Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADIST TENTANG JUAL MUDHARABAH

Dosen Pengampu : Riyadi, M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Ficky Ardika 2051030060


2. Lulu Hamidah 2051030088
3. Vinca Amelia 2051030178

KELAS E
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443/2021 M

1
KATA PENGANTAR
‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬
ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadist Tentang Jual
Muadharabah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bpk.
Riyadi, M.Pd.I.pada bidang Hadist Ekonomi Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai Hadist Tentang Jual Muadharabah bagi pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Riyadi, M.Pd.I. selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Hadist Ekonomi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya kepada para Mahasiswa UIN Raden Intan
Lampung. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Bandar Lampung,15 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA

R
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Mudharabah
B. Mudharabah menurut Ulama Mazhab
C. Dalil Al-Quran
D. Dalil Hadist
E. Kaidah fiqih
F. Rukun mudharabah
G. Syarat mudharabah
H. Jenis-jenis mudharabah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mudharabah berasal dari kata dharb, yang secara etimologis berarti bepergian
atau berjalan. Al Qur’an tidak secara langsung menunjukan arti dari mudharabah
tersebut. Namun secara implisit,kata dasar dha-ra-ba yang merupakan kata dasar
mudharabah disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak lima puluh delapan kali
(Abdullah Saeed, 2008). Wahbah Zuhayli (2007) menjelaskan salah satu arti dari
mudharabah adalah melakukan perjalanan di muka bumi (al sir fi al-ardh).
Istilah mudharabah dapat disebut juga dengan qiradh/muqaradhah. Hal ini
dikarenakan istilah mudharabah lebih dikenal dan dipergunakan oleh penduduk Irak
yang mayoritas mengikuti mazhab Hanafi dan Hambali. Sedangkan qiradh
merupakan isitilah yang sering dipergunakan oleh penduduk Hijaz yang mayoritas
mengikuti mazhab Maliki dan Syafi’i. Tetapi pada dasarnya pengertian dari kedua
istilah tersebut mempunyai makna yang serupa.
Dalam materi kali ini juga akan membahas tentang pengertian
mudharabah,dalil sampai jenis jenis mudharabah.kita akan membahas secara detail
tentang hal tersebut

iii
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian mudharabah ?
2. Pengertian menurut ulama mahzab ?
3. Dalil al-qur’an dan hadist ?
4. Kaidah fiqih ?
5. Rukun dan syarat mudharabah ?
6. Jenis-jenis mudharabah ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Agar pembaca mengetahui dan paham tentang jual mudharabah,dari pengertian


sampai dalil tentang hal tersebut

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang secara etimologis berarti bepergian
atau berjalan. Al Qur’an tidak secara langsung menunjukan arti dari mudharabah
tersebut. Namun secara implisit,kata dasar dha-ra-ba yang merupakan kata dasar
mudharabah disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak lima puluh delapan kali
(Abdullah Saeed, 2008). Wahbah Zuhayli (2007) menjelaskan salah satu arti dari
mudharabah adalah melakukan perjalanan di muka bumi (al sir fi al-ardh).
Istilah mudharabah dapat disebut juga dengan qiradh/muqaradhah. Hal ini
dikarenakan istilah mudharabah lebih dikenal dan dipergunakan oleh penduduk Irak
yang mayoritas mengikuti mazhab Hanafi dan Hambali. Sedangkan qiradh merupakan
isitilah yang sering dipergunakan oleh penduduk Hijaz yang mayoritas mengikuti
mazhab Maliki dan Syafi’i. Tetapi pada dasarnya pengertian dari kedua istilah tersebut
mempunyai makna yang serupa.

Menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 115 Tahun 2017 menyatakan bahwa


Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha arrtara pemilik modal (malilk / shahib
al-mal) yang menyediakan seluruh modal dengan pengelola ('amil/mudharib) dan
keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai nisbah yang disepakati dalam akad.

B. Mudharabah menurut Ulama Mazhab


Di dalam fikih muamalah, terminologi mudharabah diungkapkan oleh ulama
mazhab, yang diantaranya sebagai berikut (Muhammad, 2004):
1) Mazhab Hanafi : mudharabah adalah suatu bentuk perjanjian dalam melakukan
kongsi untuk mendapatkan keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan
kerja (usaha) dari pihak lain.
2) Mazhab Maliki : mudharabah adalah penyerahan uang dimuka oleh pemilik
modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan
menjalankan usaha dengan uang tersebut disertai dengan sebagian imbalan dari
keuntungan usahanya.

v
3) Mazhab Syafi’i : definisi mudharabah yaitu pemilik modal menyerahkan
sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang
dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya.
4) Mazhab Hambali : mudharabah adalah penyerahan barang atau sejenisnya
dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya
dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.
5) Ibn Rusyd dalam kitab “Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid”, Ibn
Rusyd menyamakan isitilah mudharabah dengan qiradh atau muqaradhah, ketiga
istilah tersebut mempunyai makna yang sama sebagai perkongsian modal dan
usaha. Di dalam kitab tersebut Ibn Rusyd tidak terlalu banyak membahas
mengenai definisi mudharabahkarena telah dibahas secara lengkap oleh ulama
lain khususnya imam mazhab (Thabrani Abdul Mukti,2004).
6) Sayyid Sabiq, mudharabah adalah akad antara kedua belah pihak dimana salah
satu pihak mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lain untuk diperdagangkan,
dan laba dibagi dua sebagaimana kesepakatan. Sedangkan Abdurrahman Al-Jaziri
mendefinisikan mudharabah sebagai akad antara dua orang yang berisi kesepakatan
bahwa salah seorang dari mereka akan memberikan modal usaha produktif,
dan keuntungan usaha itu akan diberikan sebagian kepada pemilik modal
dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui bersama
(Sayyid Sabiq, 2008).

C. Dalil Al-Qur’an
Dalil Al-Qur’an yang mendasari hukum mudharabah diantaranya sebagai berikut:
Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 275 adalah:

‌‫َوَأ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۚ ْا‬


Artinya: "....dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba."
Firman Allah SWT QS. An-Nisa ayat 29 adalah:

ُ ‫يَ ٰـَٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا اَل ت َۡأ‬


ٍ ۬ ‫ڪلُ ٓو ْا َأمۡ َوٲلَ ُكم بَ ۡينَڪُم بِ ۡٱلبَ ٰـ ِط ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُكونَ تِ َج ٰـ َرةً عَن تَ َرا‬
‫ض‬
)٢٩( ‫س ُك ۚمۡ‌ ِإنَّ ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِحي ۬ ًما‬ َ ُ‫ِّمن ُك ۚمۡ‌ َواَل ت َۡقتُلُ ٓو ْا َأنف‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu".

vi
D. Dalil Hadist

:‫سلَّ َم قَا َل‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ ُ ‫ي رضي هللا عنه َأنَّ َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫عَنْ َأبِ ْي‬
ْ ‫س ِع ْي ٍد ا ْل ُخ ْد ِر‬
ٍ ‫ِإنِّ َما ا ْلبَ ْي ُع عَنْ ت ََرا‬
‫ (رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان‬،‫ض‬
Artinya: Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

‫ اَ ْلبَ ْي ُع ِإلَى َأ َج ٍل‬:ُ‫ث ِف ْي ِهنَّ ا ْلبَ َر َكة‬


ٌ َ‫ ثَال‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ َ ‫َأنَّ النَّبِ َّي‬،
‫ت الَ ِل ْلبَ ْي ِع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬ َّ ‫ َو َخ ْلطُ ا ْلبُ ِّر بِال‬،ُ‫ضة‬
ِ ‫ش ِع ْي ِر لِ ْلبَ ْي‬ َ ‫ار‬َ َ‫َوا ْل ُمق‬
Nabi bersabda : ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual.’” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

E. Kaidah fiqih
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.”
Islam mensyariatkan akad kerja sama Mudharabah untuk memudahkan orang,
karena sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana
ada juga orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk
mengelola dan mengembangkannya. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk
mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.1

F. Rukun mudharabah
Menurut An-Nawawi Mudharabah memiliki lima rukun, yaitu:
1. Modal.
2. Jenis usaha.
3. Keuntungan.
4. Shighot (pelafalan transaksi) .
5. Dua pelaku transaksi, yaitu pemilik modal dan pengelola.2

1
Heru maruta, Akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah serta aplikasinya dalam masyarakat
2
Aufa islami, analisis jaminan dalam akad-akad bagi hasil di perbankan syariah, jurnal hukum ekonomi
syariah, Vol. 4 No. 1 (April, 2021), hlm 13.

vii
G. Syarat mudharabah
Syarat-syarat dalam Mudharabah menurut An-Nawawi , yaitu:
1) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-
hal berikut:
b) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak
(akad).
c) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
d) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3) Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana
kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
1. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
2. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
3. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib
(pengelola modal), baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan
kesepakatan dalam akad. Keuntungan mudharabah.
4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari
modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
1. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
2. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi
(nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus
berdasarkan kesepakatan.
3. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan modal yang
disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

viii
1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif pengelola (mudharib), tanpa campur
tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syariah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktifitas itu.3

H. Jenis-jenis mudharabah
Mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Al-Mudharabah al-muqayyadah (resticted mudharabah). Yaitu penyerahan modal
dengan syarat dan batas tertentu.
2) Al-Mudharabah al-muthlaqah (unrestricted mudharabah). Yaitu penyerahan modal
secara mutlak, tanpa syarat dan pembatasan.

Kemudian jenis mudharabah muqayyadah terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat) yaitu pemilik dana


(shahibul maal) membatasi atau memberi syarat kepada mudharib dalam
pengelolaan dana seperti misalnya hanya melakukan mudharabah bidang tertentu,
cara, waktu dan tempat tertentu saja.
2) Mudharabah muqayyadah of balance sheet merupakan jenis mudharabah di mana
penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank
bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha.4

3
Ibid, hlm 13-14.
4
Ibid, hlm 15-16

ix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang secara etimologis berarti bepergian
atau berjalan. Al Qur’an tidak secara langsung menunjukan arti dari mudharabah
tersebut. Namun secara implisit,kata dasar dha-ra-ba yang merupakan kata dasar
mudharabah disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak lima puluh delapan kali
(Abdullah Saeed, 2008). Wahbah Zuhayli (2007) menjelaskan salah satu arti dari
mudharabah adalah melakukan perjalanan di muka bumi (al sir fi al-ardh).
Dalil Al-Qur’an yang mendasari hukum mudharabah diantaranya sebagai
berikut Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 27 dan QS. An-Nisa ayat 29
Rukun mudharabah Menurut An-Nawawi Mudharabah memiliki lima rukun,
yaitu:Modal, Jenis usaha, Keuntungan, Shighot (pelafalan transaksi), Dua pelaku transaksi,
yaitu pemilik modal dan pengelola.
Jenis-jenis mudharabah, dibagi menjadi dua jenis, yaitu Al-Mudharabah al-
muqayyadah (resticted mudharabah) dan Al-Mudharabah al-muthlaqah (unrestricted
mudharabah).

x
Daftar Pustaka

Aufa islami, analisis jaminan dalam akad-akad bagi hasil di perbankan syariah, jurnal
hukum ekonomi syariah, Vol. 4 No. 1 (April, 2021), hlm 13.

Heru maruta, Akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah serta aplikasinya dalam
masyarakat

xi

Anda mungkin juga menyukai