PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Rahayu Triwanti
NIM : 128114163
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Rahayu Triwanti
NIM : 128114163
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
Rahayu Triwanti
NIM : 128114163
Pembimbing,
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Oleh :
Rahayu Triwanti
NIM : 128114163
Fakultas Farmasi
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
“Suara kebahagiaan itu berasal di dalam kesucian yang paling suci dari jiwa dan
bukan berasal dari kehampaan”
Kahlil Gibran
My Dearest God,
In every breath I know I thank You
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Kadar Bilirubin pada Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida,” tidak memuat karya orang lain, kecuali yang
telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
Penulis
(Rahayu Triwanti)
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Beserta perangkat yang diperlukan (jika ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan,
(Rahayu Triwanti)
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm.) dapat
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing atas segala
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji atas bantuan dan
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji atas bantuan dan
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7. Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Wagiran, Pak Parlan, Pak Kunto, dan
Pak Bimo selaku laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah membantu
8. Keluargaku terkasih, Bapak Mulyadi, Ibu Kustiyati dan Mas Dani yang selalu
Putri, Novita, Sona Karisnata Inriano, Cinthya Anggarini, Penina Kurnia Uly,
Oktariani Aurelia Jamil, dan Dian Ayu Maharani, atas segala kerjasama,
skripsi ini.
10. Bapak Nasrudin sekeluarga, Mbak Riod, Hesti, Dewi dan keluarga kos atas
11. Sahabat sekaligus keluargaku, Afha, Siska, Nisa, Septi, dan Anis atas segala
12. Keluarga “CEMARA”, Ida, Maria, Cyndi, Natalia, Rury Siti, Sona, Satrio, Itin,
Atik, Trisna, Boni, Lusia, Yenni, Vero, Adit, Nanda, Mona, Vicky, Susan,
Jessica atas segala kasih sayang, penghiburan dan suntikan semangat yang luar
biasa.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13. Teman-teman angkatan 2012, FKK-B 2012 dan FSM D 2012 atas kebersamaan
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..iv
PRAKATA…………………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...........x
DAFTAR TABEL………………………………………………………...…...xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………xvii
INTISARI……………………………………………………………………xviii
ABSTRACT……………………………………………………………………xix
BAB I. PENGANTAR……………………………………………………....….1
A. Latar Belakang……………………………………………………………….1
1. Perumusan masalah……………………………………………………..4
2. Keaslian penelitian……………………………………………………...5
3. Manfaat penelitian…………………………………………………….6-7
B. Tujuan Penelitian……………………………………………………………..7
1. Tujuan umum……………………………………………………………7
2. Tujuan khusus…………………………………………………………...7
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Hati…………………………………………………………………………..8
2. Fungsi hati………………………………………………………….12-13
4. Kerusakan hati……………………………………………………...15-18
5. Steatosis………………………………………………………………..18
6. Bilirubin……………………………………………………………18-22
B. Hepatotoksisitas………………………………………………………...22-23
C. Karbon Tetraklorida……………………………………………………23-27
1. Nama lain……………………………………………………………....28
2. Nama lokal……………………………………………………………..28
3. Taksonomi……………………………………………………………..28
4. Morfologi……………………………………………………………....29
6. Distribusi……………………………………………………………….30
7. Kandungan kimia…………………………………………………...30-31
E. Metode Ekstraksi…………………………………………………………..32
1. Ekstraksi dingin…………………………………………………….32-33
2. Ekstraksi panas………………………………………………………...33
F. Metode Fraksinasi…………………………………………………………..33
1. Presipitasi……………………………………………………………….34
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Ekstraksi cair-cair………………………………………………….........34
3. Distilasi………………………………………………………………….35
4. Dialisis…………………………………………………………………..35
5. Prosedur kromatografi…………………………………………………..35
6. Elektroforesis…………………………………………………………....36
G. Landasan Teori…………………………………………………………..36-38
H. Hipotesis…………………………………………………………………….38
1. Variabel utama…………………………………………………………39
2. Variable pengacau………………………………………………….39-40
3. Definisi operasional……………………………………………………40
4. Bahan penelitian……………………………………………………41-42
C. Alat Penelitian………………………………………………………………42
2. Pembuatan FHEMM…………………………………………………...42
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Penyiapan Bahan……………………………………………………………51
1. Pengumpulan bahan……………………………………………………..51
4. Pembuatan FHEMM…………………………………………………….53
C. Uji Pendahuluan…………………………………………………………….53
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Kontrol CCL4………………………………………………………..….62
E. Rangkuman Pembahasan………………………………………………...67-69
A. Kesimpulan………………………………………………………………….70
B. Saran……………………………………………………………………...…70
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….71
LAMPIRAN…………………………………………………………………...76
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………..111
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel V Purata aktivitas serum ALT pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam
Tabel VI Purata aktivitas serum AST pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam
Tabel VII Hasil uji Mann-Whitney aktivitas serum AST pada selang waktu 0,
mL/KgBB….....………………………………………………….58
Tabel VIII Purata kadar bilirubin tikus betina galur Wistar terinduksi CCl4
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 12. Diagram batang purata aktivitas serum ALT pada selang waktu 0,
mL/kgBB…………………………………………………….....56
Gambar 13. Diagram batang purata aktivitas serum AST pada selang waktu 0,
mL/kgBB……………………………………………………….58
CCl4……………………………………………………………..61
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
mL/kgBB……………………………………………………….82
mL/kgBB………………………………………..............……..86
Lampiran 10. Hasil analisis statistik bilirubin setelah pemberian fraksi heksan-
mg/KgBB…………………………………………….…………90
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
The aim of the study were to understand effect of hexane-ethanol
fraction of metanolic extract Macaranga tanarius L. leaf (HEFMM) and relation
between given doses HEFMM and bilirubin level on female rat induced by carbon
tetrachloride (CCl4).
This research was pure experimental with direct sampling design. This
research used 30 Wistar female rat, aged 2-3 month and weighed ±130-180 gram
which were randomly divided into 6 groups. Group I was CMC-Na 1% control with
given dose 2 mL/350g BW orally for six days. Group II was carbon tetrachloride
hepatotoxin control with given dose 2 mL/kg BW intraperitoneally then blood was
drawn after 24 hours. Group III was HEFMM control which was given highest dose
HEFMM(137.14 mg/Kg BW) orally for six days. Group IV-VI were given three
different level of HEFMM with dose 34.28; 68.57; and 137.14 mg/Kg BW orally
for six. On the seventh day all treatment groups were given CCl4 dose 2ml/kg BW
intraperitoneally. Blood were drawn at 24th hour after administration off CCl4 then
bilirubin level was measured. Blood was drawn at the orbital sinus region. Data of
bilirubin level which were obtained were analyzed using Shapiro-Wilk test to look
at the data distribution then data were analyzed using Kruskal Wallis continue with
Mann Whitney test to determine the differences in bilirubin level in each groups.
The results showed that HEFMM can decrease bilirubin level with %
decreasing of bilirubin level from lowest till highest dose were 103.37; 98.88; and
98.88%. Based on the data which were obtained, it cannot show relation of given
dose HEFMM and decreasing bilirubin level.
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
penting bagi tubuh manusia. Hati melakukan proses-proses penting bagi kehidupan
dilakukan hati ini menjadikan hati beresiko mengalami kerusakan dan kelainan.
Terdapat berbagai jenis kelainan yang terjadi pada hati, salah satunya adalah
perlemakan hati yang disebabkan karena alkohol dan perlemakan hati yang tidak
lebih tinggi dibandingkan Negara-negara Asia lainnya (Jepang 9-30%; Cina 5-24%;
Korea 18%; India 5-28%; Indonesia 30%; Malaysia 17%; Singapura 5%)
diperburuk oleh penyakit lain, contohnya diabetes mellitus. Diabetes mellitus tipe
2 dapat meningkatkan resiko kematian hingga 22 kali lipat pada pasien NAFLD
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
2002). Penyakit diabetes mellitus sering ditemukan pada pasien yang menderita
NAFLD, sekitar 18-45% dari keseluruhan kasus (Browning, et al., 2004). Diabetes
mellitus tipe 2 merupakan salah satu faktor resiko perburukan penyakit hati dan
2012)
kadar biokimia normal dalam serum darah. Salah satu cara mengukur fungsi hepar
ke dalam cairan empedu (Ahn dan Cohen, 2011). Ketika kadar bilirubin total
menyebabkan terjadinya gagal hati (Gupta, 2014). Dalam penelitian ini, fokus
tetraklorida (CCl4). CCl4 telah umum digunakan sebagai agen hepatotoksik dalam
penelitian penyakit hati. Pemberian CCl4 pada tikus dapat meningkatkan oksidasi
protein hepatik sehingga terjadi akumulasi protein teroksidasi CCl4 dalam hati
(Alagammal, Lincy, Mohan, 2013). Pemberian dosis tunggal CCl4 kepada tikus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
2008).
beragam bahan alami, yang sebagian besar diproduksi oleh tumbuhan, biasanya
berasal dari pengobatan Cina maupun India yang dapat digunakan sebagai
hepatoprotektor (Weber, Boll, Stampfl, 2003). Saat ini masih banyak masyarakat,
karena dianggap lebih aman dibandingkan obat modern. Salah satu tanaman yang
dapat dimanfaatkan adalah Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. atau disebut mara,
merupakan pohon kecil sampai sedang, berdaun hijau, memiliki ketinggian 4-5
meter dengan dahan agak besar (Wardiyono, 2012). Tanaman ini memiliki
Shinzato, Aramoto, Kondo, dan Otsuka (2006) dalam daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. terdapat kandungan glukosida yaitu macarangioside A-C dan
kandungan glukosida baru dari ekstrak yang sama yaitu (+)-pinoresinol 4-O-[6”-
penangkapan radikal bebas yang poten terhadap DPPH. Puteri dan Kawabata
(2010) melaporkan bahwa dalam Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terdapat 5
acid, dan macatannin B dari fraksi etil asetat ekstrak metanol. Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. memiliki aktivitas hepatoprotektif secara in vivo yang dapat
(L.) Müll. Arg. memiliki kandungan senyawa yang bersifat antioksidan yang dapat
perlemakan hati.
Kawabata (2010). Dalam penelitian tersebut digunakan etil asetat untuk fraksinasi
ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.. Pada penelitian tersebut
1,10; 2,64; 2,76; 2,94; dan 0,97. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pelarut
tanarius (L.) Müll. Arg. untuk menyembuhkan perlemakan hati melalui penurunan
kadar bilirubin total serum hewan uji. Dalam penelitian ini digunakan sediaan fraksi
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.. Bersamaan dengan penelitian ini
telah dilakukan pula penelitian tentang pengaruh pemberian jangka pendek fraksi
heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar
1. Perumusan masalah
berikut :
ekstrak metanol dengan penurunan kadar bilirubin pada tikus betina galur Wistar
terinduksi CCl4?
2. Keaslian penelitian
tanarius (L.) Müll. Arg. yang diisolasi dari ekstrak metanol dan mempunyai
ekstrak n-heksan dan kloroform daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Puteri dan Kawabata (2010) melaporkan bahwa telah ditemukan 5 senyawa yaitu
dalam fraksi etil asetat ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.. yang
hepatoprotektor ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada
tikus jantan terinduksi parasetamol telah diteliti oleh Adrianto (2011) sedangkan
efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida praperlakuan jangka panjang telah diteliti
ektrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat memberikan efek
tanarius (L.) Müll. Arg. dengan melihat penurunan kadar bilirubin pada tikus betina
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
heksan-etanol dari ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. sebagai
agen hepatoprotektor dengan pemberian selama 6 hari pada tikus terinduksi CCl4.
2.Tujuan khusus
ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap penurunan kadar
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hati
1. Anatomi dan fisiologi hati
Hati adalah organ berwarna merah kecoklatan (karena berisi darah)
dengan konsistensi lunak dan merupakan salah satu kelenjar terbesar di tubuh
dengan berat sekitar 1500 gram. Pada bayi ukurannya relatif besar dan mengisi 2/5
volume rongga perut (Wibowo, 2008). Hati pada orang dewasa memiliki berat
1400-1600 gram, yaitu sekitar 2.5% berat badan (Robbins dan Cotran, 2010).
terbesar terlindung oleh tulang-tulang iga dan permukaan atasnya melekat pada
sekat rongga badan (diafragma) (Wibowo, 2008). Sebagian besar massa hati
terletak di sebelah kanan hypochondriac dan area epigastric, tapi dapat mencapai
kiri hypochondriac dan area umbilical (Martini, Nath, dan Bartholomew, 2012).
Kedudukan hati Nampak setinggi iga kelima dan melebar di sebelah bawah sampai
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas
berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma; permukaan bawah tidak rata
dan memperlihatkan lekukan (Pearce, 2009). Hati dibungkus oleh kapsul fibrosa
yang kuat dan dilindungi oleh lapisan peritoneum visceral. Pada permukaan
anterior, terdapat falciform ligament yang memisahkan antara lobus kanan dan kiri.
Penebalan pada bagian tepi posterior falciform ligament disebut ligamen bundar
atau ligamentum teres. Pada permukaan posterior dari hati, vena cava inferior
menandai pembagian lobus kanan dan lobus kaudata. Pada bagian inferior lobus
kaudata terdapat lobus kuadrata, terselip di antara lobus kiri dan kantong empedu.
Pembuluh darah aferen dan struktur lain mencapai hati melewati jaringan ikat
omentum, yang kemudian bertemu di daerah yang disebut porta hepatis (Gambar
Setiap belahan atau lobus terdiri atas lobulus. Lobulus ini berbentuk
polyhedral (segi banyak) dan terdiri atas sel hati berbentuk kubus, dan cabang-
cabang pembuluh darah diikat bersama oleh jaringan hati. Hati mempunyai dua
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatika dan yang melalui
a. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberikan seperlima darahnya
kepada hati; darah ini mempunyai kejenuhan oksigen 95 sampai 100 persen
b. Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena mesenterika superior,
oksigen hanya 70 persen sebab beberapa O2 telah diambil limpa dan usus. Darah
vena porta ini membawa zat makanan yang telah diabsorbsi mukosa usus halus
kepada hati
c. Vena hepatica mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Di dalam
Maka terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi seluruh hati, dua
yang masuk, yaitu arteri hepatica dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu vena
Sel-sel hepar mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang kaya
makanan, tidak mengandung oksigen, dan kadang-kadang toksik, serta dari arteria
hepatica yang mengandung oksigen. Sistem peredaran darah yang tidak biasa ini
menyebabkan sel-sel hepar mendapat darah yang relatif kurang oksigen. Keadaan
ini dapat menjelaskan mengapa sel hepar lebih rentan terhadap kerusakan dan
yaitu :
a. Hepatosit atau sel hati, merupakan sel fungsional terbanyak yang menyusun hati
hepatik. Lamina hepatik merupakan suatu pelat hepatosit dengan satu sel tebal
yang berbatasan di kedua sisi ruang endotel vaskular yang disebut sinusoid.
Lamina hepatik mempunyai cabang dan struktur yang tidak teratur. Lamina
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
hepatosit yang menerima darah kaya oksigen dari percabangan arteri hepatik dan
kemudian bertemu dan mengantarkan darah menuju vena sentral, dari vena
sentral darah kemudian mengalir ke vena hepatik, yang mana akan diangkut
menuju vena cava inferior. Pada sinusoid terdapat sel fagosit disebut sel kupffer
yang bertugas menghancurkan sel-sel darah merah dan putih yang sudah tua,
bakteri, serta benda asing lainnya yang terdapat pada aliran darah vena yang
2. Fungsi hati
mengenai pengaruhnya atas makanan dan darah (Pearce, 2009). Setiap hari,
kolesterol, fosfolipid yang disebut lesitin, pigmen empedu, dan beberapa ion.
Pigmen terpenting dari empedu adalah bilirubin. Fagositosis sel darah merah yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
sudah tua akan melepaskan besi, globin, dan bilirubin. Besi dan globin akan
Hati berfungsi untuk merombak sel darah merah yang tua; mengekskresi
kolesterol dalam darah serta mengubahnya menjadi garam empedu (Mader, 2010).
memperbaiki jaringan hati yang rusak. Apabila terjadi kerusakan pada sel hati yang
disebabkan oleh racun, maka sel hati akan langsung mengadakan mitosis besar-
antara kematian dan regenerasi sel. Kematian hepatosit dapat disebabkan karena
sel mengalami kerusakan maka sel akan mengalami perusakan alami yang
mikroskop cahaya atau elektron. Suatu agen toksik dapat menginduksi lebih dari
satu kerusakan hati, baik apoptosis maupun nekrosis, kejadian ini dapat
(Hodgson, 2004).
distimulasi oleh mediator (primer), yaitu sitokin untuk bergerak menuju primed
dan replikasi seluler (Gambar 5). Faktor transkripsi utama meliputi NFגB dan
STAT 3. Regenerasi dapat terjadi dengan sangat cepat (Sherlock dan Dooley,
2002).
berjalan, maka hepatosit dapat dihasilkan dari sel yang berhubungan dengan saluran
empedu, yang juga disebut sel oval. Sel tersebut berasal dari sel pada saluran kecil
bilirubin atau kanal Hering. Hepatosit dapat juga dihasilkan dari stem sel
4. Kerusakan hati
memasuki hati melalui sistem pencernaan dan setelah mengalami proses absorbsi
akan dikirim oleh vena porta hepatik menuju hati, sehingga hati merupakan organ
pertama yang diperfusi oleh zat kimia yang diabsorbsi oleh usus. Faktor kedua
adalah hati memiliki enzim untuk metabolisme xenobiotik dalam konsentrasi yang
tinggi dengan enzim utamanya adalah sitokrom P450. Meskipun sebagian besar
menghasilkan metabolit reaktif yang dapat menginduksi kerusakan hati. Bagian hati
yang sering mengalami kerusakan adalah daerah sentrilobuler dan pada daerah
tersebut memiliki konsentrasi sitokrom P450 yang tinggi dalam hati (Hodgson,
2004).
intoksikasi, dan jenis paparan, baik akut maupun kronis. Beberapa jenis kerusakan
dapat spesifik terjadi pada hati (contohnya kolestasis) dan terdapat pula yang tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
spesifik pada hati (contohnya nekrosis dan karsinogenesis) (Hodgson, 2004). Jenis-
a. Nekrosis
kematian sel. Nekrosis, biasanya merupakan kelukaan akut, yang dapat terjadi
pada area lokal dan hanya mempengaruhi beberapa hepatosit (focal necrosis), atau
terjadi bersamaan dengan pecahnya membran sel, dan didahului oleh beberapa
adanya angguan pada cristae, dan disolusi organela dan nukleus. Hati memiliki
kemampuan regenerasi yang cepat, sehingga lesi nekrotik bukan termasuk kondisi
yang gawat, tetapi apabila nekrosis terjadi pada area yang luas maka dapat
menyebabkan kerusakan hati yang berbahaya dan bahkan gagal hati (Hodgson,
tampak homogen dibanding sel normal karena telah kehilangan glikogen (Robins
b. Kolestasis
garam empedu sebanyak akumulasi bilirubin, dan bahkan dapat memicu terjadinya
Kolestasis biasanya diinduksi oleh obat dan susah untuk dilakukan uji pada hewan.
2004).
c. Sirosis
kolagen melalui hati. Sebagian besar kasus sirosis merupakan akibat dari kelukaan
akibat paparan zat kimia secara kronis. Akumulasi dari bahan fibrosa menyebabkan
restriksi aliran darah yang berbahaya, gangguan proses metabolisme dan proses
detoksifikasi secara normal. Situasi ini tidak dapat berbalik karena kerusakan lebih
lanjut dan bahkan dapat memicu gagal hati (Hodgson, 2004). Area hati yang rusak
akibat sirosis dapat menjadi permanen dan sikatriks sehingga darah tidak dapat
mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak dan hati mulai menciut, serta
d. Hepatitis
disebabkan oleh virus. Hepatitis dapat pula disebabkan oleh senyawa kimia
tertentu, biasanya obat yang dapat menginduksi terjadinya hepatitis yang serupa
e. Karsinogenesis
(Hodgson, 2004).
5. Steatosis
abnormal. Pada waktu yang sama terdapat penurunan lipid plasma dan lipoprotein.
Terdapat berbagai macam agen toksik yang dapat menyebabkan perlemakan hati
dengan gangguan baik pada sintesis atau sekresi lipoprotein. Kelebihan lemak dapat
dihasilkan dari suplai berlebih asam lemak bebas dari jaringan adiposa atau pada
Trigliserida disekresi dari hati sebagai lipoprotein (very low density lipoprotein,
VLDL). Peran dari perlemakan hati hingga menyebabkan kerusakan hati belum
dipahami dengan jelas, dan perlemakan hati itu sendiri tidak berarti disfungsi hati.
Onset dari akumulasi lemak pada hati bersamaan dengan perubahan biokimia dalam
darah, sehingga analisis kimia darah dapat berguna sebagai alat diagnosa (Hodgson,
2004). Salah satu pemicu terjadinya perlemakan hati adalah alkohol. Pemeriksaan
yang dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan enzim SGOT, SGPT, dan ALP
(Dudgale, 2013).
6. Bilirubin
besar (80-85%) berasal dari haemoglobin dan sisanya berasal dari protein yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
mengandung haem contohnya sitokrom P450 (Sherlock dan Dooley, 2002). Setelah
sel darah merah menghabiskan rentang umurnya 120 hari, membran sel tersebut
menjadi sangat rapuh dan pecah. Hemoglobin dilepaskan dan diubah menjadi
haem oksigenase (Gambar 6). Pemecahan cincin pophyrin terjadi secara selektif
dan perannya digantikan oleh 2 molekul oksigen yang berasal dari oksigen
cincin pyrrole sehingga ikatan hidrogen internal menutupi rantai samping asam
propionate dan menyebabkan bilirubin susah larut dalam air. Ikatan ini dapat
dipecah oleh alkohol dalam reaksi diazo (van den Bergh) yang mengubah bilirubin
darah menuju hati. Bilirubin bebas dianggap tidak terkonjugasi karena walaupun
bilirubin dibebaskan dari albumin dan karena bilirubin bebas bersifat larut dalam
lemak, bilirubin tersebut mudah masuk ke dalam hepatosit. Setelah berada di dalam
hepatosit, bilirubin dengan cepat berikatan dengan zat lain, biasanya asam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
komponen empedu lainnya ke kandung empedu atau usus halus. Sejumlah kecil
diserap kembali masuk aliran darah. Hal ini menyebabkan hampir selalu terdapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
(Corwin, 2009).
dalam aliran darah dan diekskresi oleh ginjal dalam urin, sebagian diekskresi dalam
tinja, dan sebagian mengalami daur ulang kembali ke hati dalam sirkulasi
bilirubin tidak dapat diekskresi oleh ginjal atau usus. Penanganan bilirubin oleh hati
bilirubin tidak terkonjugasi dalam darah yang mungkin mencapai kadar yang dapat
kemungkinan gangguan fungsi hati, yang dapat menyebabkan gagal hati (Gupta,
2014). Kadar bilirubin serum merupakan biomarker fungsi hati yang nyata, yang
mana dapat mengukur kemampuan hati untuk membersihkan bilirubin dari darah
ketika mengalir melalui hati (Senior, 2006). Kadar bilirubin total normal pada tikus
B. Hepatotoksisitas
senyawa kimia. Obat tertentu apabila digunakan melebihi dosis dan kadang sudah
digunakan pada dosis terapi dapat menyebabkan kelukaan pada hati. Senyawa
2010).
langsung terjadi ketika obat mengubah fungsi fisiologi normal atau vital seperti
fungsi sekresi hepatosit. Adanya gangguan pada transfer protein termasuk aliran
2010).
tergantung pada dosis dan memiliki masa laten yang bervariasi mulai dari hari
sampai bulan. Obat yang dapat menginduksi respon hepatotoksik dapat melalui
protein sel yang berikatan kovalen dengan obat, melalui proses tertentu
kemudian terbentuk sesuatu yang dikenali tubuh sebagai antigen dan memicu
C. Karbon Tetraklorida
mudah menguap. Sebagian besar CCl4 yang terdapat lolos ke lingkungan terdapat
dalam bentuk gas. Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang tidak mudah
terbakar, memiliki bau yang manis, dan sebagian besar orang dapat mencium saat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
konsentrasinya mencapai 10 ppm dari udara (U.S Department of Health and Human
Services, 2005).
mengganggu fungsi sel hati. Pada kasus yang sedang, hati menjadi bengkak dan
reversibel jika paparan CCl4 tidak terlalu tinggi atau terlalu lama (U.S Department
menginduksi kerusakan hati. Pemberian dosis tunggal CCl4 kepada tikus dapat
Setelah itu, konsentrasinya akan menurun dan setelah 24 jam tidak ada CCl 4 yang
tersisa di hati. Dosis pemberian CCl4 adalah 0,1 sampai 3 ml/kg i.p (Mohit,
Parminder, Jaspreet, Manisha, 2011). Pemberian CCl4 dalam dosis rendah hanya
P450 terjadi paling banyak pada area sentrilobular dan area tengah hati (Timbrell,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
2008). Dosis CCl4 sebesar 2,0 mL/kgBB apabila diberikan secara intraperitoneal
menarik atom hidrogen dari donor yang tersedia seperti jembatan metilen pada
rantai asam lemak tak jenuh atau gugus thiol. Proses tersebut akan menghasilkan
kloroform yang merupakan metabolit CCl4. Produk lainnya adalah radikal lipid atau
radikal thiol, tergantung pada sumber atom hidrogen (Gambar 9 ) (Timbrell, 2008).
sulfohidril seperti glutation dan gugus thiol pada protein. Hal ini dapat
reactive oxygen species (ROS) dan memicu nekrosis sel hati. Senyawa radikal
bebas tersebut akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat menurunkan jumlah
enzim glutation S transferase (GST) serta enzim antioksidan lain dan menyebabkan
diubah menjadi radikal triklorometil peroksi (·CCl3OO). Radikal bebas ini lebih
reaktif dibandingkan ·CCl3 (Weber, et al, 2003). Radikal triklorometil peroksi dapat
membentuk phosgene dan klorin elektrofilik. Ikatan kovalen dengan protein terjadi
tanpa adanya oksigen, tapi penghancuran sitokrom P450 dan enzim lain dari
Pengulangan dosis CCl4 dapat menyebabkan terjadi fibrosis dan bahkan sirosis,
yang mana melibatkan deposisi kolagen dan proliferasi fibroblast sebagai bagian
terjadinya sirosis dan tumor hati juga kerusakan ginjal (Timbrell, 2008). CCl4 dapat
Perlemakan hati ditandai dengan kenaikan serum ALT dan AST sekitar 3-4 kali
normal (Thapa dan Walia, 2007). Kenaikan bilirubin sebanyak 4-5 kali normal pada
Qasmi, 2015). Pada penelitian Theophile, Emery, Desire, Veronique, dan Njikam
1. Nama lain
2. Nama lokal
Indonesia (tutup ancur, hanuwa, mara, mapu); Jawa (tutup ancur); Malaysia (ka-lo,
kundoh, mahang puteh, tampu); Thai (ka-lo, hu chang lek, mek, pang, lo khao);
3. Taksonomi
Divisi : Tracheophyta
Superorder : Rosanae
Order : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
(ITIS, 2011)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
4. Morfologi
ketinggian 4-5 meter dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar,
dengan stipula besar yang luruh. Perbungaan bermulai di ketiak, bunga ditutupi oleh
daun gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Biji
membulat, menggelembur. Jenis ini juga mengandung tanin yang cukup untuk
tujuan. Pohon kecil ini tumbuh sebagai pohon hias di tanah lapang dan
ditambahkan pada jus dan direbus untuk membuat gula. Di Indonesia dan
tanarius (L.) Müll. Arg. digunakan sebagai kayu bakar, seratnya dapat
dari biji, dengan kecepatan perkecambahan rata-rata 50% jika ampas masih
6. Distribusi
Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Taiwan, Thailand, dan
7. Kandungan kimia
(L.) Müll. Arg. ditemukan tiga kandungan senyawa baru yaitu tanarifuranonol,
tanarius (L.) Müll. Arg. terdapat 5 senyawa ellagitannins yaitu mallotinic acid,
fraksi etil asetat ekstrak metanol yang dapat berperan sebagai inhibitor α
2,64; 2,76; 2,94; dan 0,97. Senyawa dengan lipofilisitas mendekati pelarut heksan-
metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus jantan terinduksi
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida
3,840; 1,280; dan 0,426g/kg BB dan dosis paling efektif pada dosis 1,280 g/kg BB.
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat menurunkan kadar glukosa darah pada
tikus yang terbebani glukosa pada dosis 0,43; 1,28 dan 3,84 g/kg BB dan dosis
paling efektif pada 0,43 mg/kg BB sebesar 73,2 %. Konsentrasi maksimal ekstrak
E. Metode Ekstraksi
Bahan yang sudah kering diekstraksi pada suhu ruang secara konsisten
dan terakhir air. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah mencegah potensi
degradasi senyawa oleh pemanasan, karena dalam metode ini tidak menggunakan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.
2. Ekstraksi panas
pelarut dan bahan. Labu alas bulat yang sudah berisi bahan dan pelarut kemudian
seperti etanol atau campuran etanol dan air. Kelebihan dari metode ini adalah
dengan penggunaan etanol sebagai pelarut maka senyawa lipofilik akan banyak
terjaring. Kekurangan dari metode ini adalah pemanasan yang terlalu lama dapat
menyebabkan beberapa komponen bahan yang tidak tahan panas akan rusak.
digunakan. Metode ini dilakukan dengan cara mengekstraksi bahan secara terus
2012).
F. Metode Fraksinasi
dilakukan dengan berbagai cara. Proses fraksinasi dapat dipengaruhi oleh kelarutan,
ukuran, bentuk, dan muatan listrik (Houghton dan Raman, 1998). Beberapa metode
1. Presipitasi
yang diinginkan atau untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diperlukan dan
dengan menurunkan suhu larutan ekstrak. Senyawa yang sukar larut akan
mengendap dan dapat dipisahkan dengan sentrifugasi atau filtrasi (Houghton dan
Raman, 1998).
2. Ekstraksi cair-cair
dengan pelarut lain yang tidak saling bercampur dengan pelarut pertama, maka akan
kemudian akan tercapai titik keseimbangan konsentrasi pada kedua lapisan. Ketika
suatu ekstrak dihadapkan pada dua larutan tak saling campur, solut akan menyebar
sesuai koefisien partisinya. Jika koefisien partisinya lebih besar dari 100 untuk tiap
kandungan, maka proporsi yang besar dari senyawa tersebut akan berada hanya
3. Distilasi
Pemisahan campuran yang mengandung senyawa volatil dapat
dilakukan dengan distilasi. Proses ini sering digunakan pada industry tetapi
digunakan untuk senyawa yang bersifat mudah menguap (Houghton dan Raman,
1998).
4. Dialisis
berdasarkan ukuran molekulnya. Proses ini terjadi secara alami melalui membran
sel dan sangat penting pada proses fisiologis. Prosedur penting dalam proses dialisis
dengan pori-pori reguler yang dapat dilewati oleh molekul kecil (massa molekul <
5. Prosedur kromatografi
distribusi senyawa pada dua fase yang berbeda. Fase ini disebut fase gerak dan fase
diam. Fase gerak dapat berupa cairan maupun gas atau cairan. Fase diam yang
partisi, partisi fase terbalik, ion-exchange, eksklusi ukuran, dan afinitas (Houghton
6. Elektroforesis
sampel kecil campuran molekul bermuatan, seperti protein, peptide dan asam
G. Landasan Teori
Hati adalah kelenjar terbesar pada tubuh manusia dengan berat 1400-
1600 gram pada orang dewasa (Robbins dan Cotran, 2010), berperan penting dalam
aktivitas metabolik, seperti merombak sel darah merah yang tua, mengekskresi
bilirubin, detoksifikasi racun, dan memproduksi protein plasma (Mader, 2010). Jika
terjadi kerusakan hati, maka fungsi hati akan terganggu. Kerusakan hati disebabkan
oleh hepatotoksin, baik yang bersifat intrinsik (bergantung pada dosis) maupun
1999).
Bilirubin berasal dari perombakan sel darah merah yang sudah tua.
Hemoglobin dilepaskan dan diubah menjadi bilirubin bebas oleh sel-sel fagositik.
Bilirubin bebas berikatan dengan albumin dan mengalir dalam darah menuju ke
hati. Di hati, ikatan bilirubin dengan albumin akan terlepas kemudian bilirubin
bilirubin penting untuk ekskresi bilirubin. Tanpa konjugasi, bilirubin tidak dapat
diekskresi oleh ginjal atau usus dan dapat terjadi penumpukan bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah yang mungkin mencapai kadar toksik (Corwin, 2009).
Kadar bilirubin dalam serum merupakan biomarker fungsi hati yang nyata, yang
mana dapat mengukur kemampuan hati untuk membersihkan bilirubin dari darah
ketika mengalir melalui hati (Senior, 2006). Ketika kadar bilirubin total semakin
menyebabkan terjadinya gagal hati (Gupta, 2014). Kadar normal bilirubin tikus
Wistar yaitu <0,1 – 0,2 mg/dl (Suckow, Weisbroth, dan Franklin, 2006).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
menginduksi kerusakan hati. Pada pemberian CCl4 per oral dengan dosis yang
besar, dapat menimbulkan perlemakan dan nekrosis pada hati. Pemberian CCl4
dalam dosis rendah hanya menyebabkan perlemakan hati dan kerusakan sitokrom
kovalen dengan lemak mikrosomal dan protein kemudian bereaksi secara langsung
dengan membran fosfolipid dan kolesterol dan memicu terjadinya perlemakan hati
(Timbrell, 2008). Perlemakan hati ditandai dengan kenaikan serum ALT dan AST
sekitar 3-4 kali normal (Thapa dan Walia, 2007). Dosis CCl4 sebesar 2,0 mL/kgBB
dari fraksi etil asetat ekstrak metanol yang dapat berperan sebagai inhibitor α
turut sebagai berikut 1,10; 2,64; 2,76; 2,94; dan 0,97. Senyawa dengan lipofilisitas
chebulagic acid.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
daun Macaranga tanarius L. pada perlakuan jangka panjang pada tikus jantan
Aminotransferase (AST), dengan dosis 3,840; 1,280; dan 0,426g/kg BB dan dosis
paling efektif pada dosis 1,280 g/kg BB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dalam cairan penyari (Heinrich, et al., 2012). Pelarut yang digunakan untuk
H. Hipotesis
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan kadar bilirubin pada tikus
BAB III
METODE PENELITIAN
etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEEM)
dalam jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola
searah.
1. Variabel utama
2. Variabel pengacau
ini adalah kondisi hewan uji yang digunakan, yaitu tikus betina galur Wistar
yang berumur 2-3 bulan; berat badan antara 130-180 gram; cara pemberian
sehari selama 6 hari berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama tiap
harinya; dan bahan uji berupa daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
penelitian ini adalah kondisi patologis dari tikus betina galur Wistar yang
3. Definisi operasional
a. Fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
FHEMM berupa fraksi kental yang diperoleh dari ekstraksi serbuk daun
Müll. Arg.. Ekstrak metanol kental daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
FHEMM.
FHEMM secara peroral satu kali sehari selama enam hari berturut-turut
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina galur
Wistar yang berumur 2-3 bulan, berat badan 130-180 g, yang diperoleh dari
Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
yang dipanen dari pohon Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di wilayah
2. Bahan kimia
b. Olive oil Bertoli® sebagai pelarut CCl4 dan kontrol negatif yang diperoleh
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang diperoleh dari CV. General
Labora, Yogyakarta.
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang diperoleh dari CV. General
Labora, Yogyakarta.
C. Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk penetapan kadar air yaitu moisture balance,
2. Pembuatan FHEMM
orbital shaker Optima®, Electric Sieve Shaker Indotest Multi Lab®, penangas air,
beker, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, corong,
analitik Mettler Toledo®, spuit injeksi p.o dan syringe 3 cc Terumo®, spuit injeksi
i.p dan syringe 1 cc Terumo®, pipa kapiler, serta alat-alat gelas Pyrex® berupa
gelas beker, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, corong, dan pipet
ukur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan buku acuan. Determinasi
Yogyakarta.
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. yang masih segar, besar, berwarna hijau dan kondisinya baik (tidak berbintik-
bintik). Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dipanen pada bulan April-Mei
2015 dan dilakukan waktu pagi hari di wilayah Paingan, Maguwoharjo, Sleman,
DIY.
blender Miyako®. Serbuk kemudian diayak dengan ayakan nomor mesh 50.
4. Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah
(bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 105°C. Serbuk kering daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Selisih bobot A terhadap bobot B
merupakan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg..
Müll. Arg.
shaker selama 24 jam. Tujuan dilarutkan dalam pelarut metanol agar senyawa kimia
yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat larut dalam
24 jam. Filtrat dipindahkan dalam labu alas bulat untuk diuapkan menggunakan
rotary vacuum evaporator dengan suhu 80oC hingga menjadi ekstrak kental.
Ekstrak kental dituang dalam cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya,
porselen yang berisi ekstrak kental dikeringkan di oven pada suhu 50oC untuk
mendapatkan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L) Müll. Arg. dengan
Waktu yang diperlukan hingga diperoleh bobot pengeringan ekstrak tetap berkisar
Müll. Arg.
shaker selama 24 jam dengan kecepatan 140 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring
menggunakan corong Buchner dan dituang ke dalam cawan porselen. Fraksi yang
diperoleh dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50oC hingga diperoleh fraksi
dengan olive oil, dengan perbandingan volume 1:1 dan konsentrasi akhir yang
diperoleh 50%.
hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Janakat
dan Al-Merie (2002) yang melaporkan bahwa dosis karbon tetraklorida sebesar 2
mL/Kg BB dalam olive oil (1:1) dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati yang
ditandai dengan peningkatan kadar ALT dan AST sebanyak 3-4 kali normal tetapi
(i.p).
ALT dan AST pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemberian CCl4 dengan dosis
tikus. Pengukuran kadar ALT dan AST dalam sampel darah dilakukan di
Pengukuran kadar ALT dan AST pada sampel darah untuk penentuan
350 gram. Dibuat 3 peringkat dosis dari konsentrasi tersebut, dengan volume
pemberian 0,5 mL untuk dosis rendah, 1 mL untuk dosis tengah, dan 2 mL untuk
DxB = VxC
600 𝑚𝑔
0,5 𝑚𝐿 𝑥
25 𝑚𝐿
D= 350 𝑔𝑟𝑎𝑚
D = 0,03428 mg/g BB
D = 34,28 mg/kgBB
DxB = VxC
600 𝑚𝑔
1 𝑚𝐿 𝑥
25 𝑚𝐿
D=
350 𝑔𝑟𝑎𝑚
D = 0,06857 mg/g BB
D = 68,57 mg/kgBB
DxB = VxC
600 𝑚𝑔
2 𝑚𝐿 𝑥
25 𝑚𝐿
D= 350 𝑔𝑟𝑎𝑚
D = 0,13714 mg/g BB
D = 137,14 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
adalah 34,28 mg/KgBB; dosis tengah 68,57 mg/kgBB; dosis tinggi 137,14
mg/kgBB.
Tiga puluh ekor tikus betina galur Wistar dibagi acak menjadi 6
(p.o) satu kali sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian diambil darah pada
hari ke-7.
CCl4 dalam olive oil (1:1) dengan dosis 2mL/kgBB secara i.p kemudian pada jam
c. Kelompok III adalah kelompok kontrol dosis FHEMM. Kelompok ini diberikan
sedian FHEMM dosis tertinggi yaitu 137,14 mg/KgBB satu kali sehari selama 6
hari berturut-turut secara p.o kemudian pada hari ke-7 diambil darahnya.
diberikan sediaan FHEMM dosis rendah yaitu 34,28 mg/KgBB satu kali sehari
selama 6 hari berturut-turut pada waktu yang sama secara p.o. kemudian pada hari
diberikan sediaan FHEMM dosis tengah yaitu 68,57 mg/KgBB satu kali sehari
selama 6 hari berturut-turut pada waktu yang sama secara p.o. kemudian pada hari
diberikan sediaan FHEMM dosis tengah yaitu 2mL/350gBB satu kali sehari
selama 6 hari berturut-turut pada waktu yang sama secara p.o. kemudian pada hari
darahnya pada jam ke-24 setelah pemberian CCl4. Pengambilan darah dilakukan
pada daerah sinus orbitalis mata, kemudian ditampung pada tabung untuk dilakukan
Data kadar bilirubin diuji dengan Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data
dan analisis varian untuk melihat homogenitas varian antarkelompok sebagai syarat
analisis parametrik. Apabila distribusi data yang normal maka analisis dilanjutkan
dengan analisis variansi pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan
dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD apabila data homogen dan menggunakan uji
tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Tapi, bila didapatkan distribusi tidak
normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui
perbedaan kadar bilirubin antarkelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Mann
BAB IV
panjang fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
(FHEMM) terhadap kadar bilirubin pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida
pemberian dosis FHEMM terhadap penurunan kadar bilirubin tikus terinduksi CCl4.
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang digunakan dalam penelitian. Determinasi
Bagian tanaman yang digunakan dalam proses determinasi adalah batang, daun,
bunga dan buah. Determinasi dilakukan dengan cara mencocokan ciri makroskopis
tanaman dengan buku acuan. Determinasi tanaman dilakukan sampai tingkat spesies
dan hasil menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar Macaranga
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
Selain itu juga dilakukan pengayakan dengan tujuan untuk menyeragamkan ukuran
diperbolehkan untuk simplisia adalah kurang dari 10%. Penetapan kadar air penting
memiliki kadar air rata-rata 8,76% sehingga serbuk Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. yang digunakan sudah memenuhi persyaratan sebagai simplisia yang baik.
susut pengeringan sebesar 0% sehingga diharapkan ekstrak penyari sudah tidak ada.
C. Uji Pendahuluan
dosis CCl4 yang dapat menimbulkan kerusakan hati berupa perlemakan hati tetapi
tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. Perlemakan hati ditandai dengan
kenaikan serum ALT dan AST sekitar 3-4 kali normal (Thapa dan Walia, 2007).
Kenaikan bilirubin sebanyak 3-5 kali normal pada tikus terinduksi CCl4
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Janakat dan Al-Merie (2002), pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kg dapat
menyebabkan kenaikan bilirubin sebesar 3-4 kali normal. Pemberian dengan dosis
yang sama pada penelitian Theophile, Emery, Desire, Veronique, dan Njikam
Dosis CCl4 yang diberikan mengacu pada penelitian Janakat dan Al-
Merie (2002) yaitu 2,0 mL/kgBB dan diberikan secara intraperitoneal. Berdasarkan
mencapai titik puncak setelah 24 jam setelah pemberian untuk menimbulkan efek
pada bilirubin, ALT dan AST. Pemberian secara intraperitoneal dilakukan supaya
CCl4 tidak rusak oleh enzim pencernaan, sehingga CCl4 dapat langsung terlarut
konsentrasi maksimal ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang
dapat dibuat adalah 38,4 %. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi sebesar 600
mg/25 mL atau lebih kecil daripada ekstrak. Sediaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah fraksi yang mana memiliki kandungan senyawa lebih sedikit
daripada ekstrak, sehingga konsentrasi fraksi yang dibuat lebih kecil daripada
dan chebulagic acid yang memiliki lipofolisitas berturut-turut yaitu 2,76; 2,94; dan
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Pada penelitian ini, FHEMM diberikan secara peroral pada hewan uji tikus.
Volume pemberian maksimal untuk tikus adalah 5 mL. ZPenentuan peringkat dosis
dari 2/5 volume pemberian maksimal dan diperoleh 2 mL. kemudian ditentukan 3
rendah sebesar 0,5 mL dan dosis tengah 1 mL untuk setiap tikus dengan bobot
maksimal 350 gram, sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu dosis rendah 34,28
mg/KgBB; dosis dosis sedang 68,57 mg/kgBB; dan dosis tinggi yaitu 137,14
mg/kgBB.
ketika hepatotoksin CCl4 pada dosis 2 ml/KgBB dapat memberikan kerusakan yang
paling besar pada organ hati. Parameter yang dilihat adalah ALT dan AST,
dengan ditandai kenaikan ALT sebesar 3 kali normal dan AST sebesar 4 kali normal.
Peningkatan ALT dan AST dari normal pada steatosis terjadi seiring dengan
peningkatan bilirubin sebanyak 3-5 kali normal, sehingga pada uji pendahuluan
digunakan parameter ALT dan AST untuk menentukan waktu kerusakan hati paling
optimal. Pengambilan darah dilakukan pada jam ke-24 dan 48 setelah tikus
dipejankan CCl4. Penentuan waktu pencuplikan darah dilihat dari waktu terjadinya
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
peningkatan ALT dan AST paling besar. Waktu tersebut kemudian digunakan
Sebelum dipejan CCl4, terlebih dahulu darah tikus diambil (jam ke-0) untuk melihat
kemudian diambil darah pada jam 24 dan 48 untuk melihat aktivitas ALT dan AST.
Hasil pengujian aktivitas serum ALT dapat dilihat pada tabel II dan
gambar 12.
Gambar 12. Diagram batang purata aktivitas serum ALT pada selang waktu 0, 24,
dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
data homogen (p>0,05) sehingga data diolah menggunakan analisis One way
ANOVA dilanjutkan uji Tuckey HSD. Dari tabel I dan gambar 9 dapat dilihat bahwa
aktivitas serum ALT yang paling tinggi berada pada jam ke-24 (184 ± 16,490 U/I).
Hasil tersebut dibandingkan dengan jam ke-0 (66,83 ± 0,845), aktivitas ALT
mengalami kenaikan sebesar 3 kali. Hasil uji statistik aktivitas serum ALT
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara aktivitas ALT pada
jam ke-0 dengan jam ke-24 (p = 0,002). Hasil tersebut menunjukkan bahwa telah
terjadi peningkatan ALT pada jam ke-24. Hasil statistik serum ALT pada jam ke-
0 dengan jam ke-48 (0,968) berbeda namun tidak bermakna (tabel III). Hal ini
menunjukkan bahwa pada jam ke-48 aktivitas ALT telah normal kembali. Pada
jam ke-48, metabolit CCl4 sudah mulai diekskresi sehingga kerusakan mulai
terhenti begitu pula dengan hati yang mulai melakukan mekanisme regenerasi sel
untuk perbaikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa pada
gambar 13.
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Tabel IV. Purata aktivitas serum AST pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah
pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Selang waktu (jam) Purata aktivitas serum AST ± SE (U/L)
0 154,200 ± 2,082
24 669,567 ± 8,370
48 197,733 ±9,551
Keterangan : SE = Standar eror
Gambar 13. Diagram batang purata aktivitas serum AST pada selang waktu 0, 24,
dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Data AST yang diperoleh mempunyai distribusi yang normal sehingga
dilakukan analisis menggunakan One Way ANOVA kemudian dilanjutkan uji Tuckey
HSD karena data homogen. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui
bahwa kenaikan serum AST paling tinggi terjadi pada jam ke-24 (669,567 ± 8,370
U/L). Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan hati paling parah terjadi pada jam ke-
24. Kenaikan aktivitas serum AST pada jam ke-24 dibandingkan jam ke-0 (154,200
± 2,082 U/L) sebesar 4-5 kali lipat. Hasil statistik menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna antara jam ke-0 dengan jam ke-24 ( p < 0,0001) dan ke-48 (p =
0,014), tetapi peningkatan serum AST yang paling tinggi terjadi pada jam ke-24.
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Tabel V. Hasil uji Mann-Whitney aktivitas serum AST pada selang waktu 0, 24,
dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Selang waktu (jam) Jam 0 Jam 24 Jam 48
Jam 0 BB BB
Jam 24 BB BB
Jam 48 BB BB
Keterangan :BB = berbeda bermakna (p<0,05); BTB =berbeda tidak bermakna
(p>0,05)
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, aktivitas ALT dan AST
yang paling tinggi setelah pemejanan CCl4 dengan dosis 2 mL/KgBB berada pada
terhadap kadar bilirubin tikus terinduksi CCl4 pada 3 tingkatan dosis yang berbeda.
sebesar 34,28 mg/KgBB, peringkat dosis tengah sebesar 68,57 mg/KgBB, dan
peringkat dosis paling tinggi yaitu 137,14 mg/KgBB. Perlakuan FHEMM dilakukan
selama 6 hari berturut-turut dengan frekuensi pemberian satu kali sehari, kemudian
pada hari ke-7 diberikan hepatotoksin CCl4. Penetapan waktu praperlakuan jangka
panjang FHEMM didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu Adrianto (2011) dan
dan pada hari ke-7 dipejankan hepatotoksin. Berdasarkan uji pendahuluan yang
dilakukan, pencuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 setelah pemberian CCl4.
ukur kuantitatif yaitu kadar bilirubin serum akibat praperlakuan FHEMM terhadap
kontrol CCl4. Data kadar bilirubin yang diperoleh tidak menunjukkan distribusi
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
antarkelompok. Kadar bilirubin disajikan dalam bentuk purata ± SE pada tabel VI.
Hasil pengujian aktivitas serum bilirubin dapat dilihat pada tabel VII dan gambar 14
Tabel VII. Hasil uji Mann Whitney kadar bilirubin tikus betina
galur Wistar pada kelompok perlakuan
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Gambar 14. Diagram batang rata-rata kadar bilirubin tikus terinduksi CCl
olive oil karena senyawa tersebut tidak memiliki potensi meningkatkan kerusakan
hati. Hal ini didukung dari penelitian Rahmamurti (2013) yang menyatakan bahwa
olive oil sebagai pelarut hepatotoksin tidak berpengaruh pada kondisi normal ALT
dan AST. Pada penelitian Ahmad, Gulfraz, Ahmad, Nazir, Gul, dan Asif (2014)
menunjukkan bahwa olive oil sebagai kontrol dan pelarut hepatotoksin tidak
1. Kontrol CMC-Na 1%
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
bilirubin. Hal serupa juga ditunjukkan pada penelitian Pal, Hooda, Bias, dan Singh
(2014) tentang aktivitas hepatoprotektif Acacia senegal Pod. pada tikus terinduksi
CCl4. Berdasarkan hasil penelitian yang disebutkan di atas maka hasil pengukuran
kadar bilirubin pada kontrol CMC-Na dapat digunakan sebagai acuan kadar
bilirubin normal pada tikus uji. Hasil pengukuran kontrol CMC-Na yang diperoleh
2. Kontrol CCl4
Kontrol CCl4 digunakan untuk melihat kerusakan hati yang disebabkan oleh CCl4
pada dosis 2 mL/KgBB i.p dengan ditandai adanya peningkatan kadar bilirubin
tikus. Pada penelitian ini, kadar bilirubin yang terukur pada kontrol CCl 4 adalah
(p=0,008) secara statistik. Pada penelitian Samal (2013) peningkatan bilirubin 3-5
penelitian ini peningkatan bilirubin sebesar 4,8 kali dibanding kontrol CMC-Na 1%
yaitu 137,14 mg/KgBB. Kontrol ini bertujuan untuk melihat pengaruh FHEMM
terhadap sel hati tikus tanpa perlakuan CCl4. Kadar bilirubin yang terukur pada
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
kelompok ini adalah 0,19 ± 0,032 mg/dl. Berdasarkan uji statistik, hasil kontrol
dengan kadar bilirubin terukur pada kontrol FHEMM lebih tinggi dibandingkan
perbedaan tidak bermakna (p=0,530) dengan kontrol CCl4, dengan kadar bilirubin
terukur pada kontrol FHEMM lebih rendah dibandingkan kontrol CCl4. Hasil
berbagai sebab. Salah satu penyebabnya diduga karena dosis pemberian FHEMM
dalam tubuh dapat bersifat sebagai antioksidan. Pada pemberian dosis FHEMM
yang terlalu tinggi, diduga sifatnya berbalik menjadi prooksidan sehingga sebagai
diduga memicu kadar bilirubin menjadi semakin tinggi seiring dengan pemberian
dosis tinggi FHEMM. Oleh karena itu disarankan uji toksisitas subakut untuk
diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu selama kurang dari satu
bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji
serta untuk menunjukkan keterkaitan spektrum efek toksik dengan takaran dosis.
Hasil uji ini memberikan informasi tentang efek utama senyawa uji dan organ
sasaran yang dipengaruhi (Donatus, 2001). Tujuan utama dari uji ini adalah untuk
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap tubuh dengan pemberian
diduga hal tersebut sebagai mekanisme kerja FHEMM dalam melindungi hati.
Proses ini dapat dikaitkan dengan sifat bilirubin sebagai antioksidan. Bilirubin
dalam tubuh dapat bersifat sebagai antioksidan dan bekerja secara komplementer
bersama dengan glutathione (GSH). Bilirubin yang bersifat lipofilik akan berperan
melindungi lipid sedangkan GSH yang lebih hidrofilik berperan melindungi protein
(Sedlak, et al., 2009). Senyawa yang terkandung pada FHEMM yaitu Macatannin
A, Macatannin B, dan Chebulagic acid bersifat non polar. Senyawa tersebut diduga
bilirubin. Ketika kadar bilirubin yang merupakan antioksidan menjadi tinggi maka
terdapat oksidan yang bersifat lipofil, bilirubin dapat berperan sebagai antioksidan
kemudian teroksidasi menjadi biliverdin (Gambar 15) (Sedlak dan Snyder, 2004).
Kadar bilirubin berkebalikan dengan kadar albumin dalam darah. Kondisi bilirubin
yang tinggi tidak selalu merupakan kondisi buruk karena sifat antioksidan yang
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
34,28 mg/KgBB. Kadar bilirubin terukur pada kelompok ini sebesar 0,04 ± 0,005
mg/dl lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol CCl4 yaitu 0,22 ± 0,022 mg/dl.
Penurunan bilirubin yang ditunjukkan oleh kelompok ini sebesar 103,37%. Uji
kontrol CCl4. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p=0,381)
kelompok perlakuan FHEMM dosis rendah mendekati nilai normal. Hal tersebut
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
dapat memberikan efek penurunan kadar bilirubin yang setara dengan normal.
68,57 mg/KgBB. Kadar bilirubin terukur pada kelompok ini sebesar 0,05 ± 0,004
mg/dl lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol CCl4 yaitu 0,22 ± 0,022
mg/dl. Penurunan bilirubin yang ditunjukkan oleh kelompok ini sebesar 98,88%.
kontrol CCl4. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p=0,650)
kelompok praperlakuan FHEMM dosis sedang mendekati nilai normal. Hal ini
137,14 mg/KgBB. Kadar bilirubin terukur pada kelompok ini sebesar 0,05 ± 0,004
dosis tinggi sebesar 98,88%. Uji statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna
(p=0,650) antara kadar bilirubin pada kelompok praperlakuan FHEMM dosis tinggi
mg/KgBB dapat memberikan efek penurunan kadar bilirubin yang setara dengan
normal.
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
tetapi ketika diberikan CCl4 justru dapat menurunkan bilirubin tikus setara dengan
mengetahui potensi ketoksikan FHEMM dan dosis tertinggi yang masih aman
diberikan untuk jangka panjang. Selain itu, perlu juga dilakukan pengujian pengaruh
untuk melihat terjadi atau tidaknya fenomena kenaikan bilirubin pada kontrol
parasetamol dengan dosis tinggi, untuk induksi pada tikus contoh dengan dosis 2,5
mendekati normal. Penurunan kadar bilirubin yang dihasilkan oleh ketiga dosis
FHEMM yang diuji memiliki hasil yang bervariasi. Hasil uji statistik menunjukkan
FHEMM dosis rendah 34,28 mg/KgBB relatif sama dengan praperlakuan FHEMM
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
dosis sedang 68,57 mg/KgBB. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tidak
VI. Hal ini menunjukkan penurunan kadar bilirubin yang dihasilkan oleh
kadar bilirubin. Hal ini diduga karena adanya kejenuhan aktivitas antioksidan dalam
menetralkan radikal bebas sehingga kecepatan reaksi penetralan tetap dan bahkan
sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada dosis yang lebih rendah dari
penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan uji histopatologi hati sebagai
berpengaruh pada penurunan kadar bilirubin tikus terinduksi CCl4. Kerusakan hati
berupa perlemakan hati yang terjadi pada tikus akan menyebabkan enzim yang
(GSH) berkurang, hal ini dapat mendorong terjadinya stres oksidatif. Kerusakan
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
pada sel hati dapat mempengaruhi proses pembersihan bilirubin dari darah sehingga
hepatotoksin CCl4 masuk dalam tubuh dan dimetabolisme menjadi radikal bebas
oleh hati, hati sudah memiliki perlindungan antioksidan baik dari enzim glutation
S-transferase (GSH) maupun antioksidan dari FHEMM. Hal ini menyebabkan hati
dapat bertahan dari kerusakan lebih lanjut yang ditimbulkan oleh pemejanan
hepatotoksin CCl4.
E. Rangkuman Pembahasan
FHEMM terhadap kadar bilirubin tikus terinduksi CCl4 dan kekerabatan antara
FHEMM yang digunakan 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB. Indikator kerusakan
hati yang digunakan dalam penelitian adalah aktivitas serum ALT dan AST yang
diambil pada jam ke-24, bilirubin akan meningkat seiring meningkatnya ALT dan
AST. Pada kondisi steatosis peningkatan bilirubin dapat terjadi sebesar 3-5 kali
bilirubin.
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
kadar bilirubin. Hal tersebut diduga terjadi karena dosis FHEMM yang diberikan
terlalu tinggi sementara kondisi hati tikus tidak mengalami kerusakan sehingga
toksik atau karena kondisi patologis yang hewan uji. Kontrol CMC-Na 1% dengan
dosis 2 mL/350gBB digunakan sebagai acuan nilai normal bilirubin karena CMC-
pada kontrol CMC-Na 1% sebesar 0,05 ± 0,00400 mg/dl. Kontrol CCl4 dengan dosis
Na 1%, hal ini menujukkan bahwa kerusakan hati yang ditimbulkan memang
disebabkan oleh hepatotoksin CCl4. Pengukuran kadar bilirubin pada kontrol CCl4
pada dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB menunjukkan penurunan bilirubin
sebesar 103,37; 98,88; dan 98,88%. Pada ketiga peringkat dosis pemberian FHEMM
lebih lanjut dapat dilakukan pada dosis yang lebih rendah dari 34,28 mg/kgBB untuk
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
tanarius (L.) Müll. Arg. dengan dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/KgBB dapat
memberikan efek penurunan kadar bilirubin pada tikus betina galur Wistar
terinduksi CCl4.
B. Saran
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar bilirubin dengan penginduksi
Müll. Arg. menggunakan dosis yang lebih rendah dari 34,28 mg/kgBB.
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, E.E., 2011, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol : Air Daun Macaranga
tanarius L. pada Tikus Jantan Terinduksi Paracetamol, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ahmad, D., Gulfraz, Ahmad, M.S., Nazir, H., Gul, H., Asif, S., 2014, Protective
Action of Taraxacum officinale on CCl4 Induced Hepatotoxicity in Rats,
African Journal of Pharmacy and Pharmacology, Vol. 8(30), pp. 775-780.
Ahn,J., Cohen,S.M., 2011, Prevention of Hepatitis B Recurrence in Liver Transplant
Patient Using Oral Antiviral Therapy without Long-Term Hepatitis B
Immunoglobulin, Hepat Mon., 11(8), 638-645.
Alagammal,M., Lincy, M.P., and Mohan,V.R., 2013, Hepatoprotective and
Antioxidant effect of Polygala rosmarinifolia Wight & Arn against CCl4
induced hepatotoxicity in rats, IC Journal,2 (1), 118-120.
Amarapurkar, Hashimoto,E., Lesmana, L.A., Sollano, J.D., Chen P.J., dan Goh,
K.L., 2007. How common is non-alcoholic fatty liverdisease in the Asia-
Pacific region and there local differences?, J Gastroenterol Hepatol, 2007
(22):788-793.
Angulo, P., 2002, Nonalcoholic Fatty Liver Disease, N.Engl.J.Med 346, 122-131.
Bashandy, S.A., Wasel, S.H.A., 2011, Carbon Tetrachloride-induced
Hepatotoxicity and nephrotoxicity in rats : Protective Role of vitamin C,
Journal of Pharmacology and Toxicology, 6(3), pp.283-292.
Browning J, et al., 2004, Prevalence of hepatic Steatosis in An Urban Population in
The United States: Impact of Ethnicity, Hepatology (40), 1387-1395.
Chalrton, M., 2004, Nonalcoholic Fatty Liver Disease : A Review of Current
Understanding and Future, Clinical gastroenterology and Hepatology, 2 (12),
1048-1058.
Corwin,E.J., 2009, Buku Saku Patofisiologi, edisi ketiga, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, pp.646-654.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007, Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Hati, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Donatus, I., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 121.
Eatau, D.L., Klaassen, C.D., 2001, Principle of Toxicology : The Basic Science of
Poison, 6th edition, McGraw Hill, New Yorks, 379.
Gupta, R.C., 2014, Biomarkers in Toxicology, Elsevier Inc., San Diego, pp.241-262.
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Shivanandapai, Madi, D.R. Achappa, B., Unnikrishnan, 2012, Non Alcoholic Fatty
Liver Disease in Patient with Type 2 Diabetes Mellitus, Int J Biol Med Res
3(3), 2189-2192.
Sofia,N.A., Nurdjanah, S., Ratnasari, N., 2009, Kadar Leptin Pada Populasi non
Diabetes dengan dan tanpa Non-Alcoholic Fatty Acid, Berkala Kesehatan
Klinik, 15(1), 49-55.
Starr, F., Starr, K., Loope, L., 2003, Macaranga tanarius, Parasol leaf tree,
Biological Resources Division Haleakala Field Station, Maui, pp.1-4.
Suckow, M. A., Weisbroth, S. H., Franklin, C. L., 2006, The Laboratory Rat, 2nd
edition, Elsevier Inc., New York.
Surendran,S., Eswaran, M.B., Vijayakumar, M., Rao, C.V., 2011, In vitro and in
vivo hepatoprotective activity of Cissampelos pareira against carbon-
tetrachloride induced hepatic damage, Indian Journal of Experimental
Biology, vol. 49, pp. 939-945.
Thapa, B.R., Walia, A., 2007, Liver Function Tests and Their Interpretation, Indian
Journal of Pediatrics, 74(7), pp. 663-671.
Theopile, D., Emery, T.D., Desire, D.D.P., Veronique, P.B., Njikam,N., 2006,
Effects of Alafia Multiflora Stapf on Lipid Peroxidation and Antioxidant
Enzyme Status in Carbo Tetrachloride-Treated Rats, Pharmacologyonline 2,
pp.76-89.
ThermoFisher Scientific, 2009, Total Bilirubin Reagent, Thermo Fisher Scientific,
Inc., Middletown.
Timbrell, J., 2008, Introduction to Toxicology, 3rd ed., Taylor and Francis, Canada,
pp. 223-230.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2012, Principles of Anatomy and Physiology,13th
Edition, John Wiley & Sons Inc., New York, pp.990-994.
U.S. Department of Health and Human Service, 2005, Toxicological Profile for
Carbon Tetrachloride, U.S. Department of Health and Human Service,
Georgia, pp. 7-9.
Wakchaure, D., Jain, D., Singhai, A.K., Somani, R., 2013, Hepatoprotective
Activity of Symplocos racemose Bark on Tetrachloride-Induced hepatic
Damage in Rats, Journal of Ayuverda & Integrative Medicine, 2 (3), 137-143
Wardiyono, 2012, Keanekaragaman hayati Tumbuhan Indonesia,
http://www.proaseaanet.org, diakses tanggal 14 Mei 2015.
Weber, L.W.D., Boll, M., Stampfl, A., 2003, Hepatotoxicity and Mechanism of
Action of Haloalkanes :Carbon Tetrachloride as a Toxicological Model,
Toxicology, 33(2):105-136.
Wibowo, D.S., 2008, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo, Jakarta, pp. 35-40.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Wibowo, D.J., Paryana, W., 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu,
Bandung,pp. 347,348,351,352.
World Agroforestry Center, 2002, A tree species reference and selection guide,
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Product/AFDbases/af/asp/Specie
sInfo.asp?SpID=1092, diakses tanggal 20 Juni 2015.
Younossi, Z.M., Gramlich, T., Matteoni, C.A., Boparai, N., McCullough, A.J.,
2004, Nonalcoholic Fatty Liver Disease in Patient with Type 2 Diabetes,
Clinical Gastroenterology and Hepatology (2), 262-265
Zimmerman, H. J., 1999, Hepatotoxicity, 49, 93-99, 167-171, 236-237, 259,
Appleton Century Crofts, N Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern
Toxicology, Edisi Keempat, John Wiley & Sons Inc., New Jersey, pp. 281,
282.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
mL/kgBB
waktu Cases
Tests of Normality
Oneway
Descriptives
Alt
Std. Mean
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
3.654 2 6 .092
ANOVA
Alt
dimension
24.00 .00 117.16667* 18.53853 .002 60.2854 174.0480
dimension3
2
48.00 121.66667* 18.53853 .001 64.7854 178.5480
Homogeneous Subsets
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
mL/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
3.315 2 6 .107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
ANOVA
AST
Multiple Comparisons
AST
Tukey HSD
Homogeneous Subsets
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
Dosis untuk manusia = dosis tikus 200 gBB x angka konversi ke manusia
= 0,03428 g/1000gBB
= 0,006856 g/200gBB
= 0,06857 g/1000gBB
= 0,013714 g/200gBB
= 0,13714 g/1000gBB
= 0,027428 g/200gBB
Replikasi I
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
Kadar air = 𝑥100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴
5,014 𝑔−4,561𝑔
= 𝑥100% = 9,03%
5,014𝑔
Replikasi II
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
Kadar air = 𝑥100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴
5,027 𝑔−4,589𝑔
= 𝑥100% = 8,71%
5,027𝑔
Replikasi III
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
Kadar air = 𝑥100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴
5,022 𝑔−4,593𝑔
= 𝑥100% = 8,54%
5,022𝑔
9,03%+8,71%+8,54%
=
3
= 8,76%
FHEMM
= replikasi 1 + ………+ replikasi 8
= (2,0589g + 1,3414g + 0,5518g + 2,401g +2,1897g + 0,7377g + 0,3938g +
1,4510g + 0,1592g + 4,4791g + 2,1923g + 1,7528g + 5,3613g + 1,8711g) :
14
= 30,2727 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Persen rendemen ekstrak = 𝑥100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑢𝑛
155,5665 𝑔
= 𝑥100% = 18,03 %
862,6983
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝐻𝐸𝑀𝑀
Persen rendemen fraksi = 𝑥100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
30,2727 𝑔
= 𝑥100% = 19,46 %
155,5665
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110
(0,048 − 0,046)
[1 − ] x 100% = 98,88 %
(0,224 − 0,046)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu
Kustiyati. Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 13 Juli 1994.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu TK Aisyah Kertek (1998-
tahun 2012. Semasa menempuh kuliah, penulis ikut dalam berbagai kepanitiaan.
Penulis pernah menjadi koordinator bidang dana dan usaha Donor Darah JMKI
(2013), sekretaris Desa Mitra II, III, dan IV (2014) serta mengikuti pengabdian
111