Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SHOUM (PUASA)

Diajukan Guna Memenuhi Tugas

Mata kuliah FIQIH I

Dosen Pengampu: Abu Ubaidah, M.A.

Disusun oleh:

Kelompok 4

IMRO’ATUN AZIZAH NIM: 20.01.0017

INDAH MUSLIMAH NIM: 20.01.0018

MUHAMMAD AKSAN NIM: 20.01.0023

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AL-AMIN INDRAMAYU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Tuhan yang maha Esa. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah sampai zaman terang-benerang seperti saat ini. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Shoum (Puasa)”  tidak kurang
dari pada waktu yang telah ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Fiqih I , serta merupakan
bentuk tanggung jawab kami pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf jika
dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam upaya
evaluasi diri.

Indramayu, 23 September 2021

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Pengertian Puasa...........................................................................................5

B. Macam dan Dasar Hukum Puasa..................................................................6

1. Macam-macam Puasa................................................................................6

2. Dasar Hukum Puasa..................................................................................7

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang beriman,
setiap orang islam yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan ibadah
puasa ini selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi tangga
ke tingkat takwa karena takwalah dasar keheningan jiwa dan keluruhan budi dan
akhlak.

Oleh sebab itu, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan puasa,
dari dasar hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain sebagainya.

Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca
untuk maksud tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.

Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami
ucapkan terima kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik
dan hidayah-Nya. Aamiin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum pelaksanaan puasa?
2. Apa saja syarat dan rukunnya?
3. Apa saja hal-hal yang sunnah dalam berpuasa?
4. Apa saja yang membatalkannya?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dasar hukum pelaksanaan puasa.
2. Mengetahui syarat dan rukun puasa.
3. Mengetahui hal-hal yang sunah dalam berpuasa.
4. Mengetahui hal-hal yang membatakan puasa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti
menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
ُ ْ‫ِإنِّي نَ َذر‬.
َ ‫ت لِلرَّحْ م ِن‬
‫صوْ ًما‬
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”

Shaumu(puasa) menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala sesuatu


seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil.
Menurut Syara’ (istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut
dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :
٬m‫ع‬ِ ْ‫ار َعلَي ْال َوجْ ِه ْال َم ْشرُو‬ ِ َ‫في النَّه‬ ِ ‫ب َو ْال ِج َم‬
ِ ٬‫اع َو َغي ِْرهَا ِم َّما َو َر َد بِ ِه‬ ِ ْ‫ك ع َِن اَْأل ْك ِل َوال ُّشر‬ ُ ‫اَِإْل ْم َسا‬
‫ت‬ٍ ‫َّم َو ْال َم ْكرُوْ ِه فِي َو ْق‬mِ‫ث َو َغي ِْرهَا ِمنَ ْالكَاَل ِم ْال ُم َحر‬
ِ َ‫ك ع َِن الَّل ْغ ِو َوال َّرف‬ َ ِ‫َويَ ْتبَ ُع ذل‬
ُ ‫ك اِإْل ْم َسا‬
۰‫ص ٍة‬َ ْ‫ بِ َش َرا ِئطَ َم ْخصُو‬٬‫ص‬ ٍ ْ‫َم ْخصُو‬
“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang
diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula
menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-
waktu tertentu dan menurut syarat-syarat yang ditetapkan.”
B. Dasar hukum pelaksanaannya
Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada
tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan
itu ibadah yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin umat Muhammad Saw.
Firman Allah Swt.
۰ َ‫ب َعلَي الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬
َ ِ‫م َك َما ُكت‬mُ ‫صيَا‬ َ ِ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬

5
Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa
(Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).
Sabda Nabi Saw.
َّ ‫ام ال‬mِ َ‫ َوِإق‬٬ِ‫ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬٬ُ‫ َشهَا َد ِة َأ ْن آلاِلهَ اِاَّل هللا‬: ‫س‬
‫ َوِإ ْيتَا ِء‬٬‫صاَل ِة‬ ٍ ‫بُنِ َي ْاِإل ْساَل ُم َعلَي خَ ْم‬
۰‫ت‬ ِ ‫ َو َحجِّ ْالبَ ْي‬٬ َ‫ضان‬ َ ‫صوْ ِم َر َم‬ َ ‫ َو‬٬‫ال َّز َكا ِة‬
“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik haji
ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).
Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa diwajibkan
atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu
menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat di waktu
bulan Ramadhan wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan
bahwasanya puasa salah satu rukun Islam yang lima, karena itu puasa di bulan
Ramadhan adalah wajib dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-
laki maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal,
baligh (dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.
Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang dalam
rangka terapi pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka
mendapat manfaat juga dari puasanya yaitu manfaat jasmaniah.
Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk kesehatan.
Walaupun orang ini berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam,
namun mereka puasanya tanpa niat ibadah kepada Allah yaitu dengan niat
berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka puasanya
adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi tidak
mendapat manfaat rohaniah.
C. Memulai Puasa Bulan Ramadhan
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap
harinya sejak terbit pagi hingga terbenam matahari.
Puasa Ramadhan dimulai dengan salah satu sebab sebagai berikut :

6
1. Melihat bulan Ramadhan setelah terbenam matahari pada tanggal 29 (akhir)
Sya’ban.
2. Penetapan Hakim Syar’i akan awal bulan Ramadhan berdasarkan keterangan
saksi, sekurang-kurangnya seorang laki-laki, bahwa ia melihat bulan.
3. Penetapan awal bulan Ramadhan dengan perhitungan ahli hisab (perhitungan)
a. Apabila bulan tidak terlihat, maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari.
b. Keterangan orang yang dapat dipercaya kebenarannya oleh penerima
berita, bahwa ia melihat bulan Ramadhan.
4. Dengan hisab sebagaimana firman Allah. Swt.
َ َ‫ َما َخل‬٬‫اب‬
‫ق‬ َ ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموْ ا َع َد َد ال ِّسنِ ْينَ َو ْال ِح َس‬
ِ ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُوْ رًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫س‬
ِ ‫ يُفَصِّ ُل اآْل يَا‬٬‫ق‬
۰ َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُموْ ن‬ ِّ ‫هللاُ ذلِكَ ِإاَّل بِ ْال َح‬
Artinya: “Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
serta diaturnya tempat perjalanan, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
hitungan (hisabnya). Tuhan tidak menjadikan semuanya itu kecuali dengan pasti.
Tuhan menerangkan segalanya (tandaan) dengan ayat-ayat-Nya bagi semua orang
yang berpengatahuan. (QS. Yunus-5).
Sabda Rasulullah Saw.

ُ‫ ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموْ ه‬٬m‫ ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموْ هُ فَصُوْ ُموْ ا‬:‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ِ‫ع َْن اب ِْن ُع َم َر ع َْن َرسُوْ ِل هللا‬
ُ‫ فَِإ ْن ُغ َّم َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ُدرُوْ ا لَه‬۰m‫فَا ْف ِطرُوْ ا‬.
Artinya: “Dari ‘Umar ra., Rasulullah Saw., bersabda : Apabila kamu melihat
bulan Ramadhan, hendaklah berpuasa dan apabila kamu melihat bulan Syawal
hendaklah kamu berbuka. Maka jika tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu
perhitungkanlah jumlahnya hari dalam satu bulan”. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i
dan Ibnu Majah).

D. Syarat Puasa
1. Syarat-syarat wajib berpuasa
a. Islam
b. Baligh dan berakal. anak-anak belum diwajibkan berpuasa tetapi apabila kuat
mengerjakannya boleh diajak berpuasa sebagai latihan.
c. Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita)

7
d. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang sudah
tua. Orang sakit dan orang tua, mereka ini boleh tidak berpuasa, tetapi wajib
membayar fidyah.
2. Syarat-syarat sahnya puasa
a. Islam.
b. Tamyiz.
c. Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika
mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan hari
yang ia tinggalkan.
d. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa yaitu diluar bulan
Ramadhan seperti puasa pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10
Zulhijjah), tiga hari tasyrik yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah, hari syak yakni
hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.

E. Rukun Puasa
1. Niat yaitu menyengaja puasa Ramadhan setelah terbenam matahari hingga
sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergerak
(berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan.
Adapun puasa sunnat boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.
2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
َ‫ َحتَّي يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمن‬m‫َب هللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا‬
َ ‫ َما َكت‬m‫فَ ْالئنَ بَا ِشرُوْ ه َُّن َوا ْبتَ ُغوْ ا‬
ِّ ‫ْالخَ ي ِْط اَأْلس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ثُ َّم َأتِ ُّموْ ا ال‬
۰‫صيَا َم ِإلَي الَّيْل‬
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah
kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu dan makan-minumlah
hingga nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar kemudian sempurnakanlah
puasa sampai malam.
Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan
gelapnya malam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala turun ayat yang artinya: “hingga nyata
benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah seutas tali hitam dan

8
seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di waktu
malam dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang
menemui Rasulullah Saw dan saya ceritakan padanya hal itu.
Sabda Nabi Saw :

ِ َ‫ِإنَّ َما ذلِكَ َس َوا ُد اللَّي ِْل َوبَيَاضُ النَّه‬


‫ار‬
Artinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”.

F. Yang membatalkan puasa


1. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti
makan, minum, merokok, memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam
hidung hingga melewati pangkal hidungnya. Tetapi jika karena lupa, tiadalah
yang demikian itu membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di
punggung atau lainnya yang serupa, tidak membatalkannya, karena di paha
atau punggung bukan berarti melalui lobang rongga badan.
2. Muntah dengan sengaja; muntah tidak dengan sengaja tidak membatalkannya.
3. Haid dan nifas; wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa, tetapi
wajib mengqodha sebanyak hari yang ditinggalkan waktu haid dan nifas.
4. Jima’ pada siang hari.
5. Gila walaupun sebentar.
6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.
7. Murtad, yakni keluar dari agama Islam.
Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ pada siang hari di
bulan Ramadhan. Orang yang berjima’ pada siang hari bulan Ramadhan,
puasanya batal. Selain itu ia wajib membayar denda atau kifarat. sebagaimana
dinyatakan oleh Rasulullah Saw. :
‫صلَّي‬َ ِ‫ل هللا‬mُ ْ‫ضانَ فَا ْستَ ْفتَي َرسُو‬ َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َأ َّن َر ُجاًل َوقَ َع بِا ْم َرَأتِ ِه فِي َر َم‬ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
ِ ‫ َوهَلْ تَ ْست َِط ْي ُع‬. ‫ اَل‬:‫ هَلْ تَ ِج ُد َرقَبَةً ؟ قَا َل‬:‫ال‬
َ َ‫صيَا َم َشه َْري ِْن ؟ ق‬
. ‫ اَل‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬٬‫ك‬َ ِ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن ذل‬
ْ ‫فََأ‬.
)‫ (رواه مسلم‬.‫ط ِع ْم ِستِّ ْينَ ِم ْس ِك ْينًا‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah bercampur
dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi
Saw. : “Adakah engkau mempunyai budak ? (dimerdekakan). Ia menjwab : Tidak.

9
Nabi berkata lagi : “Kuatkah engkau puasa dua bulan berturut-turut ?”. Ia
menjawab : Tidak. Sabda Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa, maka berilah
makan orang-orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim).

G. Hal-hal sunnat dalam berpuasa


1. Menyegrakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari
sudah terbenam.
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.
3. Berdoa sewaktu berbuka puasa.
4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah
kekuatan ketika puasa.
5. Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.
6. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.
7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.
8. Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau
mengajar) karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.

H. Puasa sunnat dan macam-macamnya.


Puasa sunnat adalah puasa yang disunnatkan kita untuk melakukannya. Di
antara puasa-puasa sunnat ini ialah :
1. Berpuasa sehari dan berbuka sehari (puasa Nabi Daud)
2. Puasa enam di bulan Syawal.
3. Puasa hari Arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali orang yang sedang
mengerjakan ibadah haji, maka puasa ini tidak disunnatkan atasnya.
4. Puasa hari Asyura (hari yang kesepuluh dari bulan Muharram).
5. Puasa hari senin dan kamis.
6. Puasa tiga hari pada tiap bulan dalam hubungan ini berpuasa pada tanggal 13,
14 dan 15 tiap bulan berpuasa pada hari putih.
7. Puasa Sya’ban.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah terjemahan dari Ash Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti
menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. “Saumu” (puasa),
menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan,
minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Berdasarkan ketetapan Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 dan ketetapan hadis
yang telah disebutkan diatas, puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana
diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang
berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia
berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu
rukun Islam yang lima, karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib
dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki
maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh
(dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap
harinya sejak terbit pagi hingga terbenam matahari.

11
DAFTAR PUSTAKA
Bahreij, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Rifa’i, Moh., 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Rasjid, Sulaiman., 2012. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sabiq, Sayyid., 1993. Fikih Sunnah 3. Bandung: Al-Ma’arif.

12

Anda mungkin juga menyukai