2. Anatomi Fisiologi
Gerak aktivitas sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf (Anatomi Fisiologi, 2012).
a. Otot (Muskulus / Muscle)
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk
menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.
1) Fungsi Sistem Otot
(a) Pergerakan
(b) Penopang tubuh dan mempertahankan postur
(c) Produksi panas
2) Jenis-Jenis Otot
Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
(a) Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah
dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot
paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
(b) Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja
secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba,
seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan lamban.
(c) Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur
yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung.
Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
3) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
(a) Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak
belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
(b) Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling
mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya
pronator teres dan pronator kuadrus.
4) Mekanisme Kontraksi Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan
difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori kontraksi
otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini menyatakan bahwa
kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen didalam sel otot
kontraktil yang berupa filamen aktin dan miosin. Ketika otot berkontraksi,
aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain, sehingga
sarkomer pun juga memendek. Dalam otot terdapat zat yang sangat peka
terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan
asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan
aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang
melekat pada tulang bergerak.
Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik. Pada
kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot
tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah
kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat
b. Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang
rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh
untuk mempertahankan sikap dan posisi. Tulang sebagai alat gerak pasif karena
hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan
penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang.
1) Fungsi Rangka
(a) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot,
jaringan lunak dan organ.
(b) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
(c) Produksi sel darah (red marrow)
(d) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak.
(e) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak
karena adanya persendian.
2) Jenis Tulang
a. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
(1) Tulang Rawan (kartilago)
(i) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang
pipa.
(ii) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan
(tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
(iii) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga,
epiglotis dan faring.
(2) Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem
rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum).
Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan
meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
b. Berdasarkan matriksnya, yaitu:
(1) Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
(2) Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
c. Berdasarkan bentuknya, yaitu:
(1) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran
panjangnya terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
(2) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek.
Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan,
dan ruas-ruas tulang belakang.
(3) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar.
Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
(4) Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk
yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
(5) Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.
3) Organisasi Sistem Rangka
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu
kerangka tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut.
(a) Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang
tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.
(1) Tengkorak (Cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8
tulang kranial dan 14 tulang fasial.
(2) Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah
(3) Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara
laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot
mulut dan lidah 1 buah
(4) Tulang Belakang (Vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan
memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan
gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang
berjumlah 26 buah
(5) Tulang Iga/Rusuk (Costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan
tulang dada membentuk perisai pelindung bagi organ-organ penting
yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk
juga berhubungan dengan tulang belakang, berjumlah 12 ruas
(b) Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang
bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri
atas 126 tulang. Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak,
tangan dan kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian
yaitu ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah.
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu
Adduksi : Gerakan lengan kelateral dari
posisi samping ke atas kepala, 180
telapak tangan menghadap ke
posisi yang paling jauh.
Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah
30
depan dan ke arah atas menuju
bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian
80-90
dalam lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan
80-90
dari posisi fleksi.
Hiperekstensi:Tekuk jari-jari tangan ke arah
belakang sejauh mungkin.
70-90
Abduksi : Tekuk pergelangan tanganke
sisi ibu jari ketika telapak
tangan menghadap ke atas.
0-20
Adduksi : Tekuk pergelangan tangan ke
arah kelingking, telapak tangan
menghadap ke atas.
30-50
0 0 Paralisis sempurna
h. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan kepala leher
Inspeksi: warna rambut, adanya ketombe, pertumbuhan rambut
Palpasi: kulit kepala ada tidaknya ketombe, kerontokan rambut, palpasi
adanya benjolan, adanya oedema.
2) Pemeriksaan Integumen/Kulit
Inspeksi: warna kulit
Palpasi: kelembaban kulit, suhu normal, turgor kulit, keadaan kulit bersih,
tekstur kulit
3) Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi: bentuk payudara, adanya benjolan atau tidak, atau terjadi
pembesaran masa
4) Pemeriksaan toraks atau dada
Inspeksi: bentuk dada
Palpasi: adanya nyeri tekan atau tidak, adanya benjolan atau tidak
Perkusi: ada atau tidaknya wheezing
Auskultasi: ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti ronchi
5) Pemeriksaan paru
Kualitas nafas normal
Bunyi nafas fesikuler
6) Pemeriksaan jantung
7) Pemeriksaan abdomen
8) Pemeriksaan kelamin dan darah sekitarnya
9) Pemeriksaan musculoskeletal
10) Pemeriksaan neurologi
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Mobilitas Fisik
b) Intoleransi Aktivitas
c) Defisit Perawatan Diri
d) Risiko Konstipasi
3. Intervensi Keperawatan
a) Gangguan mobilitas fisik
Diagnosa
No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
b) Intoleransi aktivitas
Diagnosa
No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
5. Terapi medis
penting untuk
menunjang proses
penyembuhan
Diagnosa
No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
d) Risiko Konstipasi
Diagnosa
No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik
dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan,
atau diubah (Kozier, 2011). Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan
yang didapat dari pasien. O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat. A (Analisis) adalah
membandingkan antara informasi subjektif dengan objektif dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang
akan dilakukan berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika
Perry & Potter. 2010. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan &
Kebidanan. Ed 4. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat
Widuri, 2010. Kebutuhan Dasar Manusia : Aspek Mobilitas dan istirahat i=tidur. Edisi 1.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
WOC
GANGGUAN GERAK DAN AKTIVITAS
Risiko Konstipasi
Kehilangan daya otot Merasa lelah dan lemah
Tidak mampu
Penurunan otot merawat diri Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Perubahan sistem
muskuluskeletal Defisit Perawatan
Diri Frekuensi tekanan darah meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Gangguan
mobilitas fisik
Intoleransi
Aktivitas