SERAT
Fatma Syukrina
NPM. 2006505556
Outline
1. Definisi dan Karakteristik
2. Struktur/ Klasifikasi, Fungsi dan Sumber
3. Mekanisme Pencernaan/Metabolisme di dalam Tubuh
4. AKG Serat menurut usia, jenis kelamin, dll di Indonesia dan
Negara Lain
5. Korelasi antara Asupan Serat dengan Penyakit Akibat
Defisiensi Serat
6. Implikasi dari Serat terhadap Besaran Masalah Gizi
7. Program/Kebijakan Penanggulangan Masalah Gizi di
Indonesia dan Negara Lain
Definisi Serat
WHO (2009)
1. Selulosa (C H 6
O5)n
10
2. Hemiselulosa (C5H10O5)n
3. Pektin
- Polimer heterosakarida dari dinding sel tumbuhan
- Banyak dimanfaatkan sebagai bahan perekat dan
stabilizer (pada pembuatan jelly dan selai)
- Dalam saluran pencernaan, membentuk gel dan
hampir sepenuhnya difermentasi oleh bakteri di usus
besar
- Sumber : buah-buahan (apel, beri, aprikot, ceri,
anggur, jeruk), serta kacang polong,
kacang-kacangan, dan beberapa sayuran.
Karakteristik dan Sumber Serat
4. Lignin
- Polimer unit fenol yang bercabang dengan ikatan
intramolekul yang kuat. Biasa disebut zat kayu
- Penyusun: Transconiferyl, trans-sinapyl, dan trans-p-coumaryl.
- Pada batang pohon, lignin sebagai bahan pengikat komponen
lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak.
- Sifat: tidak larut dalam air, hidrofobik, dan umumnya tidak
difermentasi oleh bakteri kolon
- Sumber: lapisan dedak sereal, gandum hitam, wortel, buah beri
Karakteristik dan Sumber Serat
5. Guar Gum
6. B-Glukan
- Homopolimer unit glukosa, tetapi lebih kecil dari seluler
- Umum digunakan sebagai agen pembentuk tekstur dalam
berbagai produk nutraceutical/kosmetik, dan sebagai suplemen
serat larut
- Sifat: sangat larut dalam air, mudah difermentasi oleh bakteri
kolon, dan membentuk gel kental di dalam saluran pencernaan
- Sumber: oat (oat bran, oat gulung, dan tepung oat utuh) dan
barley (gandum utuh dan giling kering)
Karakteristik dan Sumber Serat
7. Fruktan
8. Galaktan
RS4: dihasilkan dari modifikasi kimia pati (biasanya diisolasi dari jagung)
Contoh modifikasi adalah pembentukan ester pati atau pati ikatan silang, yang
menghambat kemampuan pati untuk membengkak selama pemasakan sehingga tahan
terhadap pencernaan.
Contoh: ditemukan di beberapa produk berbasis jagung
RS5: Terbentuk ketika amilosa dalam granula pati berikatan dengan lipid; interaksi ini
mengganggu perluasan granula pati, yang diperlukan untuk pencernaan oleh enzim.
Contoh: Dekstrin gandum
Karakteristik dan Sumber Serat
10. Psyllium
Serat larut : larut dan terdispersi ke dalam air, bermanfaat dalam menunda
pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit usus (pergerakan lebih
lambat/membutuhkan waktu lebih lama untuk bergerak), dan menurunkan penyerapan
nutrisi → peningkatan glukosa darah dan konsentrasi lipid
Serat tidak larut: tidak terdispersi ke dalam air, bermanfaat dalam menurunkan
waktu transit usus (mempercepat/ membutuhkan lebih sedikit waktu untuk bergerak) →
meningkatkan berat tinja → pencahar alami. Ex: Psyllium/ Inulin
Namun, sekarang ini diketahui bahwa tidak semua serat larut menurunkan
penyerapan nutrisi dan serat tidak larut memiliki efek yang bervariasi pada berat tinja
→ fokus pengklasifikasian bergeser ke arah viskositas & pembentukan gel
Klasifikasi dan Fungsi Serat
2. Viskositas/ Kekentalan & Pembentukan Gel
Serat kental : mampu mengikat atau menahan air dan membentuk gel di
dalam saluran pencernaan. Kapasitasnya dipengaruhi oleh → struktur kimia,
ukuran partikel, pemprosesan, dan pH
Serat-serat ini, setelah menyerap hingga beberapa kali beratnya dalam air,
menghasilkan massa agar- agar yang kental di dalam saluran pencernaan
yang memiliki fungsi:
1. Mengurangi kadar lipid serum (kolesterol total dan LDL) dengan cara
berinteraksi dengan empedu di dalam saluran pencernaan
2. Meningkatkan kontrol glikemik melalui peningkatan rasa kenyang
melalui peran hormon GLP-1 dan Peptida YY
Klasifikasi dan Fungsi Serat
2. Fermentabilitas
Serat mencapai usus besar → tidak tercerna oleh enzim pencernaan manusia
→ Bakteri kolon kemudian memfermentasi massa yang tidak tercerna ini
(serat larut) → menghasilkan short chain fatty acid (SCFA) terutama asam
asetat, propionat, dan butirat → menyediakan energi dan zat untuk
pertumbuhan mikroba baik, serta sebagai ligan untuk reseptor sel endokrin
yang diketahui memproduksi peptida YY dan glukagon-like
peptide-1(GLP-1) → mengurangi nafsu makan dan meningkatkan rasa
kenyang → keseimbangan energi
Metabolisme dan Fungsi Serat (Larut & Tidak Larut)
Sumber: Permenkes RI, 2019: UK Departement of Health, 2016; Japanese Ministry of Health, 2018
Kandungan Serat dalam Bahan Makanan
Kelebihan Asupan Serat?
Tolerable Upper
Solusi
Intake
Toleransi saluran cerna
Saat ini tidak ada umumnya akan segera
membaik sendirihnya
batas atas toleransi
asupan untuk serat
Toleransi Keluhan seiring berjalannya
pangan atau serat Toleransi terhadap Keluhan kelebihan serat: waktu.
fungsional yang asupan serat ketidaknyamanan perut,
ditetapkan bervariasi dari orang kembung, gas, dan keluaran
ke orang tinja yang berubah
Korelasi Defisiensi Serat dengan Penyakit
DM Tipe 2
Obesitas
Diet yang tinggi serat biasanya lebih rendah lemak dan rendah densitas
energi, yang membantu untuk menjaga berat badan normal. Serat larut
dan tidak larut menurunkan risiko obesitas melalui mekanisme
penghambatan nafsu makan.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa serat pangan bertindak sebagai prebiotik
yang mempengaruhi komposisi mikrobiota usus. Fermentasi serat menghasilkan SCFA
(asetat, propionat dan butirat) dan penurunan pH kolon luminal → mendorong
pertumbuhan bakteri menguntungkan (Llactobacilli dan bifidobacteria) Hasil fermentasi ini
dapat meningkatkan sel T helper, makrofag, neutrofil, dan meningkatkan aktivitas
sitotoksik sel pembunuh alami
Konsumsi serat jenis tertentu juga dapat memperparah Irritable bowel syndrom (IBS) yang merupakan
gangguan pencernaan fungsional (sering terjadi setelah makan). Gejala klasik dari sindrom ini adalah
kembung, kram perut, diare atau konstipasi.
Beberapa jenis serat yang dapat memperparah IBS adalah jenis “FOD-MAP” (fermentable, oligo-, di-,
monosaccharides, and polyols).
Mekanisme : Pertama, FODMAP kurang diserap oleh usus kecil dan bersifat osmotik, menyebabkan
banyak sekresi cairan ke dalam usus kecil → usus kecil membesar → menyebabkan gejala perut.
Kedua, FODMAP dengan cepat difermentasi oleh mikrobiota kolon → distensi kolon → produksi gas,
dengan rasa sakit dan kembung
Korelasi Defisiensi Serat dengan Penyakit
Diare