Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (2) November 2019

PENGAJARAN SASTRA ANAK DI SEKOLAH DASAR


Fitria Anggraini
Pascasarjana Magister PGMI UIN Syarif Kasyim Riau Pekanbaru
fitriaanggraini8877@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengajran sastra di Sekolah Dasar.
Penelitian menggunakan pendekatan library research. Data dikumpulkan melalui kajian
pustaka, dan observasi. Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dapat disimpilkan sebagai berikut :1) tujuan pengajaran sastra di SD lebih
diarahkan kepada apresiasi sastra, 2) dengan mempelajari sastra dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis 3) metode yang cocok digunakan untuk pengajaran
sastra adalah penyelidikan, observasi lapangan dan diskusi. 4) sumber belajar yang
cocok untuk mendukung pengajaran sastra adalah lingkungan alamiah dan sosial
budaya, buku-buku pelajaran, audio visual dan internet. Disain pengajaran yang cocok
dikembangkan meliputi langkah-langkah: kegiatan awal, penyelidikan dari berbagai
perspektif (eksplorasi), elaborasi, konfirmasi, kegiatan akhir.

Kata kunci: Pengaaran sastra

Abstract
The study aims to analyze the teaching of literature in primary schools. Research
using library research approach. Data were colleted through central study and
observation and analyzed descriptively. Based on the results of analysis and discussions
can be concluded: 1) the purpuse of teaching literature in elementary school is more
directed to the appreciattion of literature, 2) children literature can develop the ability to
read and write, 3) suitable menthods used for literary teaching are inquiry, field
observation and discussion, 4) sumver learning suitable for suitable learning resources
to support literary teaching is the natural and socio-cultural environment, related books,
audio, visual and internet. The suitable literary teaching design developed includes the
following steps: preliminary activities, investigations from various perspectives of
elaborastion exploration of final activity confirmation.

Key word: Literary teaching

Halaman 28 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

PENDAHULUAN mereka sendiri, dan kehidupannya.


Sastra sebagai pelajaran di Siswa sering menemukan pengalaman
sekolah merupakan materi yang yang mirip dan seolah-olah dialaminya
memiliki peranan penting untuk sendiri berkaitan dengan kesenangan,
meningkatkan kreativitas peserta didik. kesedihan, ketakutan. Di samping itu
Penyebabnya adalah sastra memiliki sisi siswa juga memperoleh wawasan pada
kemanusiaan yang dapat menambah pemecahan masalah yang berkaitan
wawasan dan pengetahuan bagi dengan dunia mereka sendiri. Dengan
pembaca. demikian, sastra dalam kehidupan anak
Oleh karena itu, sastra mampu SD bisa dijadikan pilar untuk
memberikan kontribusi yang sangat membentuk karakter dan budi pekerti
besar terhadap pengembangan mereka.
kepribadian dan kreativitas peserta Namun akhir-akhir ini, pengaruh
didik. Dengan membaca karya sastra, pengajaran sastra hampir tidak
penginderaan seseorang menjadi peka dirasakan, terutama kalangan anak-
terhadap realitas kehidupan. Rendra anak. Anak kurang mengenal syair,
(1999:147) mengatakan bahwa panca prosa, dan bagaimana berbalas pantun.
indera yang peka akan melahirkan Tidak banyak kita mendengar anak hobi
kepekaan penghayatan kehidupan membaca serta menulis, karena waktu
sehingga mutu perbendaharaan senggang mereka dihabiskan dengan
pengalaman menjadi unggul. Akan bermain game online, bermain gadget,
tetapi, panca indera yang tidak peka menyaksikan sinetron yang seharusnya
hanya mampu menangkap bukan tontonan anak-anak, dan hal-hal
lingkungannya secara global, kurang lainnya yang jauh dari dunia
mampu menangkap secara detail. kesusastraan.
Kegiatan ini dapat diimplementasikan Tentu hal ini tidak terlepas dari
melalui kegiatan membaca, menulis, bagaimana seorang guru dalam
dan mengapresiasi karya sastra. Oleh menyajikan pengajaran sastra itu
karena itu, sastra berfungsi sebagai sendiri. Bagiamana supaya pengajaran
materi pelajaran yang memberikan sastra menjadi menarik bagi anak-anak
pengetahuan. dan menjadi inspirasi anak-anak untuk
Dalam Kurikulum 2006 di mengenal sastra. Selain itu porsi
sekolah dasar, pengajaran sastra pengajaran sastra dalam Kurikulum
dimaksudkan untuk meningkatkan 2013 yaitu materi sastra (puisi anak,
kemampuan siswa mengapresiasi karya cerita anak, dan drama anak) sangat
sastra. Kegiatan kemampuan bersastra sedikit terbatasi dengan isi materi
di sekolah dasar dilakukan dalam pelajaran lain yang terpadu dalam satu
berbagai jenis dan bentuk melalui tema. Pertanyaan permasalahan yang
kegiatan mendengarkan, berbicara, akan dikaji dirumuskan sebagai berikut.
membaca, dan menulis.
Pada waktu membaca, siswa
belajar tentang orang lain, tentang

Halaman 29 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

METODE PENELITIAN Pengertian Sastra Anak-anak


Penelitian ini merupakan Sastra sebagai seni sastra,
penelitian kepustakaan atau library adalah kegiatan kreatif manusia yang
research. Tujuan penelitian ini adalah dijelmakan dalam medium bahasa.
membahas pengajaran sastra yang Memang antara sastra dan bahasa saling
bersumber dari teks, buku-buku, dan berhubungan erat. Sastra berada dalam
naskah publikasi mengenai pengajaran dunia fiksi, yaitu hasil kegiatan kreatif
sastra yang bersumber dari naskah- manusia, hasil proses pengamatan,
naskah kepustakaan yang relevan yang tanggapan, fantasi, perasaan, fikiran,
diangkat sebagai permasalahan dalam dan kehendak yang bersatu padu, yang
topik penelitian ini. Sumber data yang diwujudkan dengan menggunkan
digunakan adalah data-data hasil bahasa. Perwujudan itu dapat berupa
penelitian terdahulu yang relevan. karangan. Jenis karangan yang banyak
Langkah-langkah yang dilakukan digunakan adalah karangan lukisan,
diantaranya pengumpulan data pustaka, kisahan, dan cakapan.
membaca, mencatat, serta Sedangkan pengertian sastra
membandingkan literatur untuk anak-anak itu sendiri sebenarnya tidak
kemudian diolah dan menghasilkan terlalu berbeda dengan sastra orang
kesimpulan. Data yang digunakan dewasa. Keduanya sama-sama berada
merupakan data sekunder yang berasal pada wilayah sastra yang mencakup
dari textbook, jurnal, artikel ilmiah, dan kehidupan dengan segala perasaan,
literature review yang berisikan tentang pikiran, dan wawasan kehidupan, yang
konsep yang sedang dikaji. berbeda hanya fokusnya saja. Sastra
Penelitian ini dirancang anak-anak menempatkan anak-anak
berdasarkan kajian dokumen dan sebagai fokusnya. Ada yang
analisis. Pendekatan yang digunakan mengartikan bahwa, sastra anak-anak
dalam penelitian ini adalah identifikasi itu adalah semua buku yang dibaca dan
masalah, tantangan dan kebutuhan yang dinikmati oleh anak-anak.
siswa dengan permasalahan dalam Pernyataan ini kurang disepakati oleh
pengajaran sastra. Kajian dokumen Sutherland dan (Arthburnot, 1991:5)
merupakan salah satu pendekatan untuk karena sastra anak-anak bukan hanya
mengumpulkan informasi. Informasi buku yang dibaca dan dinikmati anak-
yang relevan diperoleh dari berbagai anak, namun juga ditulis khusus untuk
kajian, jurnal, buku dan sumber online. anak-anak dan yang memenuhi standar
Oleh karena itu penelitian merupakan artistik dan syarat kesastraan. Norton
penelitian analisis kebutuhan yang (2014:191-200) mengungkapkan
nantinya digunakan sebagai dasar dalam pendapatnya bahwa sastra anak-anak
merancang pengajaran sastra yang tepat adalah “sastra yang mencerminkan
untuk peserta didik di sekolah dasar perasaan, dan pengalaman anak-anak
agar sastra dapat dinikmati dan yang dapat dilihat dan dipahami melalui
menghasilkan apresiasi sastra yang baik mata anak-anak (through the eyes of a
dari peserta didik. child)” .

Halaman 30 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

Ada tiga hal yang harus mengapresiasinya ( Rusyana, 1984:311-


diperhatikan dalam membuat karya 314)
sastra anak yaitu: Sastra anak harus
lugas, apa adanya tidak menggunakan Pendekatan Pengajaran Sastra
bahasa kiasan, mudah dipahami. Dengan menyadari manfaat
inilah seni sastra mungkin didekati
1. Ceirtanya berkisar dunia anak secara sungguh-sungguh dan sepenuh
2. Cerita yang tidak diboleh dalam hati. Sejauh ini ada dua anggapan
sastra anak adalah: Cerita kematian, tentang pengajaran sastra. Pertama
seks, cinta yang berlebihan dan anggapan yang mengatakan bahwa
dendam pengajaran sastra harus dilakuakn
bersamaan dengan mata pelajaran lain,
Tujuan pengajaran sastra di SD sehingga ia harus diajarkan dengan
Dapat dibedakan tujuan menekankan kepada pemahaman
pengajaran sastra untuk kepentingan konsep. Yang kedua anggapan bahwa
ilmu sastra dengan tujuan pengajaran sastra diciptakan untuk dinikmati dan
sastra untuk kepentingan pendidikan. untuk memperoleh kesenangan. Dalam
Untuk kepentingan ilmu pengetahuan pandangan ini sastra tidak boleh
tujuan pengajaran sastra tentulah untuk dianalisis dengan menemukan detail
memeperoleh pengetahuan tentang atau unsur yang membangunnya seperti
teori sastra, sejarah sastra, sosiologi perwatakan, plot, alur, atau gaya
sastra dan kritik sastra. Untuk penulisan karena semuanya itu dapat
kepentingan pendidikan, tujuan merusakpenikmatannya.
pengajaran sastra, tentulah merupakan Kedua anggApan ini sangat
bagian tujuan pendidikan bertentangan. Pengajaran sastra di
keseluruhannya karena proses belajar sekolah tidak harus memilih salah satu
dan mengajarakan sastra bagian proses anggapan tersebut. Sebaiknya
pendidikan. menggunakan pendekatan eklektik yang
Sesuai dengan apa yang menggabungkan unsur-unsur yang baik
dikemukakan di atas tujuan pengajaran dari kedua pendekatan itu. Dalam hal
sastra adalah untuk mengapresiasi nilai- ini, pengajaran sastra harus
nilai dalam sastra (seperti kesenian, menggunakan pendekatan yang
budi pekerti, dan agama), yaitu memandang bahwa sastra sebagai karya
pengenalan dan pemahaman yang tepat untuk dinikmati yang sekaligus harus
terhadap nilai sastra, dan kegairahan diajari seperangkat teori, kritik sastra
kepadanya, serta kenikmatan yang dan sejarah sastra yang dilakukan dalam
timbul sebagai akibat dari semua itu konteks pembinaan dan pengembangan
untuk itu perlu pemahaman terhadap apresiasi kreatif terhadap sastra.
sastra, oleh karena itu tujuan pengajaran Oleh karena itu, jangan
sastra untuk memberikan pengetahuan mengajar teori sastra atau sejarah sastra
tentang sastra dan menumbuhkan rasa secara terpisah dari kegiatan
cinta terhadap sastra itu sendiri dan penikmatan sastra. Jika mengajarkan

Halaman 31 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

sejarah sastra, maka hendaknya dalam Setelah selesai diskusi guru bersama
kerangka melihat perkembangan dan siswa mengambil kesimpulan dan
perbandingan yang lama dan yang baru, terakhir kesimpulan itu diperkuat oleh
dan melihat dasar tolak perkembangan guru.
sastra dari dulu sampai sekarang untuk 2) Metode atau Teknik Penalaran
kepentingan memperkuat pengertian Teknik penyampaian penalaran
terhadap sastra itu sendiri. demikian siswa mengenai karya sastra merupakan
pula ketika mengajarkan kritik sastra, kegiatan yang bermanfaat untuk
hendaknya memang tertuju kepada pembinaan apresiasi sastra, yang
pendalaman pemahaman mengenai penting dalam hal ini adalah siswa
sastra bukan mencari kesalahan atau dapat berpikir objektif dan
analisis unsuriah tanpa melihatnya suatu beragumentasi yang logis tentang
keseluruhan atau kebulatan. sesuatu. Dengan demikian akan lahir
sikap kritis, analisis yang menjurus
Metode Pengajaran Sastra kepada kemampuan apresiasi kreatif.
Metode pengajaran sastra adalah 3) Metode Komparatif
teknik mengajar sastra yang Yaitu kegiatan pengajaran yang
digurunakan oleh guru. Bagaimana memberi peluang kepada siswa untuk
mengajarkan sastra, tentulah harus membandingkan dua atau lebih karya
dipertimbangkan dari segi tujuan, dari sastra yang memiliki topik yang sama.
segi bahan yang digunakan, dan Misalnya membandingkan sajak “Aku”
keadaan murid yang belajar. (Chairil Anwar) dengan “Tableu
Di dalam mencapai tujuan Menjelang malam” (Taufik Ismail);
pengajaran diperlukan metode atau atau tentang kawin sedarah yang
teknik pengajaran yang efisien dan diungkapkan dalam novel “Kemarau”
efektif. Metode-metode tersebut adalah: (A. A Navis) dengan “Titisan Dosa Di
1) Metode Diskusi atasnya” Montingo Busye).
Diskusi adalah merupakan 4) Metode atau Teknik Pembinaan
kegiatan yang menarik dilakukan dalam Kreativitas
pengajaran sastra. Masalah yang Metode atau teknik
dibahas dalam diskusi hendaklah mengarahkan siswa untuk dapat
menyangkut menjawab pertanyaan menghayati sastra dan penciptaan karya
“mengapa” dan “bagaimana”. Bila tidak sastra. Teknik ini dapat dilakukan
demikian, akan dapat menjurus kepada dengan:
segi-sgi pengetahuan konsep dan tidak a) Memecahkan persoalan, misalnya
terlalu bermanfaat. Dalam diskusi siswa disuruh menyelesaikan
mengenai sastra, sebaiknya tidak tanggapan sebuah cerita menurut
berkecendrungan untuk memperoleh tanggapan masing-masing.
kesimpulan atau keputusan yang b) Malatih imajinasi siswa dengan
mengikat karya sastra. Yang paling jalan seolah-olah mengirimkan
penting dalam diskusi adalah siswa surat kepada pengarang yang isinya
memberikan pandangan dan sikapnya. menanggapi dan menghargai

Halaman 32 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

karaya satra yang ditulis oleh c) Rekreasi, artinya siswa tidak hanya
pengarang tersebut. melakukan interpretasi tetpai juga
c) Membaca ekstensif, yaitu siswa dapat diteruskan dengan berkreasi
digalakan membaca karya sastra dengan jalan, mislanya menulis
sebanyak-banyaknya diluar kelas kembali satu bagian tertentu isi
atau diperpustakaan dan cerita tersebut dari sudut pandang
melaporkan secara tertulis hasil salah seorang, at pelaku atau
bacaan mereka dalam bentuk mengubah cerita dalam bentu
sinopsis singkat dari kesan umum drama atau mengubah salah satu
tentang buku yang dibaca. bagian tulisan kepada gaya bahasa
d) Menyelenggarakan diskusi masa kini dan sebagainya. Cara
panelMelaksanakan kegiatan melakukan setiap langkah
sosiodrama dan pementasan drama. tergantung kepada pilihan teknik
Dengan teknik ini akan memberi pilihan kegiatan yang diinginkan
peluang kepada siswa untuk terlibat guru dan siswa. Dengan demikian
secara aktif da.an produktif dalam metode ini memberri peluang besar
menikmati dan mengkaji sastr siswa dan guru untuk bekerjasama
5) Metode Impresif dalam kelompok atau secara
Metode atau teknik ini peorangan.
dilakukan dengan jalan 7) Metode Induktif Model Taba
memperdengarkan suatu pembacaan Hilda Taba mengemukakan
puisi ataikan menyaksikan pertunjukan metode ini berdasarkan tiga rumusan
dramasiswa diberi kesempatan untuk berpikir yang dapat diajarkan, yaitu a)
meresapi atau mengimpresi puisi atau berpikir dapat diajarkan b) berpikir
pementasan, dan menyampaikan adalah transaksi aktif antara individu
interpretasi masing-masing.. dan data c) proses berpikir berkembang
6) Metode atau Teknik Strata berdasarkan urutan yang sesuai dengan
Metode atau teknik ini hukum.
dinamakan Strata karena dikembangkan Teknik terdiri dari tahap-tahap.
atau didapat dari tuisan Leslie Strata Setiap tahap diprakarsai oleh guru
dalam bukunya Pattern of languange. dengan pertanyaan. Jenis pertanyaan
Tiga langkah pokok dalam teknik ini guru menentukan jenis kegiatan siswa.
adalah: Siswa secara terurut terlibatdalam suatu
a) Penjelajahan, artinya siswa proses pembentukan generalisasi,
diharapkan membaca suatu karya penjelasan atau penafsiran, dan ramalan
sastra kesimpulan baru.
b) Setelah penjelajahan selanjutnya Model Taba ini dapat
dilakukan penfsiran karya sastra dilaksanakan atau bahkan sudah sering
tersebut. Penafsiran dapat digunakan oleh sebahagian guru, tentu
dilakukan dengan tertulis, saja dengan berbagai variasi. Yang jelas
presentasi atau dalam bentuk lain. metode ini menganut prinsip-prinsip
pengkajian unsur-unsur yang akhirnya

Halaman 33 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

digiring ke arah generalisasi, Menemukan data


sebagaimana halnya dengan metode 7 data umum dari Mengeneralisasi
induktif umumnya. Dengan metode ini masalah khusus. kan data
memungkinkan siswa terlibat dan harus Menghimpun Membuat
data penunjang kesimpulan yang
terlibat dalam pembacaan karya sastra menjelaskan data
dan mendengarkan pembacaan puisi, Menyususn Menerapkan
atau menonton video pementasan generalisasi generalisasi yang
drama. Kreatifitas guru untuk terbentuk
modifikasi pengajran sangat diperlukan sebelumnya
dalam penerapan metode ini. Skema di
atas hanya merupakan gambaran dan Rangkaian fase-fase terbutlah
model saja, yang di dalam yang memberi ciri penanda Model Taba
sebagai model mengajar induktif.
pelaksanaannya dapat diberi variasi
atau pengayaan. Model ini mementingkan proses
Model Taba ini teridiri dari disamping hasil belajar yang hendak
seperangkat langkah yang terstruktur, dicapai. Karena itu, ia cocok untuk
menyajikan pokok bahasan yang
yang disebut fase. Guru berperan
sebagai motor penggerak yang muin menggunakan proses berpikir kreatif.
terjangkaunya fase demi fase tersebut, Guru sebagai fasilitator kegiatan
melalui rangkaian pertanyaan yang pembelajaran hendaknya secara
terstruktur selalu”menggiring” siswa
diajukan siswa sambung menyambung.
Sasaran utama model ini adalah berupa menajalani fase demi fase, sehingga
ketrampilan berpikir siswa disamping berhasil menarik kesimpulan secara
penguasaan pokok bahasan, dengan kata bernalar.. karena model ini secara
lain metode ini bermaksud mengajak karakteristik memerlukan
atau mengajar siswa berpikir kritis, penghimpunan dan analisis data,
yang berorientasi kepada pendekatan hendaknya guru selalu
proses. memperhitungkan waktu yang tersedia.
Bila dilihat lebih jauh lagi, 8) Metode Model Gordon
model Taba ini terurai dalam 7 proses Metode atau teknik mengajar
atau fase, yang masing-masing sastra model ini dikembangkan oleh
dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan William J.J Gordon sebagai teknik
khusus. Perincian itu dapat dilihat pada pemecahan masalah secara kreatif.
tabel berikut. Secara lebih khusus Gordon
Tabel 1. menyarankan penggunaan tiga teknik
Fase Model Taba
yang saling berkaitan, yaitu:
Fase Tujuan Kegiatan
1 Menghimpun Mendaftar
a) Analogi personal
2 Menyepakai masalah khusus Siswa diajak mengidentifikasi
3 masalah Mengelompokan unsur-unsur masalah. Kepada
4 Mengaktegorika masalah sejenis mereka diminta merasakan kalau
5 n masalah Menamai dia seorang penyair.
Menghayati kategori masalah b) Analogi lansung.
6 masalah Menganalisis

Halaman 34 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

Dalam hal ini problem dijajarkan Bila teknik ini dijalankan


satu sama lain dengan kondisi dengan tepat, jelas akan berperan ganda
lingkungan Misalnya, siswa yaitu pencapaian efek instruksional dan
diminta menganalogikan dirinya efek pengiring (nurturant effect)
dengan situasi tokoh yang ada suatu sekaligus. Untuk lebih jelasnya, dapat
karya sastra. dilihat gambar berikut ini.
c) Konflik kempaan Gambar 1: Aliran Model Gordon
Yaitu mempertajam pandangan dan Ketrampi Efek
pendapat pada posisi masing- Model lan instruksio
masing, terutama dalam Gordo kreatif nal
menghadapi dua atau tiga sudut
n
pandangan yang berbeda, sehingga Pengahayata Efek
semua siswa memahami objek dan n materi dan pengirin
penalaran dari dua atau tiga kegiatanini merupakan
Model Gordon g
kerangka berpikir.
model kegiatan pembelajaran yang
Melalui metode ini
mengarahkan siswa kepada pemecahan
dikembangkan cara berpikir kreatif dan
masalah secara kreatif. Jika yang
rasa ingin tahu, serta kebiasaan melihat
dipersoalkan adalah puisi atau fiksi,
suatu masalah dengan
maka diperlukan keterlibatan siswa
menghubungkannya dengan lingkungan
secara aktif. Karena model
nyata.teknik pengajaran harus
pembelajaran tidak hanya menekankan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
pada hasil belajar tetapi juga pada
a) Jangan membatasi pengalaman
proses.
yang mungkin diperoleh siswa
Untuk mengukur keterlibatan
b) Hormati gagasan-gasan siswa.
siswa maka, guru harus membuat
c) Nilailah sewajarnya proses belajar
instrumen berupa lembar panduan
mandiri.
observasi. Komponennya teridiri dari
d) Jangan takuti siswa dengan ujian.
pelaksanaan metaforik, kesepakatan,
e) Berilah waktu yang cukupu agar
ketidaksepakatan siswa tentang topik
gagasan-gagasan memekar.
yang dibicarakan
f) Berilah peluang terhadap perbedaan
9) Metode atau Teknik Model
individual, dan toleransilah
Suchman
terhadap situasi kelas yang agak
Pengajaran sastra dengan
berisik.
menggunakan model ini adalah
g) Sampikan kepada siswa bahwa
merupakan bentuk variasi dari model
diperlukan munculnya ide-ide
inkuiri yang mengandung lima langkah
kreatif dan bernilai.
karakteristik, yaitu 1) identifikasi
h) Tunjukan perilaku kreatif dan tidak
masalah, 2) hipotesis kemungkina
cepat puas.
pemecahan masalah, 3) pengumpulan
i) Gunakan teknik dan bahan
pendapat untuk menguji hipotesis, 4)
pengajaran yang telah dipersiapkan
revisi hipotesis, dan 5) pengulangan
secara khusus.

Halaman 35 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

langkah 3 dan 4 untuk menemukan Secara lebih operasional


hipotesis yang disepakati. pelaksanaan model ini terlihat
Di dalam pelaksanaannya sebagai berikut:
kelima langkah ini terpadu menjadi tiga
fase sebagaimana yang terlihat dalam Tabel 2. Pelaksanaan model
diagram berikut. Suchman

Gambar 2: Fase Tujuan Strategi


Pelaksanaan Model Suchman Penglibatkan
PELAKSA Siswa
NAAN 1 Pengahayatan Pemberian
puisi secara tugas
MODEL
2 mandiri ceramah
SUCHMA Pemahaman (singkat)
Penyajian Hipotesis Penga 3 masalah yang Inkuiri
N
masalah dan khiran
akan Tanya jawab
pengumpulan
data diinkuirikan Diskusi
Penggalian Sumbang
Butir-butir kunci dalam ketiga
tema dan saran
fase ini dapat disimpulkan sebagai
bahasa puisi Diskusi
berikut:
Penyimpulan pengukuhan
(1) Guru menyajikan masalah dengan
akhir
penjelasan tentang tugas yang
harus dilaksanakan siswa
Pada dasarnya metode inkuiri
(2) Siswa mengajukan pertanyaan-
model Suchman ini merupakan variasi
pertanyaan yang dapat dijawab
model-model yang sudah disebutkan
dengan “ya” atau “tidak”,
sebelumnya. Dari uraian tetang metode
sedangkan guru berrtindak
pengajaran sastra ini, dapat dilihat
sebagai nara sumber.
bahwa setiap metode mempunyai
(3) Informasi yang dikumpulkan
kelemahan dan kekuatan, karena itu
melalui pertanyaan harus
upaya penggabungan dua atau beberapa
terhimpun melalui kegiatan
metode atau ekletik dalam pelaksanaan
observasi.
pengajaran merupakan tindakan yang
(4) Selagi hipotesis dijabarkan,
paling bijak.
hipotesis-hipotesis tersebut dapat
Itulah beberapa informasi
dikombinasikan sehingga
tentang metode yang digunakan dalam
membentuk penjelasan final.
pengajaran sastra. Seperti telah
(5) Hipotesis dan pengumpulan data
dikemukakan di atas, pemilihan metode
berlanjut dalam suatu lingkaran
dipertimbangkan dari beberapa hal.
kait permasalahan, sampai
Pertimbangan pertama adalah hakekat
penjelasan-penjelasan tercapai.
sastra itu sendiri. Dengan pertimbangan

Halaman 36 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

ini, maka kita harus memilih metode 2) mengembangkan imajinasi, 3)


yang kena dengan kaekat sastra. memberikan pengalaman yang
Pertimbangan kedua adalah dirasakan, 4) mengembangkan ke arah
tujuan pengajaran sastra. Tujuan perilaku manusia, 5) memberi
pengajaran sastra dalam rangka pengalaman universal. maupun nilai
mencapai tujuan pendidikan melalui pendidikan, yaitu: 1) membantu
sastra, yaitu apresiasi sastra, tentulah perkembangan bahasa, 2)
menuntut cara yang berbeda dengan mengembangkan kemampuan
tujuan menyampaikan informasi tentang membaca, 3) mengembangkan
teori sastra. kepekaan terhadap cerita, 4)
Pertimbangan ketiga adalah meningkatkan kelancaran membaca, 5)
peserta didik yang mempelajari sastra. meningkatkan kemampuan menulis.
Tingkat pengetahuan, ketrampilan, Dari sekian banyak pendekatan
kematangan peserta didik yang berbeda- dan metode pengajaran sastra, yang
beda. Oleh karena itu dituntut cara yang paling penting adalah bagaimana
berbeda. Untuk lebih jelasnya cara seorang guru memahami karakteristik
mengajarkan sastra kepada peserta didik siswa agar dapat menempatkan
berikut ini contoh Rencana Pelaksanaan pendekatan dan metode yang tepat dan
Pembelajaran (lampiran1) menarik untuk pengajaran sastra.
Dalam mengajarkan apresiasi Materi pengajaran sastra dalam
sastra, dapat dipilih cara-cara berikut Kompetensi Dasar Kurikulum 2013,
dinatraanya: mendapat porsi yang sedikit (sastra
1). Peserta didik mendengarkan cerita bergabung dengan bahasa), namun pada
2). Peserta didik membaca cerita kurikulum 2013 revisi 2017 kekurangan
3). Peserta didik menonton itu dapat diatasi dengan kegiatan literasi
pementasan drama dengan catatan kegiatan tersebut
4). Peserta didik bercerita dan dimanfaatkan untuk kegiatan apresiasi
berdeklamasi sastra.
5). Peserta didik membaca nyaring
6). Peserta didik mebuat karangan DAFTAR PUSTAKA
7). Peserta didik memainkan peranan BPFE. Rendra, 1983,
8). Peserta didik mendiskusikan hasil Mempertimbangkan Tradisi.
sastra yang telah dibaca, didengar, Jakarta: PT Gramedia.
ditonton atau dikarangnya.
Depdikbud. 1994, Kurikulum
SIMPULAN Pendidikan Dasar GBPP
Manfaat pembelajaran sastra Sekolah Dasar. Jakarta:
untuk siswa SD, siswa dapat menerima Depdikbud.
nilai-nilai, baik intrinsik maupun
ekstrinsik. Selain itu, sastra juga dapat Depdiknas. 2003, Kurikulum
memberikan nilai personal, yaitu Pendidikan Dasar GBPP
berupa: 1) kesenangan dan kenikmatan, Sekolah Dasar. Jakarta:

Halaman 37 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979


Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol. 5, No. (2) November 2019

Depdiknas. Introduction to Children


Literature Columbus: Charles
Djuanda. Dadan, 2014, Pembelajaran Merrill Publishing.
Sastra di SD dalam Gamitan
Kurikulum 2013, Mimbar Permendikbud No 57 Tahun 2014.
Sekolah Dasar, Volume (1)
Nomor 2). Rusyana, Yus, 1984, “Bahasa dan
Sastra dalam Gamitan
Hidayat, Arif, 2009, Pembalajaran Pendidikan,” Bandung:C.V
Sastra Di Sekolah, Jurnal Diponegoro.
Pemikiran Alternatif
Kependidikan Insania,Vol. (14), Saiman, 2008, “Mengekspresikan Diri
No. (2). Lewat Puisi”. Jakarta: Horison.
XLIII, No. 8/.
Huck, Charlotte. dkk.., 1987, Children
Literature in the Elementary Semi, M. Antar, 1993, “Rancangan
School. Chicago: Rand McNally Pengajaran Bahasa dan Sastra
College Publishing Company. Indonesia, Bandung; Angkasa.

Norton, Donna E, 1988, Through the Sutherland, Z. dan M.N.Arbuthnot,


Eyes of a Child: An 1991, Children and Books. New
York: Harper Collins.

Halaman 38 ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

Anda mungkin juga menyukai