Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBENTUKAN KATA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran B.Indonesia MI/SD
DOSEN PENGAMPU :
JUPRI, S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. AINUN ZULIYANA (2011100006)
2. ALRIS YULIANESA (2011100007)
3. ANA MEILINDA (2011100344)
4. ANISA NURMIYATI (2011100016)
5. ANNISA AMANDA JUSABOKA (2011100231)
6. CHELLSY YOLANDHA (2011100285)
7. DESI PERMANI (2011100369)
8. DYAH NUR FITRIANA (2011100256)
9. INTAN PERMATA SARI (2011100070)
10. IRMA ANGGRAINI (2011100071)
11. JATI PRAKOSO (2011100413)
12. RINA WATI (2011100311)
13. SELFI DEVANI PUTRI (2011100209)
11 TIARA PUTRI RAHMADHANI (2011100174)
4.
15. WINDA JAYANTI (2011100324)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swr yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD/MI yang dibimbing oleh Bapak Jupri,S.Pd.,M.Pd

Adapun makalah tentang "Pembentukan Kata" ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah yang telah kami susun ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah kedepannya. Terima kasih.

Bandar Lampung,1 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Teori ................................................................................................................................ 2

D. Pendekatan ...................................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

A. Pengertian Pembentuk Kata ............................................................................................ 3

B. Proses Pembentukan Kata............................................................................................... 3

1. Afiksasi........................................................................................................................ 4

2. Reduplikasi.................................................................................................................. 7

3. Komposisi.................................................................................................................... 8

4. Abreviasi ..................................................................................................................... 8

5. Derivasai Balik ............................................................................................................ 9

C. Konstruksi Morfologi...................................................................................................... 9

1. Derivasi dan Infleksi ................................................................................................... 9

2. Pemajemukan ............................................................................................................ 10

3. Endosentrik dan Eksosentrik ..................................................................................... 11

BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP............................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata dan pembentukan kata merupakan unsur pokok dalam menulis, karena
kata merupakan kunci utama dalam membentuk sebuah tulisan. Tulisan yang benar
adalah tulisan yang menggunakan pemilihan dan pembentukan kata yang tepat,
sehingga ide atau gagasan penulis dapat tersampaikan dengan tepat kepada pembaca.
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frasa, klausa, dan
kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tataran tertinggi
ketika menulis. Kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan, oleh
karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik agar
ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti.
Proses morfologi, adalah suatu proses pembentukan kata dasar atau bentuk dasar.
Dasar disini dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang, atau
bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dalam proses morfologi dapat berupa afiks yaitu
pada proses afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam proses reduplikasi, dan
penggabungan dalam proses komposisi. Penggabungan kata atau pemajemukan
(compounding),idiom dan frasa.
Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus
dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat
dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi,kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Pembentukan kata dengan
afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari bentuk dasar ke bentuk kompleks
atau bentuk berimbuhan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami bahasa
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian Pembentukan Kata?
2. Bagaimana proses-proses Pembentukan Kata?
3. Bagaimana Konstruksi Morfologi?

1
C. Teori
Setiap bahasa di dunia, memiliki cara yang khas dalam pembentukan katanya.
Kekhasan itu bergantung pada tipe dan rumpun bahasa yang bersangkutan. Artinya, setiap
bahasa yang serumpun atau setipe akan memilki cara pembentukan kata yang hampir
sama.
Pembentukan kata dan morfem dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang
sangat penting untuk dipelajari. Bahasa merupakan sebuah sistem tanda dan bunyi, berarti
bahwa bahasa itu sistemis sekaligus sistematis. Dengan demikian, untuk memahami suatu
bahasa terlebih dahulu kita harus memahami proses pembentukan kata dan morfem
sebagai bagian terkecil dari bahasa itu sendiri. Dengan maksud untuk mengungkapkan
proses pembentukan bahasa secara objektif dan apa adanya, yaitu dengan teknik
menganalisa contoh kata dan morfem dalam bahasa Indonesia, selanjutnya menganalisa
proses pembentukan tiap kata dan morfem tersebut.
Proses pembentukan bahasa sejatinya melalui proses morfemis (a) derivasi zero,
(b) afiksasi, (c) reduplikasi, (d) komposisi, (e) abrevasi, (f) derivasi balik, (g) metanalisis,
(h) analogi dan (i) kombinasi proses sekaligus proses morfofonemik (a) pemunculan
fonem; (b) pelesapan fonem; (c) peluluhan fonem; (d) perubahan fonem; (e)
pergeseran fonem. Proses tersebut perlu dipahami sebagai bentuk kegiatan
berkomunikasi untuk mengungkapkan makna, baik sebagai ide untuk mengungkap
perasaan, permintaan, penolakan maupun yang lainnya.

D. Pendekatan
Pendekatan proses ini merujuk kepada tataran morfologi adalah tataran yang
berurusan dengan proses yang mengolah morfem terikat dan morfem bebas menjadi kata.
Dengan menggunakan model proses dapat dipahami bedanya proses pembentukan dan
makna bentuk-bentuk diimplementasikan-mengimplementasikan. Kalau bentuk
diimplementasikan dibentuk melalui verba bahasa Inggris implement ‘melaksanakan’
dengan awalan {di-} yang befungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif, dan makna
gramatikal diimplementasikan adalah ‘sesuatu tindakan yang dilaksanakan’, dengan kata
lain makna kata itu seperti yang disebut pada bentuk dasar, sedangkan bentuk
mengimplementasikan dibentuk melalui verba implement dengan konfiks {me-kan} dan
makna gramatikalnya adalah ‘orang yang melaksanakan sesuatu’.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembentuk Kata

Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Proses


pembentukan atau proses morfologis pada bahasa Indonesia dan bahasa Jawa tidak
jauh berbeda. Pada dasarnya proses morfologis adalah adalah pembentukan kata dari
sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan
(dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan
(dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).
Artinya, proses morfologi terdiri atas beberapa proses, dan di dalam proses tersebut
tidak ditutup kemungkinan terdapat proses lagi (Chaer, 2008:25).
Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa di dunia tidak mungkin
mempertahankan kemurnian dan kemandiriannya. Bahkan, bahasa Indonesia
tergolong bahasa yang tidak murni karena dari awal kelahirannya tidak ada bahasa
Indonesia. Tilikan terhadap dinamika pembentukan kata bahasa Indonesia bertolak
dari dua sudut pandang. Pertama, sudut pandang internal, yaitu sudut pandang yang
terfokus pada kaidah pembentukan kata yang ada dalam sistem bahasa Indonesia.
Kedua, sudut pandang eksternal, yaitu sudut pandang yang menekankan
pembentukan kata dari pengaruh bahasa lain, baik asing maupun lokal.
Proses pembentukan kata secara internal yang lazim terjadi dalam bahasa
Indonesia mencakup: afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, pemendekan, dan derivasi
balik. Berdasarkan dari beberapa pembentukan kata ini, tidak semua dianalisis tetapi
hanya dikhususkan pada pembentukan kata yang dinamis (mengalami pasang surut).
Hasil pengkajian membuktikan bahwa pembentukan kata dalam bahasa Indonesia
dewasa ini, senantiasa mengalami dinamika. Kecenderungan dinamika mengarah pada
munculnya afiks asing atau afiks bahasa serumpun, penanggalan afiks, munculnya
leksikal baru, dan menyusutnya pemakaian kata yang sebelumnya sangat tinggi. Di
sisi lain, ada kecenderungan bahwa morfem unik berubah menjadi morfem.
B. Proses Pembentukan Kata
Proses morfologi disebut cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain. Morfem adalah fonem-fonem atau urutan
fonem-fonem. Fonem yaitu tiap bunyi.Yang termasuk morfologi antara lain:

3
Aronoff (2011:11) mengatakan bahwa setiap bentuk afiksasi dapat memberikan
makna gramatikal yang berbeda pada kata yang dilekatinya.Bawole (1981:3)
mendefinisikan afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks pada satu bentuk,
baik bentuk tunggal atau bentuk kompleks untuk membentuk satu bentuk lain
yang lebih besar. Afiksasi memiliki beberapa bentuk, yaitu prefiks, sufiks, infiks,
konfiks dan simulfiks (Kridalaksana, 2007:28-29).
a) Prefiks
Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan
di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang
dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan
afiks di depan bentuk dasarnya. Contoh prefiks atau awalan, yaitu di-, ter-, ke-,
se-, men-, pen-, pra-, a-, per-, ber-, dan sebagainya
b) Infiks
Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di tengah
bentuk dasarnya. Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut infik atau sisipan.
Proses pembentukan kata telunjuk, gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan
menambahkan infik di tengah bentuk dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan
-in-.
Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3 infiks
yang sudah disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks –in- yang
seperti digunakan pada kata sinambung. Selain sinambung kata lain yang
seakan-akan dibentuk dengan infiks –in-, yaitu kata kinerja padanan kata
Performance dalam bahasa Inggris. Sebenarnya –in- memang merupakan infiks,
tetapi digunakan aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks –
in- belum dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam
pembentukan kata baru dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan
infiks –in- bukan infiks dalam bahasa Indonesia.Dengan demikian bahasa
Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara utuh dari bahasa Jawa

4
c) Sufiks
Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan
atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut
disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus
yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli dalam bahasa Indonesia
juga sangat terbatas. Masih banyak akhiran-akhiran asing lain yang
dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan
sebagainya. Sehingga beberapa akhiran-akhiran asing tersebut disebut sufiks
serapan dari bahasa lain.
Sebuah afiks, termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa
Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa
Indonesia sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk
membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya
melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan yang dianggap perlu.
Contoh : -an, -kan, -i.Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
segmental yang dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk
verba atau memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh: kopi-
ngopi, soto-nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.
d) Konfiks
Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang
berfungsi mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu
itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang
masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai satu kesatuan bentuk
yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan komposit bentuk
beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua
morfem.
Konfiks disebut juga simulfiks karena konfiks itu merupakan
merupakan gabungan afiks yang secara simultan mendukung makna
tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks tidak sama karena sudut
pandang penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks dilihat
dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan
simulfiks didasarkan kebersamaannya atau simultannya satuan gramatik itu
dalam membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Berdasarkan asalnya,
afiks dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

5
Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia.
Misalnya, meN-, ber-ter-, -el-, -em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya.
Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun
bahasa daerah. Misalnya, -man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.
e) Superfiks/suprafiks
Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan
ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem
suprasegmental (Kridalaksana dll, 1985: 21). Bauer (1988:29) menyamakan
istilah superfiks dengan simulfiks. Dari asal kata bahasa Latin, supra berarti di
atas (above) atau di luar (beyond), sedangkan simulatus berarti bersamaan.
Dari contoh suprafiks dalam bahasa Inggris, ‘discount (n) à dis’count (v),
dapat kita lihat bahwa suprafiks berada pada tataran suprasegmental
sehingga istilah suprafiks lebih tepat dari pada simulfiks. Bahasa Arab dan
bahasa Indonesia tidak memiliki suprafiks.
f) Interfik
Interfiks sebagai afiks yang muncul di antara dua elemen yang membentuk
kata majemuk. Kata interfiks berasal dari bahasa Latin inter yang berarti berada
di antara, dan fixus yang berarti melekat. Dengan demikian, dapat dibedakan
dengan infiks yang berarti melekat di dalam. Contoh interfiks dapat dilihat dalam
bahasa Arab. Interfiks -ul- muncul di antara kata birr dan walad, sehingga
menjadi birr-ul-walad ‘bakti anak’. Penulis tidak menemukan interfiks dalam
bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris, penulis berpendapat bahwa bahasa
Inggris dapat dianggap memiliki interfiks karena pengaruh bahasa Latin.
Gabungan kedua kata ini memerlukanmemerlukan interfiks -o-
sehingga gabungannya bukan morphlogy melainkan morphology. Istilah
morfologi dalam bahasa Indonesia tidak dapat dianggap memiliki interfiks -
o- karena hanya kata morf yang ada dalam lema KBBI, tidak ada lema logi.
Contohnya interfiks -o- dalam kata morphology. Morph dan logy memiliki
lema tersendiri dalam kamus Webster’s New WorldTransfiks, yaitu jenis infiks
yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk ini terdapat dalam bahasa-
bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab contohnya : ktb dapat diberi
transfiks a-a, i-a, a-i, dsb.Menjadi kata (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).

6
g) Simulfiks
Definisi simulfiks dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin
simulatus ‘bersamaan, membentuk’ dan fixus ‘melekat’. Menurut Kridalaksana
dll (1985: 20), simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia,
simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk
dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia
tidak baku, contoh: kopi à ngopi. Bahasa Arab dan bahasa Inggris tidak
memiliki simulfiks.
h) Transfiks
Transfiks adalah afiks yang muncul dikeseluruhan dasar (throughout
the base). Dalam bahasa Latin trans berarti disepanjang (across) atau di atas
(over). Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak memiliki transfiks. Afiks
yang termasuk transfiks dapat ditemukan dalam bahasa Arab.

2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah bentuk pengulangan baik terhadap seluruh bentuk
dasar maupun sebagai bentuk dasar atau reduplikasi parsial (Aronoff dan
Fudeman, 2005:106). Menurut Ramlan (2009:63) reduplikasi atau proses pengulangan
ialah pengulangan bentuk, baik seluruh maupun sebagian, baik dengan variasi
fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk
yang diulang merupakan bentuk dasar. Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
a) Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi Fonologis, yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna,
karena pengulangannya bersifat fonologis yang artinya bukan atau tidak ada
pengulangan leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.
b) Reduplikasi Morfemis
Reduplikasi Morfemis,yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna
gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus
kata. Contohnya: beres menjadi kata beres-beres.
c) Reduplikasi Sintaktis
Reduplikasi Sintaktis yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan
satuan yang berstatus klausa (berada di luar cakupan morfologi). Contoh: jauh-
jauh, asam-asam.

7
Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa
bagian lagi, diantaranya:
a) Dwipurwa
Dwipurwa yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal.
Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.
b) Dwilingga
Dwilingga yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.
c) Dwilingga salin swara
Dwilingga salin swara yaitu pengulangan leksem dengan variasi fonem.
Contohnya: mondar-mandir, pontang-panting.
d) Dwiwasana
Dwiwasana yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-
tama, sekali-kali.
e) Trilingga
Trilingga yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi
fonem. Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor.

3. Komposisi
Komposisi yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang
membentuk kata. Deskripsi tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang
berbeda dari frase (gabungan kata, bukan gabungan leksem). Ciri-ciri perbedaan
kompositum atau paduan leksem

a) Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak dapat


disisipi apapun. Contoh: buta warna, tuna susila.
b) Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat
diafiksasikan atau dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin
untuk semua komponennya sekaligus. Contoh: kereta api menjadi
perkeretaapian.
c) Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan.
Contoh: pulang pergi, bumi hangus.

4. Abreviasi
Abreviasi yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau
kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini

8
untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.
Contohnya : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).Jenis-jenis
kependekan:

a) Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja
Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
b) Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem. Contoh : Prof (Profesor).
c) Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/,
/i/, /pe/
d) Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau
gabungan leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
e) Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih
yang menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh
: g (gram), cm ( senti meter).

5. Derivasai Balik
Derivasai balik yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya
berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi
bentuk yang secara historis tidak diramalkan. Contoh: kata mungkir dalam dipungkiri
yang dipakai orang karaena mengira bentuk itu merupakan padanan pasif dari
memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada, yang ada adalah kata mungkir).
Terjadinya pungkir menjadi mungkir didasarkan pada pola peluluhan fonem dalam
pasang menjadi memasang menjadi dipasang

C. Konstruksi Morfologi
Kontruksi morfologi adalah bentukan daripada kata yang mungkin merupakan
morfem tunggal atau gabungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain.

1. Derivasi dan Infleksi


Derivasi adalah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya,
sedangkan infleksi konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya.
Contoh:

9
1) Anak itu menggunting kertas. Gunting
2) Makanan itu sudah busuk. Makan
3) Nana ingin menjadi pelari. Lari
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan
ternyata dasar itu masing-masing tidak dapat menduduki distribusi yang sama dengan
konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat:
“Anak itu gunting kertas, makan itu sudah busuk dan Nana ingin menjadi lari.” Jadi
ketiga konstruksi itu termasuk derivasi. Contoh:
1) Saya membaca buku itu. Baca
2) Engkau mendengar suara itu. Dengar
3) Saya memasak ikan. Masak
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan
ternyata dasar itu masing-masing dapat menduduki distribusi yang sama dengan
konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat: “
Saya baca buku itu, engkau dengar suara itu, dan saya masak ikan.” Jadi ketiga
konstruksi itu termasuk infleksi.

2. Pemajemukan
Pemejemukan adalah konstruksi yang terdiri atas dua morfem, atau dua kata
atau lebih. Contoh:

I II

Sabun mandi Orang mandi

Rumah sakit Anak sakit

Kaki tangan Kaki meja

Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem lain, sedangkan pada deretan II
dapat. Jika kita bisa mengatakan orang yang mandi, anak yang sakit, kaki nya meja,
tetapi tidaklah sabun yang mandi, rumah yang sakit, atau kaki nya tangan. Konstruksi-
konstruksi pada deretan I itu disebut majemuk, yang pada deretan II disebut frasa.

10
3. Endosentrik dan Eksosentrik
Apabila konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu
unsur-unsurnya disebut endosentrik. Apabila konstruksi itu berlainan distribusinya
dari salah satu daripada unsur-unsurnya disebut eksosentrik.

Contoh endosentrik:
1) Rumah sakit itu baru dibangun
2) Rumah itu baru dibangun
Contoh eksosentrik:
1) Kedua orang itu mengadakan jual beli
2) Kedua orang itu mengadakan jual
3) Kedua orang itu mengadakan beli.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
berikut :
1) Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem
yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.
2) Proses-proses pembentukan kata:
a. Afiksasi
b. Reduplikasi
c. Komposisi
d. Abreviasi
e. Derivasi Balik
3) Konstruksi morfologi:
a. Derivasi dan Infleksi
b. Pemajemukan
c. Endosentrik dan Eksosentrik
B. Saran
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan beberapa saran yakni kita perlunya
pemahaman yang lebih mendalam terhadap pembentukan kata dan prihal kata serta
lebih memperhatikan lagi bagaimana yang dikatakan dengan pembentukan
kata,afiksasi,reduplikasi,kata majemuk,idiom dan frasa.

12
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, 2011. Morphology by Itself: Stems and inflectional Classes. Hongkong:
Massachussetts Institute of Technology.
Chaer, 2008. Implikatur Percakapan Sebagai Penunjang Humor Di Dalam Wacana
Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Ramlan, M. 2009. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.


Yogyakarta: CV. Karyono.

D Utari, DW Aulia, I Hidayat. Menguak Proses Pembentukan Kata Bahasa. Jurnal


Metamorfosa. 2018 Diakses melalui https://doi.org/10.46244/metamorfosa.v10i2
pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022 Pukul 22.34 WIB.

Rumilah Siti,Cahyani Ibnu. (2020). Pembentukan Kata dan Morfem sebagai Proses Morfemis
dan Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia. Struktur Bahasa: Vol 8, No 1 (2020)

Simpen, I. W. (2017). Dinamika Pembentukan Kata Bahasa Indonesia. RETORIKA: Jurnal


Ilmu Bahasa, 1(2), 319-330. Diakses melalui https://doi.org/10.22225/jr.1.2.37.319-
330 pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022 Pukul 21.27 WIB

Suparno,Darsita.(2015). Morfologi Bahasa Indonesia. Diakses melalui


http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/45131 pada hari Sabtu, 1
Oktober 2022 Pukul 22.00 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai