NIM: A1C421034
Kelas: R-003
Gambaran kondisi lingkungan hidup di Indonesia dilihat dari 3 matra utama yaitu lahan, air dan
udara.
1. Lahan
b. Deforestasi
Selama periode tahun 2014-2019, deforestasi di Indonesia mengalami penurunan dari
1,09 juta Ha menjadi 0,46 juta Ha. Deforestasi lahan terbesar terjadi di ekoregion
Kalimantan (0,1491 juta Ha), selanjutnya yaitu Sumatera (0,0897 juta Ha), Papua
(0,0774 Ha), dan Sulawesi – Maluku (0,0764 juta Ha). Sementara luas deforestasi
lahan hutan di ekoregion Bali – Nusra dan Jawa masing-masing sebesar 0,0282 juta
Ha dan 0,0186 juta Ha. Penyebab utama terjadinya deforestasi lahan hutan terutama
di Kalimantan dan Sumatera adalah kebakaran hutan.
a. Kuantitas Air
Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara kaya air dengan sumber daya air
tersedia mencapai 3,9 trilyun m³/tahun. Akan tetapi terdapat tantangan terkait sumber
daya air di Indonesia, salah satunya adalah ketidakmerataan ketersediaan air di
Indonesia.
Kalimantan adalah pulau dengan ketersediaan air terbesar mencapai 33,60% dari total
potensi sumber daya air yang tersedia, wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebesar
7,70%, dan Pulau Jawa dengan ketersediaan air sebesar 4,20%.
Permasalahan lainnya yaitu ketersediaan air yang dapat dijamin melalui bendungan
baru sekitar 11%, sedangkan sisanya masih mengandalkan debit sungai atau mata air;
dan 46% dari jaringan irigasi di Indonesia berada dalam kondisi rusak. Penyebabnya
yaitu sebagian jaringan irigasi yang tidak berfungsi optimal akibat bencana alam,
fungsi lahan pertanian produktif semakin tinggi dan pembangunan jaringan irigasi
baru sulit dilakukan disebabkan oleh keterbatasan ketersediaan lahan dan petani.
Tantangan lainnya yaitu semakin terbatasnya suplai air baku, penurunan kualitas air
akibat pencemaran pada sungai dan sumber air lainnya, kebutuhan air baku semakin
meningkat akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan tidak efisiennya pemanfaatan
air.
b. Kualitas Air
Kualitas air bisa berubah dikarenakan beberapa faktor, misalnya perubahan
penggunaan lahan, litologi, waktu, curah hujan dan aktivitas manusia yang
mengakibatkan pencemaran air sungai. Pada tahun 2015 indeks kualitas air Indonesia
berada dalam kualitas cukup baik dengan angka IKA sebesar 65,86. Akan tetapi
mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 58,68. Sedangkan pada tahun 2018
kualitas air sungai meningkat dan berada pada kategori baik dengan IKA sebesar
72,77. Akan tetapi mengalami penurunan kembali menjadi kategori kurang baik pada
tahun 2019. Sementara pada tahun 2015 – 2017, sebanyak 58,82% – 44,12% sungai
berstatus kualitas cukup baik. Dan pada tahun 2018, sebagian besar (70,1%) sungai
Indonesia memiliki kualitas baik dan cukup baik (IKA > 70). Akan tetapi, pada 2019
kualitas sungai prioritas Indonesia mulai menurun, dimana rata-rata (76,5%) sungai
memiliki kualitas kurang dan cukup baik (IKA: 50 – 70).
3. Udara
Ada banyak permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di Indonesia, salah satunya
adalah pencemaran udara di wilayah perkotaan. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa
kota besar di Indonesia telah menunjukkan penurunan kualitas udara. Untuk hasil
pemantauan kualitas udara ambien dinyatakan sebagai Indeks Kualitas Udara (IKU)
dengan rentang skala 1 – 100. Pada tahun 2019, nilai rata-rata IKU di ekoregion
Sumatera adalah 89,37, diikuti Jawa dengan nilai IKU adalah 78,49, selanjutnya Bali –
Nusa Tenggara dengan nilai IKU 88,48, lalu Kalimantan dengan IKU 90,36, Sulawesi -
Maluku dengan IKU 90,36, dan Papua dengan IKU 92,60.