ILMU-ILMU EMPIRIS
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia - Nya
yang selalu tercurahkan kepada kita. Sholawat serta salam kita tujukan kepada nabi
Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa'atnya di yaumul akhir. Makalah ini Saya
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Ilmu”, juga dimaksudkan untuk
memberikan wawasan kepada pembaca untuk lebih memenuhi tentang segala sesuatu
mengenai “Ilmu-Ilmu Empiris”. Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan yang selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1......................................................................................................Latar belakang 3
1.2...............................................................................................Rumusan Masalah. 3
1.3..................................................................................................Tujuan Penulisan 3
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1..............................................................................................................Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ii
i
BAB II
PEMBAHASAN
1
Train D Heartnet,Ebook : filsafat ilmu hlm : 40
2
Yosephus Sudiantara, Filsafat Ilmu: Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata,
2020). Hal.79
3
Hasyim Hasanah, Cara Kerja Ilmu Empiris (Sebuah Upaya Merenungkan Sistematisasi Metodologi Induktif dan
Implikasinya bagi Keilmuan Dakwah), Jurnal at-Taqaddum Volume 7 Nomor 1 Juli 2015, hal. 10-11
4
materi dan objek formal. Objek materi berupa apa saja yang dapat diamati oleh
manusia, seperti alam semesta makhluk hidup di dunia ini dan manusia 4. Objek formal
adalah objek pokok perhatian seseorang terhadap sesuatu yang menjadi minatnya yang
sangat khusus. Objek formal atau aspek yang khusus dalam ilmu empiris dapat berupa
misalnya minat yang sangat tinggi tentang kesehatan manusia, tentang pertumbuhan dan
perkembangan dari tumbuh-tumbuhan, dari hewan, serta adat istiadat suatu bangsa atau
masyarakat tertentu titik dari hasil objek formal itulah memunculkan ilmu-ilmu tertentu
yang bersifat empiris misalnya ilmu kedokteran, ilmu Biologi, ilmu teknik, Botani,
zoologi, antropologi, ilmu sosial.5
John Locke, yang di panggil sebagai bapak kaum empiris Inggris mengajukan
sebuah teori bahwa pikiran manusia pada saat lahir dianggap sebagai selembar kertas
lilin yang licin (tabula rasa) di mana data yang ditangkap panca indera lalu tergambar di
situ titik semakin lama, semakin banyak kesan panca indera yang tergambar. Jadi secara
khusus kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya kepada pengalaman yang
ditangkap panca indra titik karena pengalaman ia memperoleh pengetahuan,
menurutnya pengetahuan yang benar adalah yang bersumber dari pengalaman inderawi
tidak dari pengalaman lainnya.
3. Prinsip Empiris
Beberapa prinsip teori empiris yang didasarkan kepada teori teori diatas antara lain :
1. Perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui titik yang mengetahui adalah
subjek dan yang diketahui adalah objek. Terdapat dalam alam nyata yang terdiri dari
fakta atau objek yang ditangkap oleh seseorang.
2. Kebenaran atau pengujian kebenaran dari fakta atau objek yang didasarkan kepada
pengalaman manusia. Kaum empiris harus diyakinkan sekurang-kurangnya dalam tiga
hal yaitu:6
Fakta atau obyek adalah termasuk benda benda yang di alami manusia
Bahwa terdapat seseorang yang melihat itu secara langsung.
Jika kaum empiris itu sendiri ada disana, dia sendiri harus menyaksikan fakta
atau objek tersebut.
3. Prinsip keteraturan titik bagi kaum empiris fakta misalnya alam, adalah teratur titik
dengan rekonstruksi keteraturan Fakta pada masa lalu, kaum empiris merasa cukup
4
Jujur S. Suriasumantri, ilmu dalam perspektif ,(jakarta : yayasan obor indonesia,cet XI 1994). Hlm 103.
5
A Susanto , filsafat ilmu, suatu kajian dalam dimensi ontologis epistemologis dan aksiologis (jakarta : bumi
aksara,2011). Hlm 141.
6
Jujur S. Suriasumantri, ilmu dalam perspektif ,(jakarta : yayasan obor indonesia,cet XI 1994). Hlm 105-106.
5
beralasan untuk membuat ramalan mengenai kemungkinan tingkah laku benda tersebut
di masa depan.
4. Prinsip keserupaan titik, keserupaan berarti bahwa bila terdapat gejala-gejala yang
berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka kita mempunyai cukup
jaminan untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum tentang hal itu (generalisasi).
7
I’zzatun Nada dkk, Cara Kerja Ilmu-Ilmu Empiris, Makalah Program Studi Pendidikan Agama Islam, (Lamongan:
Universitas Islam Lamongan, 2020), hal.4
6
teori memiliki daya-terang yang menjelaskan kedudukan atau keterbatasan hukum,
maka teori itu berguna.8
8
Bab 2 "cara ilmu kerja" hal 3
9
Hasyim Hasanah, Cara Kerja Ilmu Empiris (Sebuah Upaya Merenungkan Sistematisasi Metodologi Induktif dan
Implikasinya bagi Keilmuan Dakwah), Jurnal at-Taqaddum Volume 7 Nomor 1 Juli 2015, hal. 21-22
10
Ahmad Atabik, Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu, Jurnal Fikrah Volume 2 Nomor 1 Juni 2014, hal. 257-258
11
Fatmawati, KriteriaKebenaran, JurnalPilar Volume 01 Nomor 2 Desember 2010, hal. 31-32
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu Empiris adalah Ilmu yang beritik tolak pada pengalaman inderawi.
Pengalaman inderawi diartikan sebagai sentuhan, penglihatan, penciuman, pengecapan
seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Dengan demikian pengalaman inderawi dari
seseorang ilmuwan berkaitan dengan objek penelitian yang sifatnya sangat konkret
faktual, dan berdasarkan pada pengalaman inderawi.
Ilmu empiris memiliki objek yang dapat dibedakan dari dua aspek, yaitu objek
materi dan objek formal. Objek materi berupa apa saja yang dapat diamati oleh manusia,
seperti alam semesta makhluk hidup di dunia ini dan manusia. Objek formal adalah objek
pokok perhatian seseorang terhadap sesuatu yang menjadi minatnya yang sangat khusus.
Cara kerja ilmu-ilmu empiris senantiasa mengikuti pola: membuat pengamatan –
membentuk hipotesis – memeriksa apakah implikasi dari hipotesis dapat diamati – kalau
tidak, bentuk hipotesis baru dan seterusnya. Upaya utama adalah mendapatkan hipotesis
yang implikasinya cocok dengan data pengamatan.
Memahami makna gejala alam dan kemanusiaan tidak bias dilakukan secara
reproduktif, melainkan dengan jalan produktif. Artinya, memahami makna atau persepsi,
ide, gagasan, hipotesis dan hokum tidak bias bersifat statis, melainkan dinamis, dan
kontekstual, sesuai dengan perjalanan penafsiran yang hidup dalam situasi dan kondisi
yang berbeda. Karena setiap proses pemahaman selalu berhubungan dengan dialektika.
8
DAFTAR PUSTAKA
Atabik, Ahmad. Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu, Jurnal Fikrah Volume 2
Nomor Juni 2014
Bab 2 "cara ilmu kerja"
Fatmawati, Kriteria Kebenaran, Jurnal Pilar Volume 01 Nomor 2 Desember 2010
Hasanah, Hasyim. Cara Kerja Ilmu Empiris (Sebuah Upaya Merenungkan Sistematisasi
Metodologi Induktif dan Implikasinya bagi Keilmuan Dakwah), Jurnal at-Taqaddum
Volume 7 Nomor 1 Juli 2015
Heartnet, Train D. Ebook : filsafat ilmu
Nada I’zzatun, dkk, Cara Kerja Ilmu-Ilmu Empiris, Makalah Program Studi Pendidikan
Agama Islam, (Lamongan: Universitas Islam Lamongan, 2020)
S, Jujur. Suriasumantri, ilmu dalam perspektif ,(jakarta : yayasan obor indonesia,cet XI
1994).
Sudiantara, Yosephus. Filsafat Ilmu: Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata, 2020).
Susanto, A. filsafat ilmu, suatu kajian dalam dimensi ontologis epistemologis dan
aksiologis (jakarta : bumi aksara,2011)