Anda di halaman 1dari 10

• Bukankah kita diselamatkan oleh kasih karunia?

Kan sudah cukup hanya


dengan percaya saja bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Tuhan? Mengapa
ada tuntutan harus hidup saleh lagi?

• atau kita diselamatkan oleh kasih karunia + UPAYA kita (menjadi saleh itu
tadi) sehingga kita diharuskan hidup saleh?

Satu-satunya agama di dunia yang menyodorkan konsep keselamatan


melalui iman kepada JURUSELAMAT adalah agama Kristen. Agama-agama
yang lain semuanya mengajarkan konsep selamat melalui perbuatan/upaya
manusia itu sendiri, amal ibadahnya sendiri yang bisa membawa manusia ke
Surga.

Karena itu bagi orang Kristen seharusnya TIDAK PERLU MUNCUL


PERTANYAAN keselamatan itu diperoleh dari mana. Sudah benar konsepnya
bahwa KESELAMATAN ITU KITA PEROLEH 100% DARI TUHAN, KARENA KASIH
KARUNIANYA. Titik.

Kristus sudah mati bagi kita sebelum kita mengenal Dia. Tidak ada usaha apa
pun (baik amal maupun ibadah) dari kita yang bisa mewujudkan
keselamatan kita.

Yohanes 3:16 mencatat:“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya setiap
orang yang percaya dalam Dia tidak binasa,melainkan beroleh hidup yang
kekal.” Sampai di sini tentu semua orang Kristen setuju.
NAH, SEKARANG KITA DATANG KE TEMA KONTROVERSI KITA.
Jika kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan, lalu mengapa di Alkitab ada
banyak ayat yang mengatakan kita harus begini, harus begitu, tidak boleh
begini, tidak boleh begitu? Jika kita sudah diselamatkan bukan karena
perbuatan kita, mengapa setelah itu kita masih punya kewajiban berbuat
macam-macam? Kita kan sudah diselamatkan! Berarti apa pun perbuatan
kita, itu tidak mempengaruhi keselamatan kita, bukan? Kita toh tidak
diselamatkan karena perbuatan kita? Orang paling benci dengan kewajiban.
Kalau bicara hak pasti diperjuangkan, jangan sampai haknya tidak diperoleh.
Tapi kalau bicara kewajiban, banyak orang alergi. Kalau bisa itu tidak usah
disinggung saja.

Dan sifat tidak menyukai kewajiban inilah yang membuat banyak orang
Kristen memilih konsep “SEKALI SELAMAT SELAMANYA SELAMAT”,
maksudnya perbuatan kita tidak mempengaruhi keselamatan kita.
Penebusan Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari segalanya. Perbuatan
kita tidak akan menghapus keselamatan kita karena keselamatan itu tadinya
tidak diberikan berdasarkan perbuatan kita. Dan sebagian besar masyarakat
Kristen menganut faham ini. Gereja-gereja yang mengajarkan konsep “sekali
selamat selamanya selamat” itu sangat populer dan memiliki jumlah jemaat
yang besar. “Bersukacitalah, karena sudah diselamatkan, Surga itu kepastian.
Semua orang yang sudah mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan
Tuhan, sudah pasti selamat, otomatis masuk Surga.” Itu motto mereka.

INILAH PENIPUAN TERBESAR SETAN UNTUK MENYESATKAN ORANG KRISTEN.


Tidak ada konsep “sekali selamat selamanya selamat” itu di Alkitab. Lihat
beberapa ayat di Alkitab, apakah orang Kristen itu perbuatannya dihakimi
atau tidak oleh Tuhan: 1 Petrus 4:17 “Karena sekarang telah tiba saatnya
penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus
pertama-tama dihakimi. Dan jika PENGHAKIMAN ITU DIMULAI PADA
KITA, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya
pada Injil Allah?

Sangat jelas ayat ini berkata apa? “PENGHAKIMAN ITU DIMULAI PADA KITA”.
Siapa “KITA” di sini?
Siapa yang menulis ayat ini? Petrus. Siapa Petrus? Orang atheis? Penyembah
berhala? Bukan. Petrus adalah murid Yesus, orang Kristen, seorang rasul,
murid Yesus angkatan pertama. Jadi bila Petrus berkata “KITA” siapa yang
dimaksud olehnya? Orang atheis? Orang-orang beragama lain? Bukan! “KITA”
adalah orang-orang Kristen yang sama dengan Petrus, orang-orang yang
mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Jadi apakah orang-orang Kristen MASIH PERLU DIHAKIMI? Jelas ayat ini
berkata, justru penghakiman itu dimulai dari orang-orang Kristen!

Wahyu 20:12-13 “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil,


berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga
sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati
dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada
tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang
mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan
orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan MEREKA DIHAKIMI
MASING-MASING MENURUT PERBUATANNYA. Sekarang, bagaimana kita
dihakimi? Apa kita yang dihakimi?
Apakah hanya kita sudah atau belum menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dan Tuhan kita, begitu? Ayat ini jelas sekali mengatakan,
“mereka dihakimi masing-masing menurut PERBUATANNYA.” Perbuatan kita
yang dihakimi.
Jadi apakah perbuatan kita bisa menyebabkan kita gagal dibawa ke Surga?

B I S A S E K A L I !!!
Perbuatan kita yang menentukan apakah kita akan dibawa ke Surga atau
apakah kita akan ditinggalkan mati di dunia. Jadi, bila ada yang mengatakan
“sekali selamat selamanya selamat”, sadarilah, itu bukan ajaran Tuhan, itu
ajaran musuh Tuhan yang sengaja menjebak manusia supaya mereka
nantinya gagal selamat semua. Banyak orang Kristen menganggap karena
mereka sudah Kristen berarti pasti selamat, ternyata tidak begitu ketentuan
Tuhan, mereka telah tertipu. Selama ini mereka sudah tidak hidup sesuai
perintah Tuhan karena menganggap mereka sudah diselamatkan dan
mereka tidak dihakimi, pada akhir zaman mereka baru sadar bahwa mereka
gagal dibawa ke Surga. Pada saat itu sudah terlambat untuk mau mematuhi
perintah Tuhan.

Tuhan sudah terus-menerus mengingatkan, bahwa kepatuhan kepada


perintah Tuhan itu adalah suatu keharusan bagi umat Tuhan. Alkitab banyak
sekali berisikan perintah Tuhan bahwa justru orang yang sudah
diselamatkan itu yang punya kewajiban tunduk kepada Tuhan. Sebelumnya
coba renungkan dulu ilustrasi ini:

• Umpama kita ini domba-domba ya. Orang Kristen kan sering dilambangkan
oleh domba. Kita ini tadinya domba-domba liar, hidup liar, tersebar di mana-
mana, pemilik domba-domba itu (yaitu Setan) memberi kebebasan semua
dombanya untuk hidup sesuka hati. Setan tidak punya hukum, tidak punya
peraturan, ikut Setan tidak ada larangan apa pun. Bebas semaunya boleh.
Enak, kan?

• Domba-domba yang dibiarkan liar sesukanya ini tentu saja tidak tahu
bahwa sebenarnya mereka sedang digiring kepada kebinasaan.

• Seorang Gembala yang baik melihat domba-domba yang bakal binasa itu,
lalu mau menyelamatkan mereka. Dia beli semua domba itu dari pemiliknya.
Dia bayar dengan harga yang sangat mahal. Dan semua domba itu pun
menjadi miliknya.

• Domba-domba itu tersebar di mana-mana. Maka Gembala ini memanggil


domba-domba itu.

• Tapi tidak semua domba mau datang kepada Gembala yang telah membeli
mereka. Banyak yang memilih tetap hidup bebas dan liar karena sudah
terbiasa hidup demikian.

• Gembala ini tidak memaksa supaya semua domba yang sudah dibelinya
harus mau mengikutinya. Hanya domba-domba yang datang kepadanya
yang dihampirinya.

• Kepada domba-domba yang datang kepadanya, Gembala itu membungkuk


mengulurkan tanganNya. Jika domba itu diam, tidak lari, atau bahkan
mendekat, maka berikutnya Gembala itu mengangkat domba ini, dipeluknya,
dan dibawanya pulang. Jadi domba itu modalnya hanya mau saja diangkat
Sang Gembala. Tidak punya modal lain, kan?
• Lalu sepanjang perjalanan dibawa pulang Sang Gembala, domba itu juga
tidak berbuat apa-apa, dia enak saja dalam gendongan Sang Gembala. Yang
menempuh perjalanan pulang ya Gembalanya, dombanya tidak berjalan,
tidak ada kontribusi apa-apa.

• Hingga tiba di tempat Gembala. Jadi domba itu tiba di tempat Gembala
100% adalah jasa Sang Gembala. Domba itu tidak berbuat apa-apa sama
sekali.

• Sekarang, setiba di tempat, Gembala memasukkan domba ini ke dalam


kandang.

• Nah, sekarang! Setelah masuk ke dalam kandang, domba ini tidak


digendong lagi, kan? Domba itu harus mulai menjalani hidup yang baru,
sebagai domba yang dipelihara Gembala itu. Dan sekarang, domba itu harus
menjalani hidup yang baru, hidup di bawah pemeliharaan Sang Gembala.

Pertanyaan: Sama tidak pola hidupnya di dalam kandang sekarang dengan


pola hidupnya sewaktu bebas di mana-mana?
Ya jelas tidak sama. Kalau tadinya
dia bisa berbuat apa saja sesukanya, tidak ada yang melarang, tapi sekarang
di dalam kandang, dia harus hidup menurut peraturan Gembala. Gembala
yang menyediakan makanan dan minumannya, Gembala yang merawat dia,
Gembala yang melindungi dia dari serangan binatang buas, Gembala yang
bertanggung jawab penuh atas hidupnya; tapi sebaliknya domba itu harus
patuh kepada perintah Sang Gembala, kan? Domba itu harus tetap tinggal di
dalam batasan pagar kandangnya. Kalau dulu dia bebas makan apa saja
sesukanya, sekarang dia hanya bisa makan apa yang disediakan Gembala
baginya. Kalau dulu dia bisa lepas sesukanya, sekarang dia hanya lepas bila
Sang Gembala yang mengajaknya keluar kandang. Berarti, setelah ikut Sang
Gembala, domba ini punya kewajiban tidak? Justru setelah menjadi milik
Sang Gembala, domba itu punya kewajiban patuh kepada Sang Gembala!
Domba itu tidak bebas lagi semaunya. Dia hidup terlindung, dipagari
kandang; dia makan terjamin, apa yang disajikan Sang Gembala; dia
tergantung 100% kepada Sang Gembala.

Jadi kapan domba ini memiliki kewajiban patuh kepada Gembalanya? Ketika
dia SUDAH dibawa masuk ke kandang milik Gembala. Sebelum itu dia tidak
punya kewajiban untuk patuh karena Gembala itu bukan tuannya. Tapi
sekarang, Gembala itu menjadi tuannya, maka domba itu harus patuh
kepada tuannya.

Bisa ditangkap ilustrasi ini? Domba ini menggambarkan kita.


Jadi sebelum kita diselamatkan, tidak ada kewajiban kita patuh kepada
semua perintah Tuhan. Tapi justru SETELAH KITA DISELAMATKAN, kita baru
punya kewajiban patuh kepada semua perintah Tuhan.

Hukum-hukum Tuhan menjadi pagar kandang kita. Sebagaimana domba itu


hidup di dalam kandang, begitu pula kita harus hidup di dalam pagar-pagar
Hukum Tuhan.

Sekarang, susah tidak buat domba yang tadinya liar, hidup sesukanya untuk
berubah dan hidup menurut perintah Gembalanya? Susah, pada awalnya.
Semua perubahan itu susah. Begitu juga kita. Yang tadinya hidup sesuka
hati, makan sesuka hati, berbuat sesuka hati, sekarang harus belajar tunduk
pada perintah Tuhan. Susah.

Tetapi, sebagaimana Gembala itu mengajar dan melatih dombaNya untuk


tinggal di dalam kandang, begitu pula Tuhan memampukan kita untuk
mengubah pola hidup kita. Yang penting kita mau. Pepatah berkata, “Where
there is a will, there is a way”, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Jadi
modalnya adalah KEMAUAN dari pihak kita. Selanjutnya Tuhan yang
berkarya di dalam kita.

Seperti domba liar itu sudah mau dibawa pulang, kita juga sudah mau
diselamatkan, maka langkah selanjutnya, kita perlu mau dididik dan dilatih
oleh Gembala kita untuk mematuhi perintah-perintahNya. Supaya apa?
Supaya kita diidentifikasi sebagai milikNya.

Jadi, semoga kita sekarang sudah paham, bahwa JUSTRU SETELAH KITA


DISELAMATKAN, KITA WAJIB HIDUP SESUAI KEHENDAK SANG GEMBALA,
KEHENDAK TUHAN.

6. Kesalehan ~ apa itu kesalehan? Artinya tidak berbuat dosa, tidak


melanggar perintah Allah. Lho, jadi orang Kristen harus saleh, tidak? Ternyata
ditulis di sini kalau itu termasuk salah satu tahap yang harus dicapai.

Jadi sekali lagi, sebelum domba itu dibawa pulang ke kandang Gembala, dia
tidak usah berbuat apa-apa, cukup asal dia mau saja digendong Sang
Gembala. Semuanya dilakukan oleh Sang Gembala.

Begitu juga kita. Sebelum kita diselamatkan, kita tidak usah berbuat apa-apa.
Semuanya sudah dilakukan oleh Tuhan bagi kita. Kita tinggal mau
menerimanya saja.

Tetapi setelah domba itu dibawa ke kandang Sang Gembala, maka domba itu
harus berbuat sesuatu untuk kelangsungan hidupnya di sana.

Begitu juga kita. Setelah kita masuk ke kandang Yesus Kristus, kita harus
“bertekun” dan “memastikan” kita tetap ada di sana, kita harus “bertekun”
dan “memastikan” bahwa panggilan kita dan terpilihnya kita itu tidak
berakhir cuma-cuma, melainkan akan bertahan terus hingga kita tiba di
“Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”
Marilah kita bersama-sama “bertekun” dan “memastikan” kita akan tiba di
“Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”Amin.

Anda mungkin juga menyukai