Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KELOMPOK

“PENCEMARAN LINGKUNGAN”
Makalah ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Isu-Isu Lingkungan

Dosen Pengampu: A. Silvan Erusani, ST.,M.Sc.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Khumair Sundus M. (11170161000037)
2. Nur Latifah Salama (11170161000041)
3. Fakih Mahendra (11170161000047)
4. Afifah Az-zahra (11170161000050)
5. May Tasya Wahyu A. (11170161000055)
6. Vena Utianes (11170161000058)

Kelas : Pendidikan Biologi 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pencemaran Lingkungan. Selawat serta
salam tak lupa kami curahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang
dengan jasanya sehingga kami dapat merasakan nikmat Islam hingga saat ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Isu-Isu
Lingkungan yang diampu oleh A. Silvan Erusani, ST.,M.Sc. Proses penyusunan
makalah menggunakan referensi dari berbagai sumber buku dan jurnal yang tak
lepas dari bantuan teman-teman. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam makalah ini.
Untuk itu, penyusun berharap kritik dan saran yang membangun agar makalah
yang kami susun selanjutnya lebih baik. Penyusun berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang Selatan, 10 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I ................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Jenis-Jenis Pencemaran ........................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................... 8

A. Sumber-Sumber Pencemaran .................................................................. 8

BAB III ............................................................................................................ 17

A. Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Lingkungan dan Ekosistem


............................................................................................................... 17

BAB IV ............................................................................................................. 20

A. Studi Kasus Mengenai Pencemaran Lingkungan di Indonesia ............. 20

PENUTUP ........................................................................................................ 24

A. Kesimpulan ........................................................................................... 24
B. Saran ...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling
kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu
yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun
komunitas pada tempat tertentu. Masalah pencemaran merupakan suatu
masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di
seluruh permukaan bumi kita ini. Masalah pencemaran merupakan suatu
masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua
pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi. Pencemaran
lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami
perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya
terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena
proses alam atau juga karena perbuatan manusia.
Beban pencemaran dalam lingkungan air sudah semakin berat dengan
masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia yang kadang kala sangat
berbahaya dan beracun meskipun dalam konsentrasi yang masih rendah seperti
bahan pencemar logam-logam berat: Hg, Pb, Cd. As, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sudah terjadi pula di lingkungan udara dan tanah
dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Penyebab pencemaran ini selain
disebabkan oleh aktivitas manusia (antropogemik) juga dapat ditimbulkan oleh
kegiatan alami, seperti kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan
gunung berapi dan sebagainya. Terdapat pula pencemaran suara yang
disebakan adanya kebisingan melebihi ambang batas di suatu wilayah.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita memerlukan sumber daya
alam dari lingkungan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan sandang,
pangan, papan semuanya memerlukan lingkungan. Namun dalam pemanfaatan
sumber daya tersebut, terkadang manusia tidak memperhatikan dampak yang
akan ditimbulkan. Dan serakah dalam pemanfaatan lingkungan tersebut.

1
Sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran
lingkungan. Dan akhirnya berdampak pada manusia itu sendiri. Sehingga akan
mengancam kelestarian makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini kami menyusun makalah
yang mengambil tema mengenai “Pencemaran Lingkungan”.

B. Definisi Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan adalah perubahan yang tak dikehendaki dari
lingkungan yang sebagian besar akibat dari kegiatan manusia. Perubahan
ekosistem atau habitat dapat berupa perubahan fisik, kimia, atau perilaku
biologis yang akan mengganggu kehidupan manusia, spesies, biota bermanfaat,
proses- proses industri, kondisi kehidupan, dan aset kultural. Selain itu
perubahan ekosistem akibat kegiatan manusia yang merusak atau
menghamburkan secara sia-sia sumberdaya yang ada di alam.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.
Undang-undang RI No.32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup
pasal 1 ayat 14 menyatakan: ‘pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya
atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Berdasarkan lingkungan yang
mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan
dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, udara, dan pencemaran
makanan.
Pemanfaatan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia memberikan efek sampingan terhadap lingkungan. Adanya
berbagai macam industri, banyaknya kendaraan bermotor, penggunaan hasil
teknologi di bidang pertanian (penggunaan insektisida, pestisida, penggunaan
pupuk buatan, dan lain-lain) menyebabkan peningkatan pencemaran
lingkungan. Pencemaran air, udara, dan tanah adalah masuknya zat, energi,

2
makhluk hidup dan atau komponen lain ke udara atau ke dalam air, ke tanah
sehingga berubahnya komposisi air, udara, tanah oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas air, udara, tanah menurun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air, udara, tanah tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (Aryanta, 2014).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut
polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat
menyebabkan kerugian terhadap makluk hidup. Suatu zat dapat disebut polutan
apabila :1). Jumlahnya melebihi jumlah normal. 2). Berada pada waktu yang
tidak tepat.3). Berada di tempat yang tidak tepat.

C. Macam –Macam Pencemaran Lingkungan


1. Pencemaran Air
Manusia membutuhkan air untuk berbagai keperluan seperti minum,
mencuci, memasak, bercocok tanam, dan lain-lain. Semakin bertambah jumlah
manusia semakin besar pula kebutuhan akan air. Pada sisi lain, keberadaan air
dilihat dari jumlah dan kualitasnya semakin lama semakin menurun. Bahkan,
banyak daerah perkotaan dan pedesaan yang terancam mengalami krisis air
bersih.
Semua limbah tersebut masuk ke sungai atau danau dan airtanah.
Akibatnya, air mengalami perubahan dari keadaan normalnya atau mengalami
pencemaran. Dengan demikian, pencemaran air adalah pencemaran tubuh-
tubuh air seperti danau, sungai, laut, dan airtanah disebabkan oleh kegiatan
manusia yang dapat membahayakan organisme dan tumbuhan yang hidup pada
tubuh-tubuh air tersebut. Bahan-bahan tambahan yang masuk ke dalam tubuh-
tubuh air mengurangi kemampuan air untuk menyediakan oksigen bagi
kebutuhan organisme yang hidup di air, sehingga sedikit atau bahkan tidak ada
organisme yang mampu hidup di air yang tercemar.
Air yang sudah tercemar memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
a. Adanya perubahan suhu air
Air biasanya digunakan sebagai pendingin untuk mesin-mesin di pabrik. Air
pendingin ini akan menjadi hangat karena menyerap panas dari mesin- mesin

3
tersebut dan jika dibuang ke sungai, maka air sungai menjadi lebih hangat.
Kondisi ini akan mengurangi kandungan oksigen dalam air yang sangat
dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan di air. Jika demikian yang terjadi, maka
kehidupan tumbuhan dan hewan air akan terganggu, bahkan mati.
b. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
Air yang bersih dengan mudah dapat dilihat dari keadaan fisiknya, yaitu tidak
berwarna, berbau dan berasa. Limbah dari industri dan sumber lainnya
seringkali berupa bahan orgaik dan anorganik yang dapat larut dalam air.
Karena itu, warna air berubah dengan adanya bahan-bahan pencemar tersebut.
c. Adanya endapan dan bahan terlarut
Limbah industri dapat pula berupa limbah padat yang tidak larut dalam air.
Limbah tersebut kemudian mengendap di dasar air atau melayang-layang di
dalam air bersama-sama dengan bahan terlarut lainnya. Endapan dan bahan
terlarut tersebut dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat
diperlukan oleh mikroorganisme dalam air untuk melakukan fotosintesis.
d. Adanya mikroorganisme
Mikroorganisme berperan alam menguraikan bahan-bahan pencemar yang
dibuang ke dalam air. Jika bahan buangan bertambah banyak, maka
mikroorganisme juga berkembangbiak untuk menambah jumlahnya. Diantara
organisme-organisme tersebut dimungkinkan adanya mikroba patogen, yaitu
mikroba pembawa penyakit

2. Pencemaran udara
Udara terdiri atas sejumlah unsur dengan susunan atau komposisi tertentu.
Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah Nitrogen (78,09 %), Oksigen (21,94
%), Argon (0,93 %), karbon dioksida (0,032 %), dan lain-lain. Jika ke dalam
udara tersebut masuk atau dimasukkan zat asing yang berbeda dengan
penyusun udara dalam keadaan normal tadi, maka dikatakan bahwa udara
tersebut telah tercemar.
Berdasarkan uraian tadi, maka yang dimaksud dengan pencemaran udara
adalah masuk atau dimasukkannya bahan-bahan atau zat-zat asing ke udara

4
yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Zat-zat asing tersebut mengubah komposisi udara dari keadaan
normalnya dan jika berlangsung lama akan mengganggu kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Banyak sekali bahan-bahan atau zat-zat yang
mencemari udara, namun yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran
udara adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Belerang
Oksida (SOx), Hidro Karbon (HC), Partikel (Partikulate) dan lain-lain
Udara yang kita nikmati setiap hari secara gratis tidak dapat dikotakkotakkan,
pencemaran yang terjadi satu tempat akan dirasakan pula dampaknya ditempat
lain. Pencemaran yang dihasilkan oleh satu orang akan dihirup pula yang lain.
Sehingga dengan konsekuensi yang demikian, menjaga kualitas udara halus
menjadi perhatian kita semua.
Pencemaran udara digolongkan kedalam tiga kategori, yakni ; 1).
Pergesekan permukaan, adalah penyebab utama pencemaran partikel padat di
udara dan ukurannya dapat bermacammacam 2). Penguapan, merupakan
perubahan fase cairan gas, polusi udara banyak disebabkan zat-zat mudah yang
mudah menguap/tidak nampak 3). Pembakaran, merupakan reaksi kimia yang
berjalan cepat/dinamis dan membebaskan energi, cahaya, atau panas, sehingga
dengan kondisi perubahan yang begitu cepat dan dinamis inilah dan tidak
nampak menjadi dalam pengelolaan udara. Udara dikatakan tercemari jika
telah melewati batas baku mutu udara ambien (udara bersih) seperti makin
meningkatnya konsentrasi karbondioksida (CO2) di udara yang dapat
mengakibatkan naiknya suhu bumi (Basri, 2010

5
Tabel 1. Indeks Standar Pencemaran Udara

3. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran limbah, cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke
dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Hal ini menyebabkan kualitas tanah di areal lahan tersebut kualitasnya
menurun atau membahayakan makhluk hidup yang memanfaatkan tanah
tersebut. Jenis bahan pencemar tanah dapat berupa bahan kimia,
mikroorganisme, bahan radioaktif. Semua bahan pencemar yang ada dalam air
juga mencemari tanah yang berkontak langsung dengan air tercemar tersebut.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di
tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya (Muslimah, 2015 )

6
4. Pencemaran Suara (kebisingan)
Pencemaran Suara (kebisingan), yaitu terjadinya bising (noise) di suatu
lingkungan dan melampaui Nilai Ambang Batas yang ditentukan sesuai
peruntukan lingkungan tersebut. Pengaruh kebisingan pada kesehatan manusia
ditentukan oleh tingkat (kerasnya suara), jarak, dan intensitas kebisingan dari
sumbernya. Setiap peruntukan lingkungan, misalnya lingkungan permukiman,
lingkungan industri, dan lingkungan perkantoran, memiliki ambang batas yang
berbeda satu sama lain (Rochmad, 2006 )
Kebisisngan merupakan gangguan lingkungan yang serius, seperti juga
masalah dengan semua bahan pencemar. Kebisisngan dapat mengurangi
kualitas hidup dan menyebabkan bahaya nyata bagi kesehatan manusia.
Sebagai contoh masyarakat yang tinggal berdekatan dengan jalan raya yang
sibuk berpotensi menderita penyakit darah tinggi. Tingkat suara atau keriuhan
tinggi pada waktu sedang bekerja atau pada saat dirumah dapat membuat
kondisi kesehatan lebih buruk. Selain itu, kebisingan juga dapat berdampak
negatif pada lingkungan khususnya pada spesies yang sensitive terhadap suara
(Machdar,2018).

7
BAB II
SUMBER-SUMBER PENCEMARAN

Secara umum sumber pencemaran dapat dikelompokkan dalam 2 golongan besar,


yaitu sumber polutan yang berupa kegiatan/hasil kegiatan manusia dan sumber
polutan yang berupa kejadian alamiah.

1. Pencemaran yang berasal dari hasil kegiatan manusia dalam memenuhi


kebutuhan hidupnya sehari-hari. Manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari selalu menghasilkan limbah/hasil samping yang tidak
dikehendaki. Termasuk dalam kelompok pencemaran dari kegiatan manusia
adalah:
a. Kegiatan manusia yang dilakukan di lingkungan rumah tangga sehari-hari,
misalnya memasak, mandi, mencuci, menyapu, mengepel, menggunakan
racun serangga (obat nyamuk pada malam hari). Menghasilkan limbah
domestik, baik limbah cair, limbah gas, limbah padat maupun bahaya
radiasi bahan radioaktif yang mengganggu kehidupan manusia itu sendiri.
b. Kegiatan yang dilakukan manusia untuk meningkatkan produksi di areal
pertanian atau perkebunannya, misalnya kegiatan-kegiatan berupa
penggunaan pestisida dan penggunaan pupuk buatan, dapat menghasilkan
residu di lahan pertanian atau perkebunan yang dapat mengakibatkan
penurunan kualitas tanah tersebut.
c. Kegiatan manusia memanfaatkan zat radioaktif sebagai irradiator dengan
proteksi yang memadai. Pemanfaatan untuk kepentingan kedokteran di
rumah sakit, di industri. Juga penggunaan arus listrik sebagai radiasi Sinar
X (yang ditemukan Wilhelm Roentgen, 1895) di bidang radiografi industri
maupun kedokteran, dapat menghasilkan limbah yang apabila tidak
dikelola dengan baik akan membahayakan lingkungan.
d. Penggunaan alat transportasi dalam mobilitasnya sehari-hari, misalnya
penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM, kereta api,
pesawat udara, kapal laut, dan kapal motor yang menggunakan mesin disel
BBM. Bahan pencemar bukan hanya berasal dari BBM itu saja, tetapi juga
dari proses lain dari alat transportasi tersebut, misalnya alat transportasi

8
mobil (Gambar 1.4). Alat transportasi menghasilkan bahan gas, partikel
debu, dan bising yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara.

e. Kegiatan yang dilakukan di lahan pertambangan untuk memperoleh bahan


tambang. Tambang emas, tambang aluminium, dan tambang bijih besi
dalam prosesnya selalu menimbulkan limbah yang tidak dikehendaki yang
membahayakan kehidupan manusia. Tambang emas dalam prosesnya
menggunakan air raksa (Hg) sehingga limbahnya proses penambangan
emas mengandung Hg.
f. Proses Industri dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya
akan barang yang dihasilkan oleh industri, misalnya pabrik bahan kimia,
otomotif, atau pabrik makanan dan minuman. Proses pembuatan bahan
jadi dari bahan baku ini selalu menghasilkan limbah baik cair maupun
padat yang tidak dikehendaki oleh manusia. Genset banyak digunakan
dalam proses industri (Gambar 1.5) sebagai sumber energi listrik
alternatif, namun juga merupakan salah satu sumber pencemaran udara
(sisa pembakaran) dan sumber pencemaran air (ceceran oli dan BBM).
Penggunaan mesin-mesin pembuat barang jadi dari bahan baku, sering kali
diiringi dengan bunyi yang dapat menimbulkan kebisingan, baik tingkat
kebisingan rendah, sedang, atau tinggi. Penggunaan hearing aids pada para
pekerja sangat penting untuk menjaga akibat bising terus-menerus
memajan ke telinga. Menurut sumbernya kebisingan dapat digolongkan
dalam kebisingan impulsif (impulsive noise), kebisingan kontinu (continue
noise) dan kebisingan semi kontinu (intermittent noise). Kebisingan
impulsif adalah kebisingan yang datangnya tidak secara terus-menerus,

9
akan tetapi sepotong-sepotong, contoh bunyi pile hummer. Kebisingan
kontinu adalah kebisingan yang datangnya terus-menerus untuk waktu
yang relatif lama, contohnyabunyi mesin yang dihidupkan. Kebisingan
semi kontinu adalah kebisingan yang hanya sekejap, kemudian hilang dan
nanti akan datang lagi, contohnya bunyi mobil lewat.

2. Pencemaran yang berasal dari proses perubahan yang terjadi secara alamiah di
alam raya. Proses tersebut berada di luar kemampuan manusia untuk
mengendalikannya. Termasuk dalam jenis pencemaran tersebut antara lain
adalah:
a. Pencemaran dari kejadian gunung berapi yang meletus. Gas beracun, abu,
pasir, lava, dan panas dikeluarkan oleh letusan gunung berapi yang dapat
mencemari lingkungan sekitarnya. Sumber gas alam yang beracun juga
dihasilkan oleh perut bumi di beberapa daerah tertentu, misalnya Gunung
Dieng.
b. Terjadinya pencemaran akibat bencana alam banjir (Gambar 1.6).
Berbagai macam limbah mencemari sumber-sumber air bersih/air minum,
rumah permukiman, dan semua sarana kehidupan di daerah tersebut.

10
c. Terjadinya pencemaran akibat bencana alam gempa bumi dan gelombang
tsunami di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Gambar 1.7). Limbah
padat, air kotor dan mayat (terutama mayat satwa yang tidak terurus),
mencemari sumber-sumber air bersih/air minum di daerah tersebut.

d. Sumber radiasi alam bisa berasal dari benda langit di luar tata surya dalam
bentuk sinar kosmik, yaitu partikel yang energinya tinggi (1017 eV).
Dalam reaksinya dengan atmosfer dan bumi, sinar kosmik menghasilkan
radionuklida, misalnya: 1H3, 4Be10 dan 11Na24. Sumber radiasi yang
berasal dari unsur radioaktif yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk
sejak terjadinya bumi, misalnya: 19K40, deret Uranium dan deret Thorium
(Rochmad, 2006).

11
SUMBER PENCEMARAN BERDASARKAN LETAKNYA

A. PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buanagn, misalnya gas CO2, hasil
pembakaran, SO, SO2,CFC, dan asap rokok :
1. CO2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya
kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin
yang menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari
mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar
CO2 di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena
banyak hutan di seluruh dunia ditebang. Sebagaimana diuraikan di atas,
hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
2. CO
Di Lingkungan Rumah Dapat Terjadi Pencemaran. Misalnya,
menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses
pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses pembakaran
menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi
ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut.
Selain itu, menghidupkan AC kompilasi tidur di dalam mobil tertutup juga
berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil,
sehingga dapat menyebabkan kamatian.
3. CFC
CFC Pencemara dara yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro
karbon (disingkat CFC). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang,
karena tidak beraksi, tidak menantang, tidak berasa, dan tidak berbahaya.
Gas ini dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan busa (busa
kursi), untuk AC (freon), pendingin pada almari dan rambut (semprotan
penyemprot rambut). es, Gas CFC yang membumbung tinggi dapat
mencapai stratosfer yang disediakan lapisan gas ozon (03). Lapisan ozon
ini merupakan pelindung bumi dari cahaya ultraviolet. Jika tidak ada
lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi,
menyebabkan kematian radiasi, tumbuh menjadi kerdil, menimbulkan

12
mutasi genetik, menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika
gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon,
sehingga lapisan ozon tersebut "berlubang" yang disebut sebagai "lubang"
ozon. Menurut percakapan melalui pesawat luar angkasa, lubang ozon di
kutub Selatan semak lebar. Saat ini luasnya telah melebihi tiga kali luas
benua Eropa. Karena harus menggunakan AC, harus dibatasi.
4. SO, SO2
Gas belerang oksida (SO, SO2) di udara juga dihasilkan oleh pembakaran
fosil (minyak, batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen
oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka
terjadilah hujan asam. Hewan yang mati karena tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat.
Bangunan-bangunan kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak.
Demikian pula bangunan gedung dan jembatan.
5. Asap Rokok
Polutan udara yang tersisa yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap
rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat
menyababkan batuk kronis, kanker paru-paru, mempengaruhi janin dalam
kandungan dan berbagai komplikasi kesehatan lainnya. Perokok dapat di
bedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif
adalah mereka yang merokok. Perokok orang yang tidak merokok tetapi
menghirup pasif adalah asap rokok di suatu ruangan. Menurut penelitian,
perokok pasif memiliki risiko lebih besar pada perokok aktif. Jadi,
merokok di dalam ruangan bersama tidak tersedia untuk merokok yang
bisa membebaskan orang lain.

B. PENCEMARAN AIR
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen
lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air
yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari
asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan
antara lain :

13
1. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk
organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak
mati kemudian dimakan hewan atau manusia sehingga akan keracunan.
Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang
berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat
biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan
sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan
pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air
(eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh
subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian
bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati
karenanya.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari
limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal
sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa
air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik
seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air.
Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir.
Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis
berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam
air akan mengalami pengura ian dan pembusukan. Akibatnya kadar
oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika
pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex
berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk
biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari
limbah pemukiman. Di kota-kota, air got berwarna kehitaman dan
mengeluark an bau yang menyengat. Didalam air got yang demikian tidak
ada organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan
limbah industri, limbah rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia
mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada.

14
3. Limbah Industri
Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam
polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa
polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna),
atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau
busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata
aturan untuk mengendalikan pencemara air oleh limbah industri. Misalnya,
limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai
agar tidak terjadi pencemaran. Di laut, sering terjadi kebocoran tangker
minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam
kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan,
terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati
karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung
agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang
bisa menguraikan minyak.
4. Penangkapan Ikan Menggunakan racun Sebagia penduduk dan nelayan ada
yang menggunakan tuba (racun dari tanaman atau potas (racun) untuk
menangkap ikan tangkapan, juga semua biota air. Racun tersebut tidak
hanya hewan-hewan yang dijual, tetapi juga hewan-hewan yang masih
Dengan demikian pemutaran yang disebarkan akan memusnahkan jenis
makluk hidup yang ada di dalamnya. Kegiatan ikan dengan penangkapan
tersebut menggunakan cara pencemaran di lingkungan dan sumber daya
meningkat.

C. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-rumah tangga,
pasar, industri, kegiatan pertanian, dan peternakan. Sampah dapat
dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral, gas, dan udara,
sehingga terbentuklah humus. Sampah organik itu misalnya dedaunan,
jaringan hewan, kertas, dan kulit. Sampah-sampah tersebut tergolong
sampah yang mudah terurai. Sementara sampah anorganik seperti besi,
alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat

15
diurai. Bahan pencemar akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan
datang. Bungkus plastik yang kita buang ke Lingkungan akan tetap ada
dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah semua tahun
kemudian.
Sebaiknya, sampah yang akan dipindahkan menjadi dua wadah.
Pertama adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat
pembuangan sampah yang dapat digunakan kompos. Jika pembuatan
kompos dipadukan dengan cacing tanah, maka akan dapat diperoleh hasil
yang baik. cacing tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah
kompos dapat dijual untuk pupuk.
Proses ini merupakan proses pendaurulangan (daur ulang). Kedua
adalah sampah yang tidak terurai, dapat dimanfaatkan ulang
(penggunaulangan = reuse). Misalnya, kaleng bekas kue digunakan lagi
untuk wadah makanan, botol bekas digunakan untuk tempat bumbu dan
botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan air minum.
Baik pendaurulangan maupun pengguna ulang dapat mencegah
perbaikan pencemaran Lingkungan. Keuntungannya, beban Lingkungan
menjadi berkurang. Kita tahu bahwa pencemaran tidak mungkin
dihilangkan. Yang bisa kita lakukan adalah mengubah negatifnya atau
mengendalikannya.
Selain penggunaan ulang dan pendaurulangan, masih ada lagi
upaya untuk mencegah pencemaran, yaitu melakukan perawatan bahan /
pengurangan (pengurangan), dan melakukan pemeliharaan (perbaikan). Di
negara maju, slogan- slogan menggunakan kembali, mengurangi, dan
memperbaiki, banyak diedarkan ke masyarakat (Sumampouw, 2015).

16
BAB III

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN


DAN EKOSISTEM

Lingkungan mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar. Kebersihan


lingkungan menunjang sesuatu yang ada di sekitarnya. Pada zaman sekarang
sudah sangat jarang lingkungan yang steril, sudah sangat biasa melihat polusi
udara, air serta polusi tanah. Banyaknya sampah berserakan dan asap kendaraan
bermoto, membuat lingkungan menjadi kotor dan udara tidak segar lagi. Hal ini
menandakan bahwa lingkungan ini sudah tercemar. Seperti yang sudah dijelaskan
pada bab 2, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi pencemaran air,
pencemaran udara serta pencemaran tanah. Pembagian jenis pencemaran ini
dibedakan berdasarkan letaknya.

Lingkungan merupakan tempat hidup sekaligus menjadi tempat


penampungan limbah hasil aktivitas manusia. Lingkungan memiliki kemampuan
kemampuan bertahan dalam keadaannya dan menetralkan diri kembali ke keadaan
awal jika limbah tersebut masih berada dalam batas daya dukung lingkungan
tersebut. Lingkungan dapat menerima limbah yang berasal dari rumah tangga
maupun industri yang ada di lingkungan terebut. Hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan keadaan kualitas lingkungan baik itu air, tanah dan udara termasuk
flora, fauna dan mikroorganisme. Seperti yang diketahui semua hasil pembakaran,
hasil proses produksi di pubrik, maupun limbah buangan rumah tangga tentu
berujung apa lingkungan (Sumampouw, 2018).

Seiring dengn perkembangan zaman, tuntutan manusia semakin beragam.


Hal tersebut berdampak pada teknologi yang berkembang semakin pesat.
Munculnya berbagai penemuan modern tersebut meeupakan alat untuk
mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya dalam berbagai bidang,
mulai dari pertanian, peternakan, perdagangan, dan lain sebagainya. Namun,
bukan berarti perkembangan teknologi yang semakin modern tersebut tidak
memiliki dampak negatif bagi lingkungan, maupun manusia itu sendiri. Hampir
setiap perkembangan teknologi mempunyai dampak dan risiko masing-masing
terutama bagi lingkungan di sekitarnya. (Rozianty, dkk. 2017)

17
Pencemaran yang semakin meningkat tersebut berdampak tidak hanya
bagi lingkungan itu snediri tetapii juga bagi tumbuhan, hewan dan tentu saja pada
manusia. Jika lingkungan udara, air, dan daratan tercemar, maka tumbuhan yang
hidup diatasnya juga akan menyerap unsur-unsur yang telah tercemar. Binatang
yang memakan tumbuhan dan meminum air serta menghirup udara yang tercemar
juga akan ikut tercemar. Akhirnya, manusia yang hidup dengan memanfaatkan
udara, air dan daratan serta tumbuhan dan hewan yang telah tercemar juga akan
ikut merasakan dampak buruk dari pencemaran.

1. Dampak pencemaran udara


Pencemaran udara memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia dan
lingkungan lainnya seperi tumbuhan, hewan, dan bangunan. Dampak tersebut
tidak hanya menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia tetapi juga bisa
menimbulkan kematian dalam jumlah yang cukup besar. Adanya bahan-
bahan tertentu di udara akibat pencemaran udara menjadi penyebab kematian
banyak penduduk, khususnya di perkotaan. Penyakit yang diderita oleh
manusia jika menghirup udara kotor adalah infeksi saluran pernafasan bahkan
sampai kanker paru-paru. Pencemaran udara juga berdampak pada tumbuhan
dan hewan. Tumbuhan yang terkena pencemaran udara akan mengalami
gejala bintik pada daun, kerusakan pada jaringan daun, mengganggu
fotosintesis, warna daun pucat, dau berguguran, dan lain-lain.
2. Dampak pencemaran air
Air merupakan kebutuhan yang sehari-hari dikonsumsi manusia dan
makhluk hidup lainnya. Jika, air tercemar, maka air tidak dapat digunakan
lagi oleh makhluk hidup, baik untuk keperluan rumah tangga, industri
maupun pertanian. Selain itu, tentu saja jika digunakan akan menyebabkan
munculnya berbagai jenis penyakit, bahkan kematian. Penyakit yang timbul
yaitu mulai dari mual,diare, kanker kulit sampai kerusakan hati dan ginjal.
Banyak organisme, biota, hewan dan tumbuhan yang menjadi rusak atau
malah mati karena pencemaran tersebut
3. Dampak pencemaran tanah / daratan
Pencemaran tanah umumnya berupa limbah padat. Dampak dari
pencemara ini adalah adanya bau yang tidak sedap serta secara langsung

18
dampak pencemaran tanah adalah adanya pemandangan yang kotor ataupun
kumuh akibat tumpukan sampah dalam jumlah yang besar. Dampak tidak
langsung dari pencemaran tanah adalah munculnya berbagai penyakit akibat
pemanfaatan timbunan sampaholeh organisme pembawa penyakit, seperti
tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain. Binatang-binatang tersebut memanfaatkan
sampah sebagai sumber makanan dan tempat berkembangbiak. Penyakit yang
ditimbulkan seperti penyakit pes, kaki gajah, malaria dan demam berdarah.
4. Dampak kerusakan hutan
Dampak dari kerusakan hutan bukan saja mengenai pengurangan luas
hutan tetapi juga banyaknya hewan yang terancam punah. Hal ini disebabkan
karena hutan merupakan tempat tinggal atau habitat untuk hewan-hewan
tersebut. Jika adanya kerusakan hutan maka sumber makanan yang di
butuhkan hewan tersebut pun akan hilang dan hewan tersebut akan mati.
Dampak merugikan bai manusia adalah menyebabkan banjir dan kekeringan,
akan hilangnya sumber makanan serta obat-obatan, terjadinya krisis air
bersih, hewan pindah mencari sumber makanan baru di tempat baru, termasuk
mencari makanan di wilayah pertanian dan permukiman penduduk (Setiwan,
2015)

19
BAB IV
STUDI KASUS
“Krisis Iklim: Berbagai Kasus Mengenai PLTU Batu Bara dan Solusi dalam
Menghadapinya”

1. Kasus-Kasus yang Berhubungan dengan PLTU Batu Bara


Batu bara merupakan sumber daya yang penting yang digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kebutuhan dunia akan listrik yang
semakin tinggi, membuat pembangunan PLTU semakin banyak. Menurut data
dari World Coal Institute (2005), 40% listrik yang ada di dunia dihasilkan
dengan penggunaan batu bara. Namun, selain bermanfaat, banyak juga
pencemaran yang dihasilkan dari PLTU batu bara. Berikut adalah beberapa
kasus yang ada di Indonesia berdasarkan jurnal-jurnal yang didapatkan.

a. Dampak PLTU terhadap Masyarakat di Kelurahan Panau Kecamatan


Tawaili
Pembangunan PLTU di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili pada tahun
2004 oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah dimaksudkan untuk
pembangunan daerah serta mengatasi kekurangan pasokan listrik. Selain
dibangun oleh pemerintah, dibantu juga dengan perusahaan swasta. Dibangun
di lahan yang dahulunya adalah lahan pertanian, sehingga ada peralihan
pekerjaan masyarakat dari nelayan dan petani, menjadi buruh di PLTU.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari keberadaan PLTU tersebut, antara
lain adanya polusi udara yang dihasilkan dari PLTU, getaran mesin, radiasi
yang merupakan suara bising yang dihasilkan dari kipas pendingin yang
berkapasitas besar, limbah batu bara sisa bahan bakar utama mesin PLTU,
selain limbah cair yang dihasilkan oleh PLTU berakibat kepada masyarakat
yang berprofesi sebagai nelayan, karena biota laut yang semakin langka yang
berpengaruh kepada kehidupan nelayan-nelayan kecil. Keberadaan PLTU di
Kelurahan Panau berdampak pada kehidupan sosial yakni polusi dan debu yang
dihasilkan oleh aktivitas PLTU mengganggu kesehatan masyarakat sekitar
seperti gangguan pernafasan dan menimbulkan suara kebisingan (Julianti dkk,
2018).

20
b. Dampak PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara
PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten
Jepara merupakan pembangkit listrik yang didirikan pemerintah dan dipelopori
oleh PT. Sumitomo Coorporation Wasa Mitra Join Operational yang
merupakan pemborong dari Jepang. PLTU tersebut dibangun untuk memenuhi
kebutuhan listrik untuk wilayah Pulau Jawa, Madura dan Bali, yang tentunya
membawa dampak yang sangat banyak bagi masyarakat masyarakat di sekitar
PLTU. Dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya adalah polusi udara,
getaran mesin, radiasi yang merupakan suara bising yang dihasilkan dari kipas
pendingin yang berkapasitas besar, limbah batu bara sisa bahan bakar utama
mesin PLTU.
Dampak lingkungan hidup yang dirasakan masyarakat adalah perubahan
cuaca yang semakin panas, intensitas hujan yang sangat sedikit dan polusi yang
semakin banyak, ruang terbuka hijau yang semakin berkurang, selain itu
keadaan air laut yang berubah sehingga mempengaruhi habitat di dalamnya.
Banyak warga yang merasakan dampak pada aspek kesehatan, seperti gatal-
gatal, kulit kering, batuk berdahak (Prakoso dkk, 2016).

c. Abu PLTU Suralaya


Abu hasil dari sisa pembakaran batu bara berterbangan bebas di
lingkungan masyarakat sekitar. Keberadaan abu tersebut mengancam kesehatan
masyarakat, dari mulai terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),
hingga kematian. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Limbah Bahan
Beracun Berbahaya (B3) milik PLTU Suralaya hanya berjarak kurang dari 1
kilometer dari lingkungan masyarakat dengan tumpukan sekitar 100 meter.
Pada lokasi pengumpulan limbah batu bara, terlihat tempat penimbunan
abu disiram dengan air untuk mengurangi penyebarannya ke daerah sekitar.
Namun hal tersebut tidak berjalan maksimal, karena debu atau abu masih kerap
tercecer hingga jalan raya yang jaraknya hanya 100 meter. Abu menutupi jalan
dengan ketebalan di atas mata kaki atau sekitar 20 centimeter. Abu terbang

21
juga mengotori pepohonan yang ada di sekitar TPS, sehingga tidak sedikit
pohon yang meranggas dan mati (Ariefana, 2019).

2. Hubungan Kasus-Kasus PLTU Batu Bara dengan Krisis Iklim


Masalah paling baru yang sedang banyak disorot adalah emisi karbon
dioksida (CO2). Lepasnya CO2 ke atmosfer dari kegiatan manusia memiliki
keterkaitan dengan pemanasan global. Pembakaran bahan bakar fosil adalah
sumber utama dari emisi antropogenik di seluruh dunia (World Coal Institute,
2005).
Di Indonesia, pembakaran batu bara menyumbangkan 40% emisi karbon
dioksida terkait energi di tahun 2014. Jumlah ini diekspetasikan naik melebihi
800 juta ton hingga 2035. Selain itu, hutan yang difungsikan untuk menyerap
emisi, justru semakin banyak yang dirusak untuk menggali batu bara dalam
rangka memenuhi kebutuhan PLTU sekitar 250 juta ton/tahun. Menurut
IPCC, pemanasan global akibat ulah manusia telah mencapai 1o C pada tahun
2017 dibandingkan masa pra industri dan terus meningkat sekitar 0,2o C
setiap sepuluh tahun. Jika emisi global terus meningkat dengan kecepatan
seperti sekarang, pemanasan global akibat ulah manusia akan melewati batas
1,5o C pada sekitar tahun 2040. Batu bara menghasilkan 2 emisi sekaligus
yakni emisi yang ditimbulkan dari deforestasi dan emisi yang dihasilkan dari
buangan batu bara yang dibakar. Karena itulah laporan IPCC 2018
merekomendasikan agar energi batu bara di stop, agar suhu bumi berada di
bawah 1,5o C (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, 2018).

3. Solusi terhadap Permasalahan PLTU Batu Bara


Berbagai negara mulai meninggalkan batu bara karena dampak buruk yang
ditinggalkan. Pemerintah Indonesia harus serius dalam menangani hal ini,
misalnya dengan perlahan keluar dari ketergantungan penggunaan batu bara
sebagai energi utama, dan menggantinya dengan energi terbarukan seperti
energi surya, angin, ataupun air. Jika hal ini tidak segera dilakukan, maka
Indonesia berperan dalam penyumbang emisi terbesar yang dampaknya
terlihat pada pemanasan global.

22
Navajo Generation Station yang merupakan salah satu PLTU terbesar di
Amerika Serikat, secara permanen telah tutup pada November 2019.
Penutupan ini berarti bahwa listrik di daerah Nevada Selatan telah bebas dari
batu bara. Energi surya dan energi angin bertumbuh sangat cepat di Amerika
Serikat dalam penggunaanya sebagai energi terbarukan (Egan, 2019).
Energi terbarukan menyumbang lebih dari setengah kebutuhan pasar akan
listrik di Australia untuk pertama kalinya pada 2019. Australia menunjukkan
pengurangan penggunaan batu bara. Batu bara dianggap lebih murah daripada
energi terbarukan, tetapi nyatanya penggunaan batu bara membutuhkan biaya
perbaikan lebih besar daripada penggunaan energi terbarukan. Serta
penggunaan energi terbarukan seperti angin dan energi surya membutuhkan
biaya yang murah/sedikit (Mannheim, 2019).

23
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencemaran lingkungan merupakan perubahan yang tak
dikehendaki dari lingkungan yang sebagian besar akibat dari kegiatan
manusia. Pencemaran terbagi menjadi beberapa 4 macam, diantaranya
pencemaran air, udara, tanah, dan suara. Zat-zat yang menyebabkan
pencemaran di sebut polutan. Sumber pencemaran dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor manusia dan faktor alam. Pencemaran yang semakin
meningkat berdampak tidak hanya bagi lingkungan itu sendiri tetapi juga
bagi tumbuhan, hewan dan tentu saja pada manusia, seperti timbulnya
penyakit. Contoh studi kasus mengenai pencemaran seperti dampak PLTU
terhadap masyarakat di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili, dampak
PLTU tanjung jati B di Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten
Jepara, dan Abu PLTU Suralaya.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai bahan rujukan oleh pembaca. Makalah ini diharapkan juga dapat
diterapkan dalam kegiatan penulisan lainnya. Masih banyak kekurangan
yang harus kami perbaiki dalam penyusunan makalah ini, untuk
meningkatkan kualitas makalah, maka penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang agar penyusun dalam pembuatan makalah dapat
lebih baik lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA
Ariefana, Pebriansyah. 2019. Abu Limbah PLTU Suralaya Banten Berterbangan,
Warga Sekitar Resah. Diambil dari banten.suara.com pada Rabu, 11
Desember 2019 pukul 13.23 WIB.

Aryanta, I Wayan Redi. 2014. Pengaruh Pencemaran Lingkungan. Diambil dari


http://digilib.mercubuana.ac.id/. Diakses pada tanggal 11 Desember 2019
pukul 17.07 WIB
Basri, Iwan Setiawan. 2010. Pencemaran Udara dalam Antisipasi Teknis
Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2,
120 – 129.

Egan, Matt. 2019. Solar, wind and hydro power could soon surpass coal. Diambil
dari edition.cnn.com pada Rabu 11 Desember 2019 pukul 13.40 WIB.

Julianti, Siti Anugrah, dkk. 2018. Dampak Keberadaan Pembangkit Listrik


Tenaga Uap (PLTU) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili. Jurnal Elektronik GeoTadulako
Online. Vol 6, No. 2, hal. 35-43.

Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran : Pencemaran Air,


Pencemaran Udara, dan Kebisingan. Yogyakarta : Deepublish.

Mannheim, Markus. 2019. Renewable energy supplies more than half of


Australia’s national electricity market for the first time. Diambil dari
abc.net.au pada Rabu, 11 Desember 2019 pukul 15.43 WIB.

Muslimah. 2015. Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. Jurnal


Penelitian Vol.2 No. 1.

Prakoso, Bayu Aji, dkk. 2016. Evaluasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Tanjung Jati B di Desa Tubanan Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara. Journal of Public Policy and Management Review. Vol
5, No. 2.

Rochmad, Subardan. 2006. Ruang Lingkup Pencemaran. Diambil dari


http://repository.ut.ac.id/4450/1/BIOL4420-M1.pdf. Diakses pada tanggal
11 Desember 2019 pukul 17.18 WIB

Roziaty, Efri, dkk. 2017. Biologi Lingkungan. Surakarta : Muhammadiyah


University Press

Setiawan, Iwan. 2015. Pencemaran Kerusakan Lingkungan. Jurnal Lingkungan


Hidup. Vol 10 (2)

Sumampouw, OJ. 2015. Diktat Pencemaran Lingkungan. Diambil dari


https://www.researchgate.net/publication/278243063_Diktat_Pencemaran_
Lingkungan. Diakses pada tanggal 10 desember pukul 22.52 WIB.

25
Sumampouw, Jufri Oksfriani. 2018. Indikator Pencemaran Lingkungan.
Yogyakarta : deepublish
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). 2018. Mendesak Transisi Energi
Bersih, Berkeadilan dan Berdaulat untuk Mewujudkan Keadaan Iklim.
Diambil dari walhi.or.id pada Rabu, 11 Desember 2019 pukul 20.19 WIB.

World Coal Institute. 2005. Sumber Daya Batu Bara, Tinjauan Lengkap
Mengenai Batu Bara. Inggris: World Coal Institute.

26

Anda mungkin juga menyukai