DISUSUN OLEH :
KEMENTERIAN KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
Management Patient Safety yang berjudul “Kriteria Monitoring & Evaluasi Patient
Safety”. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan tugas mata kuliah Management
Patient Safety pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Dalam
makalah ini disajikan hal yang mencakup mengenai pengertian dari monitoring dan
evaluasi patient safety, tujuh standar patient safety, pelaksanaan monitoring dan
evaluasi patient safety, serta format kuesioner monitoring dan evaluasi patient safety.
Makalah ini diharapkan dapat mempermudah bagi para pembaca khususnya
bagi kalangan mahasiswa dalam mempelajari Mangement Patient Safety yang
akhirnya diharapkan para pembaca khususnya kalangan mahasiswa mampu
meningkatkan pengetahuan mereka. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca khususnya kalangan
mahasiswa. Penulis menyadari bahwa makalah kami ini tentu masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu sangat diperlukan kritik dan saran yang sangat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah yang kami susun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patient safety merupakan transformasi kultural, dengan perubahan budaya
yang diharapkan adalah culture safety, blame-free culture, reporting culture,
dan learning culture sehingga diperlukan upaya transformasi yang menyangkut
intervensi multilevel dan multi dimensi yang terfokus pada misi dan strategi
organisasi, leadership style serta budaya organisasi. Perubahan tidak bisa
berjalan begitu saja, tetapi dimulai dengan pengenalan keuntungan dari
perubahan tersebut, selanjutnya diciptakan suatu pola pikir melalui edukasi atau
membekali pengetahuan pada staff agar tercipta persepsi yang sama. Edukasi
melalui pelatian staf untuk keselamatan pasien tidak berhenti setelah selesai
kegiatan pelatihan tetapi berlanjut hingga mereka kembali ke unit kerja. Untuk
keperluan tersebut, maka pelatian keselamatan pasien (patient safety) di rumah
sakit selayaknya ditindaklanjuti dengan monitoring dan evaluasi kenyataan
yang ada di unit kerja pelayanan.
Monitoring dan evaluasi patient safety dilakukan terhadap kegiatan program
atau pelayanan kesehatan yang sedang berjalan, sehingga koreksi (bisa
ditemukan penyimpangan) dapat dilaksanakan segera saat itu untuk lebih dapat
menjamin pencapaian tujuan puskesmas atau tujuan yang telah disesuaikan.
Evaluasi perlu dilakukan terhadap setiap fungsi manajemen kesehatan yang
dilakukan, mulai dari perencanaan, penggerakan dan pengorganisasian, serta
pengawasan. Selain itu evaluasi juga perlu dilakukan pada setiap tahap dalam
proses manajemen, mulai dari input, process, output, outcome dan dampak.
Kegiatan atau program, tidak kalah pentingnya evaluasi juga harus dilakukan
pada akhir kegiatan untuk menilai pencapaian tujuan atau target suatu program
atau kegiatan pelayanan. Hasil evaluasi selain digunakan untuk melakukan
koreksi terhadap kegiatan atau program pelayanan yang sedang berjalan, juga
digunakan untuk melakukan perencanaan pengembangan program dan kegiatan
Kesehatan pasien di waktu mendatang.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kriteria monitoring dan evaluasi patient safety?
2. Apa saja 7 standar keselamatan pasien?
3. Bagaimana pelaksanaan monitoring dan evaluasi patient safety?
4. Bagaimana format kuesioner monitoring dan evaluasi patient safety?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pasien dan mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam bidang
pengobatan.
Tindakan monitoring dan evaluasi terhadap suatu pelayanan kesehatan
bertujuan untuk mendapatkan hasil pengkajian suatu pelayanan. Misalnya
dalam bidang kefarmasian, bagaimana selama ini kebijakan berlaku berkenaan
dengan keselamatan pasien. Salah satunya adalah upaya pencegahan kesalahan
pengobatan (medication error). Dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut akan
dilakukan intervensi berupa rekomendasi dan tindak lanjut. Rekomendasi dan
tidak lanjut dilakukan terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki seperti perbaikan
suatu kebijakan, prosedur, peningkatan kinerja SDM, sarana prasarana, hingga
organisasi.
Kriteria monitoring dan evaluasi juga mencakup sejumlah hal tersebut.
Hasil monitoring dan evaluasi harus diumpanbalikkan ke semua pihak yang
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit. Untuk mengukur
keberhasilan program kegiatankegiatan yang telah ditetapkan diperlukan
indikator. Indikator adalah suatu alat atau tolok ukur yang menunjuk pada
ukuran kepatuhan prosedur yang telah ditetapkan. Sesuai dengan ketentuan
Depkes RI (2008), indikator keberhasilan program keselamatan pasien dapat
dilihat dari menurunnya angka kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian
nyaris cedera (KNC), dan kejadian sentinel. Indikator kedua adalah
menurunnya ketiga kejadian tersebut (KTD, KNC dan kejadian sentinel)
terulang atau kembali terjadi
4
- DP JP wajib membuat rencana pelayanan
- DP PJ wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.
B. Mendidik Pasien dan Keluarga
a) Standar
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
b) Kriteria
- Rumah sakit harus mempunyai sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
- Dengan Pendidikan diharapkan pasien dan keluarganya dapat 1)
memberikan informasi yang benar, lengkap, jelas dan jujur, 2)
mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga, 3)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak mengerti,
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, 5) Mematuhi
instruksi dan menghormati dan tenggang rasa, 6) memenuhi
kewajiban finansial yang disepakati.
C. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan
a) Standar
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
b) Kriteria
- Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk sampai saat pasien keluar rumah sakit.
- Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan,
sehingga pada seluruh tahap pelayanan tansisi antar unit pelayanan
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5
- Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
social, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya.
- Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi Kesehatan
sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.
D. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien.
a) Standar
Rumah sakit mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
b) Kriteria
- Setia rumah sakit harus mendesign mengacu pada visi, misi dan
tujuan serta sesuai dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakoit.
- Rumah sakit harus mengumpulkan data kinerja antara lain pelaporan
insiden, akreditasi, manajemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan dan
keuangan.
- Rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait KTD dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus resiko tinggi.
- Rumah sakit harus menggunakan data dan informasi hasil analisis
kinerja untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
E. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a) Standar
- Kepempinan mendorong dan menjamin implementasi program KP
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan 7 langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit.
6
- Pemimpin menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko KP dan program menekan atau mengurangi KTD.
- Pemimpin mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang KP.
- Pemimpin mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur dan mengkaji efektivitas konstribusi dalam meningkatkan
kinerja Rumah sakit dan KP.
b) Kriteria
- Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program KP.
- Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden yang mencakup jenis-jenis kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari kejadian nyaris cidera
sampai KTD.
- Tersedianya mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegritas dan berpartisipasi dalam
program KP.
- Tersedianya mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan akar maslaah (RCA) Kejadian nyaris cidera dan kejadian
sentinel pada saat program KP mulai dilaksanakan.
- Tersedianya mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
termasuk mekanisme untuk mendukung staff dalam kaitan kejadian
sentinel.
- Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin.
- Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
- Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
7
rumah sakit dan KP, termasuk rencana tindak lanjutu dan
implementasinya.
F. Mendidik staff tentang keselamatan pasien
a) Standar
- Rumah sakit memiliki proses memiliki proses Pendidikan,
pelatihan, dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dengan KP secara jelas.
- Rumah sakit menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staff
serta mendukung pendekatan inter disiplin dalam pelayanan pasien.
b) Kriteria
- Setiap rumah sakit harus memiliki program Pendidikan, pelatihan
dan orientasi bagi staff baru yang memuat topik KP sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
- Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik KP dalam setiap
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
- Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatiahan tentang
kerjasama kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
G. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
a) Standar
- Rumah sakit merencanakan dan mendesign manajemen informasi
KP untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
- Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
b) Kriteria
- Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan KP.
- Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi informasi yang ada.
8
2.3 Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Patient Safety
Sebagaimana yang telah dijelaskan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi
patient safety dapat dilakukan melalui tindak lanjut dari hasil monitoring dan
evaluasi. Pelaksanaannya di rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan dapat
dilakukan secara internal. Misalnya, dalam bidang farmasi terdapat sejumlah
hal yang bisa dilaksanakan terkait monitoring dan evaluasi, baik dalam
peningkatan sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi,
pelayanan bidang farmasi hingga tindak lanjut atas laporan insiden keselamatan
pasien.
Dalam Permenkes (2011) Pasal 15 dan 16, terdapat sejumlah pelaksanaan
dalam pembinaan dan pengawasan terkait keselamatan pasien. Pertama,
menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota secara
berjenjang harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan
keselamatan pasien rumah sakit sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Kedua, dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala
Dinas Provinis dan Kadinas Kesehatan Kota/Kabupaten harus mengikutserakan
asosiasi perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan. Ketiga, Kepala
Rumah Sakit juga secara berkala harus melakukan pembinaan dan pengawasan
kegiatan keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Berdasarkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi sesuai dengan ketentuan
di atas, maka segala hal yang berkenaan dengan patient safety sangatlah
diutamakan. Keselamatan pasien merupakan salah satu prioritas dalam
pelayanan kesehatan. Sebab, keselamatan pasien adalah tujuan utama dari
sebuah proses perawatan di rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan.
Contoh Pelaksanaa Monitoring dan Evaluasi Pasient Safety yaitu sebagai
berikut.
A. Di Rumah Sakit
- Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
dengan susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter, Anggota :
dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya.
9
- Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden.
- Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
- Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit
dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
- Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat
pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan.
B. Di Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI
- Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah
sakit di wilayahnya.
- Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
- Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit.
C. Di Pusat
- Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit di bawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
- Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
- Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke
Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah
sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan.
- Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien
10
Jawaban 10 = apabila pelaksanaan sudah berjalan dengan baik dan
dilakukan evaluasi, serta tindak lanjut.
11
12
13
14
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai Monitoring dan Evaluasi
Management Patient Safety, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan dalam setiap program
keselamatan pasien, baik dalam pelayanan kefarmasian, keperawatan,
kebidanan, maupun dalam setiap pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Monitoring dan evaluasi juga harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
insiden yang dapat mengancam keselamatan pasien. Monitoring dan
evaluasi juga bertujuan agar insiden yang sama tidak terulang kembali di
suatu hari nanti.
2. Tujuh standar keselamatan pasien yaitu hak pasien, mendidik pasien dan
keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan
metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,
peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik
staff tentang keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi
staff untuk mencapai keselamatan pasien.
3. Contoh pelaksanaan kriteria monitoring dan evaluasi patient safety yaitu
di rumah sakit, di provinsi dinas Kesehatan provinsi dan PERSI dan di
pusat.
4. Kuesioner kriteria monitoring dan evaluasi patient safety meliputi budaya
keselamatan pasien, pendidikan dan pelatihan, leadership, pelaporan, ,
standar, indentifikasi pasien, meningkatkan komunikasi efektif,
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai , kepastian tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat pasien operasi/Tindakan, pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan, dan mengurangi risiko pasien cidera akibat
jatuh.
17
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis untuk pembaca yaitu sebagai calon tenaga kesehatan
diharapkan dapat menetapkan suatu unit kerja keselamatan pasien di rumah
sakit dengan fungsi unit kerja mengelola program keselamatan pasien dan
pusat informasi keselamatan pasien. Dalam hal ini, rumah sakit menetapkan
program dan kerangka acuan dalam menetapkan alur dan tatalaksana
pencatatan dan pelaporan KTD, melakukan analisis tentang masalah cidera dan
kesalahan dalam pemberian obat.
18
DAFTAR PUSTAKA
19