2 Tahun Suryantini. 2012. Penerapan Teknik Peta
2012). –ISSN 2338 3240. Pikiran (Mind Mapping) Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Murtono. 2015. Cooperative Learning Belajar Mengarang Narasi Siswa
Model toward a Reading Kelas V Semester I SD No. 1
Comprehensions on the Mengwitani Tahun Pelajaran
Elementary School. Journal of 2011/2012. Skripsi (Tidak
Education and Practice. Artikel. Diterbitkan). Jurrusan Pendidikan
Vol. 6. No. 18 2015-ISSN 2222- Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
1735 Pendidikan: Univeritas Pendidikan
Ganesha.
Obinna, Akakuru. 2015. Cooperative
Learning and Student’s Academic Wayan Widiana dan Nyoman Jampel.
Achievement in English 2016. Improving Students’
Language in Imo State, Nigeria. Creative Thinking and
IOSR Journal of Research & Achievement through The
Method in Education. Artikel. Vol. Implementation of Multiple
5 No.3 2015-ISSN 320–7388. PP Intelligence Approach with Mind
26-29 Mapping. International Journal of
Evalutation and Research in
Reima Al-Jarf. 2011. Teaching Spelling Education. Artikel. Vol. 5. No. 3
Skills with a Mind-mapping Software. 2016-ISSN 252-8822. pp. 46~254
Asian EFL Journal Professional
Teaching Articles. Vol. 53. Yoruk, Abdulkadir. 2016. Students’ Ideas
on Cooperative Learning Method.
Sadia, I W. 2008. Model Pembelajaran Universal Journal of Educational
yang Efektif untuk Meningkatkan Research. Vol. 4 No. 5- ISSN
Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu 1231-1235.
Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran Undiksha. No. 2, Th. Zakaria, Effandi. 2013. Effect of
XXXX, April 2009. ISSN 0215-8250. Cooperative Learning on
219-238. Secondary School Students’
Mathematics Achievement.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Creative Education. Artikel. Vol. 4
Berorientasi Standar Proses No.2 2013-ISSN 98-100.
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group

Slavin, E.R. 2011. Psikologi Pendidikan


Teori dan Praktek Jilid 2. Jakarta :
Indeks.

Sunhaji. 2016. Implementation of


cooperative learning strategy in
forming the student about

10

Anda mungkin juga menyukai