Anda di halaman 1dari 13

ANTHROPOLOGI

“ANTHROPOLOGI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN”

Dosen Pengampu :
Ni Nyoman Hartati, S.Kep.,Ns.,M.Biomed
Oleh Kelompok 11 :

1. DEWI PUSPITA CAHYANI (P071202211105/04)


2. GUSTI AYU MAS DIAH VIRDAYANTHI (P071202211107/06)
3. I GUSTI AYU INTAN KARTIKA DEWI (P071202211109/08)
4. NI MADE LEONY PENDAYANI (P071202211137/36)

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi, atas
berkat dan rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Anthropologi
Dalam Praktik Keperawatan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dan sumber-sumber yang telah membantu saya
dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari
itu saya harap Bapak/Ibu dapat memberikan saran/masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga di penyusunan makalah berikutnya, penulis dapat membuat
makalah yang lebih baik sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om.
Tabanan, 15 Januari 2022

Tabanan, 10 Februari 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1 Anthropologi dalam Praktik Keperawatan ............................................................................ 5
2.2 Perkembangan Anthropologi Dalam Praktik Keperawatan .................................................. 5
2.2.1 Perkembangan Anthropologi Keperawatan Dari Sisi Biological Pole ......................... 9
2.2.2 Perkembangan Anthropologi Keperawatan Dari Sisi Sosiocultural Pole ................... 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada
pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk
dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan
membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan
perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya
merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara
memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan
dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu
sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan
ocial, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudan kehidupan sehari-hari. Di
sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek
kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur
keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa yang dimaksud dengan Antropologi dalam praktik keperawatan?
1.1.2 Bagaimana Perkembangan Antropologi dalam Keperawatan?

1.3 Tujuan
1.1.3 Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Antropologi dalam praktik keperawatan
1.1.4 Mengetahui Bagaimana Perkembangan Antropologi dalam Keperawatan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anthropologi dalam Praktik Keperawatan


Antropologi Keperawatan merupakan sistem sosial budaya yg memiliki ketertarikan untuk
dikaji, dalam hal ini antrropologi dapat berdiri sendiri maupun integrasi dengan bidang profesi
lain, seperti pendidikan bagi peranan professional interaksi, peran professional kebebasan
wanita, dan peran professional profesi keperawatan. Profesi keperawatan merupakan bidang
pengamatan yang menarik bagi antropologi dalam mengamati metodologinya.

2.2 Perkembangan Anthropologi Dalam Praktik Keperawatan


Kajian ilmu Antropologi secara praktis dapat digunakan membangun masyarakat dan
kebudayaannya. Pembangunan tersebut dilakukan tanpa harus membuat masyarakat dan
kebudayaan bersangkutan kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban. Dari hal ini jelas
bahwa penerapan pendekatan antropologi yang berorientasi pada keanekaragaman budaya
merupakan prospek sosial budaya dalam pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan. Prospek
tersebut meliputi hubungan antarbudaya maupun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan
dengan tidak mempermasalahkan perbedaan budaya. Asuhan keperawatan yang berorientasi
pada kebudayaan itu juga harus dilaksanakan sesuai hati nurani dan standar penerapan tanpa
membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lain.
Pada abad ke-21 ini, tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
berkualitas akan semakin besar. Ini juga berlaku terhadap kualitas asuhan keperawatan. Adanya
globalisasi juga berdampak pada pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Penyebabnya ialah mobilitas masyarakat dunia semakin tinggi sehingga semakin sering terjadi
perpindahan penduduk antarnegara (imigrasi). Sebagai sebuah profesi, keperawatan memiliki
landasan body of knowledge. Landasan ini bersifat kuat, dapat dikembangkan, serta dapat
diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Keperawatan berarti memberikan bantuan pada individu, keluarga dan masyarakat dalam
memenuhi kegiatan dasar sehari-hari, adaptasi terhadap keadaan sehat atau sakit, serta mencapai
derajat kesehatan optimal. Kegiatan keperawatan ditujukan pada pencapaian kemampuan
5
individu untuk merawat dirinya. Konsep sehat digunakan sebagai landasan untuk mencapai
sasaran keperawatan. Pendekatan pelayanan kesehatan utama (primary health care)
memungkinkan masyarakat dapat menjangkau asuhan keperawatan esensial. Oleh karena itu,
perawat diharuskan berpartisipasi aktif dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan
utama. Sistem tersebut juga perlu dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat, dan
implementasinya dapat memanfaatkan profesi perawat secara efektif.
Pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk mencapai derajat kesehatan semaksimal
mungkin sesuai potensi guna menjalankan kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
kesehatan. Proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan menjadi bagian dalam upaya
pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan,
bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya biasanya diberikan karena beberapa hal. Misalnya,
adanya kelemahan fisik, keterbatasan pengetahuan kesehatan, dan kurangnya kemauan klien
menuju pada kemampuan hidup mandiri. Kegiatan-kegiatan keperawatan harus pula dilakukan
sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan.
Pada pelaksanaan praktik keperawatan, perencanaan harus disusun berdasarkan sintesis
dari berbagai pengetahuan tentang fisiologi, psikologi, sosial budaya, perkembangan, dan
spiritual. Berbagai macam pengetahuan penunjang lainnya juga perlu diikutsertakan, diantaranya
terkait biologi, patofisiologi penyakit, mikrobiologi, farmakologi, kebutuhan manusia, motivasi,
dan komunikasi. Ada pula teori belajar-mengajar, pendekatan sistem pemecahan masalah,
manajemen dan kepemimpinan, hubungan interpesonal dalam berhubungan dengan pasien,
keluarga dan masyarakat, serta semua anggota tim kesehatan. Dengan demikian perawat
merupakan profesi dengan ciri-ciri yang utuh untuk kesejahteraan umat manusia. Keperawatan
dikatakan pula menggunakan ilmu dan kiat. Keperawatan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai metode ilmiah yang dijadikan dasar pelaksanaan praktik keperawatan
profesional, baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Seorang perencana kesehatan biasanya dapat melihat secara jelas adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat melalui teknik-teknik dan metode dalam ilmu antropologi.
Misalnya saja teknik observasi, wawancara mendalam, informasi tokoh masyarakat, studi
etnografi dan sebagainya. Karena itu, para ahli perencanaan kesehatan mampu mengembangkan
strategi yang sesuai dengan kondisi masyarakat sasaran. Teknik-teknik yang digunakan dalam
antropologi memiliki peran membantu seorang perencana kesehatan untuk menjadi lebih sensitif
6
terhadap budaya orang lain. Upaya promosi atau komunikasi kesehatan harus dengan cermat
melihat perbedaan budaya dari kelompok sasaran. Hal itu dapat menentukan upaya komunikasi
dalam strategi intervensi.
Penggunaan teknik-teknik antropologi oleh perencana kesehatan juga dapat memberikan
wawasan bahwa suatu masyarakat dan kebudayaan selalu berubah setiap saat. Sehingga suatu
intervensi harus disesuaikan dengan dinamika masyarakat. Begitu pula dengan studi etnografi,
termasuk teknik observasi, wawancara mendalam serta teknik “partisipasi observasi”. Semua itu
dapat memberikan informasi berharga tentang persepsi budaya, adat istiadat kebiasaan
kepercayaan, serta apa saja yang terkandung di dalamnya. Studi semacam ini baru bisa dilakukan
dalam kurun waktu cukup lama dan melelahkan untuk memperoleh informasi mendalam dan
akurat. Selain itu, studi ini juga dapat memberikan informasi akurat tentang segmen-segmen
untuk tujuan pemasaran. Selain itu, perolehan informasi melalui studi etnografi dapat dijadikan
dasar untuk desain survei dan riset-riset pengembangan. Para perencana kesehatan (petugas
medis) juga dapat beragam memanfaatkan informasi penting yang dikumpulkan ahli antiopologi,
seperti:
1. Struktur ekonomi rumah tangga.
2. Hubungan pria dan wanita.
3. Dominasi dalam proses pengambilan keputusan.
4. Kepercayaan mengenai kesehatan dan penyakit.
5. Perilaku kesehatan masyarakat.
6. Model perkembangan keluarga.
7. Interaksi dalam masyarakat.
8. Perkembangan masyarakat.
9. Lembaga dan struktur sosial masyarakat.
10. Pembagian tugas masyarakat.
Dalam perkembangannya, teori keperawatan terbagi menjadi empat level yaitu metha
theory, grand theory, midle range theory dan practice theory. Keempat teori tersebut disusun
dari yang paling abstrak sampai paling konkret.
1. Metha Theory
Metha theory ialah teori keperawatan itu sendiri. Teori ini terbatas, abstrak, dan sangat
sulit diaplikasikan dalam praktik. Metha theory dalam keperawatan akan tampil sebagai
7
superstruktur dengan aplikasi praktik ganda, kesempatan tambahan bagi ketiga teori lainnya,
serta model-model untuk mengeksplorasi bagaimana keperawatan merekonstruksi dan
direkonstruksi.
2. Grand Theory
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep spesifik yang didapatkan dari model
konseptual, preposisi konsep secara nyata, dan hubungan spesial antara dua konsep atau lebih.
Grand theory merupakan teori dengan cakupan luas dan kompleks, terdiri dari kerangka kerja
konseptual global yang mendefinisikan perspektif praktik keperawatan. Teori ini juga melibatkan
perbedaan cara dalam melihat fenomena keperawatan. Tujuan grand theory adalah mengatur
beberapa informasi dan mengidentifikasi konsep penting serta menghubungkannya dengan
praktik keperawatan. Manfaat teori ini adalah sebagai alternative panduan untuk praktik selain
tradisi/intuisi, sekaligus sebagai kerangka kerja bagi pendidikan profesional keperawatan.Teori
ini pun digunakan sebagai pembeda keperawatan dari profesi lain dan menyediakan legitimasi
untuk ilmu pengetahuan keperawatan. Namun, teori ini masih bersifat abstrak sehingga belum
bisa langsung diuji secara empiris.
3. Middle Range Theory
Dari tingkatan abstrak, midle range theory cukup spesifik. Teori ini dinilai penting dalam
disiplin praktik keperawatan karena mampu memberikan manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktik, dan cukup abstrak secara ilmiah. Middle range theory terdiri dari
konsep dan proposisi yang spesifik dan nyata merepresentasikan bidang keperawatan. Middle
range theory dapat membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien
dan memungkinkan menjadi dasar untuk menjelaskan beberapa efektivitas dari intervensi
petugas kesehatan.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory (teori keperawatan transkultural). Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang
didasari pada pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat. Teori ini beranggapan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai sangatlah penting
diperhatikan dalam penerapan asuhan keperawatan. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

8
Klien bisa mengalami cultural shock jika berada pada suatu kondisi di mana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan klien. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan, dan beberapa klien bahkan
bisa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya oleh perawat dapat berakibat pada penurunan
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat
kesembuhan atau kesehatan klien.
4. Practice Theory
Teori terakhir yakni practice theory menjadi teori yang paling spesifik dan jelas
cakupannya dibandingkan tiga teori sebelumnya. Practice theory mampu menentukan tindakan
atau intervensi keperawatan yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini juga fokus
pada fenomena keperawatan spesifik dengan memberikan arahan langsung pada praktik
keperawatan. Practice theory merupakan hasil pengembangan middle range theory yang
menyediakan kerangka kerja intervensi keperawatan guna memprediksi efek dari praktik
keperawatan itu sendiri. Pengalaman praktik klinis perawat dapat menjadi sumber utama untuk
pengembangan practice theory keperawatan. Teori ini juga menggambarkan dan menjelaskan
kedalaman dan kompleksitas teori keperawatan melalui apresiasi mendalam terhadap fenomena
keperawatan dan hubungan antara aspek pada situasi keperawatan.

2.2.1 Perkembangan Anthropologi Keperawatan Dari Sisi Biological Pole


Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam
memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain, Misalnya dalam bidang biologi,
antropologi keperawatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan
variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor faktor sosialdan budaya di
masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara
Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
Secara umum, antropologi keperawatan senantiasa memberikan sumbangan padailmu
kesehatan lain sebagai berikut:

9
Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya.
Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian
masyarakat yang membangun.Contoh pendekatan sistem. holistik, emik, relativisme yang
menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah
dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial
budaya bidang kesehatan.
Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan
suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu
kondisi yang ada di masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi keperawatan, antara lain:
1. Antropologi fisik/ biologi ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk
tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat
faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentangpengobatan pada masyarakat primitif atau
yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini
harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.
3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai
belahan dunia. Misalny perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari
penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit
yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan
antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

2.2.2 Perkembangan Anthropologi Keperawatan Dari Sisi Sosiocultural Pole


Antropologi keperawatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya. diantaranya :

10
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun
supernatural atau penyihir
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok
masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual,
terutama illness dan sicknesspada keluarga ataupun masyarakat.
6. Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi keperawatan
diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi
terhadap keadaan dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk
mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungantempat tinggalnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prospek social budaya terhadap keperawatan adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya dan menerapkan pelayanan
keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya tanpa merugikan kesehatan atau melanggar
prosedur asuhan keperawatan. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks social budaya
sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat
dengan klien. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang
tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru. Perencanaan dan pelaksanaan proses
keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat
memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan
budaya klien. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini dan jauh dari
kata sempurna. Saran kami adalah semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca
agar kita sama-sama memahami tentang “Antropologi Dalam Praktik keperawatan”.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Murdiyanti Prihatin Putri,M. Kep., Ns., Sp. Kep.M.B Nunung Rachmawati, S. Kep., Ns.,
M. Kep. 2018. Antropologi Kesehatan. Pustaka Baru Press.

https://www.academia.edu/41670972/MAKALAH_ANTROPOLOGI_KESEHATAN_KELOM
POK_4_Disusun_Oleh (diakses, 10 Februari 2022).

13

Anda mungkin juga menyukai