Anda di halaman 1dari 3

Aktualitas DPD Dalam Ketatanegaraan

(Sabar Winda), (Lukman hakim, SH., MH), (Ibnu Qory Nur Fikri)

,(Laily Nur Rachmah), (Rifki Maulana)

BAB I. PENDAHULUAN

Kehadiran DPD merupakan produk dari perubahan (amandemen) konstitusi UUD NRI
1945 yang ketiga. Dari perubahan ketiga UUD NRI 1945, lahir lembaga DPD yang terdapat pada
pasal 22C, 22D, dan 22E UUD NRI 1945. kemudian diatur lebih lanjut pada perubahan keempat
UUD 1945 yang konteksnya sebagai bagian dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hal ini
tertuang dalam pasal 2 ayat 1 UUD NRI 1945 dikatakan bahwa MPR terdiri dari angota DPR dan
anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.
Lembaga DPD yang dikenal dengan Senator lahir pada tanggal 1 Oktober 2004 dengan
128 anggota senator yang mewakili dari 32 Provinsi pada waktu itu. Dibandingkan dengan DPR
yang lahir sejak 1918 (dikenal dengan nama Volksraad), DPD jauh lebih muda daripada DPR,
tentunya secara “kematangan” kelembagaan bisa dibilang masih merangkak diusianya kini yang
memasuki 14 (empat belas) tahun pada periode ketiga ini (2004 – 2009, 2009 – 2014, 2014 –
2019). Kehadiran Senator memang sudah dilaksanakan sesuai konsitusi sejak 1949-1950, dengan
adanya sistem dua kamar selain DPR pada waktu itu. Gagasan utusan daerah juga bisa kita
pelajari sejarah pada Komite Nasional Pusat (KNP) 1945-1949 sebagai lembaga parlemen yang
dipilih representasi dari daerah maupun dari anggota MPR yang bertahan beberapa tahun
kemudian
Substansi keterwakilan daerah di DPD adalah akomodasi kepentingan daerah yang
dijamin secara konstitusional dan dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan
perundang-undangan sebagai produk hukum menjadi dasar pembuatan keputusan tata usaha
negara; menjadi dasar pembentukan peraturan perundang-undangan; menjadi dasar hubungan
hukum antar para warga masyarakat dan penyelesaian masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Dalam konteks ini, peraturan perundang-undangan sebagai produk hukum menjadi sarana yang
amat penting dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Namun, pada saat terjadinya
Perubahan Ketiga UUD 1945 hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
2001 justru mengadopsikan gagasan parlemen ‘becameral’ yang bersifat ‘soft’. Kedua kamar
lembaga perwakilan tersebut tidak dilengkapi dengan kewenangan yang sama kuat. Yang lebih
kuat Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan kewenangan Dewan Perwakilan Daerah hanya
bersifat tambahan dan terbatas pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah

BAB II. PEMBAHASAN

Proses transisi Indonesia menuju ke demokrasi adalah reformasi ketatanegaraan yang


diatur dalam amandemen UUD 1945, Salah satu dari perubahan penting adalah terbentuk sebuah
lembaga negara baru bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Apakah fungsi dari DPD dapat
mewakili kepentingan daerah ,DPD tidak hanya berfungsi sebagai konseling dewan otonomi
daerah ,tidak juga mampu menjadi lembaga legislatif sebagai negara yang menganut sistem
bikameral ,amandemen konstitusii1945 yang telah terjadi empat kali adalah jalan utama untuk
memperkuat posisi lembaga ini sebagai lembaga legislatif untuk mendampingi DPR,dalam
mewakili terlaksananya dan terpenuhinya kebutuhan serta kepentingan rakyat .

Secara legal keberadaan DPD tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun


2003 tentang susunan dan kedudukan (Susduk ) MPR,DPR,DPD dan DPRD. Namun, jarang
disebutkan tugas ,fungsi dan wewenang DPD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
yang sering disebutkna DPD hanyalah subordinat DPR.

1. SISTEM DUA KAMAR

Penerapan sistem dua kamar parlemen selama ini dipahami bahwa kedudukan kedua
kamar itu dibidang legislatif sama kuat ,maka sifat bikameralismenya disebut “strong
bicameralism” tetapi jika kedua kamar tidak sama kuat ,maka disebut “ Soft bicameralism”
Dengan kata lain bahwa DPD Hanya memberikan masukan sedangkan yang memutuskan adalah
DPR sehingga lebih tepat disebut sebagai dewan pertimbangan DPR karena kedudukannya
hanya memberikan pertimbangan DPR .

Sejak awal kemunculan gagasan demokrasi perwakilan, beriringan muncul juga


pemikiran untuk menciptakan wadah demokrasi perwakilan yang bertugas menghasilkan
keputusan-keputusan penting dalam urusan bernegara demi kesejahteraan warga yang diwakili.
Pada umumnya dikenal ada dua macam lembaga perwakilan atau parlemen, yaitu parlemen dua
kamar (bicameral parliament) dan parlemen satu kamar (unicameral parliament). Sistem satu
kamar (unicameral parliament) adalah sistem pemerintahan yang hanya memiliki satu kamar
pada parlemen atau lembaga legislatif sedangkan lembaga perwakilan dua kamar (bicameral
parliament) pada hakikatnya merupakan suatu bentuk wadah demokrasi perwakilan yang terdiri
dari dua kamar atau dua dewan dalam lembaga legislatif. Bentuk lembaga perwakilan semacam
ini merupakan hasil proses panjang penyelenggaraan negara di berbagai belahan dunia. Sistem
bikameral di parlemen Indonesia yang diharapkan mampu mencapai tujuan penting untuk
memperkuat aspirasi daerah dan menciptakan keseimbangan di badan legislatif ternyata masih
tidak efektif. Terbatasnya kewenangan DPD ini menimbulkan pernyataan bahwa keberadaannya
hanya merupakan ordinesi dari DPR atau pelengkap dalam sistem perwakilan. Padahal
semestinya dalam sistem bikameral masing-masing kamar diberikan kewenangan yang relatif
berimbang dalam menciptakan check and balances.

2. FUNGSI DPD

Fungsi , tugas dan wewenang yang sudah terbatas adalam UUD 1945 lebih dibatasi lagi oleh
pertuan perundang-undangan dibawahnya ,pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
pembentukan Peraturan Perundang-undangan hanya mengatur kewenangan DPR dan Pemerintah
dalam penentuan prioritas Prolegnas tanpa keterlibatan DPD ,Serta tidak mengatur hal-hal
lainnya secara lebih rinci sehingga dalam prakteknya DPD acap kali mengajukan suatu
rancangan .1

Iskandar. (Juni 2020). Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora. Peran dan Fungsi DPD RI , 438-439.

Anda mungkin juga menyukai