Anda di halaman 1dari 21

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap lembaga pendidikan dituntut untuk terus meningkatkan mutu proses maupun
luaran pendidikannya. Dalam menjaga mutu tersebut, diperlukan adanya quality controll yang
mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukungnya. Karena itulah sebuah
lembaga pendidikan tentunya tidak terlepas dari kegiatan supervisi, sebagai suatu pendekatan
untuk memberikan bantuan dalam pencapaian mutu tersebut. 1
Istilah supervisi terdiri dari dua kata: super dan visi. Kata “super” berarti atas atau
lebih, sedangkan “visi” berarti lihat, tilik dan awasi. Sehingga secara sederhana supervisi
merupakan aktivitas untuk melihat, menilik atau mengawasi dari atas. 2 Dalam pengertian ini
ditunjukkan ada dua pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya, yaitu pengawas (supervisor)
dan yang diawasi (supervisee). Pada hakikatnya, supervisi merupakan kegiatan profesional
yang dilakukan oleh pengawas (supervisor) satuan pendidikan dalam rangka membantu
kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya (supervisee) guna meningkatkan
mutu, dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan.3
Pentingnya pelaksanaan supervisi dalam dunia pendidikan dewasa ini semakin
mendesak berpacu dengan perkembangan teknologi, sosial, ekonomi, politik; yang semakin
menuntut pentingnya profesionalitas kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya
dalam melaksanakan tugas pendidikan. Sehingga dalam hal ini, kepala sekolah dan pengawas
sekolah dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan dapat berperan memberikan bantuan
dan bimbingan melalui kegiatan supervisi.4 Itu sebabnya dalam kegiatan ini, fungsi supervisi
tidak semata-mata dalam hal kegiatan teknis untuk memantau dan memeriksa kegiatan secara
mekanistis, tetapi harus bermakna untuk membina dan membimbing melalui kematangan
pengalaman dan kompetensinya.5
Supervisi pendidikan merupakan bagian dari pengawasan (controlling), untuk menilai,
memperbaiki dan meningkatan mutu. Supervisi pendidikan juga merupakan tindak lanjut dari

1
Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan (Teori dan Praktek Dalam Mengembangkan SDM Guru), Surabaya:
Penerbit Acima Publishing, 2012, hlm. 27.
2
Ibid., hlm. 4.
3
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Modul Pengelolaan Supervisi Manajerial, Jakarta: 2018,
hlm. 11.
4
Muwahid Shulhan, Op,cit., hlm.13.
5
Aan Komariah, Melaksanakan Supervisi Akademis Melalui Penlitian Tindakan Sekolah, dalam: Jurnal
Administrasi Pendidikan UPI, Vol. 10, No. 2, 2009, hlm. 2.

3 dari 23
kontrol dan inspeksi. Kontrol bertujuan untuk memeriksa apakah pekerjaan berjalan seperti
yang telah direncanakan, sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan maupun prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan. Inspeksi merupakan pemeriksaan di tempat kerja untuk mengetahui
bagaimana suatu proses pekerjaan dilakukan oleh kepala sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan.6 Secara lebih lengkap, Gregorio (1966) mengemukakan bahwa ada lima fungsi
utama supervisi pendidikan, yaitu: sebagai inspeksi (untuk menemukan permasalahan melalui
metode pengumpulan data), penelitian (untuk mencari jalan keluar dari pemasalahan yang
dihadapi), pelatihan (untuk meningkatkan keterampilan kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan), bimbingan (untuk mendorong pihak yang diawasi agar mau melakukan
perbaikan dalam menjalankan tugasnya), dan penilaian (untuk mengukur tingkat kemajuan
yang diinginkan).7
Supervisi pendidikan terdiri dari dua jenis, yaitu supervisi akademik dan supervisi
manajerial. Supervisi akademik merupakan kegiatan supervisi yang menitikberatkan pada
pengamatan pengawas terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam
maupun di luar kelas, yang terdiri dari supervisi klinis dan supervisi kelas. Sedangkan supervisi
manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi
sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.8
Secara khusus makalah ini akan membahas secara lebih mendalam mengenai supervisi
manajerial. Ada berbagai teori atau konsep pelaksanaan supervisi manajerial yang dilakukan
oleh pengawas dalam upaya mendorong agar aktivitas penyelenggaraan manajerial organisasi
pendidikan dapat terlaksana dengan tingkat efesien, efektif dan produktifitas yang tinggi.
Makalah ini akan menggali konsep tersebut sekaligus menunjukkan bagaimana gambaran
praktik pelaksanaan superivisi ini berdasarkan konsep tersebut, melalui penggalian hasil-hasil
penelitian terhadap kajian aspek supervisi manajerial yang ada maupun berdasarkan
pengalaman penulis sendiri di sekolah. Termasuk berdasarkan hasil penelitian ini, penulis juga
akan menggali bagaimana peran sentral pengawas dalam kegiatan supervisi ini untuk
mendorong peningkatan kinerja kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya. Berikut akan
diuraikan secara lebih mendalam konsep, pelaksanaan dan hasil penelitian tentang pelaksanaan
supervisi manajerial.

6
Ratu Vina Rohmatika, Urgensi Supervisi Manajerial Untuk Peningkatan Kinerja Sekolah, dalam: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 9, No. 1, Februari 2016, Lampung, hlm. 2-3.
7
Muwahid Shulhan, Op,cit., hlm. 32.
8
M. Muslim, Peran Supervisi Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, dalam: Jurnal Unigal,
Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 2.

4 dari 23
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini adalah:
a. Apakah yang dimaksud supervisi manajerial?
b. Apa tujuan pelaksanaan supervisi manajerial?
c. Apa saja aspek dan ruang lingkup supervisi manajerial?
d. Apa saja prinsip yang digunakan dalam supervisi manajerial?
e. Bagaimana peran pengawas dalam supervisi manajerial?
f. Bagaimana langkah-langkah dalam melaksanakan supervisi manajerial?
g. Bagaimana hasil penelitian terhadap pelaksanaan supervisi manajerial di sekolah?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Memahami pengertian supervisi manajerial.
b. Mengetahui tujuan pelaksanaan supervisi manajerial.
c. Mengetahui aspek-aspek dan ruang lingkup supervisi manajerial.
d. Mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam supervisi manajerial.
e. Mengetahuai peran pengawas dalam supervisi manajerial.
f. Mengetahui langkah-langkah dalam melaksanakan supervisi manajerial.
g. Mengetahui berbagai hasil penelitian terhadap pelaksanaan supervisi manajerial di
sekolah yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

1.4. Manfaat Penulisan


Penulisan makalah memberikan dua manfaat, yaitu berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat teoritis memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya berkaitan dengan penyediaan teori dan referensi mengenai supervisi
manajerial. Manfaat praktis, antara lain: a) Bagi pendidik dan tenaga pendidik, makalah ini
dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam pelaksanaan supervisi manajerial, b) Bagi
mahasiswa, makalah ini dapat menjadi bahan referensi dalam mempelajari supervisi manajerial
yang berlangsung di sekolah.

5 dari 23
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Konsep Supervisi Manajerial


A. Pengertian
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat
Tenaga Kependidikan, 2009) disebutkan bahwa pengertian supervisi manajerial adalah
supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan
peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) kependidikan
dan sumberdaya lainnya.9
Menurut Nur Aedi, supervisi manajerial merupakan kegiatan berupa pengawasan,
pemantauan dan pembinaan terhadap kepala sekolah, tenaga administrasi, dan seluruh anggota
sekolah lainnya dalam mengelola dan mengadministrasikan sehingga dapat berjalan secara
efektif dan efisien dalam mencapai standar pendidikan nasional.10 Secara khusus dilaksanakan
kepada kepala sekolah, karena disamping sebagai pemimpin, kepala sekolah juga berperan
sebagai manajer yang melaksanakan fungsi manajerial seperti sebagai perencana, organisator
dan pengendali. Untuk itu pulalah seorang kepala sekolah diharuskan memiliki kompetensi
manajerial (Kompetensi manajerial kepala sekolah diatur dalam Permendiknas No.13/2007).11
Supervisi manajerial juga disebut sebagai kegiatan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan yang dilakukan oleh supervisor terhadap tenaga
administrasi sekolah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya sehingga tujuan sekolah
dapat berjalan secara efektif dan efisien serta dapat memenuhi standar pendidikan nasional.12
Sehingga, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa supervisi manajerial merupakan
usaha supervisi berfokus pada pada bidang pengelolaan dan administrasi pendidikan 13. Dan
dalam hal ini tentu diperlukan adanya kerja sama yang baik antara pihak-pihak yang terlibat,
yaitu antara pengawas, kelapa sekolah, pendidik dan tenaga pendidik untuk mencapai tujuan.

9
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: 2014,
hlm. 3.
10
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi Dan Implementasi, Bandung: PT Raja Remaja Rosda
Karya 2014, hlm. 34.
11
Sohiron, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2015, hlm. 159.
12
Fitri Mardiyanti, Skripsi: Implementasi Supervisi Manajerial dalam Peningkatan Kinerja Tenaga Administrasi
(Studi Kasus di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru), Pekanbaru: UIN SUSKA Riau, hlm. 13.
13
Menurut Fayol dalam buku Sohiron, Administrasi pendidikan adalah Administrasi pendidikan adalah segala
usaha bersama untuk mendayagunakan segala sumber daya yang ada baik personil maupun material secara efektif
dan efisien agar tercapai tujuan pendidikan. Administrasi memiliki fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan. (Sohiron, Op,cit.,, hlm. 14).

6 dari 23
B. Tujuan Pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan supervisi manajerial pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan
tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan umumnya, dimana fokus tujuan supervisi pendidikan
adalah pencapaian tujuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, pendidik
dan tenaga pendidik. 14 Sehingga berdasarkan aspek supervisi manajerial yang menyangkut
pengelolaan dan administrasi pendidikan, maka dengan adanya supervisi majanerial
diharapkan:
a. Meningkatkan kualitas, keefektifan dan efisiensi penyelenggaraan pengelolaan dan
administrasi sekolah, sehingga penyelenggaraannya dapat dilaksanakan sesuai dengan
semestinya dan mampu mencapai tujuan sekolah yang bersangkutan serta mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.15
b. Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek standar nasional pendidikan adalah agar
sekolah dapat terakreditasi dengan baik melalui pemenuhan standar nasional
pendidikan.16

C. Aspek dan Ruang Lingkup Kegiatan Supervisi Manajerial


Aspek supervisi manajerial ditujukan pada bidang garapan manajemen sekolah atau
adminstrasi pendidikan, yang antara lain meliputi: a) manajemen/administrasi kurikulum dan
pembelajaran, b) kesiswaan, c) sarana dan prasarana, d) ketenagaan/personalia (pendidik
dan tenaga pendidik), e) pembiayaan/keuangan sekolah, f) hubungan sekolah dengan
masyarakat, g) tata laksana/tata usaha, dan; h) layanan khusus (seperti: layanan
perpustakaan, kesehatan, keamanan, dsb).17
Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas sekaligus juga dituntut
melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi
delapan komponen, yaitu: standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan dan standar penilaian.18
Sedangkan ruang lingkup kegiatan supervisi manajerial mencakup tiga hal, yakni
pemantauan, penilaian, dan pembinaan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah
lainnya. Secara spesifik, ruang lingkup tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:19

14
Muhammad Kristiawan, dkk., Supervisi Pendidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2018, hlm. 12.
15
Ibid., hlm. 6.
16
Muwahid Shulhan, Op,cit., hlm. 36.
17
Sohiron, Op.cit., hlm. iv-v.
18
Muwahid Shulhan, Op,cit., hlm. 36.
19
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 17.

7 dari 23
a) Penilaian
Menyangkut penilaian kinerja manajemen sekolah atau administrasi pendidikan dalam
melakukan pengelolaan sesuai dengan standar pendidikan nasional.
b) Pemantauan
Pemantauan manajemen mengarah pada pemantauan atas pelaksanaan depalan standar
nasional pendidikan (SNP) serta memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala
sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.
c) Pembinaan
Tujuan pembinaan yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan pengimplementasian
kompetensi. Pembinaan yang dapat dilakukan pengawas tentang pengelolaan sekolah,
misalnya: pengelolaan sekolah, membantu kepala sekolah mengembangkan pusat
sumber belajar (PSB) dan sumber-sumber belajar lainnya, melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam melaksanakan pengelolaan dan administrasi sekolah
secara umum, melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling, membantu tenaga administrasi dalam melakukan
evaluasi diri, melakukan pendampingan kepala sekolah dalam mengevaluasi
keterlaksanaan program-program sekolah, dan lainnya.

D. Prinsip Pelaksanaan Supervisi Manajerial


Dalam Modul Pengelolaan Supervisi Manajerial (Kemendikbud, 2014) disebutkan ada
beberapa prinsip dalam pelaksanaan supervisi manajerial, yaitu:20
a. Pengawas tidak boleh memiliki sifat otoriter, di mana ia bertindak
sebagai atasan dan kepala sekolah/tenaga administrasi sebagai bawahan.
b. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan.
c. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat
sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
d. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
e. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat
bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan.

20
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 14-16.

8 dari 23
f. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan
aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.
g. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-
kesalahan kepala sekolah/guru, tetapi untuk membangun motivasi dan mememperbaiki
kondisi.
h. Supervisi harus objektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi,
keberhasilan program supervisi harus objektif. Objektivitas dalam penyusunan program
berarti bahwa program supervisi manajerial harus disusun berdasarkan persoalan dan
kebutuhan nyata yang dihadapi oleh sekolah.

Selain prinsip di atas, Nur Aedi (2014) menyebutkan ada empat prinsip supervisi, yaitu:21
a. Saling mempercayai. Prinsip ini harus saling ditumbuhkan antara pengawas
(supervisor) dan yang disupervisi. Karena supervisor dapat mempengaruhi perbaikan
kegiatan dan harus percaya bahwa yang disupervisi mampu melakukan perbaikan itu.
b. Hubungan horizontal atau kesetaraaan atau kesejawatan. Prinsip ini dapat
menimbulkan suasana saling menghormati diantara supervisor dan yang disupervisi,
karena masing-masing pihak memiliki aspek personal yang harus dihormati.
c. Komunikatif. Prinsip ini mengandung makna bahwa kegiatan supervisi merupakan
bentuk komunikasi, dimana supervisor menyampaikan pesan kepada yang disupervisi,
demikian pula sebaliknya.
d. Pemberian bantuan. Prinsip ini mengandung makna bahwa kegiatan supervisi
pendidikan yang dilakukan pada hakikatnya merupakan pemberian bantuan kepada
yang disupervisi oleh supervisor, baik itu berupa arahan, bimbingan, dsb.

2.2. Peran Pengawas Dalam Supervisi Manajerial


Dalam berjalannya proses pendidikan, pengawas atau supervisor menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam meningkatkan kualitas sekolah. Pengawas sekolah adalah jabatan
fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk
melaksanakan kegiatan supervisi akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. 22 Dalam
Kepmendiknas Nomor 097/U/2002 tentang Pedoman Pengawasan Pendidikan disebut
pengawas adalah pejabat yang berwenang melakukan pengawasan pada satuan pedidikan
melalui usaha memantau, menilai, dan memberi bimbingan secara efektif dan efisien dalam

21
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 45-46.
22
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 2.

9 dari 23
rangka mencapai tujuan pendidikan berkualitas. Ia adalah seorang yang profesional, yang
dalam tugasnya ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan.23
Secara khusus, dengan terjadinya perubahan kurikulum dari KTSP 2006 ke KTSP 2013
di tahun-tahun yang lalu, telah menuntut peningkatan fungsi supervisi manajerial seorang
pengawas. Dengan munculnya manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh kepala
sekolah, pengawas harus melakukan pendampingan secara efektif sebagai wujud tajamnya
supervisi manajerial dengan target berlangsungnya perubahan-perubahan di sekolah dengan
baik untuk implementasi kurikulum 2013 di sekolah. 24
Dalam melaksanakan fungsi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai berikut:25
a. Kolaborator, fasilitator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan
manajemen sekolah,
b. Asesor dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta menganalisis potensi
sekolah,
c. Informan pengembangan mutu sekolah,
d. Evaluator terhadap hasil pengawasan.

Berkaitan dengan fungsi tersebut, maka diperlukan kompetensi seorang pengawas


sekolah. Kompetensi Pengawas Sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah yang harus dikuasai oleh
seorang pengawas pada dimensi kompetensi supervisi manajerial adalah: 26
a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah;
b. Menyusun program supervisi berdasarkan visi, misi, tujuan dan program pendidikan di
sekolah;
c. Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi supervisi di sekolah;
d. Menyusun laporan hasil-hasil supervisi dan menindaklanjutinya untuk perbaikan
program supervisi berikutnya di sekolah.

23
Syarifah Rahman, Pengawas Sekolah Penentu Kualitas Pendidikan, dalam: Jurnal Tarbiyah, Vol. 2, No. 2,
2018, Medan, 2018, hlm. 6.
24
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 16.
25
Ibid., hlm. 4.
26
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 4.

10 dari 23
Dilihat dari peran dan kompenensi pengawas di atas, maka nampaklah bahwa
sesungguhnya paradigma supervisi manajerial telah mengalami perubahan dengan supervisi
dimasa lampau, dimana dahulu supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas dianggap
sebagai kegiatan dimana pengawas akan memantau dan menyalahkan sekolah bila sekolah
mengalami kemunduran atau hambatan pada bidang manajerialnya (inspeksi belaka), dan tidak
jarang hal ini membuat pihak sekolah akan merasa tidak kompeten dalam melakukan
pengelolaan. Namun, paradigma supervisi manajerial berubah dan tidak lagi menjadi momok,
dengan peran sebagai pendampingan (kolaborator, fasilitator) dan pembinaan, maka sekolah
akan terbantu dalam peningkatan mutu dan perbaikan dirinya. 27

2.3. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi Manajerial


Supervisi manajerial dilaksanakan oleh pengawas berdasarkan pendekatan proses yang
meliputi kegiatan perencanaan program, pelaksanaan supervisi, tindak lanjut dan pelaporan.
Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagaimana peta konsep di bawah ini:

Gambar 1. Peta Konsep Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi Manajerial

27
Dhiayan Nur Auliya Sari, dkk. 2018. Pelaksanaan Supervisi Manajerial dalam Rangka Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah, dalam: Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Vol. 1 No. 2, 2018, hlm.
218.

11 dari 23
1) Perencanaan
Seorang pengawas harus merumuskan terlebih dahulu rencana kegiatan supervisi. Perencanaan
tersebut meliputi:
a. Menyusun program pengawasan. Penyusunan program pengawasan manajerial
merupakan kegiatan menyusun pedoman pelaksanaan tugas pokok pengawas dalam
melaksanakan kegiatan supervisi pada sekolah binaan, meliputi pemantauan, evaluasi,
pelaporan, tindak lanjut yang terarah, dll. Penyusunan program diantaranya:
penyusunan pogram pengawasan tahunan, program semester, program pembinaan
kepala sekolah, program pemantuan standar nasional pendidikan, program penilaian
kinerja, Rencana Pengawasan Manajerial (RPM) dan instrumen. Seluruh program yang
disiapkan mengacu pada standar penilaian kinerja pengawas sekolah (PKPS).28
Dalam kegiatan menyusun program supervisi manajerial, ada beberapa prinsip
pengawas, yaitu: 1). Menyusun program dilakukan secara bersama berdasarkan hasil
rapat kerja di awal tahun pelajaran dan hasil evaluasi pada tahun pelajaran sebelumnya,
2). Program yang disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memuat aspek-
aspek penilai kinerja, pembinaan staf, pemantauan staf, pemantauan delapan SNP pada
satuan pendidikan yang menjadi binaan, 3). Program yang disusun memiliki rambu-
rambu, tujuan, hasil yang berorientasikan berdasarkan program yang terlaksana pada
tahun sebelumnya.29
b. Menyusun instrumen, berupa instrumen yang diperlukan untuk pengumpulan data dan
pengukuran variabel yang diperlukan dalam kegiatan supervisi, diantaranya yaitu:
instrumen pemantauan, instrumen penilaian dan instrumen pembinaan.30

Secara khusus pada masa Pademi Covid-19 (Panduan Kerja Pengawas di Masa
Pandemi Covid-19) disebutkan bahwa pengawas dalam melakukan perencanaan, diharapkan
mengkaji program supevisi agar sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan yang
bersangkutan, dapat menyelaraskan program dengan kondisi kerja Work Form House,
mengindentifikasi akses dan fasilitas internet serta mengindentifikasi tingkat literasi digital
kepala sekolah dan tenaga pendidik.31

28
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 18.
29
Syarwan Joni, Djailani, Sardiah Inrahim, Pelaksanaan Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Pada Sekolah
Menengah Atas Seastadi Kota Banda Aceh, dalam: Jurnal Admistrasi Pendidikan, Vol. 4, No. 1, 2016, hlm. 154.
30
Ratu Vina Rohmatika, Op.cit., hlm. 14.
31
Kemendikbud, Panduan Kerja Pengawas Sekolah di Masa Pandemi Covid-19, dalam: lppks.kemendikbud.go.
id, diakses: 12 September (21:05).

12 dari 23
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan supervisi manajerial, kegiatan dapat dilakukan dengan cara
observasi, kunjungan atau pemantuan, pengecekan/klarifikasi data, dan rapat dengan kepala
sekolah.32 Dalam pelaksanaan, dikenal pula metode dan teknik supervisi manajerial, dimana
efektivitas pelaksanaan supervisi manajerial sendiri sangat dipengaruhi oleh metode dan teknik
yang digunakan, agar kepala sekolah dan seluruh tenaga kependidikan dapat menjalankan
fungsi dan perannya sebagai penata organisasi sekolah yang baik. Berikut ini diuraikan tentang
beberapa metode supervisi manajerial, yaitu:33

a) Metode Monitoring
Monitoring adalah metode utama dalam pelaksanaan supervisi manajerial. Monitoring
adalah model kegiatan pemantauan penyelenggaraan sekolah untuk memantau apakah
kegiatan administrasi sekolah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau sesuai
standar yang telah ditetapkan, serta untuk menemukan hambatan-hambatan yang harus
diatasi dalam pelaksanaan program. Kegiatannya dapat dilakukan dalam bentuk observasi,
kunjungan atau pemantuan, pengecekan/klarifikasi data. Monitoring lebih berpusat pada
pengontrolan selama program berjalan dan bersifat klinis. Sasaran utamanya adalah untuk
menghimpun informasi melalui pemotretan kondisi nyata sekolah sehingga data yang
diperoleh dapat digunakan untuk bahan pengambilan keputusan perbaikan mutu. Untuk itu
dalam monitoring, tentunya pengawas memperlengkapi diri dengan instrumen yang
memuat seluruh indikator yang diamati dan dinilai.

b) Metode Diskusi Kelompok Terpimpin (DKT)


Pada metode ini, hasil monitoring yang dilakukan pengawas disampaikan secara
terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara
bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi dan diskusi terhadap data yang ada,
dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka
temukan. Tujuan diskusi kelompok ini adalah menyatukan pandangan stakeholder
mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-
langkah strategis maupun operasional untuk melakukan perbaikan mutu berkelanjutan.
Disini pengawas berperan sebagai fasilitator dan informan.

32
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Op.Cit., hlm. 18.
33
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Op.cit., hlm. 16-24.

13 dari 23
c) Metode Delphi
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak
membantu mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak, misalnya dalam
membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah. Metode Delphi
merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa
memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala ketika ingin memulai dalam
sebuah diskusi atau musyawarah. Dalam metode ini, masing-masing pihak diminta
mengajukan pendapat secara tertulis tanpa menyebut identitasnya, kemudian pendapat
tersebut diringkas dan selanjutnya dilakukan pembahasan untuk untuk mencapai suatu
kesepakatan.

d) Workshop atau lokakarya


Metode workshop atau lokakarya merupakan metode bersifat kelompok dan dapat
melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite
sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya,
sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan
sebagainya.

Sedangkan dalam teknik pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan dua
teknik: 34
a. Teknik supervisi individual. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan
supervisi yang diberikan kepada kepala sekolah atau personil lainnya yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan.
b. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Para kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan
analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang
sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang
mereka hadapi.

Secara khusus dalam situasi pandemi Covid-19, dimana dituntut pentingnya


penerapan physical distancing, pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi telah

34
Ibid., hlm. 24.

14 dari 23
melakukan transformasi melalui pengembangan pengawasan digital. Berbagai macam aplikasi
digital atau online sebagai media pengawasan digunakan dalam pengawasan sekolah secara
daring sesuai dengan kebutuhannya, baik untuk pendampingan individual maupun kelompok.
Misalnya: WhatsApp, google form, seesaw (disini pengawas dan yang diawasi dapat saling
berbagai konten atau data yang diperlukan), cisco webex (melalui media ini pengawas dapat
melakukan diskusi dalam pertemuan bersama) dan penggunaan platform pertemuan virtual
lainnya (zoom meeting, dll).35

3) Evaluasi dan Tindak Lanjut


Setelah pengawas melaksanakan supervisi terhadap pengelolaan, data yang didapat
diolah untuk mendapatkan data yang akurat dan mudah diproses selanjutnya. Setelah itu,
dilakukan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan
sekolah atau sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan
evaluasi utamanya adalah untuk: mengetahui tingkat keterlaksanaan program, mengetahui
keberhasilan program, mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan
memberi justifikasi terhadap sekolah.
Setelah itu, langkah berikutnya adalah melakukan tindak lanjut. Tindak lanjut dalam
kegiatan supervisi manajerial dapat berupa tindak lanjut korektif yang memperbaiki temuan
ketidaksesuaian dalam pengelolaan sekolah dan tindak lanjut preventif yang berupa upaya
untuk mengatasi timbulnya permasalahan di masa yang akan datang. Tindak lanjut supervisi
manajerial juga dapat berupa tindakan saran-saran improvisasi atau rekomendasi untuk
meningkatkan keunggulan pengelolaan sekolah. 36
Selain itu, bentuk tindak lanjut supervisi manajerial dapat juga berupa kegiatan
pembinaan individual maupun kelompok. Hasil pemantauan dan penilaian oleh pengawas harus
dijadikan dasar untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme yang diperlukan sesuai
dengan standar yang ada.37 Secara individual, yaitu pembinaan yang dilakukan secara
perseorangan setelah supervisi tersebut selesai dilakukan, dan pembinaan secara kelompok,
yaitu pembinaan yang dilakukan secara kelompok sepanjang permasalahan, dan kendala yang dihadapi
kepala sekolah sama untuk dicarikan solusi pemecahannya dan pembinaan terpadu yaitu
pembinaan yang dilakukansecara terpadu dalam lingkungan sekolah, untuk menyamakan persepsi tentang

35
Rini Herlina, Peran Pengawas Sekolah Dalam Situasi Pandemi Covid-19, dalam: https://palembang.tribun
news.com, Mei 2020, diakses pada: 12 September 2020 (12:55).
36
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Op.Cit., hlm 27.
37
Ibid., hlm.18.

15 dari 23
bidang tugas kepala sekolah, kebersamaan dalam upaya menjaga ketahanan sekolah dan lain
sebagainya.38

4) Pelaporan
Laporan hasil supervisi manajerial merupakan media yang digunakan oleh pengawas untuk
mengkomunikasikan hasil supervisi manajerial kepada sekolah, unit-unit kerja, dinas
pendidikan serta pihak lain yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Laporan supervisi bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peningkatan mutu sekolah
setelah dilakukannya pengawasan. Ia memuat secara jelas mengenai kekuatan dan
kelemahan sekolah, meliputi keseluruhan kualitasnya, standar pencapaian kinerja kepala
sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah yang bermuara pada prestasi belajar
siswa, dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hal yang diperlukan. Laporan ini dapat
dijadikan landasan untuk menyusun program kerja pengawasan di tahun berikutnya dan bahan
pengambilan kebijakan.39

2.4. Hasil-Hasil Penelitian Pelaksanaan Supervisi Manajerial


Pelaksanaan supervisi manajerial di sekolah dan efektivitasnya dapat digambarkan
melalui beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Yulaika (2020) dalam penelitian tentang:
“Supervisi Manajerial di MTsN 3 Kota Surabaya” 40 menunjukkan bahwa pelaksanaan
supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas madrasah berjalan dengan efektif
dan efisien. Pelaksanaan supervisi dilakukan secara teratur setiap satu semester,
pengawas melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan, evaluasi, pembinaan
dan tindak lanjut dari mandrasah binaannya ini. Supervisi juga dirasa oleh madrasah
sangat membantu dalam hal pengelolaan dan administrasi, guru juga menjadi semakin
mengetahui kekurangannya dalam proses pembelajaran, termasuk para staf merasa
terbantu dalam evaluasi kinerja dan peningkatan kinerjanya. Sehingga, kegiatan
supervisi mampu menaikkan mutu mandrasah sesuai dengan standar nasional
pendidikan.

38
Ibid., hlm. 30.
39
Ibid., hlm. 135.
40
Ratna Yulaika, Skripsi: Supervisi Manajerial di MTsN 3 Kota Surabaya, Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2020.

16 dari 23
b. Penelitian yang dilakukan oleh Dhiayan Nur Auliya Sari, dkk. (2018) dengan judul
“Pelaksanaan Supervisi Dalam Rangka Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah” 41.
Penelitian ini menjabarkan bagaimana proses supervisi majaerial yang dilakukan di
SMP N 1 Kanigoro Blitar. Sasaran penelitian ini meliputi: kepala sekolah selaku
manajer pendidikan di sekolah dan pencapaian delapan SNP Pendidikan. Dalam
pelaksanaan supervisi, pengawas melakukan beberapa hal seperti: memilih informan,
menggunakan teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi), melakukan penilaian dengan acuan instrumen delapan SNP, menilai
kelengkapan dokumen sekolah, melakukan pendampingan dan pembinaan dalam
penyusunan evaluasi sekolah dan rancangan anggaran sekolah serta pemecahan
permasalahan bersama serta melakukan penilaian kinerja kepala sekolah. Dalam
pelaksanaan tugasnya pengawas berperan sebagai konsultan dan motivator.
Dilihat dalam temuan penelitian ini, prinsip Manajemen Berbasis Sekolah yang
diberlakukan oleh Kepala SMP Negeri 1 Kanigoro adalah keterbukaan (transparansi),
kemudian ada rasa saling tanggungjawab sesuai dengan tupoksinya (akuntabilitas). Dan
ini tidak terlepas dari peran penting pengawas untuk mengendalikan berbagai
komponen sumber daya pendidikan. Maka disimpulkan bahwa peranan supervisi
sangat diperlukan agar prinsip Manajemen Berbasis Sekolah tetap diterapkan dan
dipertahankan di sekolah.
Namun dalam proses pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga mengamati
kelemahan bahwa kegiatan supervisi menajerial belum dilaksanakan secara merata,
hanya berpusat di kawasan pusat pemerintahan, dan belum dilakukan di daerah yang
jauh dari pusat pemerintahan. Padahal kegiatan supervisi sangatlah diperlukan.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika Susilowati, dkk. (2017) tentang


“Pengembangan Model Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Berbasis
Kesejawatan.”42 Penelitian ini dilakukan terhadap empat orang pengawas sekolah dan
lima orang kepala sekolah di Kab. Purbalingga. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
untuk menguji pengaplikasian model supervisi manajerial pengawas sekolah berbasis
kesejawatan dalam peningkatan kompetensi kepala sekolah di Kabupaten Purbalingga.
Supervisi manajerial sejawat merupakan penerapan yang melibatkan jalinan yang kuat

41
Dhiayan Nur Auliya Sari, dkk., Op.cit., hlm. 213-221.
42
Kartika Susilowati, dkk., Pengembangan Model Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Berbasis
Kesejawatan, dalam: Jurnal Unnes, Vol.6, No. 1, 2017, hlm. 80-86.

17 dari 23
antara kepala sekolah dan pengawas. Dalam pelaksanaan supervisi ini semua tahap
dilakukan dengan oleh pengawas sekolah dan kepala sekolah dengan adanya
kesejajaran sebagai mitra kerja. Komunikasi yang baik diantara keduanya menjadi
kunci, dan komunikasi baik ini akan dapat diwujudkan di atas kesejajaran dan saling
percaya. Hubungan yang akrab menjadi jalan untuk mempermudah diskusi dan kerja
sama dalam menemukan strategi peningkatan kompetensi kepala sekolah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model ini terbukti efektif dan mampu meningkatkan
peningkatan kinerja kepala sekolah, baik dari aspek pengelolaan administrasi
maupun cara mengelola sekolah.
Namun berkaitan dengan model supervisi ini, penulis menanggapi bahwa model
ini juga memiliki kelemahan, dimana dengan model ini dapat memungkinkan terjadinya
subjektifitas mengingat kedekatan personal yang terjadi antara pengawas dan kepala
sekolah, sehingga penilaian supervisi dapat menjadi tidak objektif atau tidak sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya, bahkan berpotensi menciptakan terjadinya kolusi
dalam dunia pendidikan.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Yusron (2019) tentang “Upaya meningkatkan
kinerja pegawai tata usaha (TU) dalam pengelolaan arsip melalui kegiatan supervisi
manajerial pada Madrasah Tsanawiyah Swasta Darul Istiqomah Padangsidimpuan”.43
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan Pegawai Tata Usaha (TU) dalam
Pengelolaan Arsip melalui supervisi manajerial. Ternyata terbukti bahwa pelaksanaan
supervisi manajerial berhasil meningkatkan kemampuan Pegawai Tata Usaha (TU)
Madrasah Tsanawiyah Swasta Darul Istiqomah Padangsidimpuan dalam melakukan
Pengelolaan Arsip secara lebih optimal. Selain itu, supervisi manajerial ini juga turut
memberikan saran perbaikan kepada kepala sekolah tentang pentingnya peningkatan
kemampuan pegawai TU, melalui program pelatihan maupun diklat tentang kearsipan.

43
Ali Yusron, Upaya meningkatkan kinerja pegawai tata usaha (TU) dalam pengelolaan arsip melalui kegiatan
supervisi manajerial pada Madrasah Tsanawiyah Swasta Darul Istiqomah Padangsidimpuan, dalam: Jurnal
Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Vol. 7, No. 1, 2019, hlm. 169-171.

18 dari 23
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

a) Supervisi Manajerial merupakan kegiatan berupa pengawasan, pemantauan dan pembinaan


terhadap kepala sekolah, tenaga administrasi, dan seluruh anggota sekolah lainnya dalam
mengelola dan mengadministrasikan sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien
dalam mencapai standar pendidikan nasional. Esensi dari supervisi manajerial adalah
berupa kegiatan pemantauan, penilaian dan pembinaan.
b) Melalui pelaksanaan supervisi manajerial diharapkan kegiatan penyelenggaraan
pengelolaan dan administrasi sekolah dapat dilaksanakan sesuai dengan semestinya dan
mampu mencapai tujuan sekolah yang bersangkutan, sehingga pada akhirnya mampu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
c) Aspek supervisi manajerial antara lain meliputi: a) manajemen/administrasi kurikulum dan
pembelajaran, b) kesiswaan, c) sarana dan prasarana, d) ketenagaan/personalia (pendidik
dan tenaga pendidik), e) keuangan sekolah, f) hubungan sekolah dengan masyarakat, tata
laksana/tata usaha, dan; h) layanan khusus. Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal
tersebut, pengawas sekaligus juga dituntut melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
standar nasional pendidikan yang meliputi delapan komponen.
d) Dalam pelaksanaan supervisi manajerial terdapat prinsip-prinsip yang perlu diterapkan
oleh pengawas dalam melaksanakan tugasnya agar terlaksana secara efektif dan efisien.
e) Pengawas dalam pelaksanaan supervisi manajerial tidak hanya berperan dalam
melaksanakan kontrol dan inspeksi, melainkan juga berperan dalam pendampingan
(sebagai kolaborator, fasilitator) dalam melakukan kegiatan pembinaan untuk peningkatan
kompetensi sumber daya yang diawasi dan mutu proses penyelenggaraan administrasi.
f) Langkah-langkah supervisi manajerial dilaksanakan oleh pengawas berdasarkan
pendekatan proses yang meliputi kegiatan perencanaan program, pelaksanaan supervisi,
evaluasi dan tindak lanjut serta pelaporan.
g) Berdasarkan hasil penelitian yang ada, pada praktiknya pelaksanaan supervisi manajerial
berdampak baik dan efektif bagi peningkatan mutu pelaksanaan pengelolaan manajerial di
sekolah oleh kepala sekolah, pendidik maupun tenaga pendidik di sekolah. Meskipun masih
terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya.

19 dari 23
3.2. Saran

a) Supervisi manajerial terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan
kinerja sumber daya manusia di sekolah. Oleh karena itu hendaknya kegiatan ini dapat
dilakukan secara rutin oleh pengawas sekolah guna mendorong pencapaian tujuan sekolah
dan tujuan nasional pendidikan.
b) Pada era new normal ini, pengawas diharapkan dapat lebih kreatif dan inovatif dalam
melaksanakan supervisi dengan mengembangkan transformasi pelaksanaan supervisi
berbasis digital. Hal ini dirasa semakin mendesak, sebab dalam kondisi ini terjadi banyak
perubahan yang menuntut sekolah untuk segera adaptif sembari harus menjawab tantangan
dalam mempertahankan mutu pendidikan. Karena itu peran pengawas sebagai pendamping
dan pembina, akan semakin diperlukan.

20 dari 23
DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. 2014. Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik. Rajawali Pers. Jakarta.
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. 2018, Modul Pengelolaan Supervisi
Manajerial, Jakarta.
Herlina, Rini. 2020. Peran Pengawas Sekolah Dalam Situasi Pandemi Covid-19.
https://palembang.tribun news.com. 12 September 2020 (12:55).
Joni, Syarwan dkk. 2016. Pelaksanaan Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Pada Sekolah
Menengah Atas Seastadi Kota Banda Aceh, Jurnal Admistrasi Pendidikan 4(1): 154.
Kemendikbud. 2020. Panduan Kerja Pengawas Sekolah di Masa Pandemi Covid-19, https:
lppks.kemendikbud.go. id, 12 September (21:05).
Komariah, Aan. 2009. Melaksanakan Supervisi Akademis Melalui Penelitian Tindakan
Sekolah, Jurnal Administrasi Pendidikan UPI 10 (2): 2.
Kristiawan, Muhammad dkk. 2018. Supervisi Pendidikan. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Mardiyanti, Fitri. 2020. Implementasi Supervisi Manajerial dalam Peningkatan Kinerja Tenaga
Administrasi (Studi Kasus di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru). Skripsi. UIN
SUSKA Riau. Pekanbaru.
Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi Dan Implementasi. PT Raja
Remaja Rosda Karya. Bandung.
Muslim, M. 2017. Peran Supervisi Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Unigal 1 (1): 2.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. 2014. Supervisi Manajerial Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta.
Rahman, Syarifah. 2018. Pengawas Sekolah Penentu Kualitas Pendidikan. Jurnal Tarbiyah 2
(2). Medan.
Rohmatika, Ratu Vin. 2016. Urgensi Supervisi Manajerial Untuk Peningkatan Kinerja Sekolah.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 9 (1): 2-3.
Shulhan, Muwahid. 2012. Supervisi Pendidikan (Teori dan Praktek Dalam Mengembangkan
SDM Guru). Penerbit Acima Publishing. Surabaya.
Sari, Dhiayan Nur Auliya dkk. 2018. Pelaksanaan Supervisi Manajerial dalam Rangka
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Administrasi dan Manajemen
Pendidikan 1 (2): 154.
Sohiron. 2015. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Kreasi Edukasi. Pekanbaru.
Susilowati, Kartika, dkk. 2017. Pengembangan Model Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
Berbasis Kesejawatan, Jurnal Unnes 6 (1): 80-86.
Yulaika, Ratna. 2020. Supervisi Manajerial di MTsN 3 Kota Surabaya. Skripsi. UIN Sunan
Ampel. Surabaya.
Yusron, Ali. 2019. Upaya meningkatkan kinerja pegawai tata usaha (TU) dalam pengelolaan
arsip melalui kegiatan supervisi manajerial pada Madrasah Tsanawiyah Swasta Darul
Istiqomah Padangsidimpuan, Jurnal Education and Development Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan 7 (1): 169-171.

21 dari 23
Lampiran

Contoh Instrumen Penilaian dalam Supervisi Manajerial

22 dari 23
23 dari 23

Anda mungkin juga menyukai