Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA-NEGARA


KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
KETUA : AI RATNA NURAZIZAH
ANGGOTA : 1. DIPAL
2. WINDI

SMAN 5 GARUT
2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk
dipelajari. Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang
bagaimana masuk dan berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori
tersebut adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut
saling berbeda pendapat mengenai waktu dan siapa yang menyebarkan agam Islam
ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat ditarik suatu persamaan tentang
sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan Islam muncul
memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini kami
susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah Indonesia dan agar
pembaca lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia ?
2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke
Indonesia
2. Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di
Indonesia
3. Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


1. Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13
dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah :
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam di Indonesia
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat.

2. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7
dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
a. Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab)
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari
Mesir

3. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13
dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah :
a. Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang
Syiah/Islam Iran.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran
yaitu Al-Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah
satu pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
B. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia yang berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh
Sultan Malik Al Saleh dan mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan
Samudera Pasai mampu memperluas wilayahnya dan menjalin hubungan
perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik aI
Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina
(kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran
agama Islam yaitu:
 Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang
menetap di Samudera Pasai.
 Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini
dibuktikan dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam
di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan
laut yang menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai
pusat perdagangan dan pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi
sebagai
 Tempat merambah perbekalan.
 Tempat mengurus masalah perkapalan.
 Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke
luar.Tempat menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra
Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam
dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui
perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai
berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-
1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan
dengan Kerajaan Samudra Pasai.
3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad
ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke
negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai
pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai
memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman
singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul
Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522
Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai
kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran
politik dan perdagangan terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang
letaknya lebih strategis.

2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan
yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-
1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan
berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah
sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan
sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas
dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur.
Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman
keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di
Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu,
Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam.
Corak pemerintahannya terdiri atas,
a. Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
b. Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
c. Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk
memperkuat kerajaan Aceh.
d. Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan
dikuasainya kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat
dan timur Sumatera dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur
masuk Islam ke Minaangkabau.
e. Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja
sama dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang
mereka, yaitu VOC dan EIC untuk membuka kantor cabangnya di Aceh.
f. Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau
Bintan pada tahun 1614.Mendirikan
g. Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu
mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya,
Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari
makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara
golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur
perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai
dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam
kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran
agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf
di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri,
dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi
juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh
menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak
dan timah serta rempah-rempah.

3. Kerajaan Demak
Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit.
Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang
terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah
memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan
dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak
dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang
Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi
kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang
pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar
Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan
digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus,
Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati
Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis
tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan
oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan
usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas
kekuasaan Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa
Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai
Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh
pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak. Faletehan
kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke
daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta
Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan
perkawinan politik dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan
Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana
mangkat pada tahun 1546 M.
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di
Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris
Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah
kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.

Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma
lama begitu saja. Hasil kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang
berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung
Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan
lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.

Aspek Kehidupan Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai
daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang
diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam
yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang
Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria
Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Aria Penansang telah
membunuh suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang
tepat mereka berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak
lain adalah Aria Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh
Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah
riwayat Kerajaan Demak.

4. Kerajaan Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini
adalah Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya
penangsang raja Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak
ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam
Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka
menghargai pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya
sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan
Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa
yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede,
dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati.
Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah
kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai
seorang putra bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran.
Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena
itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan
dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah
Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan
Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo
yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan
Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi
Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil.
Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara
angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan
pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke
Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.

5. Kerajaan Mataram
Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng
Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas
keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki
Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki
Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi
bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan
ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah
peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya
mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan
Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri
beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman,
Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada
Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede
pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.

Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram
banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak,
Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas
dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan
bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletakkan
landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya,
Mas Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak,
seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan
Bojonegoro.
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan
sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan
fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M.
Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia,
Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung
mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan
mengalami kegagalan.

Aspek Kehidupan Sosial


Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja.
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di
bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas
memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan, dalam istana
terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan
peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh
penduduk.

Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan


Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang.
Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal
ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga
memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai
pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan
Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram
berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang
adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-
Budha dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan
karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan
perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum
Surya Alam.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung
merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan
itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan
untuk berperang.
6. Kerajaan Banten
Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya
(Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk
membendung meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak
berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten
segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang
berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten
kepada putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin
(1552-1570 M), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas
sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.

Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M
dan digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf
memperluas daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M
kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan
rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di
Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak
kejayaan. Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya
diperhatikan, seperti dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang
pertanian juga diperhatikan dengan membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat,
terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah
peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru
berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-
1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak
didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala
wafat, Banten mengalami kemunduran.

Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai
karena menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India,
gujarat, Persia, dan Arab banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan
sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Islam.
Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi
meluas hingga ke pedalaman.

Kemunduran Kerajaan Banten


Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja
Besar Banten Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang
saudara di Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan
Banten. Sejak saat itu Banten mulai hancur karena terjadi peang saudara,
apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti Maulana Yusuf.

7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa
Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati
dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak
mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang
Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan
sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif
Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa,
Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan
Kanoman.
Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada
saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi
Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon
terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon
berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

8. Kerajaan Makassar
Awal Perkembangan Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan,
tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu.
Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau,
akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera
mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya.
Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam
menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan
Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah
antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.

Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-
1639 M). Raja berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan
dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan Hasanuddin
berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-
kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup
ramai dan banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk
membuka hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai
membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat
rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik.
Terlebih lagi setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar
Makassar diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya
malahan dilucuti dan terjadilah perkelahian yang menimbulkan banyak korban
di pihak Makassar. Keadaan meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam
peperangan tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukkan
Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang
ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.

Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil
perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.
Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang
sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian,
masyarakatnya hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate
Salapanga (Majelis Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya (hakim).
Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalah pabbicarabutta
(mangkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima
tertinggi disebut anrong guru lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan
disebut opu bali raten yang juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan
luar negeri. Pejabat bidang keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam,
khatib, dan bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar
adalah keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan
lambo.

Kemunduran Kerajaan Makassar


Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya
dengan VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC
yang memperalat Aru Palakka ( Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar.
Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan Kerajaan
Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

9. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau
Kalimantan, tepatnya di Klimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga
Kesultanan Banjarmasin. Kata Banjarmasin meru[pakan paduan dari dua kata,
yaitu Bandar dan masih. Nama Bandar Masih diambil dari nama Patih Masih,
seorang perdana menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa. Sebelum
menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah diperintahkan oleh tujuh orang
raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata (1438-1460) dan raja terakhir ialah
Pangeran Tumenggung (1588-1595).
Selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan
Banjar berada dalam keadaan rawan. Pangeran Samudera yang berada di
pengasingan secara diam-diam menyusun kekuatan untuk menaklukkan
Pangeran Tumenggung. Akibatnya, pada tahun 1595 terjadi perang saudara
yang berakhir dengan kemenangan di pihak Pangeran Samudera (Pangeran
Suriansyah).
Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas dari dukungan umat
Islam di wilayah Banjar serta dukungan Patih Masih dengan prajurit Kerajaan
Demak. Setelah masuk Islam, Pangeran Samudera berganti nama menjadi
Pangeran Suriansyah. Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke suatu
tempat yang diberi nama Bandar Masih, sekarang Banjarmasin.
Perpindahan pusat pemerintahan Kasultanan Banjar juga terjadi pda
masa pemerintahan sultan-sultan berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan
Sultan Hidayatullah (1650), pusat pemerintahan dipindahkan ke Batang
Mengapan, yang sekarang menjadi Muara Tambangan dekat Martapura. Pada
masa Sultan Tamjidillah (1745-1778) pusat pemerintahan dipindahkan ke
Martapura pada tahun 1766.
Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah Pangeran
Tamjidillah (1857-1859). Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan
oleh Belanda mendapat tantangan dari masyarakat, sehingga menimbulkan
pergolakan. Karena tidak dapat memenuhi keinginan Belanda, ia diturunkan
dari takhta. Pada tanggal 11 Juni 1860, Belanda mengahapus kesultanan.
Meskipun demikian, peperangan terus berkobar.

10. Kerajaan Malaka


Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran
dari Palembang bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi
serangan dari Majapahit. Ia mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400.
Pada mulanya, Parameswara adalah seorang raja yhang beragama Hindu.
Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama Islam,
Muhammad Syah (1400-1414). Raja pertama ini kemudian digantikan oleh
Sultan Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya raja-raja yang berkuasa di
Malaka adalah Sultan Muzafar Syah (1424-1444), Sultan Mansur Syah (1444-
1477), dan Sultan Mahmud Syah (1477-1511).
Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka.
Ciri-ciri perdagangan di Malaka :
 Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang
 Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal
barang.
 Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan
modal dalam bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk
dijual ke negeri lain. Kedua, pedagang menitipkan barang atau
meminjamkan uang kepada nahkoda yang akan membagi keuntungannya
dengan pedagang pemberi modal.
 Kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur
perdagangan di Kerajaan Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.

11. Kerajaan Ternate dan Tidore


Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-
13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari
Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya
dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para
pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat
berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun,
kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol
datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara
kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada
tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng
Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore
sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate,
terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-
sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak,
ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha
menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan
dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh
Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan
membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah
(1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga
berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore
sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan
beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan,
dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh
Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat
terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal
bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan
Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan
menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya
menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik
monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk
kesejahteraan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari.
2. Meski terdapat perbedaan teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, namun
dapat diambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai.
3. Kerajaan Islam merupakan salah satu bukti dari perkembangan Islam di
Indonesia begitu pesat.

B. Saran
1. Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah
2. Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam di
Indonesia
3. Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga akan
lebih memahami kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan mengambil setiap
pelajaran dari sejarah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai