1.sejarah Ilmu Pengetahuan
1.sejarah Ilmu Pengetahuan
Zaman batu
Mencakup masa antara 4.000.000 tahun sebelum masehi sampai kira-kira 20.000/10.000 tahun
sebelum masehi. Adapun bahan-bahan yang ditemukan pada zaman ini antara lain :
2. Tulang-belulang hewan
5. Tempat-tempat penguburan.
Setelah beberapa ratus ribu tahun manusia purba menemukan alat-alat batu, maka disusul
menemukan api, dan perunggu dan besi. Dan akhirnya berhasil mendapatkan tanaman dan
ternak.
Masa 15.000 – kurang lebih 600 tahun sebelum masehi
Pembatasan yang dilakukan tidaklah merupakan batasan yang tajam dan pasti, hal ini dilakukan
agar memudahkan dan sebagai acuan dasar pemikiran. Selain itu, peristiwa yang dijelaskan disini
hanyalah khusus peristiwa-peristiwa yang terjadi di lautan tengah, karena di daerah ini sudah
cukup banyak bahan yang terkumpul dan memperlihatkan bagian-bagian yang cukup jelas dan
juga daerah ini merupakan daerah yang berhubungan erat dengan perkembangan ilmu
pengetahuan modern.
Warisan pengetahuan berdasarkan empirik dan pelaksanaannya, mendasari kehidupan zaman ini
secara luas. Tetapi atas dasar yang luas tersebut, tumbuh soal-soal baru, yaitu kemampuan
menulis-membaca dan berhitung.
Manusia zaman batu tidak meninggalkan bukti-bukti tentang kemampuan berhitung. Namun,
oleh karena mereka sudah mempunyai ternak, maka dimungkinkan perhitungan terjadi tanpa
menghitung 1-2-3-4 dan seterusnya. Secara teoritis mereka mungkin menempuh cara yanng
dalam metematika modern disebut sebagai mapping procces (tallying).
Kalau diringkaskan, maka zaman purba diiatndai oleh 5 kemampun, yaitu:
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai permulaan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka bumi hanya
saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Penekanan terhadap kegunaan dan
aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya.
Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga
sekarang. Sehingga wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya,
termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa
mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu
merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji pengembangan filsafat
Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun kembali
peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan menjadi sangat maju dan
mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya seperti sekarang ini.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624-546 SM), setelah
itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM), Parmenides (515-440 SM), dan
Phytagoras (580-500). Thales, yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah
air. Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi
segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat alam semesta selalu
dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan bahannya,
melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides
berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak
berubah. Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus
menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas.
Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam.
Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung pada pendekatan
matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam
semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan
khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi setelahnya.
Setelah mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan
mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan mengalihkan penelitian mereka dari alam ke
manusia. Bagi mereka, manusia adalah ukuran kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh
Protagoras (481-411 SM), tokoh utama mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal
humanisme. Menurutnya, kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada
ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak menganggap teori
matematika mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias (483-375 SM).
Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu
meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas.
Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat
berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof setelahnya seperti Socrates
(470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Menurut mereka, ada
kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran
obyektif itu dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan. Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi Plato, esensi
mempunyai realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-buat bahkan
sudah ada di alam idea.
Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan Aristoteles. Dia adalah filosof yang
pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis (logika, metafisika, dan fisika) dan praktis
(etika, ekonomi, dan politik). Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu
di kemudian hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan dasar-dasar dan
metode ilmiah secara sistematis. Karena demikian meresapnya serta lamanya pengaruh ajaran-
ajaran Plato dan Aristoteles, A.N. Whitehead memberikan catatan bahwa segenap filsafat
sesudah masa hidup keduanya sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-
ajaran mereka. Pendapat Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain
mengembangkan filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa persoalan filsafat
Yunani sehingga memiliki karakteristik islami.
1. C. Abad Pertengahan
Akal pada abad Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal ini kelihatan dengan jelas pada filsafat
Plotinus, Agustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali dan
karena itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Dan abad Pertengahan ini merupakan pembalasan
terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman Yunani sebelumnya, terutama
pada zaman Sofis.
Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ia
mewakili metafisika) bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan
filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah beratu dengan Tuhan. Jadi, dalam hidup ini, rasa
itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua manusia. Filsafat
rasional dan sains tidak begitu penting; mempelajarinya merupakan usaha yang sia-sia, karena
Simplicius, salah seorang pengikut Plotinus, telah menutup sama sekali ruang gerak rasional,
iman telah menang mutlak. Karena iman harus mutlak, orang-orang yang masih hidup juga
menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi.
Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti
dengan kuasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa
kebenaran itu relative. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
Ciri khas dari pada filsafat Abad Pertengahan terletak pada suatu rumusan yang terkenal yang
dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman lebih
dahulu, setelah itu mengerti. Imanlah lebih dahulu. Misalnya, bahwa dosa warisan itu ada,
setelah itu susunlah argument untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan keimanan
itu.
Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat raional. Dalam filsafat rasional, pengertian itulah yang
didahulukan; setelah dimengerti, baru mungkin diterima dan kalau mau; diimani. Mengikuti
jalan pikiran inilah maka saya berkesimpulan bahwa jantung filsafat Abad Pertengahan Kristen
terletak pada ungkapan itu. Berdasarkan penalaran itu pula maka menurut hemat saya, tokoh
utama peletak kekuatan filsafat Abad Pertengahan adalah St. Anselmus.
Abad Pertengahan melahirkan juga filosof yang terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia adalah
salah satu diantara orang-orang yang berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai dengan agama
Kristen. Kita anggap ia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan.
Tekanan terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah banyak berkurang. Oleh karena
itu ia berhasil mengumumkan filsafar rasionalnya. Yang terkenal adalah beberapa pembuktian
tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai sekarang.
Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuannya
hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.
Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla theologia atau abdi agama.
Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara
pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan pada abad VIII Masehi telah mendirikan
sekolah kedokteran dan astronomi. Pada zaman keemasan kebdayaan Islam telah medirikan
penerjemahan berbagai karya Yunani, serta menjadi pembuka jalan penggunaan pecahan decimal
dan berbagai konsep hitung lainnya.
Sekitar abad 600-700 M, kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang :
Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat
dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.
Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu
kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.
Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat penting untuk perkembangan
kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih kebudayaan
Byzantium, Persia dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada
kebudayaan Eropa.
Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat yang
ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat
seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari
perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer
merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal
penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison
disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer.[35] Dari komputer berkembang ke PC
(private computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital
assistans).[36] Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai buah
perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya yang kemudian
dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam keunggulan
yang lebih besar.
Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa
genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari Universitas Cambridge adalah orang
pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-
telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil
mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut
berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly.
Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene. Pada tahun 1998,
para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko Wakayama berhasil
melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald
Schatten berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan
teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan teknik
kloning pada manusia