Anda di halaman 1dari 6

Potensi Bakteri Pendegradasi Limbah PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon) Sebagai

Agen Bioremediasi

disusun oleh :
Aula Lidinillah (190105001)

PROGAM STUDI S1 BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
BANDUNG
2021
I. Latar Belakang
Minyak merupakan salah satu sumber energi utama untuk industri, transportasi
dan rumah tangga. Aktivitas tersebut dapat meninumbulkan limbah minyak di
tanah maupun perairan. Tumpahan minyak tersebut mengandung senyawa
pencemar yaitu Hidokarbon Aromatik Polisiklik (HAP) atau Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon (PAH) yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem (Ismaila dkk,
2015). Senyawa ini merupakan senyawa organik yang tersebar luas di alam yang
terdiri dari beberapa rantai siklik aromatik dan bersifat hidrofobik. PAH berasal
dari dua sumber, yaitu alami dan antropogenik. Sumber alami diantaranya,
rembesan minyak bumi dan gunung berapi. Sedangkan sumber antropogenik
diantaranya, minyak bumi, pembangkit tenaga listrik, batu bara, karbon hitam,
aspal dan mesin pembakar (Edward, 2015). PAH yang terbentuk oleh pembakaran
yang tidak sempurna terkena atmosfer dan sebagian besar polutan tidak
terdegradasi dengan cepat, karenanya dapat berada di lingkungan untuk waktu
yang lama. PAH perlu menjadi perhatian besar, karena sebagai polutan beberapa
telah diidentifikasi sebagai karsinogenik, mutagenik dan teratogenic (Ukiwe et
all.,(2013). PAH mempunyai daya bioakumulasi yang tinggi sehingga dapat
membahayakan kesehatan manusia. Selain efek pada manusia, PAH dapat
menimbulkan toksisitas pada hewan, seperti ikan dan burung melalui
gangguan fungsi membran sel dan sistem enzim. Metabolit HAP kemungkinan
dapat mengikat protein dan asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic
acid/DNA) sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan biokimia,
gangguan sistem imun, gangguan fertilitas, serta dampak apoptosis (Kurniawan
dkk, 2018). Oleh karena itu, diperlukan metode alternatif yang efektif, efisien, dan
ramah lingkungan untuk mengatasi pencemaran, yaitu dengan metode
bioremediasi.
Bioremediasi merupakan suatu teknologi yang ramah lingkungan, dimana
bakteri sebagai agen bioremediasi memegang peranan yang sangat penting dalam
proses degradasi limbah ini. Bioremediasi telah diatur dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup nomor 128 Tahun 2003 tentang tatacara dan
persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh
minyak bumi secara biologi (Sopiah dkk, 2011). Secara umum bioremediasi oleh
mikroba terjadi proses reaksi kimia enzimatik yang memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba
(Welan dkk, 2019). Bioremediasi yang efisien membutuhkan adanya keragaman
aktivitas enzim dalam ekosistem dari aktivitas komunitas mikroba. Laju degradasi
PAH oleh kultur campuran mungkin jauh lebih tinggi daripada jumlah laju
degradasi PAH oleh strain individu dari kultur campuran. Oleh karena itu, laju
degradasi kontaminan tidak hanya ditentukan oleh mikroorganisme yang
melakukan tahap pertama biodegradasi, tetapi bergantung juga pada
mikroorganisme yang memanfaatkan zat antara beracun (Baboshin and
Golovleva, 2012). Sehingga perlu telusuri bakteri apa saja yang berpotensi sebagai
agen pendegradasi limbah PAH.

II. Tinjauan Pustaka


I. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH)
Polycylic Aromatic Hydrocarbons (PAH) merupakan polutan di
udara, tanah, dan padatan yang mengendap pada fase cair dan sedimen.
PAH dapat diklasifikasikan berdasarkan nomor cincin benzena
aromatiknya,senyawa dengan berat molekul rendah (LMW) terdiri dari
dua atau tiga cincin, dan senyawa dengan berat molekul tinggi (HMW)
lebih dari tiga cincin (Darmawan et al.,2015). PAH yang sering ditemukan
adalah naftalena, antrasena, dan senyawa yang lebih kompleks seperti
pirena dan benzo(a)pirena. Melalui proses evaporasi, pencucian
(leaching), dan migrasi, PAH dapat berpindah antara media udara,
tanah, dan air tanah (Yap et al., 2010). Pada media tanah, akumulasi PAH
dapat menyebabkan biomagnifikasi dalam rantai makanan manusia karena
sangat larut di dalam lemak melalui pemaparan langsung atau tidak
langsung ke dalam sistem pencernaan. Sedangkan pada lingkungan
perairan, PAH terserap ke dalam padatan tersusupensi dan menumpuk
sebagai sedimen akibat sifat hidrofobik dan persisten (Barakat et al.,
2011).

II. Bakteri Pendegradasi PAH


Bakteri yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon disebut
bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini mampu mendegradasi hidrokarbon
minyak bumi dengan memanfaatkan senyawa hidrokarbon sebagai sumber
karbon untuk menunjang metabolismenya (Welan dkk, 2019).
Kemampuan bakteri dalam mendegradasi senyawa PAH dipengaruhi oleh
kompleksitas struktur kimia senyawa tersebut dan tingkat adaptasi enzim.
Oxygnenase dan dehydrogenase merupakan enzim yang dapat
mendegradasi PAH (Afianti, 2018). Proses biodegradasi limbah terbagi
menjadi dua fase. Pada fase pertama, bakteri mampu mendegradasi limbah
dengan cepat sebagai substratnya. Fase kedua, limbah tersebut diubah
menjadi senyawa transisi berupa senyawa intermediet yang sulit
didegradasi sehingga kinerja bakteri tersebut mengalami penurunan. Oleh
karena itu, diperlukan juga bakteri yang mampu menghasilkan
biosurfaktan yang dapat membantu bakteri hidrokarbonoklastik tersebut
mampu bekerja secara optimal (Sopiah dkk, 2011). Peran utama
biosurfaktan dalam bioremediasi adalah sebagai pemicu bioavailabilitas
polutan sehingga dapat digunakan oleh mikroba yang terlibat dalam proses
biodegradasi (Kurniati, 2016). Menurut penelitian melaporkan sejumlah
kelompok bakteri pengurai PAH yang dominan, yaitu Sphingomonas,
Pseudomonas, Burkholderia, dan Mycobacterium (Darmawan et al.,2015).

III. Metode Penulisan


Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet terkait dengan limbah PAH dan bakteri yang
berpotensi sebagai biodegradasi limbah PAH. Metode analisis yang digunakan
adalah dengan cara menganalisa sesuai tema serta pendekatan yg disederhanakan.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Isolat Bakteri Pendegradasi PAH di Perairan (sedimen)
Menurut penelitian yang dilakukan Darmawan et al (2015) terdapat 13
isolat bakteri pendegradasi PAH yang ditemukan pada sampel. Uji
biodegradasi berdasarkan kemampuannya mendegradasi senyawa pirena
selama 16 hari masa inkubasi. Senua isolat dilakukan amplifikasi PCR dengan
gen target nidA, nidA3, pdoA2, dan pcaH. Persentase degradasi pirena
berkisar 26,3%-31,5% untuk 10 isolat. Namun, isolat no. 1 (dekat dengan
Burkholderia fungorum), isolat no. 12 (dekat dengan Mycobacterium
vanbaleeni) dan isolat no. 13 (dekat dengan Mycobacterium gilvum) masing-
masing menunjukkan degradasi yang tinggi persentase seperti 96,2%, 82,2%
dan 100% memiliki keempat gen tersebut.

Tabel 1. Analisis homologi isolat dengan pencarian BLAST


Gen naphthalene inducible pyrene dioxygenase (nidA) memiliki peran
penting dalam hidroksilasi awal PAH, yang diidentifikasi sebagai protein
transmembran. Enzim pengkode gen pcaH dari protocatechuate 3,4-
dioksigenase memiliki bagian penting dalam jalur β-ketoadipate. Keberadaan
gen nidA3 dan pdoA2 menunjukkan bahwa gen ini memiliki peran kunci
untuk degradasi pyrene menjadi lebih senyawa hidrolarut. Dan pengkodean
gen pdoA2 dari subunit dari phenanthrene ring-hydroxylating oxygenase
terlibat pada degradasi PAH awal. Gen ini memiliki peran dalam detoksifikasi
katekol PAH menjadi senyawa yang lebih mudah larut dengan menghasilkan
senyawa turunan metoksi yang kurang reaktif.
Isolat dengan degradasi pirena tertinggi yaitu no.1 dan no.13 diteliti
kembali kemampuan mereka untuk menurunkan PAH sepenuhnya dengan
memperpanjang masa inkubasi. Isolat no.1 (B. Fungorum) dan isolat no.13
(M. Gilvum) mampu menurunkan sebesar 98,6% setelah 20 hari inkubasi.
Selanjutnya, fluoranthene dapat dikonsumsi oleh isolat no. 1 (B. Fungorum)
dan isolat no. 13 (M. Gilvum) di tingkat dari 99,6% setelah masa inkubasi 24
hari, dan 100% setelah 28 hari inkubasi,

B. Isolat Bakteri Pendegradasi PAH di tanah


Menurut penelitian yang dilakukan Sopiah dkk (2011) ditemukan 3
isolat bakteri, yaitu Pseudomonas fluorescens, Bacillus insolitus, dan
Pseudomonas putida. Pseudomonas sp. merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Bacillus insolitus mampu mendegradasi senyawa fenol terhalogenasi.
Pseudomonas putida merupakan salah satu bakteri yang mampu mendegradasi
senyawa Poli Aromatic Hidrokarbon (PAH) mampu memanfaatkan naftalen,
phenantren dan BTEX sebagai substrat. Pseudomonas fluorescens selain
mampu mendegradasi Poli Aromatik Hidrokarbon (naftalen) juga mampu
menghasilkan biosurfaktan viscosin dan lipopeptida. Biosurfaktan
diekstresikan ke lingkungan dapat membantu melepaskan senyawa
hidrokarbon dalam senyawa organik dan meningkatkan konsentrasi senyawa
hidrokarbon dalam air melalui pelarutan ataupun emulsifikasi. Dengan
teremulsikannya hidrokarbon maka akan meningkatkan kinerja bakteri dalam
mendegradasi hidrokarbon dan berpotensi untuk digunakan dalam upaya
bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.

V. Kesimpulan
Terdapat beberapa bakteri pendegradasi PAH dari berbagai spesies seperti
Pseudomonas sp, Mycobacterium sp, Burkholderia fungorum, dll. Kemampuan
bakteri dalam mendegradasi PAH perlu ditelusuri lebih lanjut untuk mengetahui
kekayaan potensi bakteri dari berbagai spesies maupun strain dan juga
kemampuannya dalam mendegradasi jenis-jenis PAH.
Daftar Pustaka
Afianti, N.F. (2018). Potensi Bakteri Laut untuk Bioremediasi. Oseana: XLIII (4), hal. 18-27.
Baboshin, M.A and Golovleva, L.A. (2012). Aerobic Bacterial Degradation of Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) and Its Kinetic Aspects. Mikrobiologiya : 81(6), p.
695–706
Barakat, A.O., Mostafa, A., Wade, T.L., Sweet, S.T., dan El Sayed, N.B., (2011),
Distribution and Characteristics of PAHs in Sediments from the Mediterranean Coastal
Environment of Egypt, Marine Pollution Bulletin, 62(9), 1969–1978.
Darmawan R, Nakata H, Ohta H, Niidome T, Takikawa K, et al. (2015) Isolation and
Evaluation of PAH Degrading Bacteria. J Bioremed Biodeg 6: 283. doi:10.4172/2155-
6199.1000283
Edward. (2015). Kandungan dan sumber asal senyawa polisiklik aromatic hidrokarbon (PAH)
dalam sedimen di perairan Pakis Jaya, Kabupaten Karawang. Jurnal Akuartika: VI(2),
hal.95-106.
Ismaila,H.E., Nafiea,N.L., Dalia,S. (2015). Isolasi bakteri pendegradasi senyawa piren dari
Pelabuhan Paotere. Jurnal Techno: 04(02)
Kurniawan, A., Wirasembada,Y.C., Razaad, I.M.N., Novriansyah, A., Rafi, M., Effendi, A.J.
(2018). Hidrokarbon Aromatik Polisiklik pada Lahan Tercemar Limbah Minyak Bumi:
Tinjauan Pertumbuhan Mikroorganisme, Proses Metabolisme dan Biodegradasi. Jurnal
Ilmu Lingkungan: 16(1), hal.9-24.
Sopiah,N., Oktaviani, A.N., Sulistia, S., Suciati, F., Aviantara,D.B. (2011). Isolasi dan
identifikasi bakteri pendegradasi hidrokarbon yang berasal dari tanah yang tercemar
minyak bumi. J. Tek. Ling: 12(3), hal. 291 – 298.
Ukiwe, L.N., Egereonu, U.U., Njoku,P.C., Nwoko, C.I.A and Allinon,J.I. (2013). Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons Degradation Techniques: A Review. International Journal of
Chemistry: 5(4).
Welan,Y.S. L., Refli., Mauboy, R.S. (2019). Isolasi dan uji biodegradasi bakteri endogen
tanah tumpahan oli bekas di Kota Kupang. Jurnal Biotropikal Sains: 16(1), hal. 61-72.
Yap, C.L., Gan, S., dan Ng, H.K., ( 2010), Application of Vegetable Oils in the Treatment
of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons-contaminated Soils, Journal of Hazardous
Materials, 177(1-3), 28-41.

Anda mungkin juga menyukai