Anda di halaman 1dari 7

Nama : Denaysa Putri Alnurriza

Kelas : Alpha 2020

NIM : 04011182025016

LI PEMERIKSAAN LAB

 Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2)
dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri
dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin:
suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen.
Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang
sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua.
Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini
berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah. Penurunan protein Hb
normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel sabit. Hb juga
berfungsi sebagai dapar melalui perpindahan klorida kedalam dan keluar sel darah
merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam
sel darah merah, dikeluarkan satu anion HCO3).

Nilai normal :
Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita : 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 - 9,9 mmol/L

Implikasi klinik :
- Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan
zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan
kehamilan.
- Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar),
penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di
daerah dataran tinggi.
- Konsentrasi Hb berfl uktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar.
- Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons
terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia.
 Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk
jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak bergranula
(mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berfungsi
untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah-
ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam
batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi.

Nilai normal : 3200 - 10.000/mm3 SI : 3,2 - 10,0 x 109/L

Implikasi klinik:
Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang
sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker
post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit
walaupun tidak dapat dikatakan infeksi.

 Pemeriksaan Kimia Darah


Glukosa Darah

Kadar Glukosa Darah Sewaktu adalah suatu pemeriksaaan gula darah yang
dilakukan setiap waktu tanpa tidak harus memperhatikan makanan terakhir yang
dimakan. Kadar Glukosa Darah Sewaktu normalnya berkisar 70-110 mg/dL.
Sedangkan menurut Rudi (2013) hasil pemeriksaan kadar gula darah dikatakan
normal :
a. Gula darah sewaktu : < 110 mg/dL
b. Gula darah puasa : 70 - 110 mg/dL
c. Waktu tidur : 110 - 150 mg/dL
d. 1 jam setelah makan : < 160 mg/dL
e. 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL
f. Pada wanita hamil : < 140 mg/dL

Pemeriksaan Elektrolit Serum


Elektrolit berkaitan dengan keseimbangan cairan dalam sel kita. Elektrolit terutama
penting jika kita mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah pada ginjal.

- Tingkat zat natrium menunjukkan keseimbangan garam dan air. Zat natrium juga
menunjukkan baik-buruknya kerja ginjal dan kelenjar adrenal kita. Umumnya, tingkat zat
natrium yang tidak normal dalam darah menunjukkan volume darah yang terlalu rendah
(akibat dehidrasi) atau terlalu tinggi. Keadaan ini juga bisa terjadi jika jantung tidak
memompa darah sebagaimana mestinya, atau ginjal tidak bekerja dengan baik.
- Zat kalium berpengaruh pada beberapa organ tubuh utama, termasuk jantung. Tingkat
zat kalium dapat meningkat akibat gagal ginjal, dan dapat tidak normal akibat muntah atau
diare.
- Tingkat zat klorida sering naik-turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena
natrium klorida, atau garam, adalah unsur utama dalam darah.
- Bikarbonat memperlihatkan sistem dapar (buffer) dalam darah. Tingkat bikarbonat
yang normal menunjukkan keasaman darah yang benar. Tingkat yang tinggi dapat disebabkan
oleh tingkat asam laktik yang tinggi dalam darah.

 Test Fugsi Tiroid

Kelenjar tiroid memiliki struktur berlobus dua dibawah dan dibelakang laring. Kelenjar
tiroid merupakan organ yang sangat vaskuler dengan jalinan kapiler darah dan limfe
disekililing folikel. Kelenjar tiroid menghasilkan 2 hormon, yaitu Tiroksin (T4) dan
Triiodotironin (T3). Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium,
yaitu suatu elemen yang terdapat di makanan dan air. Kelenjar tiroid akan menangkap
yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Maka dari itu hormon tiroid amat istimewa
karena mengandung 59-65% elemen yodium.
Untuk mengatur kecepatan sekresi tiroid sesuai kebutuhan metabolisme tubuh
terdapat suatu mekanisme umpan balik spesifik yaitu hipotalamus dan kelenjer hipofisis
anterior, meningkatnya hormon tiroid dalam tubuh merupakan mekanisme hormon pada
hipotalamus berupa Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang membuat hipofisis anterior
mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sehingga merangsang tiroid
mensekresikan T4 dan T3. Pada keadaan meningkatnya hormon tiroid dalam tubuh
mengakibatkan T4 dan T3 meningkat sehingga membuat TSH menurun akibatnya
mekanisme penghambatan pada hipofisis anterior dan penghambat pada hipotalamus. Jadi
pada penderita yang mengalami peningkatan sekresi tiroid (Hipertiroid), terjadilah
peningkatan T4 dan T3 diikuti penurunan TSH. Hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid mempunyai efek spesifik terhadap berbagai metabolisme sel, termasuk metabolisme
lipid. (Syuhada, 2015)

Data laboratorium diperlukan untuk memverifikasi diagnosis, membantu memperkirakan


tingkat keparahan kondisi, dan membantu merencanakan terapi. Sebagai tes tunggal awal, tes
TSH sensitif mungkin paling hemat biaya dan spesifik. Pengukuran FT4 atau FTI (Indeks
tiroksin bebas) juga biasanya bersifat diagnostik. Derajat elevasi FT4 di atas normal
memberikan perkiraan tingkat keparahan penyakit. Jika fT4 normal, pengulangan dilakukan
untuk menyingkirkan kesalahan, bersama dengan tes kedua seperti FT3 serum. Kadar T3
serum yang ditentukan oleh RIA hampir selalu meningkat pada tirotoksikosis dan merupakan
tes sekunder yang berguna tetapi tidak umum diperlukan. Umumnya uji FT3 sama efektifnya
dengan uji FT4. Pada pasien dengan penyakit parah dan tirotoksikosis, terutama mereka
dengan penyakit hati atau malnutrisi atau yang memakai steroid atau propranolol, kadar T3
serum mungkin tidak meningkat, karena deiodinasi perifer T4 ke T3 ditekan ("toksikosis
T4"). Tingkat T3 yang normal juga telah diamati pada tirotoksikosis yang dikombinasikan
dengan ketoasidosis diabetikum. Apakah pasien ini benar-benar mengalami
hipermetabolisme jaringan pada saat T3 serum mereka normal tidak sepenuhnya pasti. Pada
pasien ini, tingkat rT3 mungkin meningkat. Jika komplikasi penyakit mereda, pola normal
peningkatan T4, FTI, dan T3 dapat kembali. Kadar T4 yang meningkat dengan kadar T3
serum normal juga ditemukan pada pasien dengan tirotoksikosis yang dihasilkan oleh
konsumsi yodium. (DeGroot LJ, 2016)

Tes fungsi tiroid dapat diperoleh yang biasanya menunjukkan FT4 / FT3 tinggi dan TSH
rendah. Tidak perlu memiliki tingkat hormon tiroid yang sangat tinggi untuk menyebabkan
badai tiroid. Kelainan laboratorium lainnya mungkin termasuk hiperkalsemia, hiperglikemia
(karena penghambatan pelepasan insulin dan peningkatan glikogenolisis), LFT abnormal,
jumlah sel darah putih (WBC) tinggi atau rendah.

Dalam pemeriksaan glandula thyroid terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan mulai dari
skrining kadar hormon dalam darah, uji tangkap iodium radioaktif, gambaran morfologi
dnegan USG, CT, MRI hingga tes biopsi dan antibody. Uji yang pertama kali harus dilakukan
adalah TSH karena sensitivitas dan spesifitasnya yang tinggi dapat memberikan gambaran
dari fungsi thyroid bahkan merefleksikan status sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid, karena
secara logika hormon thyroid akan ada karena adanya TSH, sehingga perlu diketahui terlebih
dahulu keadaan TSH apakah meningkat, menurun, atau tetap dan kenaikan atau penurunan
sedikit saja dari hormon tiroid (terutama T4 bebas) akan menyebabkan pelepasan TSH yang
berbanding terbalik hingga 10 kali.
Analisis Masalah

1. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?


- Hemoglobin (Hb)
Nilai pada kasus : 12 g%
Nilai Normal : 12-16 g%
Interpretasi : Normal
- Leukosit (WBC)
Nilai pada kasus : 15.000/mm3
Nilai Normal : 3200 - 10.000/mm3
Interpretasi : Leukositosis
- Test Fungsi Tiroid
 T3
Nilai pada kasus : 2,6 nmol/l
Nilai normal : 0,92-2,78 nmol/l
Interpretasi : Normal
 T4
Nilai pada kasus : 198 nmol/l
Nilai Normal : 58-140 nmol/l
Interpretasi : Tinggi
 TSH
Nilai pada kasus : 0,03 mU/L
Nilai normal : 0,5-4,7 mU/L
Interpretai : Rendah

2. Bagaimana mekanisme yang menjadikan interpretasi dari pemeriksaan


laboratorium tersebut abnormal?

Pada kasus ini terjadi peningkatan leukosit (WBC) dikarenakan infeksi. Leukosit
mempunyai peran sebagai sistem imun, yaitu untuk memerangi benda asing penyebab
infeksi. Oleh karena itu leukosit meningkat.

Pada kasus juga terjadi peingkatan kadar T4 dan penurunan TSH. kadar TSH
tersupresi akibat mekanisme penghambatan pada hipofisis anterior dan penghambat
pada hipotalamus diikuti dengan kadar hormon T4 yang meningkat disebabkan
adanya rangsangan autoantibodi dengan reseptor TSH.

3. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, bagaimana algoritme penegakan


diagnosis gangguan tiroid?

Dalam interpretasi pemeriksaan lab dinyatakan bahwa T3 normal dan T4 meningkat


sedangkan TSH mengalami penurunan. Pada penderita yang mengalami peningkatan
sekresi tiroid (Hipertiroid), terjadi peningkatan T4 dan T3 diikuti penurunan TSH.

4. Bagaimana kemaknaan klinis dari interpretasi pemeriksaan laboratorium (free


T3, T3, free T4, T4, TSH) ?

Kadar TSH dan TRH berbanding terbalik dengan kadar hormon tiroid. Jika kadar hormon
tiroid dalam darah meningkat, maka hipotalamus akan mensekresi sedikit saja TRH
sehingga TSH yang disekresi oleh hipofisis juga sedikit. Hal sebaliknya akan terjadi jika
ada penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Jadi pada penderita yang mengalami
peningkatan sekresi tiroid (Hipertiroid), terjadilah peningkatan T4 dan T3 diikuti
penurunan TSH.

Anda mungkin juga menyukai