Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BRI SYARIAH PERIODE 2019

MENGGUNAKAN METODE RGEC

ADELIA SYAFITRI

18383022009

PERBANKAN SYARIAH E/6

IAIN MADURA

I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman peran perbankan saat ini sangat dirasakan betul
manfaatnya bagi seluruh dunia khususnya penduduk di Indonesia. Perbankan yang
memiliki peranan penting dalam memperlancar perekonomian bangsa ini telah
memiliki dua sistem perbankan yang disebut dual banking system yaitu perbankan
konvensional dan perbankan syariah. Dual banking system memiliki perbedaan yang
terletak pada prinsip yang kemudian diimplementasikan pada sistem dan landasan
operasional. Perbankan konvensional landasan operasionalnya adalah sistem bunga.
Sedangkan, perbankan syariah landasan operasionalnya yaitu Al-Qur’an dan Hadis.
(Muhammad Syaifullah, dkk. Kinerja Keuangan Bank Syariah (Depok:
PT.RajaGrafindo Persada, 2020), 31.
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan dari
tahun ketahun keberadaan industri perbankan semakin meningkat dan sangatlah
dibutuhkan. Oleh karenanya sebuah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
dengan sistem bebas riba dirasa perlu agar umat Muslim Indonesia merasa aman dan
tenang dalam memakai jasa dan layanan dari industri perbankan. Sehingga mereka
tetap bisa menggunakan jasa dan produk perbankan serta tidak melanggar larangan
dari Allah SWT.
Undang-Undang No 10 tahun 1998 menerangkan bahwa bank merupakan lembaga
perantara keuangan (financial intermediary) yang menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
pembiayaan. Bank harus menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam
mengelolah dana mereka. Perwujudan dari kesungguhan bank dalam mengelola dana
masyarakat adalah dengan menjaga kinerja keuangannya. (Kasmir, Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 187.)
Kinerja keuangan merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja
keuangan merupakan kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, di mana
informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masadepan.
Penilaian kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio
keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan di masa depan. (Jumingan,
Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), 239.)
Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan.
Rasio yang biasa yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan bank adalah
dengan menggunakan analisis rasio, yakni: Rasio Likuiditas, rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan jangka
pendeknya. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio ini juga
disebut rasio modal kerja. Rasio Solvabilitas, rasio ini juga disebut rasio leverage.
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang; dan Rasio Rentabilitas, sering juga disebut profitabilitas usaha. Rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
oleh bank yang bersangkutan. (Farid Firmansyah, Efektivitas dan Efisiensi Kinerja
Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Tahun Buku 2007, 2008, dan 2009. Vol. 8 No. 2
(Juli-Desember, 2011), 262.
Analisis rasio ini merupakan teknis analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-
pos tertentu dalam neraca maupun laporan rugi laba bank secara individual maupun
secara bersama-sama. Aspek likuiditas yang dipakai dalam rasio perbankan dapat
diketahui dengan menghitung cash ratio, banking ratio, dan loan to asset ratio. Rasio
keuangan untuk mengukur solvabilitas bank dapat diketahui dengan menghitung
Capital Adequacy Ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio. Rasio Rentabilitas
dapat diketahui dengan menghitung Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE)
dan Net Profit Margin (NPM). Efisiensi operasional dapat diketahui dengan
menghitung BOPO. Selain itu, analisis rasio juga membantu manajemen dalam
memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu informasi
laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang dengan yang lalu
dan yang akan datang pada internal perbankan maupun perbandingan rasio perbankan
dengan perbankan yang lainnya atau dengan rata-rata industri pada saat titik yang
sama/perbandingan eksternal.
Bank BRI Syariah merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS). BRI Syariah
merupakan akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Terhadap Bank Jasa
Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapat izin dari bank Indonesia pada 16
Oktober 2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi PT. Bank BRI Syariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. (Khotibul
Umam dan Veri Antoni, Corporate Action Pembentukan Bank Syariah: Akuisisi,
Konversi, dan Spin-Off (Yogyakarta: UGM Press, 2018), 57.
Dalam menjalan kan kegiatannya yang berdasarkan prinsip syariah maka BRI Syariah
mengoptimalkan kinerja keuangannya dengan optimal. Bank yang sehat adalah bank
yang mampu menjalankan fungsi- fungsinya dengan baik. Dimana bank yang sehat
adalah bank yang mampu menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, mampu
menjalankan fungsi intermediasi, mampu membantu kelancaran lalu lintas
pembayaran serta mampu digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai
kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, yaitu
pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia
selaku pembina dan pengawas bank. Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat
dari berbagai segi. Dalam melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan
pemerintah melalui Bank Indonesia. Bank-bank diharuskan membuat laporan baik
yang bersifat rutin maupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu
periode tertentu. Dalam menilai kesehatan bank dapat menggunakan metode RGEC.
Dimana menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 dalam penilaiannya
menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earning, and Capital). Metode RGEC mencakup faktor-faktor Risk Profile (profil
resiko), Good Corporate Governance (GCG) Earnings (rentabilitas), dan Capital
(permodalan). Di dalam metode ini bank wajib melakukan penilaian sendiri (self
assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia. Metode RGEC merupakan pengembangan dari metode terdahulu yaitu
CAMELS. Dalam metode RGEC terdapat risiko inheren dan penerapan kualitas
manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan terhadap 8 faktor yaitu:
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko
strategik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.
Dari pemaparan diatas maka penulis ingin membahas mengenai Analisis Kinerja
Keuangan BRI Syariah Periode 2019 Menggunakan Metode RGEC.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Tingkat Kinerja Keuangan BRI Syariah yang Diukur dengan
Menggunakan Pendekatan Rasio Risk Profile pada periode 2019?
2. Bagaimana Tingkat Kinerja Keuangan BRI Syariah yang Diukur dengan
Menggunakan Pendekatan Rasio Good Corporate Governance pada periode
2019?
3. Bagaimana Tingkat Kinerja Keuangan BRI Syariah yang Diukur dengan
Menggunakan Pendekatan Rasio Earnings pada periode 2019?
4. Bagaimana Tingkat Kinerja Keuangan BRI Syariah yang Diukur dengan
Menggunakan Pendekatan Rasio Capital pada periode 2019?
II. LANDASAN TEORI
Bank Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. (Wangsawidjaja,
Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), 2
Dalam undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud
dengan perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah merupakan bank yang
beroperasi dengan tidak menggunakan sistem bunga. Bank syariah ialah lembaga
keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist. Atau dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang tugas nya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran maupun
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
(Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 2.
Jadi dapat disumpulkan bahwa bank syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang
dalam kegiatannya harus terbebas dari maysir, gharar, haram dan riba yang mana
sesuai dengan landasan Al-Qur’an dan Hadist.
Menurut jenisnya bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah
(BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor
pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit
kerja dikantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Wiroso, Produk Perbankan
Syariah (Jakarta: LPFE Usakti, 2011), 46.
Laporan keuangan
Laporan keuangan bank adalah kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari
laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja
manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi
mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi
aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. (Kasmir, Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 239.)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu
laporan yang meringkas seluruh transaksi-transaksi keuangan perusahaan yang
umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan modal serta
sisa hasil usaha pada periode tertentu. Dan laporan keuangan tersebut digunakan
untuk pihak intern maupun ekstern perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan PSAK No 59 Tahun 2007, laporan keuangan Bank Syariah yang
terlengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan
Merupakan laporan yang meliputi unsur-unsur asset, kewajiban, investasi tidak
terikat dan ekuitas bank syariah.
2. Laporan Laba Rugi
Merupakan laporan yang menggambarkan kinerja dan kegiatan usaha bank
syariah suatu periode tertentu yang meliputi pendapatan dan beban yang timbul
pada operasi utama bank dan operasi lainnya.
3. Laporan Arus Kas
Merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dan
setara kas pada bank syariah selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Merupakan laporan yang menyajikan peningkatan dan penurunan asset bersih atau
kekayaan bank selama periode bersangkutan prinsip pengukuran tertentu yang
dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Merupakan laporan perubahan dana investasi terikat memisahkan dana investasi
berdasarkan jenisnya.
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan Sadakah
Merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama satu
jangka waktu tertentu, serta saldo ZIS pada tanggal tertentu.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan penjelasan mengenai gambaran umum bank syariah, ikhtisar
kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting
lainnya dan disajikan secara sistematis.
Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva
yang dimiliki.
2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis
kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.
3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal
bank pada waktu tertentu.
4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan
yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.
5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah-jumlah biaya yang dikeluarkan
berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva,
kewajiban, dan modal suatu bank.
7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil
laporan keuangan yang disajikan. (Ibid, 242)
Kinerja keuangan
Kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam mengukur prestasi
perusahaan dengan cara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan perusahaan dalam
periode tertentu. Kinerja merupakan faktor penting dalam mengukur efektifitas dan
efisiensi organisasi. Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi
yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek pemasaran,
keuangan, penghimpunan, dan penyaluran dana, serta teknologi maupun sumber daya
manusia. Jadi yang dimaksud dengan kinerja keuangan bank ialah gambaran kondisi
keuangan bank dalam suatu periode tertentu yang menyangkut aspek penghimpunan
dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan
modal, likuiditas, dan profitabilitas bank. (Umiyati dan Queenindya. Pengukuran
Kinerja Bank Syariah dengan Metode RGEC. Vol. 2. No. 2. (Jurnal Akuntansi
Keuangan,2015), 189.
Tujuan dilakukannya analisa terhadap kinerja keuangan adalah sebagai berikut: Untuk
mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. Untuk mengetahui tingkat
solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas,
yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya
termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan
membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami
hambatan atau krisis keuangan. (Munawir S, Analisa laporan keuangan (Yogyakarta:
Liberty,2004), 31.)
Metode RGEC
Sesuai dengan Peraturan Bank Indoensia Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 januari
2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan secara individual atau konsolidasi dengan menggunakan
metode RGEC. Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan sebagai berikut: Profil Risko
(Risk Profile) Good Corporate Governance, Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan
(Capital).
1. Penilaian Profil Risiko
Penilaian profil risiko merupakan penilaian terhadap kualitas penerapan
manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Rasio keuangan yang
digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek risk profile
masing-masing dibahas dalam perhitungan adalah sebagai berikut: (Bank
Indonesia. Surat Edaran Kepada Semua Bank Umum No.13/DPNP Jakarta 2011
Tentang Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum, 6.)
a. Risiko kredit
Adalah risiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank. Risiko kredit umumnya terdapat pada seluruh
aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja penyedia dana (borrower).
Risiko Kredit dapat meningkat antara lain karena terkonsentrasinya
penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis
pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Rasio ini dirumuskan dengan:
NPF = Pembiayaan Bermasalah x 100%
Total Pembiayaan
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (NPF
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat NPF < 2%
2 Sehat 2% < NPF < 5%
3 Cukup Sehat 5% < NPF < 8%
4 Kurang Sehat 8% < NPF < 12%
5 Tidak Sehat NPF > 12%

b. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau dari asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
menganggu aktivitas dari kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas disebut
juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidty risk) dan risiko likuiditas
pasar (market liquidty risk). Rasio ini dirumuskan dengan menghitung
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR = Total Pembiayaan x 100%
Dana Pihak Ketiga

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (FDR)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat FDR < 75%
2 Sehat 75% < FDR < 85%
3 Cukup Sehat 85% < FDR < 100%
4 Kurang Sehat 100% < FDR < 120%
5 Tidak Sehat FDR > 120%

2. Good Corporate Governance (GCG)


Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank
atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian
terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku mengenai Bank Umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Parameter pelaksanaan prinsip-prinsip GCG yang digunakan dalam menilai faktor
GCG antara lain:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi.
c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite.
d. Penanganan benturan kepentingan.
e. Penerapan fungsi kepatuhan bank.
f. Penerapan fungsi audit intern.
g. Penerapan fungsi audit ekster.
h. Penerapan fungsi manajemen risiko dan pengendalian intern.
i. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan Debitur Besar
(large exposures).
j. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan
GCG dan laporan internal
k. Rencana strategis bank.
3. Rentabilitas (Earnings)
Rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisien
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian
faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber
rentabilitas. Penilaian faktor rentabilitas bank dapat menggunakan parameter
diantaranya sebagai berikut: (Taswan. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik,
dan Aplikasi (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), 560.
1. ROA (Return On Asset)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini
dirumuskan dengan :
ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%
Total Asset

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas (ROA)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat ROA < 1,5%
2 Sehat 1,25% < ROA < 1,5%
3 Cukup Sehat 0,5% < ROA < 1,25%
4 Kurang Sehat 0% < ROA < 0,5%
5 Tidak Sehat ROA > 0%

2. Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran
deviden. Rasio ini dirumuskan dengan:
ROE = Laba Setelah Pajak x 100%
Modal Sendiri

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (ROE)

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat Perolehan laba sangat sehat
(Rasio diatas 20%)
2 Sehat Perolehan laba tinggi (Rasio
ROE berkisar antara 12,5%
sampai dengan 20%
3 Cukup Sehat Perolehan laba cukup tinggi
(rasio ROE berkisar antara
5,01% sampai dengan 12,5%)
4 Kurang Sehat Perolehan laba rendah atau
cenderung mengalami kerugian
(ROE mengarah negativ rasio
berkisar antara 0% sampai
dengan 5%)
5 Tidak Sehat Bank mengalami kerugian
yang besar (ROE negativ, rasio
dibawah 0%)

4. Capital (Permodalan)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan. Rasio ini dirumuskan dengan:
(Ibid, 540.)
CAR = Modal x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan (CAR)

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat CAR > 12%
2 Sehat 9% ≤ CAR < 12%
3 Cukup Sehat 8% ≤ CAR< 9%
4 Kurang Sehat 6% ≤ CAR< 8%
5 Tidak Sehat CAR ≤ 6%

III. PEMBAHASAN
Gambaran Umum BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Terhadap Bank Jasa
Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapat izin dari bank Indonesia pada 16
Oktober 2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi PT. Bank BRI Syariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Diakses di
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia_Syariah pada tanggal 29 Mei
2021 Pukul 20:38 WIB
Nama PT. Bank BRI Syariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung
hubungan bank dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) “Tbk”, yang merupakan
salah satu bank terbesar di Indonesia. PT BRISyariah merupakan anak perusahan dari
Bank rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat
Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip Syariah. PT. Bank BRI Syariah hadir
mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan financial
sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
menawarkan beragam produk yang sesuai dengan harapan nasabah dengan prinsip
syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan
nasional dipertegas oleh makna
pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan
dan tuntunan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah
yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang
digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah
dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 18 Aktivitas PT. Bank BRI
Syariah
semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit
Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam PT.
Bank BRI Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 januari 2009.
Adapun Visi dan Misi PT. BRI Syariah antara lain:
1. Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
2. Misi

Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial


nasabah.

Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.

Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana pun.

Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan


ketentraman pikiran.

Khotibul Umam dan Veri Antoni, Corporate Action Pembentukan Bank


Syariah: Akuisisi, Konversi, dan Spin-Off (Yogyakarta: UGM Press,
2018), 58-59.
Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Dari data laporan keuangan BRI Syariah (BRIS) baik laporan laba rugi maupun
laporan neraca dapat dilakukan pengukuran kinerja keuangan pada periode 2019
dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai berikut:
a. Risk Profile
1. Risiko Kredit (NPF)
Adalah risiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank. Risiko kredit umumnya terdapat pada seluruh
aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja penyedia dana (borrower).
NPF = Pembiayaan Bermasalah x 100%
Total Pembiayaan

NPF = 715.154 x 100%


27.380.000

NPF = 2,611%

PERIODE NPF% PERINGKAT KETERANGAN


2019 2,611% 2 SEHAT
Tabel 1. Hasil Perhitungan NPF
Berdasarkan hasil perhitungan NPF menunjukkan bahwa pada tahun 2019
BRI Syariah yaitu sebesar 2,611% hal ini menunjukkan peringkat ke 2
dengan kategori sehat karena memenuhi kriteria 2% < NPF < 5 Pencapaian
NPF tersebut menunjukkan BRI Syariah terus berupaya menurunkan
angka pembiayaan bermasalahnya.
2. Risiko Likuiditas (FDR)
Risiko likuiditas disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidty
risk) dan risiko likuiditas pasar (market liquidty risk)
FDR = Total Pembiayaan x 100%
Dana Pihak Ketiga

FDR = 27.380.000 x 100%


34.120.000

FDR = 80,24%

PERIODE FDR% PERINGKAT KETERANGAN


2019 80,24% 2 SEHAT
Tabel 2. Hasil Perhitungan FDR
Berdasarkan hasil perhitungan FDR menunjukkan bahwa pada tahun 2019 BRI
Syariah yaitu sebesar 80,24% hal ini menunjukkan peringkat 2 dengan kategori
sehat karena memenuhi kriteria 75% < FDR < 85. Pencapaian FDR tersebut
menunjukkan BRI Syariah memiliki likuiditas yang terjaga.

b. Good Corporate Governance (GCG)


Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank
atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian
terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku mengenai Bank Umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank.

PERIODE GCG% PERINGKAT KETERANGAN


2019 1,94% 2 BAIK
Tabel 3. Hasil Perhitungan GCG

Selama tahun 2019, Dewan Komisaris bersama Direksi senantiasa konsisten


menjaga dan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (good corporate
governance) dalam setiap aktivitas usaha BRIsyariah. Rencana pengembangan
GCG BRIsyariah 2019 secara komprehensif telah terlaksana dengan baik.
BRIsyariah juga konsisten dengan penerapan prinsip-prinsip GCG yaitu
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan
kewajaran /transparency, accountability, responsibility, independency, and
Fairness Tarif serta patuh dalam memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku
bagi pengelolaan usaha. Adapun nilai komposit hasil penilaian sendiri (Self
Assessment pelaksanaan GCG BRIsyariah untuk tahun 2019 adalah sebesar 1,94
atau berpredikat “Baik”.
c. Rentabilitas (Earnings)
Rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisien
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian
faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber
rentabilitas.
1. ROA ((Return On Asset)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%
Total Asset

ROA = 116.865 x 100%


43.123.488

ROA = 0,27%

PERIODE ROA% PERINGKAT KETERANGAN


2019 0,27% 4 KURANG SEHAT
Tabel 4. Hasil Perhitungan ROA

Berdasarkan hasil perhitungan ROA menunjukkan bahwa pada tahun 2019


BRI Syariah yaitu sebesar 0,27% hal ini menunjukkan peringkat 4 dengan
kategori kurang sehat dengan kriteria 0% < ROA < 0,5.
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran
deviden.
ROE = Laba Setelah Pajak x 100%
Modal Sendiri

ROE = 74.016 x 100%


5.088.036

ROE = 1,45%

PERIODE ROE% PERINGKAT KETERANGAN


2019 1,45% 4 KURANG SEHAT
Tabel. 5 Hasil perhitungan ROE

Berdasarkan hasil perhitungan ROE menunjukkan bahwa pada tahun 2019


BRI Syariah yaitu sebesar 1,45% hal ini menunjukkan peringkat 4 dengan
kategori kurang sehat dengan kriteria Perolehan laba rendah atau
cenderung mengalami kerugian (ROE mengarah negativ rasio berkisar
antara 0% sampai dengan 5%)
d. Permodalan (Capital)
1. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan.
CAR = Modal x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

CAR = 5.088.036 x 100%


23.012.092

CAR = 22,11%

PERIODE ROE% PERINGKAT KETERANGAN


2019 22,11% 1 SANGAT SEHAT
Tabel 6. Hasil perhitungan CAR

Berdasarkan hasil perhitungan CAR menunjukkan bahwa pada tahun 2019


BRI Syariah yaitu sebesar 22,11% hal ini menunjukkan peringkat 1
dengan kategori sangat sehat dengan kriteria CAR > 12% hal ini
menunjukkan bahwa BRI Syariah mempunyai kemampuan membayar
kewajiban dan tingkat kolektibilitas piutang yang baik.
Rangkuman Hasil pembahasan
Hasil yang di dapat dengan menganalisis tingkat kesehatan pada BRI
Syariah Dengan menggunakan metode RGEC pada tahun 2019. Berikut
adalah rangkuman penilaian menggunakan metode RGEC, sebagai berikut:
1. Risk profil
Profil risiko kredit yang terdiri dari rasio NPF = 2,611% sedangkan
rasio FDR= 80,24%. Masing-masing dari rasio ini mendapatkan
predikat sehat.
2. Good corporate governance
Komponen GCG berada pada peringkat komposit 2 yang menunjukkan
tata kelola manajerial berpredikat sehat
3. Earnings
Penilaian komponen earnings dilihat dari rasio ROA yang memperoleh
nilai sebesar 0,27% dan rasio ROE memperoleh nilai 1,45% yang
masing-masing mendapat predikat kurang sehat.
4. Capital
Komponen selanjutnya yaitu komponen permodalan yang dilihat dari
rasio CAR yang memperoleh nilai sebesar 22,11% menunjukkan
bahwa BRI Syariah mempunyai kemampuan membayar kewajiban dan
tingkat kolektibilitas piutang yang baik.

IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis kinerja keuangan BRI Syariah periode 2019 menggunakan
metode RGEC maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari unsur risk profil yang menggunakan rasio NPF dan FDR yaitu dari masing-
masing rasio mendapatkan predikat sehat
2. Dari unsur GCG yang menggunakan penilaian self assesment dengan perolehan
predikat baik
3. Dari unsur earnings yang menggunakan rasio ROA dan ROE yaitu dari keduanya
mendapat predikat kurang sehat
4. Dari unsur capital yang menggunakan rasio CAR yaitu mendapat predikat sangat
sehat hal ini menunjukkan bahwa BRI Syariah mempunyai kemampuan
membayar kewajiban dan tingkat kolektibilitas piutang yang baik.
Saran
Kesimpulan diatas dapat digunakan untuk memberikan saran-saran kepada BRI
Syariah terutama yang berkaitan dengan kesehatan bank, saran yang dapat penulis
berikan ialah:
1. Dari unsur risk profil diharapkan BRI Syariah terus menjaga pembiayaan
bermasalahnya dan juga likuiditas bank. Sehingga kinerja keuangannya terus
meningkat
2. Diharapkan kepada BRI Syariah untuk memperbaiki unsur rentabilitas yang
terkait dengan rasio ROA dan ROE karena keduanya mendapat predikat kurang
sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Surat Edaran Kepada Semua Bank Umum No.13/DPNP Jakarta 2011
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Diakses di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia_Syariah pada tanggal 29


Mei 2021 Pukul 20:38 WIB

Firmansyah, Farid. Efektivitas dan Efisiensi Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri
Tahun Buku 2007, 2008, dan 2009. Vol. 8 No. 2. Juli-Desember, 2011.

Jumingan, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Syaifullah, Muhammad dkk. Kinerja Keuangan Bank Syariah. Depok: PT.RajaGrafindo


Persada, 2020.

S, Munawir. Analisa laporan keuangan. Yogyakarta: Liberty, 2004.

Taswan. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2010.

Umam, Khotibul dan Veri Antoni. Corporate Action Pembentukan Bank Syariah: Akuisisi,
Konversi, dan Spin-Off. Yogyakarta: UGM Press, 2018.

Umiyati dan Queenindya. Pengukuran Kinerja Bank Syariah dengan Metode RGEC. Vol. 2.
No. 2. Jurnal Akuntansi Keuangan, 2015.

Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Wiroso, Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti, 2011.

Anda mungkin juga menyukai