Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMANFAATAN MEDIA DIGITAL DI BERBAGAI MACAM BIDANG ASPEK


KEHIDUPAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

NAMA KELOMPOK :

1. AKMAL OKTAVIAN 2171020047


2. BERLIANA PUTRI SEPTY YANTI 2171020010
3. DAFA NABILA ROSA 2171020012
4. DAVID RIYAN KURNIAWAN 2171020056
5. RESTU AJI PRABOWO 2171020098
6. SONI SETIAWAN 2171020107

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Revolusi adalah perubahan yang terjadi dengan cepat. Relovusi mempunyai dampak
yang besar bagi masyarakat. Masyarakat dengan cepat menerima dampak dari revolusi yang
baru. Dalam perkembangannya revolusi sudah mengalami perubahan empat kali. Revolusi
industri pertama (1.0) dimana manusia hanya bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air,
ataupun tenaga angin untuk memproduksi barang atau jasa imana manusia hanya bisa
mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin untuk memproduksi barang atau
jasa. Revolusi kedua (2.0) dikenal juga sebagai Revolusi Teknologi. Revolusi yang dimulai
pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 ini ditandai dengan hadirnya tenaga listrik.
Pada revolusi industri ketiga (3.0), manusia tidak lagi memegang peranan penting. Abad
industri pun pelan-pelan berakhir, sebagai gantinya dimulailah abad informasi. Revolusi tahap
keempat (4.0) atau dikenal dengan revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang
dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia. Revolusi industri 4.0 dikenal
sebagai revolusi digital dimana semua aspek terintegrasi dengan teknologi dan informasi.
Dalam pengaplikasiannya revolusi industri 4.0 mengubah semua aspek kehidupan, mulai dari
segi sosial, politik, budaya dan pendidikan. Dalam bidang pendidikan, revolusi digital
mengubah paradigma pembelajaran tradisonal menjadi paradigma baru yang serba digital.
Pembelajaran dengan sistem digital tentunya memerlukan adaptasi yang cepat dari berbagai
pihak dan yang paling utama adalah guru dan peserta didik. Guru sebagai fasilitator
pembelajaran harus dapat beradaptasi dengan pembelajaran menggunakan berbagai sistem
aplikasi terbaru. Hal ini sejalan dengan tugas peserta didik yang harus mampu mengikuti
pembelajaran dengan berbagai sistem aplikasi yang dipelajari. Pembelajaran dengan
menggunakan sistem dapat mempermudah proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penulis akan
merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaatan media digital sebagai pembangunan budaya di era
revolusi industri 4.0?
2. Bagaimana pemanfaatan media digital berbasis cyber di era revolusi industri 4.0?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMANFAATAN MEDIA DIGITAL SEBAGAI PENGEMBANGAN BUDAYA

Era globalisasi yang terjadi saat ini sebagai dampak dari perkembangan internasional
yang ada mulai dari perkembangan pada bidang perdagangan dan juga pada kehidupan
bersosial termasuk perkembangan budaya. Saat ini orang menginginkan nilai paktis dari apa
yang dilakukannya. Semakin hari semakin banyak manusia yang paham dan akrab dengan
media digital. Dimana pun dan kapanpun akan selalu bercengkrama dengan media digital
tidak terkecuali baik mereka yang berusia masih muda maupun mereka yang sudah terbilang
berumur.

Dengan meningkatnya globalisasi dan perdagangan internasional, tidak dapat


dihindari bahwa berbagai budaya akan bertemu, konflik, dan berbaur bersama. Orang-orang
dari budaya yang berbeda merasa sulit untuk berkomunikasi tidak hanya karena hambatan
bahasa, tetapi juga dipengaruhi oleh gaya budaya. Misalnya, dalam budaya individualistis,
seperti di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat, seorang figur independen atau diri
dominan. Sosok mandiri ini dicirikan oleh rasa diri yang relatif berbeda dari orang lain dan
lingkungan. Dalam budaya yang saling tergantung, biasanya diidentifikasi sebagai budaya
Asia, Amerika Latin, Afrika, dan Eropa Selatan, sosok diri yang saling tergantung dominan.
Ada penekanan yang jauh lebih besar pada keterkaitan individu dengan orang lain dan
lingkungan; diri hanya bermakna (atau terutama) dalam konteks hubungan sosial, tugas, dan
peran.

Pada tingkat tertentu, efek yang ditimbulkan oleh perbedaan budaya


mengesampingkan kesenjangan bahasa. Perbedaan gaya budaya ini berkontribusi pada salah
satu tantangan terbesar untuk komunikasi lintas budaya. Komunikasi yang efektif dengan
orang-orang dari budaya yang berbeda sangat menantang. Budaya memberi orang cara
berpikir, cara melihat, mendengar, dan menafsirkan dunia. Jadi kata-kata yang sama dapat
berarti hal yang berbeda bagi orang-orang dari budaya yang berbeda, bahkan ketika mereka
berbicara bahasa yang "sama". Ketika bahasa berbeda, dan terjemahan harus digunakan untuk
berkomunikasi, potensi kesalahpahaman meningkat. Studi tentang komunikasi lintas budaya
adalah bidang penelitian global. Akibatnya, perbedaan budaya dalam studi komunikasi lintas
budaya sudah dapat ditemukan. Sebagai contoh, komunikasi lintas budaya umumnya
dianggap sebagai bagian dari studi komunikasi di AS, tetapi muncul sebagai sub-bidang
linguistik terapan di Inggris.

Jika kita mendefinisikan kembali masyarakat 1.0 sebagai tahap pemburu-pengumpul


perkembangan manusia, kita sekarang telah melewati tahap agraria dan industri, masyarakat
2.0 dan 3.0, dan bergerak melampaui era informasi, Society 4.0. Big Data yang dikumpulkan
oleh IoT akan dikonversi menjadi tipe intelijen baru oleh AI dan akan menjangkau setiap
sudut masyarakat. Saat kami pindah ke Masyarakat 5.0 semua kehidupan orang akan lebih
nyaman dan berkelanjutan seperti manusia hanya disediakan produk dan layanan dalam
jumlah dan pada waktu yang dibutuhkan.

B. PEMANFAATAN MEDIA DIGITAL BERBASIS CYBER

Perkembangan ilmu komunikasi menjadi salah satu bukti bahwa komunikasi memiliki
peranan penting dalam perubahan sosial. Perkembangan lahirnya komunikasi dapat ditelusuri
sejak perdaban Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi. Sebutan “komunikasi”
dalam konteks arti yang berlaku sekarang ini memang belum dikenal saat itu. Istilah yang
berlaku pada zaman tersebut adalah “retorika” (Khusnia, 2013). Setelah munculnya istilah
retorika, maka penelitian-penelitian tentang ilmu komunikasi menjadi penting untuk
dilakukan khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai
“penemuan yang revolusioner”.

Hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio,
televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang
besar dan politik yang mendunia (Khusnia, 2013). Selain berperan sebagai penyampaian
proses informasi, komunikasi juga memiliki peran dalam proses keberhasilan pembangunan.
Dengan demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunan manusia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola yang
membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya fungsi
komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia
sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek
pembangunan.
Perkembangan ilmu komunikasi pun terus menjadi perhatian bagi para ahli untuk
menemukan strategi yang tepat dalam menggunakan model komunikasi yang sudah ada saat
ini agar dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Di abad modern ini, terutama pasca
perang dunia kedua, bermunculan berbagai penemuan baru sebagai akibat kemajuan teknologi
yang berkembang pesat dan terjadi susul menyusul.

Teknologi memberikan manusia bermacam-macam kemudahan dalam melakukan


pekerjaan, dan lebih dari itu menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih nyaman.
Menurut Mukti (2002), Kemajuan teknologi komunikasi menyangkut semua unsur dalam
prosesnya, baik pula pada teknologi pengirim, penyalur, pembagi atau penerima pesan yang
membawakan informasi kepada orang yang dituju. Menurut Alvin Tofler dalam bukunya The
Third Wave, perkembangan ini dinamai dengan gelombang ketiga (1980). Tofler membagi
sejarah umat manusia menjadi tiga gelombang, yakni :

Gelombang pertama antara tahun 800 SM – 1700 M disebut juga gelombang


pembaruan. Manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Tanah merupakan
dasar bagi kegiatan ekonomi, kehidupan sosial budaya, struktur, sosial dan politik. Hubungan
antar manusia sangat akrab, personal, dan komunikasi bersifat sederhana, tulisan sebagai alat
bantu. Kemudian struktur ini diubah secara total oleh datangnya peradaban industri
(gelombang kedua).

Gelombang kedua mulai berimpit dengan revolusi industri. Manusia beralih ke energi
terbaru seperti minyak, batu bara, dan gas. Mulai ditemukan mesin uap yang kemudian
dipadukan dengan pabrik yang menghasilkan barang-barang produksi. Industri bersandar pada
kegiatan produksi massal. Hubungan manusia menjadi impersonal, komunikasi dikuasai oleh
media massa. Gelombang ini akhirnya tergusur oleh gelombang ketiga.

Gelombang ketiga adalah peradaban yang didukung oleh kemajuan teknologi


komunikasi dan pengolahan data, penerbangan dan aplikasi angkasa luar, energi alternatif dan
energi terbarukan serta rekayasa genetik dan bioteknologi, dengan komputer dan mikro teknik
sebagai teknologi intinya. Pada era ini jaringan komunikasi, data dan informasi, komputer,
latihan dan teknologi modernlah yang terpenting. Informasi merupakan faktor penentu. Jika
pada gelombang kedua mengutamakan kekuatan fisik manusia, pada gelombang ketiga
menekankan pada kekuatan pikiran.

Pemanfatan TIK ini juga tidak lepas dari adanya peningkatan kualitas sumberdaya
petani dan pelaku pertanian, kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi, dan juga
pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi, salah satu solusi yang
ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan pengetahuan (Subejo,
2011). Sharma (2006) dalam Subejo (2011) memberikan istilah tentang pemanfaatan TIK
untuk penyuluhan pertanian dengan cyber extension. Cyber extension merupakan penggunaan
jaringan online, computer, dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi
teknologi pertanian.

Cyber extension di anggap sebagai model komunikasi yang strategis karena model ini
dapat meningkatkan aksesibilitas informasi bagi petani, penyuluh lapangan, manajer
penyuluhan, peneliti, agen pemasok, dan pihak-pihak terkait lainnya pada praktek penyuluhan
(Subejo, 2013). Di beberapa negara maju, seperti Jepang telah memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai saluran yang dapat memudahkan dalam penyampaian
informasi. Sistem yang dikembangkan di Jepang tersebut dikenal dengan Extension
Information Network (EI-net). Sedangkan di Indonesia, saat ini ada beberapa daerah sudah
membentuk pusat informasi yang dikenal dengan Unit Pelayanan Informasi Pertanian
Kecamatan (UPIPK) atau disebut juga dengan telecenter.

Menurut Ratnasari (2004), seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang


pesat, salah satu hal yang tidak akan mudah untuk diatasi adalah kenyataan bahwa penyebaran
teknologi komunikasi memerlukan dana yang besar. Oleh sebab itu, diperlukan sinergitas
pemerintah dan lembaga tertentu di masyarakat untuk dapat mengembangkan teknologi
komunikasi ini secara bersama-sama agar masyarakat dari status sosial ekonomi bawah pun
dapat menjangkaunya dan memanfaatkan teknologi-teknologi informasi untuk peningkatan
akses dan informasi mereka, khususnya di kalangan petani.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Revolusi industri di dunia telah memasuki revolusi 4.0 , dimana revolusi ini dikenal
sebagai revolusi digital dimana semua aspek terintegrasi dengan teknologi dan informasi.
Banyak pemanfaatan-pemanfaatan media digital di berbagai bidang mulai dari bidang
pendidikan,politik, perdagangan hingga sebagai pengembangan budaya. Semakin berkembang
pesatnya media-media yang ada, tidak dapat dihindari bahwa berbagai budaya akan bertemu,
konflik, dan berbaur bersama. Maka dari itu , sebisa mungkin kita harus memanfaatkan media
digital untuk hal yang positif.
Pemanfatan TIK ini juga tidak lepas dari adanya peningkatan kualitas sumberdaya
petani dan pelaku pertanian, Di bidang pertanian dengan adanya cyber extension diharapkan
dapat meningkatkan aksesibilitas informasi bagi petani, penyuluh lapangan, manajer
penyuluhan, peneliti, agen pemasok, dan pihak-pihak terkait lainnya pada praktek penyuluhan
agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Gelap Nyawang, P. T. (n.d.). PEMANFAATAN MEDIA DIGITAL SEBAGAI


PENGEMBANGAN BUDAYA PERDESAAN DI ERA 5.0. Retrieved Februari 3, 2022, from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/44000627/PEMANFAATAN_MEDIA_DIGITAL_SEBAGAI_PE
NGEMBANGAN_BUDAYA_PERDESAAN_DI_ERA_5_0

Syandi, M. (n.d.). Pemanfaatan Media Digital Berbasis Cyber Extension sebagai Strategi
Komunikasi dalam Keberhasilan Pembangunan Pertanian. Retrieved Februari 3, 2022, from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/15359058/Pemanfaatan_Media_Digital_Berbasis_Cyber_Extensio
n_sebagai_Strategi_Komunikasi_dalam_Keberhasilan_Pembangunan_Pertanian

Anda mungkin juga menyukai