Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENULISAN KATA

TUGAS INI DISUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH BAHASA


INDONESIA

KELOMPOK 1

1. I Gusti Ayu Saravati Devi (18102008)


2. I Wayan Andhika Putra (18102010)
3. Ni Nengah Candra Agung (18102019)
4. Ramdhani Iqraman (18102029)

D3 PERHOTELAN
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tugas bahasa tentang “Kalimat Efektif”.

Makalah bahasa ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah bahasa tentang kalimat efektif ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Mataram, Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
LATAR BELAKANG...............................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil untuk menyampaikan gagasan,


karena dalam satuan bahsa di atas tataran kalimat terdapat satuan bahasa yang lebih
besar. Dalam kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Kita
telah mempelajari sedari Sekolah dasar bahwa kalimat memiliki unsur Subjek,
predikat, objek dan keterangan, untuk itu kita harus benar-benar memperhatikan
setiap susunan kalimat dalam sebuah paragraf yang kita buat. Dewasa ini kita sering
kali kalangan pelajar masih salah dalam membuat dan menuliskan kalimat dalam
susunan paragraf, baik itu tulisan secara ilmiah maupun non ilmiah. Hal apa yang
membuat itu terjadi adalah karena perkembangan zaman yang serba cepat dan simpel.
Hal tersebut dapat dibuktikan saat kita mengkaji hasil pekerjaan siswa-siswi saat
mengerjakan tugas untuk menulis sebuah karangan.
Menyikapi hal tersbut kita sebagai bangsa yang mendeklarasikan bahsa
Indonesia adalah bahasa persatuan, harus mampu menghargai bahasa ibu di tanah
airnya sendiri. Memang bahasa asing perlu kita pelajari untuk persaingan di kancah
internasional dan meningkatkan mutu bangsa ini. Namun kita sebagai bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja menyepelekan penggunaan bahasa Indonesia, bahasa
kia sendiri dan di tanah air sendiri.
Dalam program praktik lapangan di salah satu studi bahasa Indonesia untuk
penutur asing (BIPA), warga asing mempelajari bahasa Indonesia untuk keperluan
bisnis, studi dan berbagai macam tujuan yang lain. Selain itu dari cerita salah satu
pembelajar asing asal australia, menceritakan bahwa bahasa Indonesia menjadi
pelajaran wajib di sekolah mereka. Dia menceritakan kepada saya bahwa di Australia
mewajibkan anak untuk mampu menguasai bahasa Indonesia. Sikap positif yang perlu
kita ambil yaitu bagaimana kepedulian kita terhadap bahasa Indonesia. Apakah kita
merendahkan bahasa kita sendiri, dengan mempriotaskan bahasa asing sebagai kajian
yang harus dituntut sedari SD. Berkaitan dengan kurikulum SD yang sudah
mengenalkan bahasa asing, salah satunya bahasa Inggris. Keputusan tersebut sedikit
membuat para pengkaji bahasa Indonesia menyayangkanya. Hal tersebut dikarenakan

4
proses belajar bahasa pertama akan tergantikan dengan bahasa asing. Sehingga pola
dan pemahaman siswa terhadap bahasa Indonesia akan kacau. Karena pola dan bentuk
bahasa Indonesia dan Bahasa inggris sedikit berbeda. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan hasil UN yang menunjukan hasil nilai bahasa Inggris lebih tinggi
dibandingkan nilai rata-rata bahasa Indonesia.
Beberapa fakta tersebut merupakan beberapa contoh dan realita pembelajaran
bahasa Indonesia di negeri sendiri. Bahasa asing tidak kalah penting dibandingkan
dengan pembelajaran bahasa Indonesia, namun sebagai dasar dan rasa nasionalisme
kita perlu mengedepankan penggunaan bahasa Indonesia dan menjadikannya bahasa
di Negara sendiri.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2.      Apa saja unsur-unsur kalimat?
3.      Apa ciri-ciri kalimat efektif?

C.   TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga
menjadi  baik dan benar
2.      Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3.      Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

D.   MANFAAT PEMBAHASAN
1.      Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan
kalimat efektif.
2.      Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik
dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II

LATAR BELAKANG

A.   PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan
menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B.   UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.

1.      Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:

a.       Ayahku  sedang melukis.

b.      Meja direktur besar.

c.       Yang berbaju batik dosen saya.

d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.

e.       Membangun jalan layang sangat mahal.

         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh
kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa
terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d)
dan (e).

6
        Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah
benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b.         Di sini melayani obat generic.

c.          Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2.      Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian
besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:

a.    Kuda meringkik.

b.    Ibu sedang tidur siang.

c.    Putrinya cantik jelita.

d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e.    Kucingku belang tiga.

7
f.     Robby mahasiswa baru.

g.    Rumah Pak Hartawan lima.

          Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. katameringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok katasedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalamkeadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.

          Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c.       Bandung yang terkenal kota kembang.

    Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata
pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-
kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3.      Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a.       Nurul menimang …

b.      Arsitek merancang …

c.       Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang


menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek.

8
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam
contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a.       Nenek mandi.

b.      Komputerku rusak.

c.       Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya
dipasifkan.

a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)

2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4.      Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.

       S                  P             O

b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

            S                    P            Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

        S                     P               O

        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

9
        Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.      Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa no

C.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat
berikut, yaitu adanya:

1)      Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)

    

10
  Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu
menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Suzuki.

      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2)      Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:

a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

11
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3)      Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.

      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

      Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.

      Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

12
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

4)      Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat


mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan
di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh
tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.

Perhatikan contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.


Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat


pada hiponimi kata.

Perhatikan contoh:

a.       Ia memakai baju warna merah.

b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.


Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi


a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu


kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

a.       Dia hanya membawa badannya saja.

13
b.      Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.


Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

a.      Dia hanya membawa badannya.

b.      Sejak pagi dia bermenung.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang


berbentuk jamak.

Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang

bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5)      Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran
tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

·         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6)      Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak

simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

14
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam

kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang

antara predikat kata kerja dan objek penderita.


Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7)      Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

15
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket).
3. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan,
kecermatan, kepaduan, kelogisan.

B.     SARAN

1. Bagi para pendidikPara pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena
tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan
bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidikPara calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari
pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat
pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap
peserta didik dengan pedidik.
3. Bagi lembaga sekolahLembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan
perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin
komunikasi yang selaras.

16
17

Anda mungkin juga menyukai