Anda di halaman 1dari 17

CARA MEMBUDAYAKAN LITERASI

DI SEKOLAH DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keterampilan membaca dan menulis

Dosen Pengampu :

Arifin Ahmad, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh kelompok 3 :

Andi Supriatna 205060085

Dera Safitri N 205060111

Hesti Nur Rahma H 205060095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis (kelompok 3) dapat menyelesaikan tugas kelompok
dalam bentuk makalah yang berjudul “Cara Membudayakan Literasi di Sekolah Dasar” pada
mata kuliah keterampilan membaca dan menulis dengan Bapak Arifin Ahmad S.Pd.,M.Pd.
selaku dosen mata kuliah keterampilan membaca dan menulis.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keterampilan Membaca dan Menulis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai cara membudidayakan literasi di sekolah dasar.

Dalam penyusunan makalah ini kami memiliki banyak rintangan dan halangan. Oleh
karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh sumber materi,
juga teman – teman yang telah member kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua mengenai cara membudidayakan literasi di sekolah dasar, terlebih pengetahuan mendalam
mengenai mata kuliah keterampilan membaca dan menulis.

Bandung, 21 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I .........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................5

1.3 Tujuan ...............................................................................................................................5

BAB II ........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN .........................................................................................................................6

2.2 Pentingnya Budaya Literasi di Sekolah ..............................................................................7

2.3 Cara Menumbuhkan Budaya Literasi Di Sekolah ...............................................................9

2.4 Gerakan Literasi Baca Tulis Di Sekolah ........................................................................... 11

2.5Cara Menerapkan Literasi Di Sekolah ............................................................................... 13

BAB III ..................................................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 15

3.2 Saran........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup
kita. Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di negara
tersebut. Secarahistoris, Menurut Prof. Dr. TarwotjoM.Sc sebagaimana dikutip oleh Asul
Wiyanto dalam pengantar bukunya yang berjudul “Terampil Menulis Paragraf”, produk dari
aktivitas Literasi berupa tulisan, adalah sebuah warisanin telektual yang tidakakan kita temukan
di zaman prasejarah. Dengan kata lain, apabila tidak ada tulisan, sama saja kita berada di zaman
prasejarah. Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan dari generarike
generasi, bahkan hingga berabad-abad lamanya.

Menurut UNESCO, pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh
penelitian akademik, institusi, konteksnasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman.
Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata – khususnya
keterampilan kognitif membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu
diperoleh dan dari siapa memperolehnya. UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi
merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan
literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena
sifatnya yang “multiple Effect” atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas,
kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kemati anak,
pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya
perdamaian. Buta huruf adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik. Literasi memang
tidak bias dilepaskan dari bahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia
telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar
literasi sebagai kemampuan baca-tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna
literasi secara lebih luas. Dan cara yang digunakan untuk memperoleh literasi adalah melalui
Pendidikan.

Dalam dunia pendidikan khususnya, tulisan mutlak diperlukan. Buku-buku pelajaran


maupun buku bacaan yang lainnya merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di

4
lembaga-lembaga sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan
membaca, proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bias berjalan. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan masyarakat. Oleh
karenanya, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para generasi muda untuk
membudayakan kegiatan literasi.

1.2 Rumusan Masalah

1) Pengertian Literasi
2) Pentingnya Budaya Literasi di Sekolah
3) Cara Menumbuhan Budaya Literasi di Sekolah
4) Gerakan Literasi Baca Tulis di Sekolah
5) Cara Menerapkan Literasi di Sekolah

1.3 Tujuan

1) Mengetahui apa itu literasi


2) Untuk mengetahui Pentingnya Budaya Literasi di Sekolah
3) Untuk mengetahui Cara Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah
4) Untuk mengetahui Gerakan Literasi Baca Tulis di Sekolah
5) Untuk mengetahui Cara Menerapkan Literasi di Sekolah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Literasi

Literasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk lebih membudidayakan gerakan
membaca serta juga menulis. Dalam bahasa Latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya
adalah orang yang belajar. Secara umum menurut Hartati (2017 : 302) literasi adalah sebuah
istilah untuk kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk memahami atau
mengerti, mengolah, serta menggunakan informasi yang diterima untuk berbagai keadaan.
Menurut Kemendikbud (2017) literasi didefinisikan sebagai a) kemampuan melakukan kegiatan
baca, tulis, berhitung, dan bicara, serta kemampuan mencari informasi dan menggunakannya; b)
kegiatan sosial yang dalam penerapannya dipengaruhi oleh berbagai kondisi; c) kegiatan
pembelajaran yang didalamnya terdapat kegiatan membaca, menulis, menghitung yang
digunakan untuk memikirkan, menyelidiki, menanyakan, dan mengkritik semua hal yang telah
dipelajari; dan d) penggunaan bacaan yang memiliki variasi dalam hal subjek, aliran, dan tingkat
kerumitan bahasa. Adapun pengertian Literasi Menurut Para Ahli, diantaranya :

1. Cordon
Literasi merupakan sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu dalam membangun
imajinasi mereka untuk dapat menjelajahi dunia serta ilmu pengetahuan.
2. Goody
Literasi merupakan suatu kemampuan untuk membaca dan juga menulis.
3. National Institute For Literacy
Literasi merupakan sutu kemampuan dari tiap individu dalam membaca, menulis,
berbicara, menghitung serta juga memecahkan suatu masalah pada tingkat keahlian yang
diperlukan didalam suatu pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
4. UNESCO
Pemahaman orang mengenai makna literasi itu sangat dipengaruhi oleh peneliti anak
ademik, institusi, konteks nasional, nilai budaya serta juga pengalaman. Pemahaman
umum dari literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam

6
membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh
serta siapa yang memperolehnya.

2.2Pentingnya Budaya Literasi di Sekolah

Minat baca siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Central Connecticut State University
melakukan studi Most Littered Nation in the World pada bulan Maret 2016 menunjukkan bahwa
minat baca bangsa Indonesia dari 61 negara menduduki peringkat ke-60 (Gewati, 2016). Fakta
ini menunjukkan bahwa minat baca bangsa Indonesia berada di level bawah. Penellitian yang
dilakukan oleh Triatma (2016), dihasilkan bahwa minat baca siswa kelas VI di sekolah tersebut
masih rendah. Hal tersebut dilihat berdasarkan tingkat kunjungan siswa keperpustakaan yang
jarang dilakukan karena siswa kurang memiliki perhatian terhadap buku dan manfaat membaca,
serta kurangnya motivasi dari diri sendiri dan orang lain. Rendahnya minat baca bangsa
Indonesia berdampak pada rendahnya kemampuan membaca bangsa Indonesia, dalam halini
adalah siswa usia sekolah. Hal tersebut dapat diketahui dari uji literasi membaca yang dilakukan
oleh Asosiasi Internasional untuk Prestasi Pendidikan dalam PIRLS tentang pemahaman
membaca kelas IV sekolah dasar pada tahun 2011 yang bekerja sama dengan TIMSS yang
menguji tentang kemampuan matematika dan sains, dari 48 negara Indonesia berada di peringkat
ke 45 dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (Mullis, dkk, 2012). Hasil penelitian Basuki (2011)
menunjukkan bahwa siswa Kelas IV SD memiliki kemampuan membaca pemahaman yang
masih rendah. Berdasarkan penelitian tersebut, siswa hanya menguasai 30 % isi bahan bacaan.
Selain itu, uji literasi membaca pada tingkat sekolah menengah juga dilakukan oleh Organisasi
untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam PISA pada tahun 2015 dari 70
negara peserta, bangsa Indonesia berada pada peringkat ke-62 dengan skor 397 dari skor rata-rata
493 (OECD, 2015). Berdasarkan data PIRLS dan PISA untuk kemampuan membaca anak
Indonesia masih tergolong rendah.

Menurut Lerner (1988:349) kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai


berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan
membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi
pada kelas-kelas berikutnya. National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai
“kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan
masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”

7
Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini
terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam
lingkungan tertentu.

Melihat begitu rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia tentu ini akan berdampak pada
rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang tahun ini akan menghadapi MEA
(Mayarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat Indonesia akan sangat sulit untuk bias
bersaing dengan masyarakat dari negara lain di Asean. Untuk meningkatkan minat baca
masyarakat Indonesia biasa kita mulai dari sekolah, yang mana sekolah itu merupakan
tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca. Maka dari sinilah
pentingnya mengembangkan budaya membaca di sekolah. Ada beberapa manfaat yang bias kita
dapatkan dari hasil membaca. Misalnya membaca koran atau majalah. Membaca juga kita bisa
mendapatkan hiburan seperti halnya apabila kita membaca Cerpen, novel. Dengan membaca
mampu memenuhi tuntutan intelektual, meningkatkan minat terhadap suatu bidang, dan mampu
meningkatkan konsentrasi.

Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui pembiasaan
membaca buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai
merupakan payung bagi keberlangsungan Gerakan LiterasiSekolah yang dirintis oleh Satria
Darma untuk dijadikan sebuah program nasional. Beliau berharap aktifitas membaca kedepannya
bias menjadi budaya bangsa Indonesia.

Dlihat dari minat baca indonesia sendiri, literasi ini sangat penting diadakan di sekolah.
Karena Pada dasarnya kegiatan literasi bertujuan untuk menjadikan manusia yang literat. Orang
yang literat menyetujui bahwa literasi merupakan alat penting untuk menjaga hubungan social
antar manusia untuk dapat hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Gunawardena (2017), model literasi merupakan pendekatan yang paling
efektif (dibandingkan dengan model generik dan model tertanam) untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam hal berkomunikasi yang efektif, membaca dan berpikir kritis. Oleh
karena itu, kegiatan literasi merupakan salah satu cara atau metode yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa apabila kegiatan literasi tersebut dilakukan secara ajeg atau
konsisten.

8
2.3 Cara Menumbuhkan Budaya Literasi Di Sekolah

Membangun Gerakan Literasi Sekolah Kegiatan GLS sebagai usaha menumbuhkan budaya
baca tulis bisa berupa seminar/workshop, pengembangan perpustakaan, lomba dalam hal baca
tulis, jumpa dengan penulis dan bedah buku, penghargaan bagi siswa dan guru yang aktif dan
kreatif melakukan GLS dengan konsisten, serta pameran (Kemendikbud). Sebagaimana sudah
disebutkan bahwa sekolah merupakan langkah awal dalam gerakan literasi di sekolah. Maka,
diperlukannya langkah ataupun strategi untuk menciptakan budaya literasi yang baik di sekolah,
diantaranya :
a. Menciptakan lingkungan fisik yang ramah literasi.
Lingkungan fisik menjadi aspek penting yang harus dibangun karena lingkungan fisik
merupakan yang pertama dilihat oleh anak. Untuk dapat menumbuhkan budaya literasi,
sekolah harus menciptakan lingkungan fisik yang ramah dan kondusif. Lingkungan
tersebut dapat dibangun dengan memajang karya siswa di berbagai area sekolah serta
memberi kesempatan bagi siswa lain untuk dapat berkarya. Hal ini sebagai bentuk
penghargaan pada siswa dan dapat menjadi insentif bagi siswa untuk semakin
termotivasi untuk membaca. Upaya lain yang dapatdilakukan oleh sekolah adalah
dengan menyediakan fasilitas penunjang seperti pojok baca, perpustakaan mini, mading
dan reading corner.
b. Menciptakan lingkungan sosial dan afektif sebagai modal komunikasi dan interaksi
yang literat.
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh
komponen sekolah. Adanya pengakuan dan penghargaan atas capaian siswa merupakan
salah satu upaya mewujudkan lingkungan sosial dan afektif. Capaian tersebut tidak
dibatasi pada aspek akademik, namun juga non akademik. Bentuk penghargaan pun
dapat diarahkan kepada hal-hal yang dapat meningkatkan literasi siswa seperti
pemberian buku sebagai hadiah serta sertifikat penghargaan sebagai apresiasi sekolah
terhadap kegiatan literasi. Apresiasi kegiatan ini disampaikan kepada seluruh civitas
akademik sebagai bentuk promosi bahwa kegiatan literasi ini mampu memberikan
motivasi bagi seluruh pembaca untuk terus meningkatkan literasi bacanya. Literasi pun
perlu menjadi warna dalam setiap perayaan dan kegiatan di sekolah sehingga dalam

9
kegiatan seperti festival pendidikan dan bazaar buku tidak terlepas dari unsure budaya
literasi.
c. Menciptakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat.
Salah satu upaya dalam membangun sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
adalah pemberian lokasi waktu bagi pembiasaan literasi seperti alokasi waktu 15 menit
sebelum pembelajaran untuk membaca nyaring maupun membaca dalam hati. Untuk
mendukung kegiatan ini, guru perlu diberi pelatihan agar dapat mendampingi siswa
dalam setiap kegiatan pembiasan literasi serta dapat menjadi inspirasi bagi siswa.

Selain itu juga, adanya implementasi dengan model kolaborasi dalam mengintegrasikan
kegiatan di sekolah dengan perpustakaan. Salah satu promotor penggeraknya adalah
guru dan pustakawan. Kebiasaan membaca tidak akan berjalan dengan baik seandainya
tidak ada kolaborasi ataupun stakeholder dari sekolah untuk turut memulainya atau
paling tidak menjadi contoh pertama dalam pengembangan gerakan literasi di sekolah.

Faktor-faktor yang mampu mendorong bangkitnya minat baca disekolah dan


lingkungan, Pendidikan di sekolah mendorong anak membaca Karena tuntutan
pelajaran. Sementara, lingkungan turut mendorong minat baca karena seorang anak
melakukan kegiatan sesuai yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya. Anak menjadi
rajin membaca jika masyarakat di sekitarnya melakukannya. Faktor-faktor berikut
ditengarai menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini:

1. Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik; terbitan dalam negeri.

2. Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur bagi
anak-anak.

3. Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih
betah menonton acara-acara televisi.

4. Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat.

5. Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang
lengkap dan menarik.

10
Perkembangan minat baca anak tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya
terhadap bahan-bahan bacaan, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik itu factor
intrinsik di dalam diri anak dan di luar perpustakaan

2.4 Gerakan Literasi Baca Tulis Di Sekolah

Literasi baca tulis adalah satu dari enam literasi dasar yang penting untuk dikuasai. Literasi
baca tulis merupakan dasar literasi yang harus dikuasai untuk mendukung kelancaran
literasilainnya. Membaca membangun aspek lain dalam memperoleh informasi dan pengetahuan.
Saryono dkk (2017) menuliskan bahwa membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala
ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar terhadap
kehidupan.

Dalam kehidupan digital seperti saat ini membaca menjadi hal yang wajib dikuasi dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Terkoneksinya jutaan manusia lewat jalur komunikasi online
membutuhkan kemampuan baca tulis yang memadai lebih dibandingkan dengan zaman dimana
manusia berinteraksi secara langsung untuk bertahan hidup dan memenuhi kehidupannya.
Literasi menjadi bagian penting dalam pemerolehan ilmu pengetahuan. Melalui literasi peserta
didik tidak hanya mendapatkan ilmu namun juga membentuk karakter. Literasi yang diajarkan
melalui cerita rakyat misalnya memiliki potensi untuk membentuk karakter anak (Ardhyantama ,
2016).

Gerakan literasi nasional yang diluncurkan mulai tahun 2016 menyasar pada literasi yang
terintegrasi secara menyeluruh antara masyarakat, keluarga, dan sekolah. Sekolah memegang
peran penting dalam pemberantasan buta aksara. Literasi kini berkembang bukan hanya sekedar
kemampuan membaca dan menulis saja. Pada abad 21, kemampuan literasi berkaitan dengan
tuntutan kemampuan membaca yang berujung kepada kemampuan memahami informasi secara
analitis, kritis dan reflektif (Faizah dkk, 2016).

Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis,namun mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk berkontribusi
kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga negara global.

11
Sekolah menjadi agen pendorong tersukseskannya gerakan literasi baca tulis. Dengan
adanya gerakan literasi sekolah, baik sekolah dasar, menengah maupun lanjut memiliki dasar
dalam pengembangan literasi peserta didiknya. Namun demikian, setiap sekolah memiliki
kewenangan dan haknya masing-masing untuk mengembangkan dan membuat program
tersendiri sesuai dengan iklim yang dikembangkan di sekolah. Otonomis ekolah untuk
membentuk pesertanya menjadi masyarakat yang literat tidak dikekang sama sekali. Kebijakan
yang berpusat langsung pada sekolah memberikan kelonggaran dalam pelaksanaan
pengembangan kemampuan literasi siswa.

Dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sangat berperan penting dalam mendidik,
mengajar bahkan mengawasi peserta didik dalam menjalankan proses kegiatan pembelajaran.
Guru harus bisa mengetahui karakteristik masing-masing siswa, agar tujuan kegiatan
pembelajaran dapat tercapai secara baik dan optimal. Di samping itu guru harus mengetahui dan
mendalami tentang kondisi belajar anak serta faktor-faktor yang dapat memengaruhi belajar.

Menurut Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977) dinyatakan bahwa “Kondisi
belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan
perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut”.Gagne
membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:

1. Kondisi Internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu
sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.

2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar

Dalam Gerakan Literasi Baca Tulis di Sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan sasaran
empuk untuk merealisasikannya. Sedangkan dalam kegiatannya terdapat faktor-faktor yang dapat
memengaruhi proses belajar siswa yang secara langsung maupun tak langsung akan
memengaruhi proses Gerakan Literasi Baca Tulis di sekolah. Secara umum faktor-faktor tersebut
dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu, faktor internal dan factor eksternal. Kedua faktor itu
sangat memengaruhi perkembangan proses belajar siswa tiap individu. Sehingga, sangat
menentukan kualitas nilai belajaran dalam meraih prestasi.

Sekolah sebagai lembaga formal pendidikan tidak lagi dikelola secara monopoli oleh
pemerintah. Sekolah dengan basis keagamaan mulai manjamur dan dipercaya oleh masyarakat.

12
Reputasi yang baik bukan hanya diraih pada bidang keagamaan namun juga pada bidang
akademik. Hal ini terjadi juga di daerah Pacitan, Jawa Timur. Keberadaan sekolah Islam terpadu
mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari wali murid.

Menilik pentingnya pengembangan literasi siswa dan kepercayaan masyarakat pada sekolah
Islam terpadu, maka perlu diadakan penelitian mengenai peningkatan literasi siswa di sekolah
tersebut. SDIT Ar Rahmah menjadi subjek penelitian karena menjadi salah satu sekolah favorit
yang dipercaya masyarakat memiliki kualitas baik akademik maupun non akademik. Penelitian
ini diharapkan dapat mengungkap bagaimana pengembangan literasi di sekolah Islam terpadu
yang mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat.

2.5Cara Menerapkan Literasi Di Sekolah

Ada tiga tahapan literasi yang dapat diterapkan di sekolah untuk menumbuhkan literasi
sendiri yaitu pertama tahap pembiasaan, kedua tahap pengembangan dan ketiga adalah tahap
pembelajaran.

Adapun penjelasan tentang tahapan-tahapan gerakan literasi sekolah adalah sebagai berikut
yaitu :

1. Tahap Pembiasaan. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan pembiasaan membaca
selama kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran. Untuk mendukung kegiatan ini
tentunya sekolah diharapkan dapat menyediakan buku-buku selain buku pelajaran dan
bahan bacaan lain sehingga siswa tertarik untuk membaca.
2. Tahap Pengembangan, yaitu tahap selanjutnya setelah kebiasaan membaca mulai
terbentuk, pengembangan kemampuan literasi siswa dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan literasi. Seperti yang dikemukan Wandasari (2017) berdasarkan hasil
penelitiannya yaitu bahwa kegiatan-kegiatan pengembangan literasi dapat dilakukan
melalui kegiatan mendiskusikan suatu bacaan, membaca cerita dengan intonasi,
menulis cerita, dan mengadakan kegiatan festival literasi.
3. Tahap pembelajaran, dimana sekolah dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan
yang dapat mempertahankan kemampuan literasi siswa dan minat baca siswa. Seperti
yang dicontohkan Faizah (2016) dalam penelitiannya, yaitu melalui kegiatan

13
pembinaan kemampuan menulis cerita, kemampuan membaca serta mulai
memasukkan kegiatan literasi dalam tahap pembelajaran.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Literasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk lebih membudidayakan gerakan membaca
serta juga menulis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gunawardena (2017), model literasi
merupakan pendekatan yang paling efektif (dibandingkan dengan model generik dan model
tertanam) untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam hal berkomunikasi yang efektif,
membaca dan berpikir kritis. Dalam pelaksanaanya, gerakan literasi sekolah (GSL) adalah
sebuah gerakan yang tujukan untuk mebudidayakan atau menumbuhkan gerakan literasi di
lingkungan sekolah, berupa seminar/workshop, pengembangan perpustakaan, lomba dalam hal
baca tulis, jumpa dengan penulis dan bedah buku, penghargaan bagi siswa dan guru yang aktif
dan kreatif melakukan GLS.

Literasi baca tulis adalah satu dari enam literasi dasar yang penting untuk dikuasai. Literasi
baca tulis merupakan dasar literasi yang harus dikuasai untuk mendukung kelancaran literasi
lainnya. Pada abad 21, kemampuan literasi berkaitan dengan tuntutan kemampuan membaca
yang berujung kepada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif
(Faizah dkk, 2016).

Ada beberapa strategi dalam upaya membudidayakan gerakan literasi di sekolah dasar,
diantaranya yaitu menciptakan lingkungan fisik yang ramah literasi, Menciptakan lingkungan
sosial dan afektif sebagai modal komunikasi dan interaksi yang literat, dan juga Menciptakan
sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat. Dalam pelaksanaan strategi literasi tersebut,
ada beberapa tahapan yang dapat membantu kita dalam menjalankan kegiatan litersi, Tahapan
tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap
pembelajaran.

Untuk menyukseskan gerakan literasi ini, kemendikbud mengeluarkan aturan dalam


Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui pembiasaan
membaca buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai
merupakan payung bagi keberlangsungan Gerakan Literasi Sekolah yang dirintis oleh Satria

15
Darma untuk dijadikan sebuah program nasional. Beliau berharap aktifitas membaca kedepannya
bisa menjadi budaya bangsa Indonesia.

3.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan makalah yang kami buat, dengan berbagai permasalahan literasi
di indonesia ini kami berharap kepada dinas pendidikan memberikan instruksi terkait
pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah yang sesuai dengan buku panduan dan
memberikan pengawasan (monitoring dan evaluasi) terhadap pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah; bagi pihak sekolah baik itu kepala sekolah, maupun guru kepala sekolah, agar lebih
berperan aktif dalam mencari informasi tentang pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah
agar tidak minim kegiatan dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, mengadakan pelatihan
tentang pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, memberikan pengawasan (monitoring dan
evaluasi) terhadap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di sekolah dan juga guru dapat
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kegiatan literasi dan dapat melaksanakan
literasi setiap hari secara intensif.

Dengan adanya makalah ini juga, kami berharap agar rekan – rekan tertarik untuk mengkaji
mengenai masalah literasi di bangsa kita ini, demi meningkatkan taraf literasi dan pendidikan
indonesia menuju kecerdasan dunia yang lebih maju lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan.co.id, 2018 Pengertian literasihttps://pendidikan.co.id/literasi/. Diakses pada tanggal


22 september 2021.

Khusnul Khotimah ,Sa’dun Akbar , Cholis Sa’dijah. 2018. Pentingnya gerakan Literasi Di
Sekolah. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 3 Nomor: 11
Bulan November Tahun 2018 Halaman: 1488—1498. Diakses pada tanggal 21, september
2021.

Dewi, Rasa santika, 2020 Pentingnya literasi di sekolah Budaya Literasi Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia – GALERI PENGETAHUAN (unnes.ac.id) .
Diakses pada tanggal 21 September 2021.

Wirastiwi, Wendri, 2020. Penerapan Gerakan Literasi Di Sekolah. : Jurnal Ilmiah


Kependidikan, Nomor 10,Volume 2, Juni 2020, hlm. 230-238.. Diakses pada tanggal 21
september 2021.

Hidayat, M. H., dan Basuki, I. A. 2018. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar.Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3 (6): 810-817. Diakses pada tanggal 21
september 2021.

Agus Nurcahyo,2018.Guratan Ekspresi Gerakan Literasi Praktik Baik Penggiat Literasi


Nusantara : Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Nurul,2018,Yang Tersirat dan Yang Tersurat Narasi Praktik Baik Penggiat Literasi Nusantara :
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan

17

Anda mungkin juga menyukai