Anda di halaman 1dari 13

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN KASUS BELL’S

PALSY SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED RADIATION


DAN MIRROR EXERCISE DI RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI
1
Abdul Qudus, 2Anjani Nurjanah
12
Program Studi Fisioterapi, Politeknik Piksi Ganesha Bandung
JL.Jendral Gatot Subroto No.301 Bandung
Email : abdulqudus2319@gmail.com; 2anjaninurjanah18@gmail.com
1

ABSTRACT
Bell's Palsy is a neurological disorder and disorder in the cranial nerve VII (facial nerve) in the
temporal bone region that causes facial muscle weakness or paralysis around the stylomastoid
foramen. To determine the management of physiotherapy in enhancing the functional abilities and
strength of facial muscles in the condition of Bell’s Palsy Sinistra by using the Infra Red Radiation
and Mirror Exercise modality. After doing therapy for six times the therapy and education can
result in an increase in functional activity and muscle strength, namely T1 spasm: (+) there is
spasm become T6: (-) no spasm, sensory test T1: 3 (smooth touch, sharp / blunt, temperature
sensation) to T6: 1, Ugo Fisch T1: 30 degree "moderate" examination to T6: 70 degrees "good",
Manual Muscle Testing (MMT) T1: (frowned = 1, raised eyebrows = 1, closed eyes = 3, nasal
deflection = 1, puffed cheeks = 1, smile = 1, blew / kidding = 1) to T6: (frowning = 5, raising
eyebrows = 5, closing eyes = 5, flattening nose = 5, puffing cheeks = 5, smiling = 5, blowing /
joking = 5).
Keyword : Bell’s Palsy, Infra Red Radiation, Mirror Exercise.

ABSTRAK
Bell’s Palsy adalah sebuah kelainan dan gangguan neurogi pada nervus cranialis VII (saraf
facialis) didaerah tulang temporal yang menyebabkan kelemahan atau paralisis otot wajah
disekitar foramen stylomastoideus. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam
peningkatan kemampuan fungsional dan kekuatan otot-otot wajah pada kondisi Bell’s Palsy
Sinistradengan menggunakan modalitas Infra Red Radiation dan Mirror Exercise. Setelah
dilakukan terapi selama enam kali terapi dan edukasi di dapat hasil peningkatan aktifitas
fungsional dan kekuatan otot yaitu spasme T1 : (+) terdapat spasme menjadi T6 : (-) tidak ada
spasme, tes sensorik T1 : 3 (sentuhan halus, tajam/tumpul, sensasi suhu) menjadi T6 : 1,
pemeriksaan Ugo Fisch Scale T1 : 30 derajat “sedang” menjadi T6 : 70 derajat “baik”, Manual
Muscle Testing (MMT) T1 : (mengerutkan dahi = 1, mengangkat alis = 1, menutup mata = 3,
kembang kempis hidung = 1, mengembungkan pipi = 1, tersenyum = 1, meniup/mencucu = 1)
menjadi T6 : (mengerutkan dahi = 5, mengangkat alis = 5, menutup mata = 5, kembang kempis
hidung = 5, mengembungkan pipi = 5, tersenyum = 5, meniup/mencucu = 5).
Kata kunci : Bell’s Palsy, Infra Red Radiation, Mirror Exercise.

A. PENDAHULUAN seorang anatomis dan dokter bedah


Latar Belakang Penelitian bernama Sir Charles Bell (Djamil,
Bell’s Palsy merupakan 2003).
kelemahan wajah dengan tipe lower Prevalensi Bell’s Palsy di Inggris
motor neuron yang disebabkan oleh dan Amerika berturut-turut 22,4 dan
keterlibatan saraf fasialis idiopatik di 22,8 penderita per 100.000 penduduk
luar sistem saraf pusat, tanpa adanya per tahun. Di Belanda (1987) 1
penyakit neurologik lainnya. penderita per 5000 orang dewasa dan
Syndrom ini pertama kali 1 penderita per 20,000 anak per
dideskripsikan pada tahun 1821 oleh tahun (Sukardi, 2004).

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 1


Bell’s Palsy menempati urutan khsusunya penyakit Bell’s Palsy
ketiga penyebab terbanyak dari masih cukup banyak, tercatat dari
paralysis fasial akut (kelumpuhan tahun 2018 hingga tahun 2019
otot wajah yang proses munculnya jumlah persentase penderita penyakit
gejala berlangsung cepat). Bell’s tersebut lebih banyak melalui
Palsy dapat menyerang umur program pelayanan rawat jalan.
berapapun, tapi lebih sering terjadi Pelayanan rawat jalan yaitu
pada umur 15-50 tahun. Wanita dan pelayanan kesehatan yang setelah
laki-laki memiliki kemungkinan diperiksa dan diberi obat penderita
yang sama untuk terserang Bell’s boleh langsung pulang kerumah
Palsy, 63% menyerang wajah namun diberikan jadwal pemeriksaan
sebelah kanan (Sukardi, 2004). kembali untuk dikemudian harinya,
Data yang dikumpulkan di 4 bisa dari 5 kali sampai 8 kali
buah rumah sakit di Indonesia pemeriksaan dalam sebulan, itu pun
diperoleh frekuensi Bell’s Palsy tergantung penyakit tersebut apakah
sebesar 19,55% dari seluruh kasus, masih ringan atau sudah parah jika
dan terbanyak terjadi pada usia 21-30 masih ringan biasanya hanya dalam
tahun. Penderita diabetes neuropati waktu 4 bulan bisa dinyatakan
mempunyai resiko 29% lebih tinggi, sembuh dan apabila penyakit
dibanding non-diabetes. Bell’s Palsy tersebut sudah tergolong parah bisa
mengenai laki-laki dan wanita mencapai 9 bulan sampai setahun
dengan perbandingan yang sama. baru sembuh. Tercatat dalam tahun
Akan tetapi, wanita muda yang 2018 penderita Bell’s Palsy
berumur 10-19 tahun lebih rentan mencapai 52 orang dan ditahun 2019
terkena daripada laki-laki pada mencapai 76 orang.
kelompok umur yang sama (Sukardi, Rumusan Masalah
2004). 1. Apakah penggunaan Infra Red
Pada kehamilan trisemester Radiation dapat memberikan
ketiga dan 2 minggu pasca persalinan rileksasi pada otot wajah sinistra ?
kemungkinan timbulnya Bell’s Palsy 2. Apakah penggunaan Infra Red
lebih tinggi daripada wanita tidak Radiation dapat mengurangi rasa
hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali kaku dan komplikasi lebih lanjut
lipat (Djamil, 2003). pada kasus Bell’s Palsy sinistra ?
Tidak ada perbedaan pada sisi 3. Apakah penggunaan Infra Red
kanan dan kiri wajah. Kadang- Radiation dapat mengurangi
kadang paralisis saraf fasialis spasme ?
bilateral dapat terjadi dengan 4. Apakah Mirror Exercise dapat
prevelensi 0.3- 2%. Resiko meningkatkan kekuatan otot
terjadinya rekurensi dilaporkan wajah sinistra ?
sekitar 8-12% kasus, dengan 36% 5. Apakah Mirror Exercise dapat
pada sisi yang sama dan 64% pada meningkatkan kemampuan
sisi yang berlawanan. Adanya fungsional otot wajah sinistra ?
riwayat keluarga positif diperkirakan KAJIAN ILMIAH
pada 4-14% kasus Bell’s Palsy. Bell’s Palsy
Menurut data yang ada dari Bell’s Palsy menurut asal katanya
RSUD Cibabat kota Cimahi yaitu “Bell” diambil dari nama

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 2


belakang Sir Charles Bell (1833) Efek Terapeutik Infra Red
yang telah membuktikan bahwa otot Radiation
wajah disarafi oleh nervus facialis, 1. Relief of pain (mengurangi rasa
bukannya oleh cabang nervus sakit)
trigeminus sebagaimana anggapan 2. Muscle relaxation (relaksasi otot)
sebelumnya. Sedangkan “Palsy” 3. Meningkatkan supply darah
berarti kelumpuhan. Jadi asal 4. Menghilangkan sisa-sisa
katanya yang dimaksudkan Bell’s metabolisme
Palsy adalah kelumpuhan saraf Mirror Exercise
facialis yang bersifat akut perifer, Mirror Exercise merupakan salah
yang penyebabnya tidak diketahui satu bentuk terapi latihan dengan
secara pasti (idiopatik) dan menggunakan cermin yang akan
umumnya unilateral. (Bambang, memberikan efek “biofeedback”.
2012). Dalam pelaksanaan Mirror Exercise
Infra Red Radiation ini, sebaiknya dilakukan ditempat
Sinar Infrared Radiation (IRR) yang tenang dan tersendiri agar
memiliki pancaran gelombang pasien bisa lebih berkonsentrasi
elektromagnet dengan panjang terhadap latihan-latihan gerakan pada
gelombang 7700-4jt A0. Klasifikasi wajah. (Bambang, 2012).
panjang gelombang dapat dibedakan Latihan biofeedback pada penderita
menjadi dua jenis yaitu gelombang Bell’s Palsy adalah dengan
panjang dan gelombang pendek. melakukan gerakan aktif otot wajah
Gelombang panjang (non dengan tujuan untuk meningkatkan
penetrating) memiliki panjang kekuatan otot wajah dan mencegah
gelombang >12000 A0 – 150000 A0, terjadinya potensial kontraktur otot
penetrasinya pada lapisan superfisial wajah. Dengan kontraksi yang
epidermis sekitar 0,5 mm. berulang, maka secara bertahap
Sedangkan untuk gelombang pendek kekuatan otot wajah akan meningkat
(penetrasi) memiliki panjang sehingga sifat fisiologis akan
gelombang 7700 A0 – 12000 A0, terpelihara elastisitasnya. (Bambang,
penetrasinya sampai subcutan. 2012).
Secara mekanisme kerja Infra Red Jenis-jenis latihannya yaitu,
Radiation (IRR) terbagi menjadi dua mengangkat alis dan mengerutkan
jenis yaitu non luminous dan dahi, menutup mata, tersenyum,
luminous. (Low, 2000). bersiul, mencucu, menarik sudut
Pada pengguanan lampu non mulut kesamping kanan maupun kiri,
luminous jarak lampu yang mengembang-kempiskan cuping
digunakan adalah antara 45 – 60 cm, hidung, mengucapkan kata labial
sinar diusahakan tegak lurus dengan dengan konsonan l, m, n. (Bambang,
daerah yang diobati serta waktu 2012).
antara 10 – 30 menit. Pada Osteologi
penggunaan lampu luminous jarak Splanchocranium adalah tulang
lampu 35 – 45 cm, sinar diusahakan untuk pembentukan wajah.
tegak lurus, waktu antara 10 – 30 Tengkorak wajah di bagi atas dua
menit disesuaikan dengan kondisi bagian yaitu : Os Lacrimal (tulang
penyakitnya. (Low, 2000). mata), Os Nasale (tulang hidung), Os

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 3


Vomer (tulang pembatas), Os Pembuluh darah arteri facialis dan
Zygomaticum, Maxilla, Os arteri temporalis superficialis, yang
Lacrimale, Os Nasale, Os Palatinum, di perkaya beberapa arteri kecil yang
Concha Nasalis Inferior, menyertai saraf sensorik wajah.
Mandibulae. Wajah menerima suplai darah yang
Myologi kaya dari dua pembuluh darah utama.
Gambar 1 Pembuluh darah vena
Otot-Otot Wajah Bagian Depan supratrochlearis , nasofrontalis,
angularis, labialis superior, labialis
inferior, facialis, jugularis interna.
Etiologi
1. Ischemia vaskuler, yaitu terjadi
gangguan regulasi sirkulasi darah
ke nervus facialis, terjadi
ischemia kemudian diikuti oleh
dilatasi kapiler dan permeabilitas
kapiler yang meningkat, dengan
Sumber : Putz (2007) akibat terjadi transudasi, cairan
1. M. Occipitofrontalis transudatyang keluar akan
2. M. Orbicularis Oculi Pars menekan dinding kapiler limfe
3. M. Orbicularis Oculi Pars sehingga menutup. Selanjutnya
Orbitalis akan menyebabkan keluar cairan
4. M. Zygomaticus Minor yang akan lebih menekan
5. M. Levator Labii Superioris kapilerdan venula dalam canalis
6. M. Zygomaticus Mayor facialis sehingga terjadi ischemia.
7. M. Levator Anguli Oris 2. Infeksi Virus. Inflamasi dan
8. M. Orbicularis Oris edema diduga muncul akibat
9. M. Risorius infeksi. Nervus fasialis yang
10. M. Platysma Palpebralis berjalan melewati terowongan
11. M. Depresor Anguli Oris sempit menjadi terjepit karena
12. M. Depresor Labii Inferior edema ini dan menyebabkan
13. M. Mentalis kerusakan saraf tersebut baik
14. M. Buccinator secara sementara maupun
15. M. Nasalis permanen. Virus yang
16. M. Corrugantor Supercilli menyebabkan infeksi ini diduga
17. M. Procerus adalah Herpes Simplex Virus
Neurologi (HSV).
Nervus VII : Facialis, otot ekspresi 3. Kombinasi seperti, pemaparan
muka ke semuanya di pasok oleh udara dingin, diabetes melitus,
cabang–cabang dari saraf facial. kehamilan trimester ketiga, dan
Nervus facialis berasal dari 2 nucleus penyakit vaskuler lainnya.
di batang otak yang terdiri dari : Patofisiologi
Nucleus motoris superior dan Bell’s Palsy terjadi proses inflamasi
Nucleus motoris inferior. akut pada nervus fasialis di daerah
Vaskularisasi tulang temporal, di sekitar foramen
stilomastoideus. Bell’s Palsy hampir

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 4


selalu terjadi secara unilateral. 4. Contractur Otot Wajah.
Namun demikian dalam jarak waktu 5. Epifora, terjadinya karena
satu minggu atau lebih dapat terjadi kedipan mata yang berkurang dan
paralysis bilateral. Penyakit ini menyebabkan iritasi oleh debu
dapat berulang atau kambuh. dan angin.
(Munilson, 2012). 6. Spasme Otot Wajah, dapat timbul
Tanda dan Gejala Klinis dalam beberapa bulan sampai 1-2
Gejala klinis biasanya mendadak, tahun setelah mengalami Bell’s
hampir selalu unilateral. Pada Palsy.
awalnya, penderita merasakan ada 7. Neuralgia Genuculata, yaitu
kelainan di mulut pada saat bangun adanya rasa nyeri dibelakang
tidur, menggosok gigi atau telinga.
berkumur, minum atau berbicara. 8. Hiperacusis, adalah meningginya
Setelah merasakan adanya kelainan ketajaman pendengaran yang
di daerah mulut maka penderita bersifat patologis.
biasanya memperhatikannya lebih Pelaksanaan Fisioterapi
cermat dengan menggunakan cermin. Pelaksanaan fisioterapi merupakan
Mulut tampak mencong terlebih pada pelayanan kesehatan yang di lakukan
saat meringis kelopak mata tidak berdasarkan rencana yang telah di
dapat dipejamkan (lagoftalmus), tetapkan dengan maksud agar
waktu penderita disuruh menutup kebutuhan pasien terpenuhi, yang
kelopak matanya maka bola mata mencakup aspek peningkatan ,
tampak terputar ke atas. Penderita tak pemeliharaan, dan pemulihan.
dapat bersiul atau meniup, apabila Langkah dalam pelaksanaan
berkumur atau minum maka air fisioterapi meliputi pengumpulan
keluar melalui sisi mulut yang data dari pasien,pemeriksaan,
lumpuh. Selanjutnya gejala dan tanda penentuan diagnosis, dan
klinik lainnya berhubungan dengan perencanaan fisoterapi. Langkah
tempat/lokasi lesi. (Harsono Ed, tersebut berguna untuk menentukan
2009). modalitas dan terapi latihan apa yang
Komplikasi tepat dengan kasus yang ada. Setelah
1. Crocodile Tear Phenomenon (air pelaksanaan fisioterapi, langkah
mata buaya) yaitu keluarnya air selanjutnya adalah evaluasi.
mata pada saat penderita makan Deskripsi Problematika Fisioterapi
makanan, timbul beberapa bulan Impairment = adanya spasme otot
2. Synkinesi, misalnya timbul wajah sinistra, kelemahan otot wajah
gerakan involunter elevasi sudut sinistra, dan wajah terlihat asimetris.
mulut, kontraksi platysma atau Functional limitation = adanya
berkerutnya pada saat mata kesulitan melakukan kegiatan pada
dipejamkan. saat makan dan minum. Adanya
3. Clonic Facial Spasm (Hemifacial keterbatasan gerak pada saat
Spasm. Timbul kedutan pada menutup mata, mengerutkan dahi,
wajah yang pada stadium awal mengangkat alis, kembang kempis
hanya mengenal satu sisi wajah hidung, mengembungkan pipi,
saja, tetapi kontraksi ini dapat tersenyum, dan bersiul.
mengenal pada sisi yang lainnya.

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 5


Participation Retriction = pasien (dari 4x “empat kali” tes
sedikit kesulitan berkomunikasi jawaban yang benar 1 “satu”
dengan orang lain. dan jawaban yang salah 3
Program / Rencana Fisioterapi “tiga”).
Tujuan Jangka Pendek 4 jawaban salah semua
Meningkatkan kekuatan otot wajah Pada pemeriksaan sensori tes
sisi sinistra, mengurangi rasa baal / pengecap didapatkan hasil tes
kebas pada wajah sinistra dan pengecap pada 2/3 anterior lidah sisi
mengurangi spasme otot wajah sisi sinistra hasilnya pengecap pasien
sinistra. masih baik, pasien masih bisa
Tujuan Jangka Panjang merasakan rasa manis dan asin.
Mengembalikan kemampuan Tabel 2
fungsional yang melibatkan otot-otot Hasil Tes Sensori
wajah, seperti berkumur, Tes Sensori Nilai
mengerutkan dahi, mengangkat alis, Sentuhan halus 3
menutup mata, dan mengunyah serta Tajam/tumpul 3
meningkatkan kemampuan ekspresi Sensasi suhu 3
wajah. Pemeriksaan Ugo Fish Scale
Ugo Fish Scale adalah pemeriksaan
B. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dilakukan untuk mengevaluasi
Pemeriksaan Sensoris kemajuan motorik otot-otot wajah
Pemeriksaan Sensoris (Superficial) pada penderita Bell’s Palsy. Ugo
adalah adanya gangguan pada otak Fish Scale menilai kondisi simetris-
medula spinalis, dan saraf tepi yang asimetris antara sisi dextra dan sisi
dapat menimbulkan gangguan sinistra wajah pada lima posisi
sensoris. Pemeriksaan ini bertujuan berbeda yaitu saat istirahat,
untuk memeriksa fungsi dari cabang- mengerutkan dahi, menutup mata,
cabang N. VII. tersenyum, dan bersiul.
1. Pemeriksaan sensoris dengan tes Tabel 3
pengecap. Penilaian Ugo Fisch Scale
2. Pemeriksaan sensoris sentuhan Nilai Keterangan
ringan. 0% asimetris komplit, tidak ada
3. Pemeriksaan sensoris gerakan volunteer.
tajam/tumpul. 30 % simetris jelek/poor,
4. Pemeriksaan sensasi suhu. kesembuhan cenderung
Dalam pemeriksaan sensoris asimetris, ada gerakan
sentuhan ringan, tes tajam/tumpul volunteer.
dan sensasi suhu, ada poin khusus 70 % simetris cukup/fair,
sebagai berikut : kesembuhan parsial kearah
Tabel 1 simetris.
Poin Pemeriksaan Sensoris
100 Normal, simetris komplit.
Nilai Keterangan %
1 menjawab sesuai / jawaban
benar
2 menjawab dengan ragu-ragu
3 menjawab kebanyakan salah

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 6


Tabel 4 hidung m. levator labii superior
Poin Penilaian Ugo Fisch Scale alaque nasi
m. depresor septi
Poin Keterangan Mengembungkan a. levator labii
20 Istirahat +
pipi superioris
10 Mengerutkandahi m.levator angulioris
30 Menutupmata m. risorius
Tersenyum +
m. zygomaticus mayor
30 Tersenyum
m. zygomaticus minor
10 Bersiul m.buccinator
Tabel 5 m.orbicularis oris
Mencucu +-
Derajat Ugo Fish Scale m. depresor anguli oris
Nilai Ugo Fish m.mentalis
Derajat Pemeriksaan Kekuatan Otot
Scale Score
dengan MMT
100 Normal Table 8
MMT menurut Nancy Berryman
70-99 Baik Reese
Nilai Ketentuan
30-69 Sedang
5-Normal Kontraksi penuh dan
< 30 Buruk (N) terkontrol.
Gerakan bisa dilakukan, tetapi
Tabel 6 3-Fair (F) dengan kesulitan atau hanya
Hasil Pemeriksaan Ugo Fish Scale sebagian.
Nilai Persen Tidak ada gerakan, tetapi
Posisi Wajah Poin 1-Trace
Persen x Poin dengan palpasi kontraksi
Istirahat/Diam 30% 20 6 poin (T)
dapat dilakukan.
Mengerutkan 30% 10 3 poin Tidak ada kontraksi yang bisa
Dahi 0-Zero (Z)
diraba atau dilihat.
Menutup 30% 30 9poin Table 9
Mata Hasil Pemeriksaan MMT
Tersenyum 30% 30 9 poin Gerakan Dekstr Sinistr
Bersiul 30% 10 3 poin a a
Jumlah 30poin Mengerutkan dahi 5 1
Pemeriksaan Spasme dengan Mengangkat kedua alis 5 1
Palpasi Menutup mata 5 3
Palpasi adalah pemeriksaan fisik Kembang kempis
dengan cara meraba pada bagian 5 1
hidung
tubuh yang terlihat tidak normal. Mengembungkan pipi 5 1
Tabel 7 Tersenyum 5 1
Hasil Pemeriksaan Spasme Meniup / mencucu 5 1
Gerakan Otot Hasil
Edukasi
m.corrugatorsupercilli
Mengerutkandahi
m. procerus
+ 1. Pasien dianjurkan untuk
Mengangkat kedua m.occipitofrontalis melakukan latihan menggerakan
+
alis m. depresor supercili otot-otot wajah (mirror exercise)
Menutup mata
m.orbicularis oculi
+ 3 kali sehari, lama latihan antara
10-15 menit, setiap gerakan
Kembang kempis m.nasalis +
diulangi sebanyak 15-30.

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 7


2. Pasien juga disarankan untuk Table 10
mengompres bagian wajah sisi Evaluasi Pemeriksaan Sensorik
sinistra dengan menggunakan Tes T1 T2 T3 T4 T5 T6
handuk yang sudah direndam Sensori
dalam air hangat dan diperas.Sentuhan
3. Pasien dianjurkan untuk latihan 3 3 3 2 2 1
halus
berkumur sebanyak 10-20 Tajam/tu
kali
sebelum atau setiap berwudhu. 3 3 2 2 1 1
mpul
4. Pasien dianjurkan memakai Sensasi
kaca
mata saat bepergian untuk 3 3 3 2 2 1
suhu
melindungi matanya dari terpaan Grafik 1
debu dan angin secara langsung Penurunan Rasa Baal/Kebas
untuk menghidari terjadinya Pada Wajah Sinistra
iritasi, memakai pelindung wajah
(masker) saat bepergian, Hasil Terapi Akhir Tes Sensorik
menghindari pemakaian 4
3
menggunakan kipas angin di 2
1
0
hadapan muka dan penggunaan

(24/4/19)
(30/3/19)

(6/4/19)

(10/4/19)

(15/4/19)

(20/4/19)
AC atau berada di ruangan ber-
AC.
Hasil Evaluasi Penatalaksanaan T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fisioterapi Pada Pasien Kasus
Bell’s Palsy Sinistra dengan Sentuhan halus Tajam/tumpul Sensasi suhu
Modalitas Infra Red Radiation dan Dari grafik pemeriksaan sensorik
Mirror Exercise di RSUD Cibabat terdapat nilai penurunan rasa
Kota Cimahi baal/kebas pada wajah sinistra dari
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui
T1 tes sentuhan halus 3 poin,
kemajuan yang di capai selama
testajam/tumpul 3 poin, tes sensasi
melakukan terapi. Setelah di lakukan
suhu 3 poin, terjadi penurunan pada
terapi selama 6 kali di lakukan
T6 tes sentuhan halus 1 poin,
evaluasi hasil terakhir terapi pada
testajam/tumpul 1 poin, tes sensasi
tanggal 24 April 2019 yang meliputi
suhu 1poin.
komponen evaluasi pasien dengan
Pada grafik diatas menggambarkan
nama Ny.DN, usia 40 tahun, jenis
bahwa terjadinya penurunan
kelamin perempuan, dengan
baal/kebas, mekanismenya
diagnosa medis Bell’s Palsy Sinistra
disebabkan karena pemberian Infra
setelah melakukan fisioterapi berupa
Red Radiation yang dapat
pemberian Infrared Radiation dan
memberikan efek relaksasi otot,
Mirror Exercise. Maka di dapatkan
melancarakan sirkulasi darah dan
hasil sebagai berikut:
meningkatkan suplay darah ke
Evaluasi Pemeriksaan Sensorik jaringan superficial.
Pada kondisi ini didapatkan hasil tes
Evaluasi Kemampuan Fungsional
pengecap pada 2/3 anterior lidah sisi
Otot Wajah Sinistra
sinistra hasilnya pengecap pasien
masih baik, pasien masih bisa
merasakan rasa manis dan asin.

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 8


Table 11
Hasil Ugo Fisch Scale
Evaluasi Pemeriksaan Ugo Fish
Ger T1 T2 T3 T4 T5 T6 30
aka 20
n
10
Dia 30 30 30 30 70 70
m / %x %x %x %x % % 0
(30/3/19) (6/4/19) (10/4/19) (15/4/19) (20/4/19) (24/4/19)
Istir 20= 20= 20= 20= x x
ahat 6 6 6 6 20 20 T1 T2 T3 T4 T5 T6
= = Diam / Istirahat Mengerutkan dahi Menutup mata
14 14 Tersenyum Bersiul
Me 30 30 30 30 70 70
Dari grafik hasil Ugo Fisch terdapat
nge %x %x %x %x % %
kenaikan kemampuan fungsional otot
rutk 10= 10= 10= 10= x x
pada wajah sinistra dari T1 gerakan
an 3 3 3 3 10 10
diam/istirahat = 6, mengerutkan dahi
dah = =7
= 3, menutup mata = 9, tersenyum =
i 7
9, bersiul = 3, total jumlah menjadi =
Me 30 30 70 70 70 70 30 termasuk derajat sedang, terjadi
nut % x % x % x % x % % peningkatan kekuatan otot pada T6
up 30 30 30 30 x x gerakan diam/istirahat = 14,
mat = 9 = 9 = = 30 30
mengerutkan dahi = 7, menutup mata
a 21 21 = = = 21, tersenyum = 21, bersiul = 7,
21 21 total jumlah menjadi = 70 termasuk
Ter 30 30 30 30 70 70 derajat baik.
sen %x %x %x %x % % Evaluasi Spasme Otot Wajah
yu 30= 30= 30= 30= x x Sinistra dengan Palpasi
m 9 9 9 9 30 30 Table 12
= = Evaluasi Spasme dengan Palpasi
21 21
Gera T1 T T3 T4 T5 T6
Ber 30 30 30 30 30 70 kan (3 2 (1 (1 (2 (2
siul % x % x % x % x % % 0/ (6 0/ 5/ 0/ 4/
10 10 10 10 x x 3/ /4 4/ 4/ 4/ 4/
= 3 = 3 = 3 = 3 10 10 19 /1 19 19 19 19
= =7 ) 9) ) ) ) )
3 Men + + + + - -
Jum 30 30 42 42 66 70 gerut
lah kan
: dahi
Der Sed Sed Sed Sed Se Ba Men + + + + - -
ajat ang ang ang ang da ik gang
: ng kat
Grafik 2 kedu
Kemampuan Fungsional Otot a alis
Wajah Sinistra Men + + + - - -
utup

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 9


mata Table 13
Kem + + + + + - Evaluasi Kekuatan Otot dengan
bang MMT
kemp Gera T1 T T3 T4 T5 T6
is kan (3 2 (1 (1 (2 (2
hidu 0/ (6 0/ 5/ 0/ 4/
ng 3/ /4 4/ 4/ 4/ 4/
Men + + + + - - 19 /1 19 19 19 19
gemb ) 9) ) ) ) )
ungk Men 1 1 1 3 5 5
an gerut
pipi kan
Terse + + + + + - dahi
nyu Men 1 1 3 3 5 5
m gang
Meni + + + + - - kat
up/m kedu
encu a alis
cu Men 3 3 3 3 5 5
Dari tabel hasil pemeriksaan palpasi utup
otot wajah sinistra terdapat mata
penurunan spasme otot pada wajah Kem 1 1 1 3 3 5
sinistra dari T1 palpasi m.corrugator bang
supercilli, m. procerus, m. kemp
occipitofrontalis, m. orbicularis is
oculi, m. nasalis, m. levator labii hidu
superior alaque nasi, m. depressor ng
septi, m. levator labii superioris, m. Men 1 1 1 3 3 5
levatorangulioris, m. risorius, m. gemb
zygomaticus mayor, m. zygomaticus ungk
minor, m. buccinators, m. orbicularis an
oris, m. depressor angulioris, m. pipi
mentalis terdapat spasme hingga T6 Terse 1 1 3 3 5 5
terjadi penurunan spasme sampai nyu
sudah tidak ada spasme. m
Pada tabel diatas menggambarkan Meni 1 1 3 3 5 5
bahwa terjadinya penurunan spasme, up/m
mekanismenya disebabkan karena encu
pemberian Infra Red Radiation yang cu
dapat memberikan efek relaksasi
otot, melancarakan sirkulasi darah
dan meningkatkan suplay darah ke
jaringan superficial.
Evaluasi Kekuatan Otot Wajah
Sinistra dengan MMT

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 10


Grafik 3 berbicara dengan nada agak tinggi,
Kekuatan Otot Wajah Sinistra mengunyah makanan, minum,
berkumur dan wajah tampak
Kekuatan Otot dengan asimetris yang menimbulkan
MMT masalah adalah adanya penurunan
6 kekuatan otot, penurunan sensibilitas
4 dan berakibat mengganggu aktivitas
2
fungsional sehari-hari pasien.
0
Dengan adanya permasalahan
tersebut, penulis mencoba
memberikan program tatalaksana
fisioterapi dengan menggunakan
T1 T2 T3 T4 T5 T6
modalitas Infra Red Radiation dan
Mirror Exercise di sertai dengan di
Dari grafik hasil MMT terdapat berikan home program yang sudah di
kenaikan kemampuan kekuatan otot berikan oleh terapis, dengan tujuan
pada wajah sinistra dari T1 gerakan untuk mengatasi problematika yang
mengerutkan dahi = 1, mengangkat muncul.
kedua alis = 1, menutup mata = 3, Setelah dilakukan terapi sebanyak 6
kembang kempis hidung = 1, pertemuan dari T1 sampai T6, di
mengembungkan pipi = 1, tersenyum dapat hasil adanya penambahan
= 1, meniup/mencucu = 1, terjadi kekuatan otot wajah sinistra dan
peningkatan kekuatan otot pada T6 penurunan spasme otot wajah sisi
gerakan mengerutkan dahi = 5, sinistra. Hal tersebut bisa dilihat dari
mengangkat kedua alis = 5, menutup adanya peningkatan kemampuan
mata = 5, kembang kempis hidung = istirahat, mengerutkan dahi, menutup
5, mengembungkan pipi = 5, mata, tersenyum dan bersiul.
tersenyum = 5, meniup/mencucu = 5. Kemudian pasien sudah mampu
Pada grafik diatas menggambarkan mengunyah makanan pada sisi
bahwa terjadinya kenaikan sinistra dan minum tanpa sedotan
kemampuan fungsional otot wajah karena ketika minum air sudah tidak
sinistra, mekanismenya disebabkan keluar lagi dari mulut. Hal itu di
karena diberikan terapi latihan dasarkan pada pelaksanaan terapi
Mirror Exercise yang memberikan yang teratur dan edukasi dari
efek biofeedback untuk melakukan fisioterapis kepada pasien, sehingga
gerakan aktif otot wajah dengan akan mengoptimalkan hasil terapi
tujuan meningkatkan kekuatan otot yang diberikan. Jadi, sesuai dengan
wajah sehingga kemampuan rumusan masalah yang telah dibahas
fungsional otot pun meningkat. maka penggunaan modalitas Infra
Red Radiation dapat memberikan
C. KESIMPULAN rileksasi, mengurangi rasa kaku dan
Kesimpulan komplikasi lebih lanjut dan dapat
Pasien dengan inisial Ny. DN dengan mengurangi spasme pada sisi yang
diagnosa Bell’s Palsy Sinistra lesi serta Mirror Exercise dapat
dengan keluhan baal pada sisi wajah meningkatkan kekuatan otot dan
sebelah kiri, mengeluh kesulitan saat

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 11


kemampuan fungsional otot wajah keluarga pasien diharapkan akan
pada kasus Bell’s Palsy Sinistra. dapat tercapai keberhasilan terapi.
Saran Bagi Fisioterapi
Bagi Pasien Fisioterapis hendaknya sebelum
Untuk mencapai tujuan yang melakukan terapi kepada pasien
maksimal maka penulis diawali dengan pemeriksaan dengan
menganjurkan agar pasien mencatat perasalahan pasien,
melakukan latihan menggerakkan melakuan evaluasi dan memberikan
dan membentuk ekspresi pada wajah edukasi pada pasien sehingga
di depan cermin ketika berada memperoleh hasil yang optimal.
dirumah seperti dianjurkan Bagi Pembaca
fisioterapis yaitu mengangkat alis Saran bagi pembaca untuk
dan mengerutkan dahi, menutup pencegahan penyakit ini, usahakan
mata, tersenyum, bersiul, mencucu, apabila saat berpergian
menarik sudut mulut kesamping menggunakan sepeda motor baik
kanan maupun kiri, mengembang pagi hari atau malam hari gunakan
kempiskan cuping hidung dan helm full face dan menggunakan
mengucapkan kata labial dengan masker.
konsonan l, m, n.
Pasien juga disarankan untuk D. DAFTAR PUSTAKA
mengompres bagian wajah sisi Dokumen
sinistra dengan menggunakan PERMENKES. (2013). Peraturan
handuk yang sudah direndam dalam Menteri Kesehatan Republik
air hangat dan diperas, lalu Indonesia Nomor 80 Tahun
digosokkan kearah telinga. Pasien 2013.Tentang Penyelenggaraan
juga disarankan untuk memakai Pekerjaan dan Praktik
kacamata saat berpergian untuk Fisioterapis.
melindungi terjadinya iritasi, PERMENKES (2015). Peraturan
memakai penutup mata sebelum Menteri Kesehatan Republik
tidur dan memakai pelindung wajah Indonesia Nomor 65 Tahun 2015
saat berpergian seperti masker, Tentang Standar Pelayanan
jangan tidur dilantai tanpa Fisioterapi.
menggunakan alas dan bantal, jangan Buku Ilmiah
menggunakan kipas angin di Arifin, Safrin. Sri Yani. (2013).
hadapan muka dan hindari Atlas Anatomi Otot Manusia
penggunaan AC. Selain itu, untuk Fisioterapi. Infinity
disarankan supaya pasien terartur Media : Tangerang Selatan
dalam melakukan terapi dan Bambang, T. (2012). Instrumen
frekuensi terapi setiap minggunya Pemeriksaan Fisioterapi dan
ditambah. Penelitian Kesehatan (Ed.2).
Bagi Keluarga Nuha Medika : Yogyakarta.
Kepada keluarga hendaknya selalu Bambang, T. (2012). Senam Wajah
memberikan motivasi kepada pasien Untuk Penyembuhan dan
untuk latihan dan mebantu dalam Kecantikan. Nuha Medika :
proses latihan, dengan kerjasama Yogyakarta.
yang baik antara terapis, pasien dan

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 12


Djamil Y, A Basjiruddin. (2003). Priguna, S. (2009). Neurologi Klinis
Paralisis Bell’s Palsy. Kapita dalam Praktek Umum. Dian
Selekta Neurologi. Gadjah Mada Rakyat : Jakarta.
University : Yogyakarta. Putz, R., & Pabst, R. (2017). Sabotta
Dwi, D. (2013). Buku Saku Atlas Anatomi Manusia (Ed
Harrison Neurologi. Karisma 22). ECG : Jakarta.
Publishing Group : Tangerang Raj, Glady Samuel. (2006).
Selatan. Physiotherapy in Neuro-
Giri, W. (2013). Anatomidan conditions. Jaypee Brothers
Fisiologi Sistem Gerak Medical Publishers : Delhi.
Manusia. Gosyen Publishing : Reese, N. B. (1999). Muscle and
Yogyakarta. Sensory Testing. United State of
Gleadle, J. (2003). Anamnesis dan America : W. B Saunders
Pemeriksaan Fisik. Erlangga : Company.
Jakarta. Sidharta, Priguna. (2008). Tata
Harsono (Ed) (2009). Kapita Pemeriksaan Klinis dalam
Selekta Neurologi. Gadjah Mada Praktek Umum. Ed 15. Dian
University Press : Yogyakarta. Rakyat : Jakarta.
Low, J., & Reed, A. (2000). Snell, R.S. (2014). Anatomi Klinis
Electrotherapy Explained : Berdasarkan Regio (Ed 9). ECG
Principle and Practice (Ed.3). : Jakarta.
Oxford : Butterworth- Sudarto, P., Sutisna, H., & Achmad,
Heinemann. T. (2002). Buku Ajar Patologi I
Moore, K, L., & Dalley, A.F. (2013). (Umum). Sagung Solo : Jakarta.
Anatomi Berorientasi Klinis. Sugiyono. (2016). Metode
Erlangga : Jakarta. Penelitian Kuantitatif,
Munilson, Jacky. dkk. (2012). Kualitatif dan R & D. Alfabeta :
Diagnosis dan Penatalaksanaan Bandung.
Bell’s Palsy. Fakultas Widiarti (2016). Buku Ajar
Kedokteran Universitas Pengukuran dan Pemeriksaan
Andalas/RSUP. Dr.M. Djamil Fisioterapi. Deepublish :
Padang. Yogyakarta.
Novita, I, A. (2016). Fisioterapi .
Olahraga. ECG : Jakarta.

Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha 13

Anda mungkin juga menyukai