Anda di halaman 1dari 19

JUDUL (CAPITAL, 16 PT TIMES NEW ROMAN, CENTER, BOLD)

Nama Mahasiswa, [Nama Dosen Pembimbing] (12 Times New Roman)


Program Studi Akuntansi STIE Mikroskil (12 Times New Roman)
e-Mail Mahasiswa, [e-Mail Dosen Pembimbing]
Abstrak
Abstrak ditulis 1 kolom, tidak lebih dari 200 kata (justified, 12 pt, Times New Roman).

Kata kunci: antara 3 s.d. 5 kata kunci (italic)

Pendahuluan
Prioritas pembentukan bangsa Indonesia periode 2019-2024 yang pertama adalah
pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM), dimana leading sektornya berada pada
Lembaga Pendidikan. Setiap jenjang pendidikan merupakan bagian dari keseluruhan
sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan guna mencapai tujuan pendidikan. Sebagai
suatu sistem maka pembelajaran anak usia dini (AUD) merupakan dasar pada
pembentukan SDM pada semua jenjang pendidikan. Oleh karenanya AUD sebagai
peletakan dasar pendidikan sangat strategis dalam menentukan kualitas pendidikan
selanjutnya. Dalam masa AUD, pendidikan ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan, kecerdasan, sosial, bahasa dan komunikasi lisan. Stimulasi yang
diberikan agar pondasi dasar yang kokoh supaya bisa berkembang secara optimal di masa
seterusnya. (Suharti, 2018, p. 52).
Berdasarkan hasil penelitian tentang anak diketahui bahwa pada usia dini (usia
lahir-8 tahun) adalah usia emas “golden age” dimana 80% pertumbuhan dan
perkembangan anak terjadi dengan pesat, 50% diantaranya terjadi pada rentang usia lahir
4 (empat) tahun. Jika usia 8 tahun sejajar dengan kelas 2 SD, maka momentum 80%
perkembangan hampir terlewatkan dan hanya tersisa 20% yang dapat dioptimalkan pada
pendidikan selanjutnya. Artinya ketika perkembangan ini tak akan kembali dan apabila
tak distimulasi dalam pendidikan yang berkualitas akan benar-benar hilang masa depan
anak.
Pada hasil penelitian di atas pasti membuat besarnya pemicu utama penerapan
pengkajian bagi AUD. AUD yaitu tingkatan ketika usia emas (golden age) yang
membutuhkan banyak bantuan, tersendiri dan spontan sekiranya dibandingkan tingkatan
pendidikan lain. AUD menggambarkan usia emas (golden age) yang semata-mata ada
satu kali fase pada kehidupannya dan pasti tidak bisa diulang lagi (Eko S., 2020, p. 4).
Bahkan UNESCO (2015) menekankan pentingnya PAUD diantaranya: (1) sebagai
fondasi awal dalam pendidikan, (2) investasi bagi keluarga dan pemerintah, (3) untuk
menghentikan roda kemiskinan. Untuk itu UNESCO ingin memastikan bahwa hak pada
tiap-tiap anak dalam mendapatkan pendidikan dijamin oleh UUD negara yang
bersangkutan. Dalam mendorong kualitas anak dan untuk memperoleh guru PAUD yang
berkualitas perlu kerjasama dan dukungan orang tua. Kerjasama dan dukungan orang tua
untuk kualitas anak saat pandemi covid 19 seperti memperkuat penanaman karakter jujur,
tanggungjawab, percaya diri, mandiri, sopan, peduli, kerjasama, saling menghargai,
kreatif dan sebagainya. Akan tetapi harapan ini tentunya tidak mudah, apalagi ini baru
pertama kali menghadapi covid-19 dengan berbagai dampak dan resikonya. Misalnya
dengan dilakukannya penutupan sekolah ketika awal-awal pandemi berimbas pada
kemampuan belajar siswa mulai dari AUD hingga SMA dapat terjadi learning loss.
Penangguhan pembelajaran tatap muka di sekolah ini telah menimbulkan
kekhawatiran akan penurunan kualitas pengetahuan kognisi, keterampilan vokasi, dan
1
keterampilan sosial yang dimiliki pribadi AUD. Dimulai dari minimnya aktualisasi anak,
penyampaian materi yang tidak leluasa, kesulitan untuk bertanya maupun berkonsultasi
dengan guru, serta gangguan kelancaran internet. Selain itu, proses pembelajaran daring
yang diselenggarakan oleh guru belum menemukan format yang tepat di banyak sekolah
sehingga efektivitasnya masih sering dipertanyakan.
Jika dilihat lebih jauh, tumpuan sistem pendidikan pada tingkat rendah, seperti
PAUD dan SD semua akan beralih ke keluarga, dengan orangtua yang mengawasi
berlangsungnya proses pembelajaran siswa. Secara singkat, orangtua akan berperan
sebagai guru yang mengajarkan materi-materi kurikulum hingga menyelesaikan tugas
sekolah. Hal ini sangat tidak mengherankan bila para orangtua mengeluh berperan
sebagai guru dirumah karena mengalami banyak kesulitan.
Di lain sisi, pihak sekolah pun merasakan kesulitan dengan keterbatasan dalam
memberikan materi ajar kepada siswa. Jam belajar mengajar berkurang, materi pelajaran
tidak tersampaikan dengan baik, dan sulitnya mengajar materi yang bersifat praktikum,
sehingga hal ini menimbulkan rasa hawatir di kalangan pelaku dan pengamat pendidikan.
Dari permasalahan learning loss ini, dikhawatirkan siswa akan mengalami kesulitan
belajar setelah masa pandemi Covid-19 usai. Jika kualitas siswa menurun, nantinya akan
berimbas pada pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Tidak mengherankan bila
muncul saran-saran yang berisikan gagasan untuk memperpanjang lama tahun belajar.
Beberapa diantaranya mengusulkan masa belajar diperpanjang selama 6 bulan, ada juga
yang menyarankan diperpanjang selama satu tahun, dan ada pula yang menyarankan
diperpanjang sesuai lama dari pandemi ini.
Secara kelembagaan, PAUD memang tidak jauh berbeda dengan lembaga
Pendidikan lainnya yang berada di jenjang atasnya (SD, SMP, dan SMA). Akan tetapi,
persoalan belajar dan pembelajaran, PAUD lebih banyak mengandalkan peran dan
partisipasi orang tua. Lerning loss seperti yang telah dikemukakan di awal, boleh jadi
tidak akan menjadi persoalan bagi PAUD sejauh peranserta orangtua sama baiknya
dengan strategi yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga persepsi orangtua bahwa pendidikan
anak dirasa cukup diserahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah kiranya perlu
diluruskan.
Tidak dapat dibantahkan bahwa lingkungan keluarga merupakan tempat seseorang
memulai kehidupannya. Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara
ayah, ibu dan anak. Hubungan terebut terjadi karena anggota keluarga saling berinteraksi.
Dari lingkungan itulah anak mengalami proses pendidikan dan sosialisasi awal. Dalam
lingkungan keluarga pula seorang anak mendapatkan pengasuhan dari orangtuanya.
Peranserta orangtua dalam mendidik anak adalah bentuk partisipasi orangtua yang
menunjukkan komitmen, dedikasi, dan keterikatan orangtua dalam pendidikan. Partisipasi
tersebut tidak hanya meliputi aspek kognitif, namun juga meliputi aspek lain seperti
aspek emosional dan personal. Peran serta orangtua dalam pendidikan itu sendiri dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan orangtua, baik di rumah
ataupun di sekolah, sehingga akan memberikan keuntungan baik bagi orangtua, anak
maupun sekolah. Peran serta orangtua dalam pendidikan diperlukan pada setiap jenjang
pendidikan terlebih lagi pada lembaga PAUD, di mana anak baru memulai pembentukan
karakter melalui pengembangan sikap, moral, agama , sosial dan emosional. Orangtua
yang terlibat dalam pengasuhan anak yang bersekolah PAUD akan mempererat hubungan
dengan anak, mendapatkan tambahan pengetahuan dari PAUD ketika mengikuti kegiatan
rutin, dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan baru yang dimiliki tersebut pada anak.

2
Kenyataan yang terjadi dewasa ini, banyak orangtua di Kota Banjarmasin yang
merasa gugur kewajibannya dalam mendidik anak ketika sudah memasukkannya ke suatu
lembaga pendidikan. Hal ini tentunya amat disayangkan, mengingat sebagian besar waktu
anak adalah di rumah. Keluarga, lebih khusus lagi orangtua pada prinsipnya tetap
memegang tanggung jawab terbesar dalam pendidikan anaknya, namun peran ini
seringkali dilupakan. Pemahaman orangtua yang relatif rendah tentang konsep
pendidikan anak usia dini juga merupakan salah satu faktor minimnya peran orangtua
dalam pendidikan anaknya di rumah. Ketimpangan perlakuan antara guru di sekolah dan
orangtua di rumah dikhawatirkan akan menimbulkan ambiguitas pada anak-anak. Jika hal
ini terjadi, akan sangat berbahaya (setidaknya menimbulkan kebingungan) terhadap
perkembangan anak.
Berdasarkan pengamatan, penulis melihat sebuah sekolah yang sangat aktif
melibatkan orangtua dalam setiap kegiatan. PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan PAUD
Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi adalah sebuah lembaga pendidikan anak usia
dini yang terletak di kota Banjarmasin. Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah berdiri sejak
tahun akademik 2003/2004 dan posisi terletak di jalan Bumi Mas Raya komp. Bumi
Handayani XII A Kelurahan Pemurus Baru Kecematan Banjarmasin Selatan Kota
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan PAUD Islam Terpadu Masjid
Hasanuddin Madjedi terletak di Jl.Brigjen H.Hasan Basrie, Pangeran, Kec. Banjarmasin
Utara, Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dan didirikan sejak tahun
akademik 20012/2013.
PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin
Madjedi didirikan berangkat dari niat yang sama bahwa anak-anak butuh dididik sesuai
fitrahnya, yaitu fitrah sebagai anak-anak. Jadi dapat dikatakan bahwa ke dua PAUD
tersebut merupakah sekolah yang memiliki visi belajar menempatkan anak sesuai
kodratnya (memanusiakan manusia). Hal ini sama dengan Visi pendidika Ki Hajar
Dewantara bahwa tujuan Pendidikan adalah untuk membuka batin (rasa-spiritual),
memerdekakan pikiran (cipta) dan membangun kemandirian (karsa).”
Hal menarik yang dilakukan di ke dua PAUD ini, yakni seringnya diadakan
kegiatan yang melibatkan orangtua seperti parenting (mengadakan pelatihan dan diskusi
yang berhubungan tanggung jawab orangtua terhadap anak), ibu mengajar, hari ayah
(sekolah malam), home visit dan parent and teacher club. Kegiatan-kegiatan ini sengaja
dirancang dalam rangka mewujudkan kesadaran bahwa pendidikan anak merupakan
tanggung jawab orangtua. Sekolah hanyalah salah satu cara yang mereka tempuh untuk
memenuhi beberapa aspek pendidikan.
Berangkat dari fakta-fakta yang dikemukan di atas, penulis bermaksud melakukan
penelitian lebih mendalam tentang peranserta orangtua dalam pendidikan anak usia dini.
Dengan mendalami pengalaman yang dilalui oleh PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan
PAUD Islam Terpadu Hasanuddin Madjedi, penulis ingin melihat bagaimana peranserta
orangtua tersebut berkontribusi terhadap pendidikan anak khususnya di masa pandemic
covid-19. Untuk itu tujuan penulisan artikel ini untuk mendeskripsikan; bentuk partisipasi
orangtua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan
PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi khususnya pada masa pandemic
covid-19; Faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam Pendidikan Anak Usia
Dini di di PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin
Madjedi khususnya pada masa pandemic covid-19; Strategi PAUD Islam Terpadu
Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Hasanuddin Madjedi dalam membangun partisipasi
orang tua.
Kajian Pustaka dan pengembangan hipotesis
3
Pendidikan anak usia dini yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional,
bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak lembaga penyelenggara PAUD. Apalagi
sasarannya adalah usia 0-6 tahun, sehingga sebagian besar waktu anak tetaplah bersama
keluarga. Dengan demikian agar tidak terjadi ambiguitas dalam perkembangan anak, maka
satunya pemahaman, stimulasi dan pendidikan yang sesuai dengan pola perkembangan anak
antara pihak lembaga pendidikan dan orangtua adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Kata “partisipasi” diambil dari bahasa Inggris participation. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa participation means (action of)
participating, sedang participate means to take part or become involved. Dengan demikian
kata partisipasi dapat didefinisikan sebagai aksi atau tindakan untuk terlibat atau berperan
serta. Dalam hubungannya dengan PAUD, partisipasi orangtua dapat diartikan sebagai
keterlibatan atau peran serta orangtua dalam mencapai tujuan PAUD, yaitu mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga nantinya anak dapat bersikap, bertindak, dan
bertingkah laku sebagaimana yang diharapkan dalam kelompok sosial tersebut, yakni
masyarakat. Menurut Widodo dan Ruheana (2018) mengatakan bahwa peran aktif orang tua
terhadap perkembangan anak–anaknya sangat diperlukan terutama pada saat anak masih
berada dibawah usia lima tahun atau balita. Purwanto dalam Dedih (2019) berkata bahwa
pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa
kasih sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Demikian juga dengan
kerjasama keluarga, sekolah dan siswa dalam menjalin komunikasi, memberi dukungan
serta keteladanan dari orang tua dan fasilitator untuk menciptakan lingkungan belajar.
(Mardliyah,dkk, 2020)
Strategi Meningkatkan Partisipasi Orangtua di Sekolah
Tidak semua orangtua dapat secara otomatis terlibat di sekolah, oleh karena itu
pihak sekolah harus mengambil langkah atau inisiatif. Berikut ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengembangakan program keterlibatan orangtua.
Pertama, sekolah menciptakan iklim yang nyaman. Sekolah dapat menunjukkan
jika mereka selalu terbuka dan membantu orangtua menemukan cara yang nyaman untuk
terlibat pada program pembelajaran anak (Beaty, 1984: 206). Kedua, proaktif melakukan
pendekatan ke orangtua, melihat kekuatan dari sebuah keluarga, dan merencanakan
keterlibatan orangtua. Pihak sekolah harus secara aktif melakukan pendekatan kepada
orangtua agar mereka dapat terlibat di sekolah (Coleman, 2013: 28).
Ketiga, Sekolah dapat menyiapkan buku penghubung sebagai langkah mudah untuk
melakukan kontak dengan orangtua. Guru dan orangtua dapat bertukar mengenai informasi
perkembangan anak melalui buku penghubung. Menurut Slamet Suyanto (2005: 226), buku
penghubung digunakan untuk memberi tahu orangtua apa yang sedang dipelajari anak di
sekolah. Keempat, Menciptakan budaya sadar kemitraan sekolah-keluarga. Budaya sadar
kemitraan sekolah-keluarga dapat mengurangi ketidaksinambungan budaya, menciptakan
kesempatan belajar yang beragam, meningkatkan persepsi yang beragam dari berbagai etnik
dan ras, serta menumbuhkan persahabatan antaretnis (Patrikakou, 2008: 3).
Bentuk Partisipasi Orangtua terhadap Pendidikan Anak Usia Dini
Orangtua, sebagai anggota yang paling dominan dalam suatu kelompok sosial
terkecil, yaitu keluarga, dalam menjalani peran dan fungsinya, dituntut partisipasinya dalam
pendidikan anak-anaknya. Partisipasi orangtua terhadap PAUD, tidak hanya diwujudkan
dalam bentuk “menyekolahkan” anak dalam lembaga pendidikan anak usia dini, namun
lebih pada upaya orangtua dalam ikut mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, karena sebagaimana diungkapkan oleh Whiterington (Bhucori, 1984) bahwa pada
4
dasarnya pendidikan adalah suatu proses yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan seseorang. Epstein (Lee, 2000) mengkategorikan partisipasi
orangtua ke dalam enam tipe keterlibatan, yaitu: (1) parenting atau pola asuh, yang
ditunjukkan sebagai membangun lingkungan rumah untuk mendorong anakanak sebagai
murid; (2) communicating atau komunikasi, didesain dari bentuk komunikasi sekolahrumah
dan rumah-sekolah yang efektif tentang program-program sekolah dan kemajuan anak; (3)
volunteering atau sukarelawan, dengan merekrut dan mengatur bantuan orangtua; (4)
learning at home atau belajar di rumah, dengan menyediakan informasi dan gagasan kepada
keluarga bagaimana menolong dan mendorong anaknya belajar di rumah; (5) decision
making atau pengambilan keputusan, dengan melibatkan orangtua dalam pengambilan
keputusan tentang programprogram sekolah, melalui Persatuan Orangtua Murid dan Guru
(POMG) misalnya; dan (6) collaborating with community atau bekerjasama dengan
masyarakat, dalam bentuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan sumber daya dan
pelayanan dari masyarakat untuk menunjang program-program sekolah, kegiatan di rumah,
dan pengembangan belajar anak. Hampir sejalan dengan pandangan Epstein, Baker, seperti
yang dikutip oleh Lee (2000) mengkategorikan partisipasi orangtua ke dalam tiga hal, yaitu:
(1) bantuan orangtua dalam belajar di rumah; (2) partisipasi dalam menyediakan sarana dan
prasarana kelas dan sekolah; dan (3) komunikasi orangtua-guru tentang pendidikan anak.
Ketiga kategori tersebut sesuai dengan enam ketegori partisipasi yang dikemukakan oleh
Epstein, yaitu keterlibatan belajar di rumah, keterlibatan di sekolah dan komunikasi. Lebih
lanjut, Grotberg (1979) mengemukakan bahwa tugas orangtua (Parental Role) dalam
hubungannya dengan proses pendidikan anak adalah memberikan stimulasi edukasi
(educational stimulation) dan dukungan emosi (emotional support).
Metode Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yang menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moeloeng, 2009). Penelitian kualitatif lebih mementingkan bagaimana proses suatu dari
suatu keadaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian untuk mendapatkan
makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu
fenomena, fokus dan multimetode, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara,
serta disajikan secara naratif juga dengan metode Kualitatif (Yusuf, Muri. 2014 : 336).
Dalam penelitian peneliti memposisikan sebagai instrumen kunci. Kemudian
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiyono, 2014 : 9).
Pemilihan metode kualitatif sebagai pendekatan penelitian karena penelitian ini
berupaya memahami tindakan seseorang berkenaan partisipasi orangtua di PAUD Islam
Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi. Objek
penelitian adalah bersifat alami (natural), data yang diungkapkan berbentuk kata, kalimat,
simbol, dokumen, dan ilustrasi. Obyek penelitian tidak diberi perlakukan khusus atau
5
dimanipulasi oleh peneliti sehingga data yang diperoleh tetap berada pada kondisi alami
sebagai salah satu kriteria penelitian kualitatif. Hasil eksplorasi dari penelitian ini
diharapkan akan dapat membangun suatu teori yang bersifat induktif dari sejumlah
abstraksi data yang telah dikumpulkan berkenaan partisipasi orang tua di PAUD Islam
Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi.
Mendeskripsikan fenomena secara alami akan digunakan prosedur yang bersifat
deskriptif dan induktif dengan menghadirkan peneliti sebagai instrumen utama
pengumpulan data sebagaimana dijelaskan oleh Moleong di atas. Jika dikaitkan dengan
tujuan penelitian kualitatif yakni ingin mencari sekaligus mengungkapkan makna dibalik
suatu peristiwa atau fenomena dengan memberikan dasar-dasar pengertian atau
pemahaman berdasarkan alasan berpikir yang dapat diterima oleh akal sehat (logika)
tegasnya. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman ideografik (studi kasus)
dari pada fenomena perilaku dan tindakan-tindakan manusia dan bersifat kontinyu atau
siklus dari khusus ke umum (mulai tahap konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi) yang
dikembangkan atas dasar kejadian yang diperoleh ketika penelitian lapangan berlangsung.
Dengan dasar itu peneliti menetapkan untuk menggunakan metode kualitatif.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di dua lokasi yang terletak Kecamatan Banjarmasin
Utara dan Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Sasaran penelitian adalah
guru, kepala sekolah, dan orangtua AUD. Adapun lokasi detailnya sebagai berikut:
1. Paud Islam Hasanuddin Madjedi berlokasi di  Jl.Brigjen H.Hasan Basrie,
PANGERAN, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin Prov. Kalimantan Selatan.
Pembangunan PAUD ini sejarahnya tidak terlepas dari usaha usaha memberikan
pelayanan dan kenyamanan jamaah Masjid Hasanudiidn Madjedi. Dalam proses itu
pengurus dan panitia pembangunan/renovasi berusaha memberikan perhatian yang
lebih baik terutama kenyamanan menjalankan ibadah sholat berjamaah. Seiring
dengan pembangunan/renovasi PT. Awang Sejahtera Permai (dhi Direktur Utama H.
Anwar Hadimi) pada tanggal 25 Juli 2011 menghibahkan bangunan permanen
berlantai 2 didirikan di sebelah Selatan masjid di atas tanah milik Yayasan Masjid
Hasanuddin Madjedie dengan luas 10 x 12 meter. Bangunan tersebut diperuntukan
bagi Taman Pendidikan Islami (PAUD, TK, TPA dan Penitipan Anak). Sejak
diserahkan bangunan tersebut langsung dipergunakan menerima siswa didik tahun
ajaran 2011/2012.
Pada tahun tersebut tercatat siswa yang tertampung untuk PAUD 50 orang dan
memiliki 4 orang guru. Taman Kanak-Kanak 50 orang dan terdapat 3 orang guru
sedangkan TPA 80 orang dengan didukung 4 orang guru serta Penitipan Anak 40
orang.
2. PAUD Islam Terpadu Ukhuwah terletak di jalan Bumi Mas Raya komp. Bumi
Handayani XII A Kelurahan Pemurus Baru Kecematan Banjarmasin Selatan Kota
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak awal tahun ajaran 2015/2016
Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah juga menambah lokasi baru di gedung baru
Sekolah Islam Terpadu kurang lebih 500 meter dari lokasi yang sama. Sejarah
berdirinya sekolah ini bermula pada tahun 2001 didirikanlah Sekolah Islam Terpadu
Ukhuwah bertempat di Jl. Banua Anyar Kec. Banjarmasin Timur. Hingga pada tahun
2005 Yayasan Ukhuwah selesai membangun gedung di lahan milik yayasan yang
bertempat di Jl. Bumi Mas Raya Komp. Bumi Handayani XII A Pemurus Baru Kec.
Banjarmasin Selatan hingga saat ini. Pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu
Ukhuwah pada tahun 2001 diresmikan oleh walikota Banjarmasin saat itu H. Sofyan
6
Arpan (alm) bersama ketua umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia
Dr. Fahmy Alyadroes Psi., MM., M.Ed. ebelumnya juga telah didirikan. Kemudian
pada tahun 2003 kelompok Bermain Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin didirikan
yang selanjutnya tempat Penitipan Anak Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin pada
tahun 2004 sebagai bagian dari Pendidikan Anak Usia Dini Islam Terpadu Ukhuwah
Banjarmasin juga didirikan.
Penelitian dilaksanakan pada akhir semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022 dan awal
semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022. Penelitian dimulai pada tanggal 20 Oktober 2021
sampai dengan selesai. Dengan mengikuti rapat melalui media online atau offline secara
bertahap untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai data atau permasalahan yang
akan peneliti teliti di sekolah tersebut.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah segala sesuatu baik itu berupa manusia, tempat, atau
barang/paper yang bisa memberikan informasi (data) yang diperlukan penelitian. Selama,
orang, tempat, atau kertas mampu mampu memberikan informasi atau data yang
dibutuhkan oleh suatu penelitian khususnya tentang partisasi orang tua di PAUD Islam
Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi pada masa
pandemic covid-19.
Adapun yang menjadi subjek penelitian yaitu:
Pertama, Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data hasil
dari wawancara peneiti dengan narasumber (Wali kelas PAUD Islam Terpadu Ukhuwah
maupun wali kelas PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi, Orang Tua Siswa
dan Kepala Sekolah).
Kedua, Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak dipubikasikan.

D. Prosedur Pengambilan Data


1. Observasi
Observasi adalah metode pengambilan data yang sering digunakan untuk mengukur
suatu proses dan tindakan individu dalam sebuah peristiwa yang sedang diamati. Dalam
penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, peneliti memilih observasi partisipan.
Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Penggunaan Teknik ini karena
peneliti tidak memberikan perlakuan tertentu kepada subjek yang diamati, melainkan
membiarkan subjek yang sedang diamati berucap dan bertindak sama persis dengan
mereka sehari-hari. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung
terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan
7
orang tua siswa berpartisipasi program PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam
Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi pada masa pandemic covid-19.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dilakukan oleh peneliti
dalam hal melakukan studi pendahuluan, menentukan suatu masalah yang harus diteliti,
dan pendalaman data yang diperoleh yang masih membutuhkan klarifikasi dan verifikasi.
Dengan melakukan wawancara inilah peneliti mengetahui hal-hal yang lebih dalam
bagaimana partisipan menggambarkan situasi dan fenomena yang terjadi, yang mana hal
tersebut tidak dapat ditemukan didalam kegiatan observasi. Wawancara dapat digolongkan
sebagai bentuk pengumpulan data secara terstruktur, sebagai salah satu sarana
pengumpulan data yang sangat penting dalam menggali informasi terhadap obyek
penelitian.
Dalam Teknik ini peran peneliti sebagai pewawancara (interviewer) akan melakukan
wawancara secara langsung dengan pihak yang diwawancarai (interview) yaitu kepala
sekolah, tenaga kependidikan, guru dan orang tua PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan
PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi mengenai tema penelitian yaitu
partisipasi orang tua pada masa pandemic covid-19.
Pertimbangan penggunaan teknik ini didasari dengan memperhatikan bahwa dengan
tatap muka secara langsung dapat memperoleh data yang diinginkan. Peneliti melakukan
tanya jawab tentang fakta-fakta tentang berbagai kegiatan sekolah dan
keterlibatan/partisipasi orangtua di masa pandemi covid-19 ini dilaksanakan. Kegiatan
pengambilan data melalui wawancara ini menggunakan kata tanya seperti apa, dimana,
kapan, mengapa, dan bagaimana. Sedangkan Teknik pertanyaan yang digunakan ialah
wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Penggunaan Teknik dengan alasan
peneliti untuk dapat: (1) melakukan percakapan dialogis secara lebih personal dengan
informan sehingga dapat diperoleh informasi sebanyak mungkin; (2) melakukan
perekaman atau pencatatan atas respon afektif yang terlihat saat berlangsung wawancara;
(3) mengidentifikasi pendapat dan pandangan pribadi informan yang dapat mempengaruhi
hasil wawancara; (4) mengetahui berbagai informasi mengenai perilaku, cara hidup,
pilihan bahasa yang digunakan, pola pikir dan budaya mereka. Secara psikologis
wawancara ini lebih bebas dan dapat bersifat obrolan sehingga tidak melelahkan dan
menjemukan informan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan alat pengumpul data yang
mendukung data utama. Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat
data yang diperoleh dari lapangan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui arsip,
dokumen-dokumen yang mendukung, kurikulum, Program semester, profil sekolah, sarana
dan prasarana, RPPM dan RPPH, foto serta laporan kegiatan sekolah yang melibatkan
orang tua siswa PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu Masjid
Hasanuddin Madjedi mengenai tema penelitian yaitu partisipasi orang tua pada masa
pandemic covid-19.
Bentuk pendokumentasian yang dilakukan adalah dengan melakukan pemotretan
secara langsung partisipasi orangtua siswa AUD di PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan
PAUD Islam Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi selama masa pandemic covid-19.
Selain pendokumentasian langsung, juga pendukomentasian tidak langsung misalnya
kegiatan peneliti dalam mewawancara guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan
keikutsertaan peneliti dalam kegiatan sekolah yang melibatkan orangtua siswa.
8
Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan keterangan,
penerangan pengetahuan, serta bukti dan data akurat mengenai dokumen. Dalam
dokumentasi ini peneliti mencari atau memperoleh data seperti foto kegiatan, notulen,
RPP, dan lain sebagainya. Data-data yang didapat ini bisa dijadikan sebagai data pelengkap
atau pendukung dalam hasil penelitian ini.

E. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 149) merupakan alat bantu
bagi peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Instrumen
yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen
penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang
adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.
1. Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai
instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami
serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2007:
168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen
mencakup sebagai berikut:
a. Responsif, manusia responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi
yang menciptakan lingkungan.
b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan
situasi pengumpulan data.
c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan
memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang
berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan
kehidupannya sebagai sesuatu yang real, benar, dan mempunyai arti.
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah mempunyai
pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam mengadakan penelitian dan
memperluas kembali berdasarkan pengalaman praktisnya.
e. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data secepatnya setelah
diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atas dasar
penemuannya, merumuskan hipotesis kerja ketika di lapangan, dan mengetes
hipotesis kerja itu pada respondennya.
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan,
manusia memiliki kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang
dipahami oleh subjek atau responden.
g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan
disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali informasi yang lain
dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga sebelumnya,
atau yang tidak lazim terjadi.
Untuk membantu peneliti sebagai instrumen pokok, maka peneliti membuat
instrumen penunjang. Dalam penyusunan instrumen penunjang tersebut, Suharsimi
Arikunto (1996: 153–154) mengemukakan pemilihan metode yang akan digunakan peneliti
ditentukan oleh tujuan penelitian, sampel penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu,
dan data yang ingin diperoleh. Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut, dalam
penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Setelah ditentukan metode
9
yang digunakan, maka peneliti menyusun instrumen pengumpul data yang diperlukan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
2. Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah dengan observasi. Secara umum,
penyusunan instrumen pengumpulan data berupa observasi dilakukan dengan tahap-
tahap berikut ini :
a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan
judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.
b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
c. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.
d. Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
e. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar
(Suharsimi Arikunto, 2005:135)
Lebih lanjut, sebelum melakukan observasi peneliti terlebih dahulu membuat kisi-
kisi pedoman observasi sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi
Fokus
Kisi-kisi
1. Parenting atau pola asuh
Bentuk partisipasi orang
tua anak usia dini a. Memantau tugas anak yang diberikan guru dan
membantunya apabila mendapatkan kesulitan (pola
asuh demokratis)

b. Tidak menyalahkan anak ketika dia melakukan


kesalahan

c. Memberikan motivasi jika anak mulai bosan dengan


belajarnya

2. Communicating atau komunikasi

a. Komunikasi melalui Handphone terkait tugas anak


(Antarpersonal)

b. Melakukan pertemuan orang tua anak dengan guru di


awal tahun ajaran baru

c. Bertanya langsung kepada guru kelas terkait tumbuh


kembang anak

d. Pertemuan orang tua dan guru

e. Pemberian buku penghubung atau surat

3. Volunteering atau sukarelawan

a. Menghadiri kegiatan perpisahan anak di sekolah

10
b. Pendampingan pada kegiatan anak, seperti puncak
tema (outdoor):

4. Learning at Home atau belajar di rumah

a. Mempersiapkan anak sekolah (Menyiapkan sarapan,


dan keperluan untuk sekolah)

b. Mengenalkan warna, bentuk, dan anggota tubuh


kepada anak

c. Membacakan buku cerita

5. Decision Making

a. Keikutsertaan orang tua dalam paguyuban


(perkumpulan para orang tua)
a. Evaluasi diri
Faktor Yang
Mempengaruhi b. Sikap terhadap pentingnya pendidikan
Partisipasi Orang Tua
c. Nilai tujuan/valensi

d. Harapan bahwa dengan berpartisipasi maka


kebutuhannya akan terpenuhi.

e. Kesempatan dan keterbatasan dalam berpartisipasi

f. Kemudahan memperoleh Informasi tentang


Pendidikan/PAUD

g. Dorongan/ keputusan untuk berpartisipasi atau tidak.


Strategi Meningkatkan a. Sekolah menciptakan iklim yang nyaman.
Partisipasi Orangtua di
Sekolah b. Proaktif melakukan pendekatan ke orangtua, melihat
kekuatan dari sebuah keluarga, dan merencanakan
keterlibatan orangtua.

c. Sekolah menyiapkan buku penghubung sebagai


langkah mudah untuk melakukan kontak dengan
orangtua.

d. Menciptakan budaya sadar kemitraan sekolah-


keluarga.

11
3. Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara. Secara
umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara
dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:
a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan
judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.
b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
c. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.
d. Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
e. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar
(Suharsimi Arikunto, 2005:135)
Lebih lanjut, sebelum melakukan observasi dan wawancara peneliti terlebih dahulu
membuat kisi-kisi lembar observasi dan pedoman wawancara sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Wawancara

No Sumber Kisi-kisi

a. Semua guru sudah memenuhi standar


kompetensi yang sesuai dengan standar
1 Kepala sekolah di PAUD nasional.
Islam Terpadu Ukhuwah
dan PAUD Islam b. Orang tua mempunyai kesadaran dalam
Terpadu Masjid dirinya untuk memberikan tanggung jawab
Hasanuddin Madjedi kepada guru dalam belajarnya.

c. Program mingguan, bulanan atau tahunan


yang diadakan oleh sekolah yang melibatkan
orang tua dari anak-anak.

d. Faktor pendukung dari pihak sekolah, kepala


sekolah dan guru pada PAUD.

e. Rapat bersama yang dilakukan dari pihak


sekolah dengan orang tua dan tokoh
masyarakat.

f. Faktor penghambat dari guru maupun pihak


lain dalam penyelenggaraan program pada
PAUD disini baik sebelum adanya pandemi
dan setelah adanya pandemic COVID-19.
a. Bentuk pembelajaran yang diberikan kepada
anaka saat adanya pandemic COVID-19.
2. Guru di PAUD Islam
b. Komunikasi yang terjalin antara guru dan
orang tua berjalan dengan baik saat adanya
pandemi COVID-19.
12
c. Prosedur yang dilakukan bersama orang tua
dalam berkomunikasi dan alat komunikasi
Terpadu Ukhuwah dan yang digunakan.
PAUD Islam Terpadu
Masjid Hasanuddin d. Usaha guru dalam upaya mendorong
Madjedi keikutsertaan aktif dalam pelaksanaan
seluruh program anak pada kelompok
bermain.

a. Orang tua berpartisipasi juga dalam kegiatan


seperti puncak tema anak, rekreasi, manasik
3. Orang tua PAUD Islam haji dan lain sebagainya.
Terpadu Ukhuwah dan
PAUD Islam Terpadu b. Model partisipasi yang terjalin dengan baik
Masjid Hasanuddin dan mengesankan bagi orangtua.
Madjedi c. Bentuk-bentuk partisipasi apa yang diberikan
orang tua terhadap sekolah.

F. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data
adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian
mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain (Moleong, 2013.: 6).
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan
kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek
penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip
hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan
dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apayang
ada direkaman tersebut.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasi data, menjabarkannya kedalam unit-
unit melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles
dan Huberman menggambarkan proses analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut.

13
Pengumpulan Penyajian
data Data

Reduksi
Kesimpulan/
data
Verifikasi

Gambar. 3.1 Proses Analisis Data Penelitian Kualitatif

Sumber: Miles and Huberman dalam Samsu (2017)


Adapun Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi Data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang akan direduksi
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam tahap ini peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian ini. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah partisipasi orang tua di masa
pandemic covid-19 pada PAUD Islam Terpadu Ukhuwah dan PAUD Islam Terpadu
Masjid Hasanuddin Madjedi.
2. Penyajian Data

Setelah data yang diperoleh direduksi atau dirangkum, langkah selanjutnya yaitu
penyajian data yang merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga
semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk
tabel atau daftar yang terdiri dari fokus masalah yang telah diobservasi dan pertanyaan
dalam wawancara yang dilakukan dengan orang tua siswa, kepala sekolah serta guru-guru
wali kelas PAUD Islam Terpadu Ukhuwah maupun PAUD Islam Terpadu Masjid
Hasanuddin Madjedi.
3. Verifikasi Data (Veriviying Data)

Pada tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha
untuk mencari atau memahami makna atau arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur
14
sebab akibat atau proposisi. Setelah melakukan verifikasi maka data dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan
kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data. Penarikan kesimpulan ini
juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.
Penelitian ini menggunakan rancangan multi kasus. Adapun menurut Robert K.Yin
(2009:61) dalam penelitian studi multi kasus ada 2 tahap yang harus dilakukan dalam
analisis data. yaitu: (1) analisis data kasus individu (individual cases analysis), dan (2)
analisis data lintas kasus (cross case analysis).
1) Analisis data kasus individu
Analisis data kasus individu dalam penelitian ini adalah menganalisis masing-
masing kasus yang ada di PAUD Islam Terpadu Ukhuwah maupun PAUD Islam
Terpadu Masjid Hasanuddin Madjedi, dalam proses analisis data dilakukan bersama-
sama dengan proses pengumpulan data, dan analisis juga dilakukan lagi setelah
pengumpulan data selesai sesuai dengan teori Miles dan Huberman di atas. Untuk
analisis data yang dilakukan bersama-sama saat pengumpulan data peneliti
menggunakan langkah-langkah sesuai dengan saran Bogdan & Biklen (1982) sebagai
berikut (Sulhan, 2015:67):

a) Membatasi lingkup kajian


b) Mengambil keputusan mengenai jenis kajian

c) Mengembangkan pertanyaan analisis

d) Merencanakan tahapan pengumpulan data dengan memperhatikan hasil


pengamatan sebelumnya

e) Menuliskan komentar pengamat mengenai gagasan-gagasan yang muncul;

f) Menulis memo bagi diri sendiri mengenai hal yang dikaji

g) Menggali sumber-sumber pustaka yang relevan selama penelitian.

Dari langkah-langkah yang ada pada skema diatas maka dapat dipahami bahwa
setelah peneliti menganalisa temuan-temuan penelitian dari masing-masing kasus
individu dilanjutkan dengan memadukan kedua kasus tersebut. Maka untuk
memadukannya digunakan analisis data lintas kasus.
2) Analisis data kasus kelompok
Analisis data lintas kasus dimaksudkan sebagai proses untuk membandingkan
temuan-temuan yang diperoleh dari masing-masing kasus yang sekaligus sebagai
proses memadukannya. Dalam analisis data lintas kasus yang bersifat eksplanatori,
prosedur yang tepat adalah dengan pembuatan penjelasan, yaitu diarahkan untuk
menjelaskan fenomena yang berarti menetapkan serangkaian keterkaitan mengenai
fenomena dan penjelasan dalam bentuk naratif yang mencerminkan bentuk proposisi
yang relevan.
Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam analisis lintas kasus ini,meliputi:
(a) menggunakan pendekatan induktif konseptualistik yang dilakukan dengan
membandingkan dan memadukan temuan konseptual dari masing-masing kasus
15
PAUD Islam Terpadu
PAUD Islam Terpadu Hasanuddin Madjedi
Ukhuwah

individu, (b) temuan konseptual tadi dijadikan dasar untuk menyusun pernyataan
konseptual atau proposisi lintas kasus, (c) mengevaluasi kesesuaian proposisi dengan
fakta yang diacu, (d) merekonstruksi ulang proposisi sesuai dengan fakta dari masing-
masing kasus individu, dan (e) mengulangi proses ini sebagaimana diperlukan sampai
batas Analisis
kejenuhan.
Kasus I Analisis Kasus II
Langkah terakhir, peneliti melakukan perumusan proposisi yang bertolak dari
data lapangan sebagai temuan-temuan sementara pada kasus individu pertama.
Penyusunan proposisi sebagai temuan sementara pada kasus individu 1 dilanjutkan
pada penyusunan konsep atau proposisi pada kasus individu 2, sehingga termodifikasi
proposisi atau teori yang selanjutnya disusun dalam analisis lintas kasus sebagai
temuan lintasKasus
Temuan kasus.I Temuan Kasus II

Analisis Lintas Kasus

Membandingkan dan Temuan Substantif dan


Proposisi
Memadukan Kasus 1 & II Temuan Formal

Secara jelas langkah-langkah analisis data lintas kasus dapat digambarkan dalam
bagan berikut ini:

16
Bagan 3.2 Alur Analisis Lintas kasus

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis lintas kasus, meliputi:


1) Menggunakan pendekatan induktif-konseptualistik yang dilakukan dengan
membandingkan dan memadukan temuan konseptual dari masing-masing kasus
individu. 2) Hasil dari membandingkan dan memadukan masing-masing kasus
individu dijadikan dasar untuk Menyusun pernyataan konseptual atau proposisi
proposisi multikasus. 3) Mengevaluasi kesesuaian proposisi dengan fakta yang diacu.
4) Merekonstruksi ulang proposisi-proposisi sesuai dengan fakta dari masing-masing
kasus individu. 5) Mengulangi proses ini sampai sebagaimana diperlukan sampai batas
kejenuhan (saturation step). Umumnya penelitian hanya berakhir pada temuan
substantif, yakni ketika masalah yang diajukan telah dijawab berdasarkan data.
G. Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan
tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut (Moleong,
2007: 330).
Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan
sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007: 330). Hal ini dapat peneliti capai dengan jalan
sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Teknik ini
disebut dengan trianggulasi metode. Triangulasi Metode dilakukan dengan cara
menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data. Selain menggunakan
metode wawancara mendalam (indepth-interview) terhadap informan, juga
dilakukan observasi untuk memastikan kondisi yang sebenarnya.
2. Membendingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli dalam
bidang yang sedang diteliti. Teknik ini disebut dengan trianggulasi sumber.
Triangulasi sumber data bertujuan untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama dengan kata lain membandingkan data-
data yang diperoleh dari informasi satu dengan informasi yang lain dan juga
mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi.
17
Teknik uji keabsahan lain yang digunakan oleh peneliti adalah perpanjangan
keikutsertaan. Menurut Moleong (2007: 327) perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti
tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam hal ini,
peneliti memperpanjang atau menambah waktu wawancara dan observasi terhadap kedua
subjek agar data mencapai kejenuhan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian Anda dituliskan yang mungkin saja mengandung Tabel dan Gambar
yang penomorannya dilanjutkan dari nomor sebelumnya. Anda boleh memisahkan hasil dan
pembahasan dengan memberi nomor 4.1 dan 4.2.

4.1. Tabel
Tabel dibuat rata kiri. Jangan gunakan format yang ‘aneh-aneh’. Pastikan Anda
membuat tabel dengan benar, melalui menu Insert|Table. Tabel harus diacu dalam teks dengan
menuliskan seperti: ‘... perhatikan juga font yang digunakan pada Tabel 1’ (tabel ditulis
dengan ‘T’ besar).

Tabel 1. Judul tabel, gunakan sentence case (huruf awalnya besar)


No Baris ini Italic
1 Ini isi tabel, jika tidak Font isi
mencukup, Anda bisa tabel
mengecilkan ukuran Regular
huruf sampai 8 points.
Jangan lebih kecil dari
ini, kecuali jika Anda
menginginkan
pembaca tulisan Anda
sakit mata. :-)

Usahakan tabel jangan terpotong pada halaman yang berbeda, kecuali jika besarnya
melebihi satu halaman. Jika harus terpotong, jangan lupa tulis ulang header row untuk setiap
kolomnya, diberi nomor urut tabel yang sama, dan judul diganti dengan Lanjutan. Judul tabel
tidak diakhiri dengan titik. Tabel tidak perlu menggunakan garis vertikal.

4.2. Gambar
Seperti halnya tabel, pastikan setiap gambar mempunyai nomor urut dan judul.
Buatlah gambar yang Anda gunakan nampak seperti buatan profesional dan tidak perlu diberi
bingkai. Pastikan gunakan gambar hitam-putih.

18
Gambar 1. Judul gambar, juga menggunakan sentence case (huruf awalnya besar)

5. Kesimpulan dan Keterbatasan


Anda tuliskan temuan-temuan atau kesimpulan, keterbatasan dan saran Anda di sini.
Jika Anda merasa kesimpulan tersebut perlu diberi nomor, silahkan menggunakan dengan
cara biasa.
Referensi
[nomor urut] Last Name, Initial., Tahun Jurnal, Judul Artikel, Nama Artikel, Vol. XX, No.
99, Bulan (kalau ada), nomor halaman letak paper tersebut.
[nomor urut] Last Name, Initial., Tahun Terbit, Judul Buku, Edisi, Volume (kalau ada),
Penerbit, Kota.
Jika pengarang buku atau penulis artikel lebih dari satu orang, Anda mendaftarkannya ke
samping dengan cara penulisan yang sama dengan penulis pertama. Anda boleh membuatnya
dengan format tabel sehingga nomor dan nama rujukan bisa rata. Misalnya:
[1] El Gamal, T., Micali, S., and Schneier, B., 1996, Applied Cryptography, Second Edition,
John Willey and Sons, Inc., New York.
[2] Wang, S. G., Guo, Z. J., and Li, D. R., 2003, Shadow Compensation of Color Aerial
Images, Geomatics and Information Science of Wuhuan University (Chinese), Vol. 28,
No. 5, 514-516.

19

Anda mungkin juga menyukai