Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SKENARIO 1

“Posyandu”

Kelompok 3 :

Nor Sakinah I1D111


Ariska Endariantari I1D111
Hilda Ayu S I1D111205
Noryunita Rahmah I1D111040
Retno Septiana A. I1D111
Anindya Putri P I1D111
Seri Septiani I1D111
Saldy Rizky Saputra I1D111
Taupiek Rahman I1D111
Putri Sri Hartini I1D111
Alfia Fitriani I1D111

Tutor : drg. Dessy N.S

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN
2014

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, Puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa , karena

atas segala bimbingan dan petunjuk-Nya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karunia-Nya

sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul

”Posyandu”. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih

mendalami materi. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. drg. Dessy N.S yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan untuk lebih

mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman kelompok tutorial 3 yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan

tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan,baik

dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan

karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang

telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.

Banjarmasin, November 2014

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Judul

................................................................................................................................................

Kata Pengantar

................................................................................................................................................

Daftar Isi

................................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

...........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah

...........................................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan

...........................................................................................................................

1.4 Metode Penulisan

...........................................................................................................................

Bab II Pembahasan

3
2.1 Definisi Posyandu

...........................................................................................................................

2.2 Tujuan dan Manfaat Posyandu .........................................................................

2.3 Sasaran Posyandu .............................................................................................

2.4 Lokasi Posyandu

...........................................................................................................................

2.5 Pelaksanaan Posyandu

...........................................................................................................................

2.6 Program Posyandu

...........................................................................................................................

2.7 Sumber Dana Posyandu

...........................................................................................................................

2.8 Pencatatan dan Pelaporan Posyandu .................................................................

2.9 Kendala Posyandu .............................................................................................

2.10 Jenis Posyandu ..............................................................................................

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16

3.2 Saran ..............................................................................................................16

Daftar Pustaka .....................................................................................................................17

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perluasan infeksi odontogenik atau infeksi yang mengenai struktur gigi (pulpa dan

periodontal) ke daerah periapikal, selanjutnya menuju kavitas oral dengan menembus

lapisan kortikal vestibular dan periosteum dari tulang rahang. Fenomena ini biasanya

terjadi di sekitar gigi penyebab infeksi, tetapi infeksi primer dapat meluas ke regio yang

lebih jauh, karena adanya perlekatan otot atau jaringan lunak pada tulang rahang. Dalam

hal ini, infeksi odontogenik dapat menyebar ke bagian bukal, fasail, dan subkutaneus

servikal kemudian berkembangan menjadi selulitis fasial, yang akan mengakibatkan

kematian kematian jika tidak segera diberikan (Berini, 1997).

Istilah selulitis merupakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada

permukaan jaringan lunak dan bersifat difus. Selulitis dapat terjadi pada semua tempat

dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar, terutama pada muka dan leher,

karena biasanya pertahanan terhadap infeksi pada daerah tersebut kurang sempurna.

Selulitis mengenai jaringan subkutan bersifat difus, konsistensinya bisa sangat lunak

maupun keras seperti papan, ukurannya besar, spongius dan tanpa disertai adanya pus,

serta didahului adanya infeksi bakteri. Penyebaran infeksi selulitis progressif mengenai

daerah sekitar, bisa melewati median line, kadang-kadang turun mengenai leher (Neville,

2004; Peterson, 2002; Pedlar, 2001).

Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Lahan Gambut .

Lahan Gambut merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,

submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia

pharyngeal. Angina Ludwig atau dikenal juga dengan nama Angina Ludovici, pertama

5
kali dijelaskan oleh Wilheim Frederick von Ludwig pada tahun 1836, merupakan salah

satu bentuk abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di

antara fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,

mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Tergantung ruang mana yang

terlibat, gejala dan tanda klinik setempat berupa nyeri dan pembengkakan akan

menunjukkan lokasi infeksi (Dimitroulis,1997; Topazian, 2002; Rahardjo, 2008).

Lahan Gambut memerlukan penangganan sesegera mungkin, berupa: rujukan untuk

mendapatkan perawatan rumah sakit, antibiotik intravenous dosis tinggi, biasanya untuk

terapi awal digunakan Ampisillin dikombinasikan dengan metronidazole, penggantian

cairan melalui infus, drainase through and through, serta penanganan saluran nafas, seperti

endotracheal intubasi atau tracheostomi jika diperlukan (Rahardjo, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari selulitis ?

2. Apa definisi dari Lahan Gambut ?

3. Apa etiologi dari Lahan Gambut ?

4. Bagaimana epidemiologi dari Lahan Gambut ?

5. Sebutkan manifestasi klinis dari Lahan Gambut ?

6. Bagaimana patogenesis dari Lahan Gambut ?

7. Bagaimana cara penegakkan diagnosa Lahan Gambut

8. Bagaimana penatalaksanaan kasus Lahan Gambut ?

9. Apa diagnosis banding dari Lahan Gambut ?

10. Bagaimana prognosis dari Lahan Gambut ?

11. Apa komplikasi dari Lahan Gambut ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan tentang selulitis

6
2. Menjelaskan definisi Lahan Gambut

3. Menjelaskan etiologi Lahan Gambut

4. Menjelaskan epidemiologi Lahan Gambut

5. Menjelaskan manifestasi klinis Lahan Gambut

6. Menjelaskan patogenesis Lahan Gambut

7. Menjelaskan cara penegakkan diagnosa pada Lahan Gambut

8. Menjelaskan penatalaksanaan Lahan Gambut

9. Menjelaskan diagnosa banding Lahan Gambut

10. Menjelaskan prognosis Lahan Gambut

11. Menjelaskan komplikasi Lahan Gambut

1.4 Metode penulisan

 Metode Literatur

Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku

kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya yang relevan dengan topik.

 Metode Teknologi

Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi

(Kementerian Kesehatan, 2011)

2.2. Tujuan dan Manfaat Posyandu

Tujuan dari Posyandu diantaranya adalah (Sari, 2012) :

1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi

2. Mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu

3. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

4. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan

Sedangkan manfaat dari Posyandu adalah (Depkes RI, 2006; Vitruah, 2010) :

a. Bagi Masyarakat, yaitu memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB,

dan memperoleh bantuan secara profesional dlm pemecahan masalah kesehatan

terutama terkait kesehatan ibu dan anak

b. Bagi Puksesmas, yaitu optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak

pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama

2.3. Sasaran Posyandu

8
Sasaran dari Posyandu terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas, pasangan

usia subur (PUS), bayi berusia kurang dari 1 tahun, dan anak balita usia 1-5 tahun

(Rosita, 2011)

2.4. Lokasi Posyandu

Posyandu biasanya bertempat di area yang mudah didatangi oleh masyarakat,

tempat ditentukan oleh masyarakat sendiri dan apabila tidak memungkinkan dapat

dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW (Bintanah, 2010)

2.5. Pelaksanaan Posyandu

Posyandu dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB

dan keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemuda atau pemudi.

Pengelola Posyandu sendiri adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang

berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan

yang ada di wilayah tersebut (Aidha, 2010). Berikut adalah struktur organisasi

posyandu menurut Kementrian Keesehatan RI tahun 2012 :

Disahkan oleh
Pengorganisasian Kepala desa /
Lurah

Kriteria Kader /
Musyawarah desa
pengelola

Ketua Sekertaris Bendahara Kader

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Posyandu


Kader posyandu biasanya dipilih berdasarkan beberapa kriteria, yaitu (Sari, 2012) :

1. Berusia dewasa
9
2. Dapat membaca dan menulis

3. Dipilih dan diterima masyarakat

4. Berminat dan mampu melaksanakan tugas sebagain kader

5. Memahami tata cara, adat, budaya dan kepercayaan

6. Minimal telah menyelesaikan sekolah tingkat SMP

Sedangkan kriteria untuk pengelola menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2012

adalah :

1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi

masyarakat.

3. Bersedia bekerja sama secara sukarela dengan masyarakat.

Pada pelaksanaan posyandu dikenal sistem 5 meja, yaitu (Sembiring, 2004) :

Meja 1 : Pendaftaran

Meja 2 : Penimbangan

Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan

Meja 4 : Penyuluhan kesehatan

Meja 5 : Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.2 Alur pelayanan posyandu

10
2.6. Program Posyandu

Kegiatan di posyandu secara umum meliputi kegiatan pemantauan tumbuh

kembang balita, pelayanaan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk mencegah

penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan, dan konseling/rujukan

konseling bila diperlukan. Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2012 konsep dari

program posyandu adalah GOBI-3F, yaitu growth monitoring, oral rehidration, breast

feeding, imunitating, female education, family planning,dan food suplementation.

Konsep ini kemudian dituangkan dalam 5 program pokok posyandu (Gamawan, 2011).

Lima program pokok tersebut adalah (Fitriah, 2011) :

1. Keluarga Berencana (KB)

• pembagian pil KB/kondom

• Suntikan KB

• Konsultasi KB

2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

• pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

• Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

• Pemberian makanan tambahan (PMT)

3. Pelayanan Gizi

• Pemantauan pertumbuhan

• Pendistribusian kapsul vit A dan Zat besi (Fe)

• Penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan (PMT)

4. Imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B

5. Pencegahan dan penanggulangan diare dengan pemberian oralit

Apabila 5 kegiatan utama telah di lakukan dengan baik (cakupannya di atas 50% )

serta didukung oleh sumberdaya yang mendukung, posyandu dapat melalukan program

11
tambahan. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini harus mendapat dukungan dari

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Jenis program tambahan tersebut diantaranya

adalah (Aidha, 2010) :

– Bina Keluarga Balita

– Pertemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa.

– Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

– Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

2.7. Sumber Dana Posyandu

Sumber dana kegiatan posyandu dapat berasal dari masyarakat, pihak swasta, hasil

usaha dari posyandu itu sendiri, maupun dari pemerintah daerah kabupaten/kota,

provinsi, dan pemerintah pusat (Depkes RI, 2006; Fitriyah, 2011)

2.8. Pencatatan dan Pelaporan Posyandu

Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan

dilakukan dgn menggunakan format baku sesuai dgn Sistem Informasi Posyandu (SIP)

terlampir, yakni (Kemenkes RI, 2012) :

a. Format 1 : catatan kelahiran bayi, kematian bayi, ibu hamil, dan kematian ibu

(hamil, melahirkan, dan nifas)

b. Format 2 : register bayi dan balita di wilayah kerja posyandu

c. Format 3 : register wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia subur (PUS) di

wilayah kerja posyandu

d. Format 4 : register ibu hamil di wilayah kerja posyandu

e. Format 5 : data hasil kegiatan posyandu pada hari buka posyandu

Pada dasarnya kader posyandu tdk wajib melaporkan kegiatan kepada puskesmas

ataupun sektor terkait lainnnya. Apabila puskesmas atau sektor terkai lainnya

membutuhkan data tertulis yg terkait dgn kegiatan posyandu, maka puskesmas atau
12
sektor terkait tsb harus mengambilnya langsung ke posyandu. Puskesmas harus

menunjuk petugas yg bertanggung jawab untuk pengambilan data hasil kegiatan

posyandu (Kemenkes RI, 2012)

2.9. Kendala Posyandu

Pelaksanaan posyandu di Indonesia dapat mengalami berbagai macam kendala

yang menyebabkan tidak optimalnya program. Kendala yang dihadapi sebagian besar

posyandu khususnya di Kalimantan Selatan adalah (Rosihan, 2012) :

• Peran posyandu dalam memberikan kontribusi penurunan prevalensi gizi

kurang anak balita di Kalimantan Selatan masih kurang

• sebagian besar Posyandu tidak atau belum menjalankan fungsi posyandu sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan;

• kurangnya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan posyandu,

• sebagian besar posyandu belum memiliki tempat layanan yang memadai;

• kurangnya penghargaan diberikan pada kader posyandu;

• cakupan posyandu masih rendah untuk anak balita;

• peran dan tanggung jawab setiap jenjang administratif secara lintas program

maupun lintas sektor belum maksimal; dan

• kurangnya dana operasional kegiatan posyandu oleh pemerintah daerah.

Pemerintah sejak tahun 1999 kemudian melakukan upaya revitalisasi posyandu

yang mengalami berbagai kendala tersebut. Tujuan dilakukannya revitalisasi adalah

untuk meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu berdasarkan SE MENDAGRI dan

OTDA No. 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang pedoman umum revitalisasi

posyandu. Strategi revitalisasi posyandu menurut Kemendagri terdiri dari :

a. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan teknis, serta dedikasi

kader di Posyandu

13
b. Memperluas sistem Posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas

pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah

c. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan saran dan

prasaran kerja posyandu

d. Meingkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan

pembiayaan kegiatan Posyandu

e. Menyediakan sistem pilihan jenis dalam pelayanan (paket minimal dan tambahan)

sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat

f. Menggunakan azas kecukupan dan urgensi dalam penetapan sasaran pelayanan

dengan perhatian khusus pada Baduta untuk mencapai cakupan keseluruhan

g. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dan tenaga

profesional dan tokoh masyarakat, termasuk LSM

2.10. Jenis Posyandu

Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut (DepKes RI,

2006) :

a. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh

kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat

terbatas yakni kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin

bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena

belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat

adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih,

14
tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan

cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih

menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

c. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih,

cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan

program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang

dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK

di wilayah kerja Posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih,

cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan

program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang

dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal

di wilayah kerja Posyandu.

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1 Frekuensi <8 >8 >8 >8


Penimbangan
2 Rerata Kader tugas <5 >5 >5 >5

3 Rerata cakupan D/S <50% <50% >50% >50%

4 Cakupan kumulati KB <50% <50% >50% >50%

15
5 Cakupan kumulatif <50% <50% >50% >50%
KIA
6 Cakupan kumulatif <50% <50% >50% >50%
imunisasi
7 Program tambahan - - + +

8 Cakupan dana sehat <50% <50% <50% >50%

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organic,

karena lapukan tanaman yang belum sempurna dan miskin hara. Lahan gambut memiliki

ciri diantaranya tinggi bahan organik, pH yang rendah, dan berwarna merah-kecokelatan.

Rasa asam pada air gambut disebabkan oleh pH yang rendah yaitu 2-4, hal tersebut

memberikan dampak negatif bagi kesehatan gigi karena dapat menyebabkan

demineralisasi gigi dan akhirnya meningkatkan risiko karies gigi. Selain pH yang rendah,

kandungan mineral baik seperti fluor dan kalsium yang rendah pada air gambut juga

menyebabkan rendahnya kekuatan dan kemampuan remineralisasi gigi. Beberapa upaya

dapat dilakukan untuk mengolah air gambut agar layak dikonsumsi, diantaranya adalah

dengan cara konvensional

Saran

Diharapkan mahasiswa dapat menerima dan mempelajari makalah ini, bukan hanya

dipelajari tetapi juga sebagai penuntun dalam mempermudah belajar, dan mahasiswa

mampu menjelaskan sendiri pengetahuan yang sudah dipelajari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aidha, 2010. Kinerja petugas posyandu dan kepuasan ibu pengguna posyandu di desa sei
semayang kab deli serdang. Skripsi. USU: Medan

Bintanah S. Gambaran Kegiatan Posyandu dalam Rangka Deteksi dini Gizi Buruk Di
Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Semarang. Jurnal UNIMUS. 2010

Depkes RI. Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator dan pemberdayaan kader
posyandu. Jakarta, 2012.

Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta, 2006

Gamawan FV. 2011. Buku panduan: Kader Posyandu menuju keluarga sadar gizi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: EDG. 3-6, 7, 8.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta, 2011.

Rosihan, 2012. Kebijakan Revitalisasi Posyandu Di Provinsi Kalimantan Selatan. DIA,


Jurnal Publik Administrasi 2012:10(2): 32 – 43

Rosita, R. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta, 2011

Sari, DG. Hubungan Peran Serta Kader dengan Pelaksanaan POSYANDU Balita. Jurnal
Kebidanan 2012;4(1)

Sembiring N. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Peningkatan
Kesehatan Masyarakat. Bagian Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan
USU. Medan. 2004.

Vitriah 2010. Determinan Kinerja Kader Posyandu Dalam Menuju Revitalisasi Posyandu
Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Skripsi. USU:
Medan

18

Anda mungkin juga menyukai