Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

“ PERAN PERAWAT DALAM SUBSISTEM KESEHATAN NASIONAL”

Dosen Pembimbing : Khobibah S.Sit.,M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Siti Rohmawati (P1337420120326)


2. Khusnul Khotimah (P1337420120324)
3. Eksanti Lilis Putri Utami (P1337420120318)
4. Nataza Duhita Hayu A (P1437420120345)
5. Putri Ayu Sekar Devanti (P1337420120306)
6. Nurul fauziyah ( P1337420120330)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG

KELAS KENDAL

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul “ PERAN
PERAWAT DALAM SUBSISTEM KESEHATAN NASIONAL” pada mata kuliah Organisasi
Manajemen Kesehatan. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad
Swt.  atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman kegelapan ke zaman terang
benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami
memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine google yang
ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih
baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Kendal, 27 Februari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………..…………………2

DAFTAR ISI………………………………..……………………………3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………..…………………4
B. Rumusan Masalah………………………………..……………...4
C. Tujuan………………………………..………………………….4
D. Manfaat………………………………..………………………....5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional…………………...………6


B. Landasan Sistem Kesehatan Nasional ……………………..….….6
C. Sistem Kesehatan Nasional…………………………………….…6
D. Prinsip dasar pembangunan kesehatan……………………………7
E. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional…………………………….....8
F. Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional………………………….16
G. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional…………………………..17
H. Proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional…………….18
I. Peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional…….27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………30
B. Saran……………………………………………………………..30

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam pembangunan bangsa.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan,
dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesehatan mempunyai peranan
besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka dari itu semua negara berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan berarti setiap
upaya yang sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejak tahun 1982 yaitu ketika
Departemen Kesehatan RI menyusun dokumen system kesehatan di Indonesia yang disebut Sistem
Kesehatan Nasional (SKN). Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada tujuan nasional bangsa
Indonesia sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibentuklah program
pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah
bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional?


2. ApaLandasan Sistem Kesehatan Nasional?
3. Apa Prinsip dasar pembangunan kesehatan?
4. ApaTujuan Sistem Kesehatan Nasional?
5. Apakah Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional?
6. Apa saja Subsistem Sistem Kesehatan Nasional?
7. Bagaimana proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional?
8. Apa saja peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional?

4
1.3  Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah OrganisasiManajemen Kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
3. Untuk mengetahui Landasan Sistem Kesehatan Nasional.
4. Untuk mengetahui Prinsip dasar pembangunan kesehatan.
5. Untuk mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Untuk mengetahui Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional.
7. Untuk mengetahui macam-macam dan pengertian Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.
8. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.
9. Untuk mengetahui peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.

1.4 Manfaat
1. Agar dapat memenuhi tugas mata kuliah OrganisasiManajemen Kesehatan.
2. Agar dapat mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
3. Agar dapat mengetahui Landasan Sistem Kesehatan Nasional.
4. Agar dapat mengetahui Prinsip dasar pembangunan kesehatan.
5. Agar dapat mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Agar dapat mengetahui Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional.
7. Agar dapat mengetahui macam-macam dan pengertian Subsistem Sistem Kesehatan
Nasional.
8. Agar dapat mengetahui proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.
9. Agar dapat mengetahui peran perawat dalam Subsistem Sistem Kesehatan Nasional.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)


Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara padu
dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian
perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Pada
hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.ter
2.2 Landasan SKN
1. Landasan idil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :
3. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
4. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
5. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia
6. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
7. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
2.3 Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan
Sesuai dengan UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan Kemandirian

6
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan Manfaat
5. HAM
6. Sinergisme & Kemitraan yang Dinamis
7. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik
8. Dukungan regulasi
9. Antisipatif dan Pro Aktif
10. Responsif Gender
11. Kearifan lokal
2.4 Tujuan SKN
Sistem Kesehatan Nasional dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung bertujuan untuk terselenggaranya pembangunan kesehatan agar
mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
2.5 Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan
Sesuai dengan UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan Manfaat
5. HAM
6. Sinergisme & Kemitraan yang Dinamis
7. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik
8. Dukungan regulasi
9. Antisipatif dan Pro Aktif
10. Responsif Gender
11. Kearifan lokal
2.6 Subsistem Sistem Kesehatan Nasional
1. Subsistem Upaya Kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

7
b. Tujuan
Adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau
(affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur-unsur utama
Terdiri dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP):
1) UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit
menular,  penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman,
pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
2) UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
d. Prinsip
1) Berkesinambungan dan paripurna
2) Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan
3) Adil dan merata
4) Non diskriminatif
5) Terjangkau
6) Teknologi tepat guna
7) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat
e. Bentuk pokok
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a) UKM strata pertama

8
UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang
ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas
yang didukung secara lintas sektor dan di dirikan sekurang-kurangnya satu di
setiap kecamatan. Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di
wilayah kerjanya.Tiga fungsi utama Puskesmas :
 pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
 pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
 pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan
anak, dan keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan;
pemberantasan penyakit menular; dan pengobatan dasar.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata
pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri,
keluarga sampai dengan upaya kesehatan bersama yang bersumber masyarakat
(UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil
dalam Usaha Kesehatan Sekolah.
b) UKM strata kedua
UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang
ditujukan kepada masyarakat.Penanggungjawab UKM strata kedua adalah
Dinkes Kab/Kota yang didukung secara lintas sektor.Dinkes Kab/Kota
mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis
kesehatan.Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di Kab/Kota.
Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan
masyarakat untuk lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan
Puskesmas.Untuk dapat melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes
Kab/Kota dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti : unit
pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi kesehatan; pelayanan

9
kefarmasian; kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan kesehatan ibu, anak,
dan Keluarga Berencana.
Unit-unit tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu Puskesmas dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan masyarakat.
Rujukan kesehatan masyarakat adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas masalah kesehatan masyarakat yang dilakukan secara
timbal balik, baik vertikal maupun horizontal. Rujukan kesehatan masyarakat
dibedakan atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan teknologi dan rujukan
operasional
c) UKM strata ketiga
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik
yang ditujukan kepada masyarakat.Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah
Dinkes Provinsi dan Depkes yang didukung secara lintas sektor.Dinkes Provinsi
dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis
kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di provinsi/nasional.Fungsi teknis kesehatan mencakup
penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat untuk unggulan, yakni dalam
rangka melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota dan Provinsi.
Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinaskesehatan Provinsi
dan Depkes perlu didukung oleh berbagai pusat unggulan yang dikelola oleh
sektor kesehatan dan sektor pembangunan lainnya. Contoh pusat unggulan
adalah Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit Infeksi Nasional, dll.Pusat
unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan langsung juga membantu
Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan.
2) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a) UKP strata pertama
UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg ditujukan
kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah,
masyarakat, dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan
profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat, dll.

10
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh
Puskesmas.Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan, yakni
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan.Untuk
meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi denngan Puskesmas
Pembantu,  Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa.
Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk sarana kesehatan bersumber
masyarakat.
Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan
secara ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan
kebugaran fisik dan kosmetika termasuk UKP strata pertama.
UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang
seperti toko obat dan apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial
generik), laboratorium klinik, dan optik.Untuk menjamin dan meningkatkan
mutu UKP strata pertama perlu dilakukan berbagai program kendali mutu, baik
yang bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi, maupun
yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus kendali mutu.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah
berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama
melalui Puskesmas. Penyelenggara UKP strata pertama akan diserahkan kepada
masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di
daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas
b) UKP strata kedua
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang
ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata kedua adalah
pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktik
dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik spesialis, balai pengobatan
penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan
milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan
langsung juga membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan
rujukan medik.Pelayanan rujukan medik adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik, baik
secara vertikal maupun horizontal. Rujukan medik terdiri dari tiga aspek, yaitu :

11
rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta rujukan bahan-bahan
pemeriksaan laboratorium.
UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang
seperti apotek, laboratorium klinik, dan optik.Untuk meningkatkan mutu perlu
dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu penyakit paru-paru (BP4),
balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat
(BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah (termasuk
TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.Berbagai sarana pelayanan
tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana
UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.
c) UKP strata ketiga
UKP strata ketiga adalah UKP  tingkatunggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik
yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara UKP strata ketiga adalah
pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktik
dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis konsultan, klinik
spesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik
pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan
rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan pelayanan
langsung juga membantu sarana UKP strata kedua, UKP strata ketiga juga
didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek, laboratorium
klinik,dan optik.Untuk menghadapi persaingan global, UKP strata ketiga perlu
dilengkapi dengan beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti pusat
unggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker nasional, pusat
penanggulangan stroke nasional, dan sebagainya.Untuk meningkatkan mutu
perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu.
2.7 Subsistem Pembiayaan Kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian,
dan pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin

12
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur – unsur Utama
Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni
pengendalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.
1) Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan
2) Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil
dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta
3) Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja sesuai dengan peruntukannya dan atau dilakukan melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela
d. Prinsip
1) Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya
guna, adil, dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas
2) Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3) Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang
terorganisir, adil, berhasil guna dan berdaya guna melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,
yang dilaksanakan secara bertahap
4) Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal : dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal : dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
e. Bentuk Pokok
1. Penggalian dana
a) Pengendalian dana untuk UKM
1) Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat
maupun daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman,
serta berbagai sumber lainnya
2) Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta
masyarakat.

13
3) Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public private
partnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan
pajak untuk setiap dana yang disumbangkan
4) Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri
guna membiayai upaya kesmas, misalnya dalam bentuk dana sehat, atau
dilakukan secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana
pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, misalnya dana
sosial keagamaan
b) Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam
satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber
dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib.
2. Pengalokasian Dana
a) Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP
dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik pusat
maupun daerah, sekurangkurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran
pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b) Alokasi dana dari masyarakat
1) Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan
berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
2) Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c) Pembelanjaan :
1) UKM : Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public private
partnership.
2) UKM dan UKP : Pembiayaan dari Dana Sehat dan Dana Sosial.
3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib : Pembelanjaan untuk pemeliharaan
kesmas rentan dan gakin. Untuk keluarga mampu melalui Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Wajib dan atau sukarela.
4) Dimasa mendatang : biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap
digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan masyarakat rentan dan gakin.
2.7 Subsistem SDM Kesehatan

14
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan
pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin tercapainya derajat kesahatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan.
b. Tujuan
Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi
secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur – unsur Utama
1) Perencanaan tenaga kesehatan : upaya penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
2) Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan : upaya pengadaan tenaga kesehatan
sesuai dengan jenis, jumlah, dan kualifikasi yang telah direncanakan serta
peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
3) Pendayagunaan tenaga kesehatan : upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan,
dan pengawasan tenaga kesehatan
d. Prinsip
1) Pengadaan tenaga kesehatan : jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga
kesehatan  disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika
pasar di dalam dan luar negeri
2) Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan pelayanan
kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan
3) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta
pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama dan etika profesi yang
diselenggarakan secara berkelanjutan
4) Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi
kerja, dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional
e. Bentuk Pokok
1) Perencanaan tenaga Kesehatan

15
a) Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun kualifikasi tenaga kesehatan dirumuskan
dan ditetapkan oleh pemerintah pusat berdasarkan masukan dari Majlis Tenaga
Kes yang dibentuk di pusat dan propinsi
b) Majlis Tenaga Kesehatan : badan otonomi yang dibentuk oleh Mentri
Kesehatan di pusat serta oleh Gubernur di propinsi dengan susunan
keanggotaan tanda tangan wakil berbagai pihak terkait, termasuk wakil
konsumen dan tokoh masyarakat
2) Pendidikan dan pelatihan tenaga kes
a) Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat Pertama ditetapkan oleh
asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Dan
diselenggarakan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah
diakreditasi oleh asosiasi yang bersangkutan.
b) Standar pendidikan profesi tingkat Lanjutan ditetapkan oleh kolegium profesi
yang bersangkutan dan diselenggarakan oleh institusi pendidikan dan institusi
pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi oleh kolegium yang bersangkutan
c) Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi yang
bersangkutan
d) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi tenaga kesehatan
yang bersangkutan.
e) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk
tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi belum
diminati oleh swasta, menjadi tanggungjawab pemerintah.
3) Pendayagunaan tenaga kes
a) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah
dilakukan dengang sistem kontrak kerja, yang diselenggarakan atas dasar
kesepakatan secara suka rela antara kedua belah pihak
b) Penempatan PNS sesuai dengan kebutuhan, diselenggarakan dalam rangka
mengisi formasi peg. pusat dan peg. daerah, serta formasi tenaga kesehatan
strategis, yaitu peg. Pusat yang dipekerjakan daerah.
c) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik swasta di
dalam negeri, diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan milik swasta
yang bersangkutan melalui koordinasi dengan pemerintah

16
d) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri,
diselenggarakan oleh suatu lembaga yangg dibentuk khusus dengan tugas
mengkoordinasikan pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri
e) Pendayagunaan tenaga kes WNI lulusan luar negeri, didahului degan program
adaptasi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang telah diakreditasi
oleh organisasi profesi yang bersangkutan
f) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing dilakukan setelah tenaga kes asing
tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi profesi yang
bersangkutan
g) Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilakukan melalui sertifikasi,
registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi Sertifikasi : institusi
pendidikan Registrasi : komite regsitrasi tenaga kesehatan Uji kompetensi :
masing-masing organisasi profesi Pemberian lisensi : pemerintah
h) Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan peraturan
perundang-undangan, hukum tidak tertulis, etika profesi
i) Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kes dilakukan secara serasi dan
terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian kewenangan dalam teknis
kesehatan kepada tenaga masyarakat dilakukan dilakukan sesuai keperluan dan
kompetensinya.
2.8 Subsistem Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan dan Makanan (Obat dan
Perbekalan Kesehatan)
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan,
pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
b. Tujuan
Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan
bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
c. Unsur – unsur Utama
1) Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
2) Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

17
3) Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur di atas saling bersinergi
dan ditunjang dengan teknologi, tenaga pengelola serta penatalaksanaan
d. Prinsip Obat dan Perbekalan Kesehatan
1) Merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sosial
2) Sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya
3) Tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan
4) Penyediaan diselenggarakan melalui optimalisasi industri nasional
5) Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar formularium obat
rumah sakit, sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu kepada DOEN
6) Pelayanan diselenggarakan secara rasional dengan memperhatikan aspek mutu,
manfaat, harga, kemudahan diakses, serta keamanan bagi masyarakat dan
lingkungan
7) Pengembangan dan peningkatan obat tradisional
8) Pengamanan diselenggarakan mulai dari tahap produksi, distribusi, dan
pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan
9) Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait
lainnya.
e. Bentuk Pokok
1) Jaminan Ketersediaan obat dan perbekalan kes
a) Perencanaan kebutuhan secara nasional diselenggarakan oleh pemerintah
bersama pihak terkait
b) Perencanaan obat merujuk pada DOEN yang ditetapkan oleh pemerintah
bekerjasama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya
c) Penyediaan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional
d) Penyediaan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan secara ekonomis
belum diminati swasta menjadi tanggungjawab pemerintah
e) Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah
f) Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang
ditetapkan oleh KFT RS
2) Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
a) Pendistribusian obat diselenggarakan melalui PBF
b) Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan
melalui apotek, sedangkan obat bebas melalui apotek, toko obat, dan tempat-
tempat layak lainnya dengan memperhatikan fungsi sosial

18
c) Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat
memberikan pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.
d) Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang
penyelenggaraannya menjadi tanggungjawab apoteker
e) Pendistribusian, pelayanan, pemanfaatan perbekalan kesehatan harus
memperhatikan fungsi sosial
3) Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
a) Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dlm peredaran
dilakukan oleh industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi, dan
masyarakat
b) Pengawasan distribusi, pengawasan promosi, pemanfaatan obat dan perbekalan
kesehatan dan pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah,
kalangan pengusaha, organisasi profesi , dan masyarakat
c) Pengendalian harga dilakukan oleh pemerintah bersama pihak terkait
d) Pengawasan produksi, dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektoral,
organisasi profesi,dan  masyarakat
e) Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional dilakukan
oleh pmerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi, dan masyarakat
Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang
ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan IPTEK,
serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
c. Unsur-unsur Utama
Terdiri dari empat unsur utama, yakni administrasi kesehatan,informasi
kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukumkesehatan.

19
1) Administasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan
2) Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan
3) IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi
pengambilan keputusan di bidang kesehatan
4) Hukum kesehatan adalah peraturan perundangundangan kesehatan yang dipakai
sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan
d. Prinsip
1) Administrasi kesehatan
a) Diselenggarakan dengan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam satu NKRI
b) Diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi dengan
berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit kesehatan di berbagai jenjang
administrasi pemerintahan
c) Diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan berbagai sektor
pembangunan lain serta antar unit antar kesehatan dalam satu jenjang
administrasi pemerintahan
d) Diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian kewenangan,
tugas dan tanggung jawab antar unit kesehatan dalam satu jenjang yang sama
dan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan
2) Informasi kesehatan
a) Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari
sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain
b) Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi
kesehatan
c) Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan
d) Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat
dan tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi
e) Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data
melalui cara-cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-ara non rutin
( survai, dll)
f) Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan
yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran

20
3) IPTEK kesehatan
Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kesehatan adalah untuk
kepentingan masyarakat yang sebesar-besarnya dan tidak boleh bertentangan
dengan etika, moral, dan nilai agama.
4) Hukum kesehatan
a) Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem hukum
kesehatan yang mencakup pengembangan substansi hukum, pengembangan
kultur dan budaya hukum, serta pengembangan aparatur hukum kesehatan
b) Tujuan pengembangan untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan
hukum, dan manfaat hukum
c) Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika,
moral dan nilai agama
e. Buntuk pokok
1) Administrasi Kesehatan
a) Penanggungjawab administrasi kesehatan menurut jenjang administrasi
pemerintahan Pusat : Depkes
Provinsi : Dinkes Provinsi
Kab/Kota : Dinkes Kab/Kota
b) Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan
Dinkes Kab/Kota dan sebaliknya
c) Fungsi Depkes : mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang kesehatan,
pembinaan, dan bantuan teknis serta pengendalian pelaksanaan pembangunan
kesehatan
d) Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas
dekonsentrasi bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis
bidang kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan,
serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinkes Kab/Kota
e) Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang
kesehatan, dengan fungsi
f) Perumusan kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan
pelayanan kesehatan, serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan
g) Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan
daerah

21
h) Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
mengacu pada pedoman dan standar nasional
i) Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di
daerah didasarkan atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan
j) Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan
dengan mengacu pd pedoman, standar, dan indikator nasional
k) Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan
hasil pembangunan kesehatan kepada Depkes dan Dinkes Provinsi
l) Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan
hasil pembangunan kesehatan kepada Depkes
m) Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi dan
otonomi daerah, pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi, dan fasilitasi
n) Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya penanggulangan
wabah dan bencana, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban program pembangunan kesehatan diselenggarakan
langsung oleh pemerintah pusat
2) Informasi kesehatan
a) Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem
informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait
b) Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui
pencatatan dan pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat
yang diperoleh dari survai, survailans, dan sensus
c) Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayan masyarakat di bidang
kesehatan, serta manajemen kesehatan
d) Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi iselenggarakan secara
berjenjang, terpadu, multidisipliner, dan komprehensif
e) Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui
masyarakat luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan
3) IPTEK Kesehatan
a) Dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan
oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, swasta dan
pemerintah

22
b) Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselengarakan
oleh lembaga khusus yang berwenang
c) Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusatpusat penelitian dan
pengembangan unggulan
d) Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan
pengembangan kesehatan dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi
dan dokumentasi IPTEK kesehatan
4) Hukum Kesehatan
a) Dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam
mengembangkan peraturan perundangundagan kesehatan daerah
b) Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-
undangan,
c) pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan
masyarakat
d) Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan
pengembangan jaringan informasi dan dokumentasi hukum kesehatan, serta
pengembangan satuan unit di organisasi hukum kesehatan di Depkes.
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan
masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh
perorangan, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan.
c. Unsur – unsur utama
Terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan, pemberdayaan
kelompok, dan pembeerdayaan masyarakat umum.
1) Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran,fungsi, dan
kemampuan perorangan dalam membuat keputusanuntuk memelihara
kesehatan.Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri sendiri
yaknimempraktikkan PHBS yang diteladani oleh keluarga dan
masyarakatsekitar.Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader

23
kesehatandalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersihdan
sehat.
2) Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu
pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan di dipihak
lain dapat aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesmas. kegiatan yang dilakukan
dapat berupa program pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan
masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan pengawasan sosial
terhadap pembangunan kesehatan (to watch)
3) Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak
dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan kepentingan
masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial terhadap
pembangunan kesehatan.
d. Prinsip
1) Berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, masyarakat, sesuai dengan sosial
budaya, kebutuhan, dan potensi setempat
2) Dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
kesehatan
3) Dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan
4) Dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat
kebersamaan dan gotong royong serta terorganisasikan dalam berbagai
kelompok/kelembagaan masyarakat
5) Pemerintah bersikap terbuka, bertanggungjawab, dan bertanggun gugat dan tanggap
terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendorong, pendamping,
fasilitator, dan pemberi bantuan (asistensi) dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
yang berbasis masyarakat
e. Bentuk Pokok
1) Pemberdayaan perorangan

24
a) Dilakukan atas prakarsa peorangan/kelompok yang ada di masyarakat termasuk
swasta dan pemerintah
b) Ditujukan kepada tokoh masyarakat, adat, agama, politik, swasta dan populer
c) Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dg PHBS serta pembentukan
kader-kader kesehatan
2) Pemberdayaan kelompok
a) Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
b) Terutama ditujukan kepada kelompok/kelembagaan yang ada di masyarakat
(RT/RW, kel/banjar/nagari, dll)
c) Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau
peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan
3) Pemberdayaan masyarakat umum
a) Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
termasuk swasta
b) Ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah
c) Dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang peduli
kesehatan (Badan Penyantun Puskesmas, Konsil/Komite Kesehatan Kab/Kota,
dll).
2.9 PERAN PERAWAT DALAM SUBSITEM SISTEM KESEHATAN NASIONAL
Perawat profesional (professional nurse) adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
formal profesi keperawatan. Sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan, tugas dan tanggungjawab
utama seorang perawat profesional adalah menyelenggarakan pelayanan keperawatan (nursing
services). Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat, dari
sejak lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara optimal
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan dan/ataupun tergantung
pada orang lain.
 Peran Perawat Profesional dalam SKN
Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tidak lain adalah berupaya mewujudkan
sistem kesehatan yang baik, sedemikian rupa sehingga di satu pihak penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (health services) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health
needs and demands) masyarakat, serta di pihak lain biaya pelayanan kesehatan (health cost)
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat (ability to pay). Untuk dapat terselenggaranya
sistem kesehatan yang baik, yang perawat profesional serta  pelayanan keperawatan merupakan

25
salah satu dari kunci pokoknya, semua elemen peran perawat  profesional, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper (1982),
1. Pemberi asuhan keperawatan.
2. Advokat
3. Konselor
4. Pendidik
5. Koordinator
6. Kolaborator
7. Konsultan
8. Pembawa perubahanharus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran
perawat profesional, harus dapat diarahkan sedemikian rupa sehingga pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah pelayanan keperawatan, dapat memenuhi
kedelapan syarat sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (countinue), wajar
(appropriate), dapat diterima (acceptable), tercapai (accesible), serta bermutu (quality).
Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran perawat
profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula sedemikian rupa
sehingga biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah biaya
pelayanan keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem pembiayaan kesehatan
yang  baik, yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien
(efficient). Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem kesehatan dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

NO Elemen peran Sub-sistem pelayanan Sub-sistem


perawat pembiayaan
kesehatan
Pemberi asuhan Tersedia Tersedia
keperawatan
menyeluruh
Advokat Terpadu Efektif
Konselor Berkesinambungan Efisiensi
Pendidik Wajar
Koordinator Dapat diterima
Kolaborator Dapat dicapai
Konsultan 26 Bermutu

Pembawa perubahann
Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat tersebut. Beberapa
diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan
Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika Program
Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan body of knowledge tersebut telah
lama ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence Nightingale
untuk pertama kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya
faktor lingkungan. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem
kesehatan tampak belum menonjol.
2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional
Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah Perawat
Kesehatan dan/ataupun Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi pendidikan
keperawatan yang selama ini dilakukan tidak didasarkan pada body of knowledge profesi
keperawatan. Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada waktu itu, karena desakan
kebutuhan akan tenaga medis, ternyata lebih diarahkan pada pendidikan asisten dokter.
Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak
belum optimal.
3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional Jika
ditinjau sebagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini, terlambatnya
mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan masalah yang amat
pokok. Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan keperawatan memang
belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek keperawatan, tetapi juga
kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan jika sampai saat ini,
peran  perawat profesional dalam sistem kesehatan tampak belum begitu berarti.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman, dan
arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. SKN
merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagaisistem nasional lainnya dalam suatu

27
suprasistem, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup
terhadap penyesuaian dan penyempurnaan.Keberhasilan pelaksanaan SKN sangat bergantung pada
semangat, dedikasi, ketekunan, kerjakeras, kemampuan, dan ketulusan para penyelenggara, serta
sangat bergantung pula pada petunjuk, rahmat, dan perlindungan Tuhan YME.Selain itu
menyadari peningkatan peran perawat dalam sistem kesehatan adalah penting, maka berbagai
upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan.Untuk ini banyak saran yang
dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang dimaksudadalah segera lebih mengembangkan
pendidikan keperawatan profesional, menantapkansistem pelayanan keperawatan profesional, serta
menyempurnakan organisasi profesikeperawatan.
3.2 Saran
Pembaca yang budiman, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kamimiliki, baik dari
segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu kami berpesan kepada pembaca,
ambilah sesuatu yang positif dari sebuah coretan yang kami buat,dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Danmenjadi wawasan kita dalam memahami bahasa kita
sendiri dan sebagai kata,marilah terus berusaha untuk menggapai sebuah cita-cita yang luhur .

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Ryzka Perwita. 2016. Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.

https://www.scribd.com/document/329087474/Penyelenggaraan-Sistem-Kesehatan-Nasional

(diakses tanggal 27 oktober 2016)

Wijayanto, Adi.2017. Arti SKN. https://www.scribd.com/document/353299674/arti-skn (diakses


tanggal 09 juli 2017)

Oktaviyanti, A. dkk. (2014). Sistem Kesehatan Nasional. Makalah

Agustina, Ryzka Perwita. 2016. Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional.

https://www.scribd.com/document/329087474/Penyelenggaraan-Sistem-Kesehatan-Nasional

(diakses tanggal 27 oktober 2016)

Wijayanto, Adi.2017. Arti SKN. https://www.scribd.com/document/353299674/arti-skn (diakses tanggal


09 juli 2017)

28
dr. Tjatur Sembodo, D. S. (2017). Sistem Kesehatan Nasional . Semarang : Faculty of Medicine, Sultan
Agung Islamic University.

Putri, R. N. (2019). Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan Negara Maju. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, Volume 19, Nomor 1, 140.

https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/2017%20Buku%20MHS%20SKN_new.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/572-1723-2-PB.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai