2601
Domestikasi Tikus: Kajian Perilaku Tikus dalam Mencari Sumber Pangan dan
Membuat Sarang
ABSTRAK
Tikus digolongkan menjadi domestik, peridomestik, dan silvatik berdasarkan kedekatan habitatnya dengan
pemukiman. Tikus domestik mempunyai potensi paling besar untuk menularkan berbagai jenis penyakit kepada
manusia. Beberapa penelitian melaporkan fenomena overlap habitat pada jenis tikus tertentu sehingga terdapat
kemungkinan terjadi penularan penyakit antar tikus yang pada gilirannya akan berpotensi menambah jumlah
spesies sebagai reservoir penyakit zoonosis. Tulisan ini bertujuan untuk membahas potensi adanya domestikasi
spesies tikus terkait perilaku mencari makanan dan membuat sarang. Data diperoleh dari hasil survei tikus yang
dilakukan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2017. Data dianalisis secara deskriptif dengan cara melihat
sebaran hasil penangkapan dan dibandingkan dengan hasil penangkapan yang dilaporkan dari berbagai jurnal
serta menelaah kemungkinan terjadinya fenomena domestikasi tikus pada spesies Rattus exulans, R. tiomanicus,
dan R. norvegicus. Kesimpulan dari studi ini adalah potensi terjadinya domestikasi tikus relatif kecil pada R.
exulans dan R. tiomanicus, kedua spesies ini beradaptasi dengan baik terhadap sumber makanan yang berasal
dari makanan manusia, namun perilaku membuat sarang menjadi barrier untuk terjadinya domestikasi. Rattus
norvegicus telah lama beradaptasi dengan sumber makanan maupun lingkungan manusia dengan membuat
sarang di pemukiman sehingga spesies ini tergolong sebagai tikus domestik.
ABSTRACT
Based on the proximity of their habitat to the settlement, rats were classified as domestic, peridomestic, and
sylvatic. Domestic rats are the most potent to transmit zoonotic diseases. Several studies report overlapping
habitat on certain species as of transmission possibility between species in turn increase the number of
reservoir species. This article purposes to criticize species domestication potency related to foraging and
nesting behavior. The primary data were obtained from the rat survey result that was conducted in
Banjarnegara district in 2017. The data were descriptively analyzed with the examination of the possibility of
domestication phenomena on R. exulans, R. tiomanicus, and R. norvegicus species. The conclusion from this
study is the rat domestication potency was relatively low on R. exulans and R. tiomanicus. Both species were
good adapting with food resourced from human's food, however nesting behavior has become barriers to
domestication. Rattus norvegicus has been long adapted to food resource and human environment by nesting in
settlement so that this species classified as a domestic rat.
67
BALABA Vol. 16 No. 1, Juni 2020: 67-78
sedangkan spesies dengan habitat jauh dari yang berbeda.13 Dilihat dari kepentingan
pemukiman digolongkan sebagai tikus manusia, hal ini mengindikasikan potensi tikus
silvatik.3 ini berperan seperti tikus domestik lainnya.
Rattus tanezumi atau lebih dikenal Persebaran tikus sangat dipengaruhi
sebagai tikus rumah mudah dijumpai pada atap oleh keberadaan sumber makanan.14 Tikus
rumah, habitat tikus ini bersinggungan domestik biasanya mendapatkan makanan dari
langsung dengan mencit rumah atau Mus sumber-sumber yang berkaitan dengan
musculus4 dan keduanya termasuk tikus aktivitas manusia, oleh karena itu pola dispersi
domestik. Rattus argentiventer merupakan tikus ini juga mengikuti pola aktivitas dan
spesies yang umum terdapat di persawahan. sebaran manusia.15 Hal ini berbeda dengan
Rattus tiomanicus banyak dijumpai di area tikus peridomestik dan silvatik yang relatif
kebun, misalnya kebun sawit yang banyak independen dari faktor manusia.16 Namun,
terdapat di Pulau Sumatera.5 Kedua jenis tikus beberapa kasus menunjukkan adanya
ini tergolong sebagai tikus peridomestik. perubahan perilaku binatang seiring perubahan
Rattus norvegicus yang merupakan lingkungannya. Tikus yang merupakan
“introduced species” dari negara lain binatang dengan kemampuan adaptasi yang
mempunyai tingkat penyebaran yang cepat. 6 baik juga menunjukkan pola serupa.6 Hal ini
Tikus ini terbawa oleh kapal asing dan berimplikasi adanya fenomena domestikasi
awalnya lebih banyak terdapat di daerah beberapa spesies tikus. Beberapa studi
pelabuhan, namun seiring waktu, saat ini jenis melaporkan spesies peridomestik dan silvatik
tikus ini banyak dijumpai dikawasan yang tertangkap di area pemukiman yang
pemukiman yang jauh dari pelabuhan, bahkan selama ini dikenal bukan habitat
di kota-kota yang jauh dari pantai.7 Tikus ini alaminya. 10,17,12.
68
Domestikasi Tikus: Kajian........(Priyanto, dkk)
cara merangkum laporan beberapa penelitian 2 perangkap diletakkan di dalam rumah dan 2
yang melakukan penangkapan tikus di perangkap diletakkan di luar rumah.
berbagai habitat di Indonesia dari tahun 1985 Penangkapan di habitat peridomestik dan
hingga 2017. silvatik menggunakan metode transek,
Survei tikus dilakukan di tiga area perangkap di pasang setiap jarak 5 meter
berbeda yaitu pemukiman (mewakili habitat secara linear sepanjang kurang lebih 500
domestik), persawahan dan ladang (mewakili meter. Penangkapan tikus dilakukan selama 3
habitat peridomestik), dan hutan (mewakili malam berturut-turut, tikus yang tertangkap
habitat silvatik). Area pemukiman, wilayah dipindahkan kedalam kantong kain dan di
yang dipilih adalah Desa Kepakisan bawa ke Laboratorium Rodentologi Balai
Kecamatan Batur dan Kelurahan Litbang Kesehatan Banjarnegara untuk
Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara. diidentifikasi.
Penangkapan tikus di habitat peridomestik Data hasil penangkapan tikus dianalisis
dilakukan di area ladang dan hutan dekat secara spasial dengan cara dibuat peta sebaran
pemukiman di wilayah Desa Kepakisan spesies tikus berdasarkan lokasi penangkapan.
Kecamatan Batur serta area persawahan di Data sekunder dirangkum dalam bentuk tabel
Desa Petambakan Kecamatan Banjarnegara. untuk menggambarkan tempat tikus tertangkap
Sedangkan penangkapan tikus di habitat yang bukan merupakan habitat alami spesies
silvatik dilakukan di area hutan jauh tikus tertentu.
pemukiman yaitu di wilayah Gunung Lawe
Kabupaten Banjarnegara. HASIL
Penangkapan tikus menggunakan Hasil penangkapan tikus di empat
single live trap. Penangkapan tikus di area lokasi survei yang dilakukan selama bulan
pemukiman menggunakan 200 perangkap September sampai Oktober 2017 disajikan
yang dibagi untuk 50 rumah, dengan distribusi pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penangkapan Tikus Berdasarkan Tempat di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017
Lokasi Penangkapan Habitat Spesies Tertangkap Jumlah Tertangkap
R. norvegicus 4
Domestik
R. tanezumi 32
Kutabanjarnegara
Bandicota indica 1
Peridomestik
R. tiomanicus 6
Domestik R. tanezumi 13
Kepakisan
Peridomestik R. exulans 20
Petambakan Peridomestik R. tiomanicus 9
Gunung Lawe Silvatik R. tiomanicus 4
69
BALABA Vol. 16 No. 1, Juni 2020: 67-78
Gambar 1. Lokasi Survei dan Spesies Tikus Tertangkap di Desa Kutabanjarnegara Kabupaten Banjarnegara
Gambar 2. Lokasi Survei dan Spesies Tikus Tertangkap di Desa Kepakisan Kabupaten Banjarnegara
Survei yang dilakukan di Desa Kepakisan pemukiman dan kebun serta hutan belukar di
mendapatkan spesies tikus R. tanezumi yang sekitar rumah penduduk yang merupakan
seluruhnya tertangkap di habitat domestik dan bagian dari dataran tinggi dieng dengan
R. exulans yang tertangkap di habitat ketinggian sekitar 1800 mdpl (Gambar 2).
peridomestik. Lokasi survei merupakan
70
Domestikasi Tikus: Kajian........(Priyanto, dkk)
Gambar 3. Lokasi Survei dan Spesies Tikus Tertangkap di Desa Petambakan Kabupaten Banjarnegara
Gambar 4. Lokasi Survei dan Spesies Tikus Tertangkap di Desa Kendaga Kabupaten Banjarnegara
71
BALABA Vol. 16 No. 1, Juni 2020: 67-78
72
Domestikasi Tikus: Kajian........(Priyanto, dkk)
tanah di area ladang ketela yang ada di nonhutan dekat pemukiman (peridomestik; 1
pinggiran hutan. ekor), dan paling banyak ditangkap pada area
Survei di Desa Petambakan pantai jauh dari pemukiman (silvatik; 18
menunjukkan hasil yang berbeda, R. ekor).8 Data diatas menunjukkan bahwa
tiomanicus sejumlah 15 ekor ditangkap dari fenomena overlap habitat antara silvatik dan
area sawah dan pinggiran sungai dimana area peridomestik terjadi pada beberapa jenis tikus.
ini merupakan habitat peridomestik. Dua hasil Studi koleksi referensi yang dilakukan
survei di atas menunjukkan R. tiomanicus Ristiyanto et al di daerah enzootik pes
cenderung menempati habitat silvatik, namun (Nongkojajar Kabupaten Pasuruan Jawa Timur
untuk memenuhi kebutuhan pangannya spesies dan Kecamatan Ciwedey Kabupaten Bandung
ini juga mampu beradaptasi di area yang lebih Jawa Barat) mendapatkan jenis tikus domestik
dekat dengan manusia yaitu habitat yaitu R. tanezumi dan jenis peridomestik yaitu
peridomestik. R. exulans dan R tiomanicus. Semua R.
Beberapa penelitian lain menunjukkan tanezumi tertangkap di dalam rumah. Hal yang
hasil yang mirip. Penelitian yang dilakukan menarik adalah adanya tikus R. tiomanicus
Maharadatunkamsi, dkk. pada tahun 2015 tertangkap di habitat domestik yaitu dalam
melaporkan R. tiomanicus ditemukan pada tiga rumah (1 ekor) dan luar rumah (2 ekor).10 Hal
tipe habitat yang berbeda yaitu hutan primer ini menunjukkan tikus ini mencari makan
Sancang (3 ekor), hutan sekunder Cijeruk (1 dengan masuk ke dalam rumah warga,
ekor), dan area belukar Mas Sigit (1 ekor). 9 meskipun tempat tersebut bukan habitat
Hal ini menunjukkan luasnya habitat yang bisa alaminya, namun sumber makanan yang sulit
ditinggali oleh R. tiomanicus, jenis tikus ini memaksa jenis tikus tersebut untuk keluar dari
memiliki kemampuan adaptasi pada habitat kebiasaan naturalnya.
yang berbeda-beda. Hal yang cukup unik ditemukan oleh
Survei rikhus vektora pada tahun 2015 Sri Wahyuni et al Spot survei yang dilakukan
di Kabupaten Pati, Pekalongan, dan Purworejo di area pemukiman di Kabupaten Demak, Pati,
yang dilaporkan oleh Khariri menyebutkan Klaten, dan Kota Semarang mayoritas
beberapa spesies tikus peridomestik tertangkap mendapatkan R. tanezumi. Namun
di lokasi survei. Rattus argentiventer yang penangkapan di Kota Semarang juga
identik dengan habitat sawah atau mendapatkan 1 ekor R. exulans di area
peridomestik, justru banyak tertangkap di pemukiman.18 Fenomena yang mirip juga
habitat silvatik (4 ekor di hutan jauh nampak dari penelitian yang dilakukan tahun
pemukiman, 8 ekor di habitat nonhutan jauh 1985, penangkapan tikus di area Kebun Raya
pemukiman, dan 4 ekor di wilayah pantai jauh Purwodadi, Kabupaten Lumajang Jawa Timur
pemukiman). Rattus exulans ditemukan di mendapatkan R. rattus diardii (55 ekor) dan R.
hutan dekat pemukiman (peridomestik) tiomanicus (36 ekor). Semua R. rattus diaardii
maupun jauh dari pemukiman (silvatik), tertangkap di dalam rumah warga, sedangkan
namun paling banyak tertangkap pada area hampir seluruh R. tiomanicus (97,39%)
nonhutan dekat pemukiman (peridomestik). ditangkap di daerah semak belukar sedangkan
Rattus norvegicus yang merupakan introduced sisanya (2,61%) diperoleh dari daerah
species, ditemukan pada area nonhutan dekat pemukiman.19 Dua laporan diatas
pemukiman (peridomestik; 12 ekor) nonhutan menunjukkan bahwa terdapat jenis tikus yang
jauh pemukiman (silvatik; 1 ekor), pantai selama ini dikenal menempati habitat
dekat pemukiman (peridomestik; 17 ekor), dan peridomestik maupun silvatik yang masuk ke
pantai jauh dari pemukiman (silvatik; 1 ekor). wilayah domestik.
Rattus tiomanicus ditangkap di area hutan Penelitian yang dilakukan Prasetio dan
dekat pemukiman (peridomestik; 2 ekor), Ning di Gunung Ungaran Jawa Tengah
hutan jauh pemukiman (silvatik; 5 ekor), mendapatkan jenis tikus silvatik yaitu
73
BALABA Vol. 16 No. 1, Juni 2020: 67-78
74
Domestikasi Tikus: Kajian........(Priyanto, dkk)
beberapa hal: sumber pangan bagi tikus yang akan memicu petani untuk melakukan
semakin sulit diperoleh; habitat alami yang pengendalian.28
semakin sempit karena deforestrasi dan Rattus norvegicus membuat sarang
fragmentasi.24 Lingkungan manusia cenderung dengan cara menggali lubang di tanah di
menyediakan pangan sehingga tikus akan sekitar area pemukiman. Sarang tikus ini biasa
semakin mendekat ke area ini untuk ditemukan di saluran air, bawah tumpukan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. kayu atau di sela tumpukan batu.21 Penelitian
di Demak juga menemukan bahwa beberapa
Kajian Domestikasi dari Aspek Perilaku tikus membuat sarang di lantai tanah di dalam
Membuat Sarang rumah.29 Tikus ini seringkali di temukan di
Rattus exulans, R. argentiventer, area pemukiman dan jarang ditemukan di area
R. norvegicus merupakan tikus terestrial yang peridomestik maupun silvatik, hal ini
cenderung membuat lubang di tanah sebagai menunjukkan bahwa jenis tikus ini memang
sarangnya.25 Jenis tikus tersebut relatif lebih telah mampu beradaptasi di lingkungan
sulit untuk masuk kedalam rumah sehingga pemukiman.
kalaupun mereka mencari makan di area Rattus tiomanicus mempunyai
pemukiman, mereka terbatas di luar rumah. kebiasaan perilaku yang mirip dengan tikus
Rattus exulans cenderung membuat rumah (R. tanezumi), keduanya merupakan
sarang di habitat peridomestik dan silvatik. jenis tikus arboreal yang mampu memanjat
Meskipun banyak penelitian melaporkan jenis karena mempunyai struktur telapak kaki
ini tertangkap di habitat domestik, namun belakang yang berlamela.30 Potensi tikus ini
belum pernah ada laporan bahwa sarang tikus untuk menempati area domestik sepertinya
ini ditemukan di area pemukiman. Hal ini lebih besar dengan adanya kemampuan
menunjukkan bahwa tikus jenis ini mampu memanjat yang memungkinkan mereka
memperluas home range dalam rangka memasuki rumah. Namun kebiasaan membuat
mencari makan tanpa berpindah sarang. Hal sarang dari tikus ini adalah di pepohonan, 31
ini juga mungkin terkait dengan tingkat selain itu jenis tikus ini sensitif terhadap
kecemasan jenis tikus ini terhadap bahaya cahaya di malam hari32 sehingga mereduksi
relatif lebih tinggi dibanding jenis tikus lain.26 potensi tikus ini untuk menempati habitat
Rattus argentiventer mendapatkan domestik.
makanan di area sawah dan relatif terjamin
kehidupannya di area tersebut karena sumber KESIMPULAN
pangan yang mencukupi.25 Hanya beberapa Potensi terjadinya domestikasi tikus
laporan yang menyebutkan tikus ini tertangkap relatif kecil pada R. exulans dan R. tiomanicus,
di area pemukiman. Perilaku bersarang tikus kedua spesies ini beradaptasi dengan baik
jenis ini selalu dengan cara membuat lubang di terhadap sumber makanan yang berasal dari
area kering persawahan dengan cara menggali makanan manusia, namun perilaku membuat
tanah di pematang atau tanah yang tidak sarang menjadi barrier untuk terjadinya
tergenang air.27 domestikasi. Rattus norvegicus telah lama
Potensi R. argentiventer untuk beradaptasi dengan sumber makanan maupun
berpindah habitat lebih mendekati pemukiman lingkungan manusia dengan membuat sarang
manusia tampaknya relatif kecil. Luasnya area di pemukiman sehingga spesies ini tergolong
persawahan menyediakan tempat yang cukup sebagai tikus domestik.
untuk tikus ini dalam hal membuat sarang
mengimbangi jumlah populasi yang SARAN
meningkat. Di sisi lain, populasi tikus sawah Kewaspadaan terhadap sebaran tikus
relatif lebih terkontrol oleh manusia karena perlu ditingkatkan terutama di daerah sub-
kehadiran tikus sawah yang terlalu banyak urban yang berdekatan dengan habitat tikus
75
BALABA Vol. 16 No. 1, Juni 2020: 67-78
3. Ernawati D, Priyanto D. Pola sebaran spesies 13. Ruedas L, Heaney L, Molur S. Rattus
tikus habitat pasar berdasarkan jenis komoditas exulans (errata version published in
di pasar Kota Banjarnegara. Balaba. 2017). The IUCN Red List of Threatened
2013;9(2):58-62. Species 2016:T19330A115146549.
Diunduh dari:
4. Stuart AM, Singleton GR, Prescott C V. https://www.iucnredlist.org/species/19330/11
Population ecology of the Asian house rat 5146549.
(Rattus tanezumi) in complex lowland
agroecosystems in the Philippines. Wildl Res. 14. Blasdell K, Bordes F, Chaisiri K, Chaval Y,
2015;42(January):165-75. Claude J, Cosson JF, et al. Progress on
doi:10.1071/WR14195. research on rodents and rodent-borne
zoonoses in South-east Asia. Wildl Res.
5. Santoso, Suryaningyas NH, Salim M. Distribusi 2015;42(2):98-107.
jenis tikus yang terkonfirmasi sebagai reservoir
hantavirus di provinsi sumatera selatan. Bul 15. Jackson WB. Biological and behavioural
Penelit Kesehat. 2018;46(3):191-98.
76
Domestikasi Tikus: Kajian........(Priyanto, dkk)
studies of rodents as a basis for control. Bull 26. Bhattacharjee S, Macpherson B, Frances R,
World Heal Organ. 1972;47(3):281-86. Gras R. Ecological informatics animal
communication of fear and safety related to
16. Andrade MS, Courtenay O, Brito ME, foraging behavior and fitness : an individual-
Carvalgo FG, Carvalho AWS, Soares F, et al. based modeling approach. Ecol Inform.
Infectiousness of sylvatic and synanthropic 2019;54(October):101011.
small rodents implicates a multi-host reservoir doi:10.1016/j.ecoinf.2019.101011.
of Leishmania (Viannia) braziliensis. PLOS
Neglected Trop Dis. 2015;3:1-14. 27. Sipayung ER, Sitepu SF, Zahara F. Evaluasi
doi:10.1371/journal.pntd.0004137. serangan tikus sawah (Rattus argentiventer
Robb & Kloss) setelah pelepasan burung
17. Prasetio A, Setiati N. Keanekaragaman jenis hantu (Tyto alba) di Kabupaten Deli Serdang.
tikus dan cecurut di Gunung Ungaran Jawa J Agroteknologi FP USU. 2018;6(2):345-55.
Tengah. Unnes J Life Sci. 2015;4(1):54-9.
28. Labuschagne L, Swanepoel LH, Taylor PJ,
18. Wahyuni S, Yuliadi. Spot survey reservoir Steven R, Keith M. Are avian predators
leptospirosis di beberapa kabupaten kota di effective biological control agents for rodent
Jawa Tengah. Vektora. 2010;2(2):140-8. pest management in agricultural systems?
Biol Control. 2016;101(October):94-102.
19. Hartini S. Pola infestasi parasit arthropob doi:10.1016/j.biocontrol.2016.07.003.
pada tikus di Kebun Raya Purwodadi, Jawa
Timur. Ber Biol. 1985;3(3):108-10. 29. Djati RAP, Ramadhani T, Pramestuti N,
Priyanto D. System dynamic model of
20. Suyanto A, Wiroreno W, Saim A. Jenis-jenis leptospirosis control in Demak, Indonesia.
tikus dan cacing parasitnya di DAS 2014. Indian J Public Heal Res Dev.
Sekampung, Lampung. Ber Biol. 1984;2(9- 2019;10(3):727-38.
10):217-21.
30. Larsen AL, Homyack JA, Wigley TB, Miller
21. Schweinfurth MK. The social life of Norway DA, Kalcounis-rueppell MC. Effects of
rats (Rattus norvegicus). eLife. habitat modification on cotton rat population
2020;9:e54020. dynamics and rodent community structure.
For Ecol Manage. 2016;376:238-46.
22. Pisano RG, Storer TI. Burrows and feeding of doi:10.1016/j.foreco.2016.06.018.
the norway rat. Journal of Mammal.
1948;29(4):374-83. 31. Bucle AP, Chia TH, Fenn MGP, Visvalingam
M. Ranging behaviour and habitat utilisation
23. Abrams PA. Foraging behavior as a of the Malayan wood rat (Rattus tiomanicus)
cornerstone of population and community in an oil palm plantation in Johore, Malaysia.
ecology. In Encyclopedia of Animal Crop Prot. 1997;16(5):467-73.
Behavior. Elsevier Ltd; 2019:201-8
doi:10.1016/B978-0-12-809633-8.90050-5. 32. Zhang FS, Wang Y, Wu K, Xu WY, Wu J,
Liu JY, et al. Effect of artificial light at night
24. Pimm SL, Brooks T. Conservation : forest on foraging behavior and vigilance in a
fragments, facts, and fallacies. Curr Biol. nocturnal rodent. Sci Total Environ.
2013;23(24):1098-101. 2020;724.
doi:10.1016/j.cub.2013.10.024. doi:10.1016/j.scitotenv.2020.138271.
77
BALABA Vol. 16 No. 1, Juni 2020: 67-78
78