DISUSUN OLEH:
NIM : 19.025
DIII KEPERAWATAN
TA 2019/2021
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
1. DEFINISI
Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar.
Seseorang dikatakan Gastroenteritis akut bila feses lebih berair dari
biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih atau buang air berair
tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Isabel Parera 2019)
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa
kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit(HELMI 2012) .
Gastroenteritis akut (GEA) atau diare akut pada orang dewasa
merupakan penyakit yang sering dijumpai dan secara umum dapat diobati
sendiri. Komplikasi akibat dehidrasi atau toksin dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganan nyatelah
diketahui dengan baik, serta prosedur diagnostiknya juga makin baik
(Apriani 2020)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut
dan kronis (HELMI 2012)
2. ETIOLOGI
Faktor penyebab menurut (Apriani 2020)
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
- Infeksi bakteri : vibria, E.Coli, samonella, shigella,
compypylobacter, yersiria, aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus, (virus Echo, Coxsackie,
Poliomielitis) Adenovirus, Rofavirus, Astrovirus, Trichuris,
Oxyuris, strongy loides, Protozoa, (Entomoeba histolyfica,
giardia, lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida
albicans).
- Infeksi parenteral ialah diluar alat pencernaan makanan seperti
otitis media akut (OMA), Tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, pemberian makanan perselang,
gangguan metabolik dan endokrin (Diabetes, Addison,
Tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri,
shigellosis, keracunan makanan).
2) Faktor Mal absorbs
a. Mal absorbsi karbohidrat disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa).
b. Mal absorbsi lemak.
c. Mal absorbsi protein.
3) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
5) Malnutrisi
6) Gangguan imunologi
3. PATOFISIOLOGI
Menurut (Apriani 2020), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya gastroenteritis ialah :
1) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul
gastroenteritis
2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan atau air
sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul pula gastroenteritis.
4) Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan
cairan akan menyebabkan klien merasa haus, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam
(pernapasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat
maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit). Tekanan darah
menurun sampai tak terukur, klien gelisah, muka pucat, ujung –
ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium
menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun sehingga
timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi
dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut.
4. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya
bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointestinal bisa berupa Gastroenteritis akut , kram perut, dan
muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Penderita dengan Gastroenteritis akut cair mengeluarkan
tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat
berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Isabel Parera 2019)
6. PENATALAKSAAN MEDIK/PENGOBATAN
Menurut (Apriani 2020)
1) Dietik Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang
perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan yang mengandung
kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
2) Obat – obatan
a. Obat anti diare: anti motilitas dan sekresi usus (loperamid),
oktreotid (sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan
pada diare sklerotik.
b. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik
yaitu Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.
c. Antiemetik (metoclopramid).
d. Antispasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus, kolinergik
pada reseptor muskarinik), contoh: papaperin.
e. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1,
asam folat.
3) Rehidrasi Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti dengan cara memberikan oralit, cairan infus
yaitu ringer laktat, dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin, dan lain-
lain.Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa
7. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada
2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan
umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun
atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar
terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
b. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x
c. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan,
bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang
mengalami diare.
2) PATHWAYS
3) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Rencana Keperawatan
Nurarif , Amin Huda dan Hardhi Kusuma . 2013 . Panduan Penyusunan Asuhan