Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Dukungan Sosial
a. Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang
lain yang menunjukan bahwa seseorang dicintai, diperhatikan, dihargai,
dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi yang merupakan
kewajiban dari timbal balik. Pentingnya memiliki orang-orang yang
dapat diajak bicara di mana satu cara orang-orang mendapatkan
dukungan selama masa-masa sulit adalah melalui berbagi sosial,
berpaling pada orang lain yang brtindak sebagai pendengar yang baik
atau memberikan nasehat (King, 2012).
Dukungan sosial adalah penerimaan seseorang dari orang lain
atau kelompok berupa kenyamanan, kepedulian, penghargaan ataupun
bantuan lainnya yang membuat individu merasa bahwa ia disayangi,
diperhatikan, dihargai dan ditolong. Berdasarkan definisi tersebut
dukungan sosial berupa informasi atau nasehat verbal dan non verbal,
berupa bantuan nyata atau suatu tindakan yang diberikan oleh suatu
jaringan sosial yang akrab atau didapat karena kehadiran sosial tersebut
dan mempunyai manfaat emosional atau manfaat perilaku bagi pihak
enerima. Dukungan sosial yang diterima dapat membantu remaja akan
merasa tenang, diperhatikan, dicintai, dan dapat menimbulkan rasa
percaya diri (Sarafino, 2011).
b. Aspek-Aspek Dukungan Sosial
Aspek-aspek dukungan sosial menurut Cutrona & Gardner
(2004) dalam Sarafino (2011) terdapat lima aspek, yaitu:
1) Dukungan Emosional (Emotional Support)
Mencakup ungkapan berbentuk empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan sehingga individu
merasa nyaman, aman, juga merasa dicintai saat individu sedang
mengalami tekanan atau dalam keadaan stres.
2) Dukungan Instrumental (Tangible Or Instrumental Support)
Dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata
berupa materi atau jasa. Misalnya memberi atau meminjamkan uang
atau membantu meringankan tugas orang yang sedang mengalami
masalah.
3) Dukungan Informasi (Informational Support)
Mencakup nasehat, petunjuk-petunjuk, saran, atau umpan
balik sehingga mengarahkan bagaimana individu memecahakan
masalah yang dihadapi.
4) Dukungan Jaringan (Network Support)
Bentuk dukungan ini akan membuat merasa sebagai suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial
dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman
senasib, merupakan perasaan menjadi suatu kelompok yang saling
berbagi memiliki keterikatan dengan aktivitas sosial.
5) Dukungan Penghargaan (Esteem Support)
Dukungan ini ketika seseorang memberikan penghargaan
positif terhadap orang yang sedang mengalami masalah, dorongan
atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun
melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain.
Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima
dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri dan
merasa bernilai.
c. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
Sumber-sumber dukungan sosial menurut Apollo & Cahyadi
(2012) adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan
hidup, sahabat, rekan kerja dan juga tetangga. Dukungan sosial dapat
diaplikasikan ke dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua. Jadi
dukungan sosial orang tua adalah dukungan yang diberikan oleh orang
tua kepada anaknya baik secara emosional, penghargaan, informasi atau
kelompok.
d. Pengaruh Dukungan Sosial
Pengaruh dukungan sosial menurut Brehm & Kassin (1993)
dalam penelitian Ernawati (2016), yaitu:
1) Pengaruh langsung (Direct effect)
Dukungan sosial dapat menciptakan situasi yang menyenangkan dan
tidak menekan.
2) Pengaruh tidak langsung (Inderect effect)
Pengaruh tidak langsung dukungan sosial pada stres yang dihadapi
individu dengan adanya penerimaan sosial yang dapat mempengaruhi
harga diri. Bahwasannya harga diri akan berpengaruh pada kesehatan
jiwa seseorang.
3) Dukungan sosial dapat menghambat hubungan antara stres dengan
sumber stres. Dalam hal ini dukungan sosial dapat meringankan
beban hidup individu dan membantu untuk berfungsi lebih efektif
dan merasa dihargai.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial
menurut Ni’mah (2014) yaitu:
1) Penerima dukungan (Recepetients)
Seseorang tidak mungkin menerima dukungan sosial jika
mereka tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak
membiarkan orang mengetahui bahwa dia membutuhkan bantuan.
Beberapa orang tidak terlalu assertive untuk meminta bantuan orang
lain atau adanya perasaan bahwa mereka harus mandiri tidak
membebani orang lain atau perasaan tidak nyaman menceritakan
pada orang lain atau tidak tahu akan bertanya kepada siapa.
2) Penyedia dukungan (Providers)
Seseorang yang harusnya menjadi penyedia dukungan
mungkin saja tidak mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain
atau mungkin mengalami stres sehingga memikirkan orang lain atau
bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.
3) Faktor komposisi dan struktur jaringan sosial
Seseorang dengan aktualisasi diri yang baik akan lebih
dikenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah
bersosialisasi di masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri
yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan sangat
diperlukan untuk memberikan penghargaan.
f. Manfaat Dukungan Sosial
Manfaat dukungan sosial bagi penerima manfaat menurut King
(2012) adalah sebagai berikut:
1) Mencegah dan mengurangi depresi penerima manfaat,
2) Mencegah keterasingan dan sendirian penerima manfaat,
3) Meningkatkan kebahagiaan penerima manfaat,
4) Menjaga kesehatan fisik dan kesehatan mental penerima manfaat,
5) Menghilangkan stres pada penerima manfaat,
6) Meningkatkan keterlibatan penerima manfaat pada kegiatan sosial,
7) Mencegah penelantaran penerima manfaat, dan
8) Mencegah tindak kekerasan pada penerima manfaat
2. Harga Diri
a. Definisi Harga Diri
Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri
secara rendah atau tinggi (Santrock, 2007). Pendapat tersebut didukung
oleh Lisnayanti (2015), bahwa harga diri merupakan evaluasi individu
terhadap dirinya sendiri secara positif dan juga dapat menghargai secara
negatif. Evaluasi tersebut di ekspresikan dengan sikap setuju atau tidak
setuju terhadap suatu penilaian atau pendapat, tingkat keyakinan individu
terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang mampu, penting dan merasa
apakah dirinya berharga atau tidak. Menurut Ningsih (2017) mengatakan
harga diri merupakan sikap positif dan negatif terhadap diri individu,
sehingga dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah suatu bentuk
evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif yang
dapat berpengaruh terhadap diri individu sendiri.
b. Aspek-Aspek Harga Diri
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Septiawati (2016),
membagi harga diri dalam empat aspek, yaitu:
1) Aspek akademis, untuk menggambarkan bagaimana individu menilai
keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang diminatinya.
2) Aspek general self, untuk mengukur penilaian individu terhadap
kemampuannya secara umum.
3) Aspek keluarga, mengukur seberapa besar kedekatan anak dengan
orang tua, dukungan orang tua kepada anak dan penerimaan orang
tua terhadap anak.
4) Askep lingkungan sosial, mengukur kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan sosial.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Terdapat enam faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
menurut Stuart (2012), yaitu:
1) Jenis kelamin
Menunjukkan bahwa remaja pria akan menjaga harga dirinya
untuk bersaing dan berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari
remaja putri khususnya dalam mencapai prestasi belajar. Wanita
selalu merasa harga dirinya rendah dari pada pria, misalnya seperti
perasaan kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang, atau merasa
bahwa wanita itu harus dilindungi.
2) Kondisi fisik
Remaja yang memiliki kondisi fisik yang baik cenderung
memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan yang memiliki
kondisi fisik kurang menarik.
3) Pola asuh
Keadaan emosi dalam keluarga merupakan salah satu faktor
yang menentukan tinggi rendahnya harga diri. Seseorang yang
berasal dari keluarga bahagia akan memiliki harga diri yang tinggi
karena mengalami perasaan nyaman yang berasal dari penerimaan,
cinta, dan tanggapan positif dari orang tua. Sedangkan pengabaian
dan penolakan akan membuat mereka secara otomatis merasa tidak
berharga, karena merasa diacuhkan dan merasa tidak dihargai maka
mereka akan mengalami perasaan negatif dan akan mengalami harga
diri rendah.
4) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang lebih banyak
dikonsumsi individu pada tahap remaja. Lingkungan sosial akan
memberikan interaksi kepada remaja, salah satu bentuk hasil dari
interaksi yang terjadi adalah sebuah pengakuan. Pengakuan yang
diberikan oleh lingkungan sosial dapat mempengaruhi harga diri
seorang individu (Stuart, 2012).
Pembentukan harga diri dimulai dari seseorang menyadari
dirinya berharga atau tidak. Hal ini berasal dari proses lingkungan,
penghargaan dan penerimaan, serta perlakuan orang lain kepadanya.
Setelah individu mendapatkan dukungan sosial maka produktivitas,
motivasi, menjadi meningkat. Bahwa orang sekitar dan kondisi
situasional sangat berperan dalam pembentukan harga diri. Manusia
makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok dan tidak bisa hidup
sendiri dan membutuhkan sebuah dukungan (Schemmel, 2018).
5) Pengalaman
Pengalaman merupakan perasaan, emosi, kejadian dan
tindakan yang pernah terjadi atau dialami oleh individu yang
dianggap bermakna atau meninggalkan kesan dalam diri inidvidu.
6) Ekonomi
Status sosial ekonomi ialah hal yang mendasari individu
berbuat untuk memenuhi dorongan sosial yang membutuhkan
dukungan finansial serta mempengaruhi kebutuhan sehari hari.
d. Tingkat Harga Diri
Harga diri seseorang tergantung bagaimana dia menilai tentang
dirinya yang dimana hal ini akan mempengaruhi perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Penilaian individu ini diungkapkan dalam sikap-
sikap yang dapat bersifat positif dan negatif (Refnadi, 2018).
Coopersmith dalam Sarandria, (2012) mengelompokkan harga
diri menjadi 2 tingkat, yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah.
1) Karakteristik harga diri tinggi
Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya
diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna
serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dalam dunia ini. Contoh:
seorang remaja yang memiliki harga diri yang cukup tinggi, dia akan
yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada
gilirannya, keyakinan itu akan memotivasi remaja tersebut untuk
sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.
2) Karakteristik harga diri rendah
Remaja yang memiliki harga diri rendah akan cenderung
merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Remaja
dengan harga diri rendah cenderung untuk tidak berani mencari
tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal
yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak
penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan
pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut
menghadapai respon dari orang lain, tidak mampu membina
komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia
(Nirmalasari, 2014).
e. Komponen-Komponen Harga Diri
Komponen harga diri terdiri atas tiga, yaitu: general self-esteem,
social self-esteem, dan personal self-esteem (Renafdi, 2018):
1) General Self-esteem
Mengacu pada perasaan keseluruhan seseorang terhadap self-
worth yang bertentangan dengan self-esteem dalam kaitannya
dengan aktivitas tertentu atau keterampilan dan perasaan harga diri
dan kepercayaan diri serta persepsi keseluruhan individu dari nilai
mereka yang merupakan hasil dari pengalaman masa lalu dan sejarah
individu.
Self-esteem juga digunakan sebagai variabel independen,
yaitu sebagai penyebab dari perilaku. Seorang individu dikatakan
berperilaku dengan cara tertentu karena tinggi atau rendahnya
tingkat self-esteem. Beberapa berpendapat bahwa pemeliharaan
harga diri seseorang adalah kebutuhan dasar. Kebutuhan untuk
terlihat baik, baik secara pribadi maupun publik begitu menyebar
sehingga individu akan berperilaku dengan cara yang
mempertahankan harga diri mereka. Semua aspek self-esteem saling
terkait. General self-esteem mempengaruhi tujuan dan kegiatan yang
sedang dalam proses, dan juga membantu menentukan perilaku
sehari-hari.
2) Social Self-esteem
Social self-estem adalah aspek harga diri yang mengacu pada
persepsi individu terhadap kualitas hubungan mereka dengan teman
sebaya serta kemampuan untuk terlibat dalam interaksi interpersonal
individu hidup dalam dunia sosial. Kenyamanan merupakan hal yang
penting untuk interaksi sosial.
Dalam studi terakhir social self-esteem secara luas
diperkirakan penanda penting dari kesehatan psikososial, seperti
ukuran jaringan dukungan interpersonal dan sosial, penyesuaian
pribadi dan psikopatologi.
3) Personal Self-esteem
Personal self-esteem adalah cara melihat diri sendiri dan
berkaitan erat dengan self-image. Hal ini sangat penting karena akan
mempengaruhi cara seseorang merasa tentang dirinya dan
bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi yang menantang.
Hal paling penting untuk disadari tentang personal self-esteem
adalah bahwa hal itu berhubungan dengan bagaimana orang lain
melihat diri seseorang. Dalam hal ini seseorang akan berada pada
harmoni dengan dunia dan orang lain.
3. Remaja
a. Definisi Remaja
Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari
saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2012). Masa remaja disebut
juga masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap dari fisik. Masa
remaja pada tahap ini mengalami akan perubahan, perubahan yang terjadi
baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan
masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2010).
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
daerah setempat. WHO membagi masa remaja kurun usia dalam 2 bagian
yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan
usia remaja di Indonesia yaitu usia 11-24 tahun dan belum menikah
(Sarwono, 2011). Menurut Hurlock (2010), masa remaja dimulai dengan
masa remaja awal (12-14 tahun), remaja tengah (15-17 tahun) dan masa
remaja akhir (18-21).
b. Tahapan Remaja
Tahap perkembangan remaja menurut Sarwono (2011) ada tiga:
1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk
mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja mulai beda dan
berfikir abstrak.
2) Remaja madya (middle adolescence) usia 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman, hal itu
membuat remaja merasa senang jika banyak teman yang
menyukainya, ada kecendrungan “narcistic” yaitu mencintai diri
sendiri dan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama
pada dirinya. Remaja cenderung dalam kondisi kebingungan karena
tidak tahu harus memilih yang mana, pada fase ini remaja mulai
berkhayal dan berkeinginan berkencan dengan lawan jenis.
3) Remaja akhir (late adolescence) usia 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju tahap dewasa
yang ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
dan dalam pengalaman-pengalamn yang baru
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan publik.
c. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja
Karakteristik perkembangan sifat remaja menurut Ali &
Mohammad (2011) ada lima, yaitu:
1) Kegelisahan
Sesuai dengan masa perkembangan, remaja mempunyai
banyak angan-angan dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa
depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai angan-angan yang
sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum
memadai sehingga diliputi oleh perasaan gelisah.
2) Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan
karena sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang
tua. Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan
kebingungan dalam diri remaja tersebut.
3) Mengkhayal
Keinginan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan bahkan menyalurkan
khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan
remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja juga bersifat
positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat
terealisasikan.
4) Aktivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orang tua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan
semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari
kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman sebaya.
Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara berkelompok
sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi bersama.
5) Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
(high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu
dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami
sebelumnya.
d. Permasalahan pada Remaja
Masalah yang sering anak dan remaja alami menurut Ali &
Mohammad (2011) adalah sebagai berikut:
1) Stres
Kasus yang juga banyak ditemui pada remaja akhir-akhir ini
adalah stres, terutama masalah akademi dan pertemanan di sekolah.
2) Depresi
Ada remaja yang mengalami tekanan sedemikian beratnya dari
lingkungan sehingga mengalami depresi. Gangguan ini juga
mempengaruhi oleh bagaimana karakter remaja yang bersangkutan.
Biasanya remaja dengan self-esteem kurang baik rentan terhadap
gangguan depresi ini.
3) Pencarian identitas diri
Remaja akan mencari jati dirinya tidak hanya di lingkungan
keluarga, sekolah, namun juga di lingkungan masyarakat. Dalam
pencarian identitas ini akan menggambarkan konsep diri pada remaja
tersebut.
4) Pertemanan
Banyak remaja yang mengeluhkan proses pertemanan yang
cukup sulit dan berta. Biasanya karena tekanan dari kelompok, geng
dan sejenisnya. Kemudia membuat mereka tidak nyaman. Misalnya,
faktor sebioritas di sekolah, lalu merasa ada tekanan secara mental,
pada akhirnya si remaja jadi tidak nyaman pergi ke sekolah.
e. Perkembangan pada Remaja
1) Perkembangan fisik
Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh
seperti tumbuhnya payudara dan panggul membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan
menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukan
bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak
dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui
vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2011).
2) Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perubahan
hormon yang cukup berarti, sehingga flutasi emosional remaja di
masa ini berkaitan dengan adaptasi kadar hormon. Perubahan
hormon ini ditandai dengan emosi yang labil, remaja belum bisa
mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya. Faktor
yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap emosi remaja ialah
pengalaman dari lingkungan seperti stres, relasi sosial, pola makan
dan aktivitas seksual (Sarwono, 2011).
3) Perkembangan kognitif (intelektual)
Remaja dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menyelesaikan masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat
berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif.
Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan
beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry,
2009).
4) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terkaitnya remaja
pada kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan
penampilan lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan
penampilannya menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya.
Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan dan poporsi tubuh
dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti malu,
dan tidak percaya diri (Potter & Perry, 2009).
B. Kerangka Teori

Masalah yang dialami remaja:


1. Stres
Remaja
2. Depresi
3. Pencarian identitas diri
4. Pertemanan

Dukungan sosial Harga Diri Tingkat Harga Diri


1. Harga diri tinggi
2. Harga diri rendah

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi dukungan mempengaruhi harga diri:
sosial: 7. Jenis kelamin
1. Penerima dukungan 8. Kondisi fisik
2. Penyedia dukungan 9. Pola asuh
3. Komposisi dan struktur 10. Lingkungan sosial
jaringan sosial 11. Pengalaman
12. Ekonomi

Manfaat dukungan sosial:


1. Mencegah dan mengurangi
depresi penerima manfaat,
2. Mencegah keterasingan dan
sendirian penerima manfaat,
3. Meningkatkan kebahagiaan
penerima manfaat,
4. Menjaga kesehatan fisik dan
kesehatan mental penerima
manfaat,
5. Menghilangkan stres pada
penerima manfaat,
6. Meningkatkan keterlibatan
penerima manfaat pada
kegiatan sosial,
7. Mencegah penelantaran
penerima manfaat, dan
8. Mencegah tindak kekerasan
pada penerima manfaat

Aspek harga diri:


1. Akademis
2. General self
3. Keluarga
4. Lingkungan sosial
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Apollo & cahyadi (2012), Ni’mah (2014), Septiawati (2016), Stuart
(2012), Coopersmith dalam Sarandria, (2012), King 2012

C. Kerangka Konsep

Tingkat harga
Harga Diri diri:
Dukungan Sosial
1. Tinggi
3. Rendah

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi harga diri:
dukungan sosial:
1. Jenis kelamin
1. Penerima 2. Kondisi fisik
dukungan 3. Pola asuh
2. Penyedia 4. Lingkungan sosial
dukungan 5. Pengalaman
3. Komposisi dan 6. Ekonomi
struktur jaringan
sosial

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ha: Ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diripada remaja di
Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Sleman Yogyakarta.
Ho: Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada remaja di
Pondok Psantren Ibnul Qoyyim Putri Sleman Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai