Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator kesejahteraan suatu negara salah satunya dilihat dari Angka

Kematian Bayi (AKB). Target pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian

bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha

menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH

(Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000 KH. World Health

Organization (WHO) dan United Nations of Children’s Fund (UNICEF)

dalam strategi global pemberian makanan pada bayi dan anak menyatakan

bahwa pencegahan kematian bayi adalah dengan pemberian makanan yang

tepat yaitu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan kehidupan dan pengenalan

makanan pendamping ASI (MPASI) yang aman dan bergizi pada usia 6 bulan

bersamaan dengan pemberian ASI lanjutan hingga usia 2 tahun atau lebih

(WHO, 2020).

ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi paling

sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan

untuk memerangi penyakit. Dua tahun pertama kehidupan seorang anak sangat

penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan

morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong

perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemberian

ASI yang optimal yaitu saat anak berusia 0-23 bulan sangat penting karena

1
2

dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di bawah usia 5 tahun

setiap tahun (WHO, 2020).

Pada tahun 2020, dari jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan yang

mendapat ASI Eksklusif yaitu sebesar 67,74%. Capaian indikator persentase

bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sudah

memenuhi target tahun 2020, yaitu sebesar 40%. Namun, pada tahun 2019

pemberian ASI Eksklusif bayi kurang dari 6 bulan mengalami penurunan dari

tahun 2018 (Kemenkes RI, 2020).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini dan sebanyak mungkin sejak

bayi dilahirkan sehingga bayi berusia 6 bulan tanpa hambatan cairan ataupun

makanan lain, bahkan air putih sekalipun. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi

usia 0-6 bulan di Provinsi Bengkulu tahun 2020 sebanyak 15.977 (73%),

mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 76% (Dinkes

Provinsi Bengkulu, 2020).

Berdasarkan profil kesehatan Kota Bengkulu cakupan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan dari 20 Puskesmas yang terdapat di

Kota Bengkulu yaitu sebesar 66,4%. Dari data diperoleh perbandingan antar

puskesmas yang memiliki jumlah bayi kurang dari 6 bulan terbanyak dengan

cakupan pemberian ASI Eksklusif rendah yaitu Puskesmas Perawatan Telaga

Dewa Kota Bengkulu, yaitu jumlah bayi kurang dari 6 bulan sebanyak 84

orang, sedangkan jumlah bayi yang mendapatkan pemberian ASI Eksklusif

sebanyak 46 orang (54,8%).


3

Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif yang

masih kurang dan perlunya peningkatan agar pemberian ASI Eksklusif di Kota

Bengkulu khususnya di Puskesmas Perawatan Telaga Dewa dapat memenuhi

target dan tidak tertinggal dari Puskesmas lain yang berada di Kota Bengkulu.

Survey awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Telaga

Dewa merekomendasikan Praktek Mandiri Bidan (PMB) yaitu PMB “F” Kota

Bengkulu. Hasil survey yang dilakukan di PMB “F” pada tahun 2021 tanggal

21 November 2021 sebanyak 90 orang ibu nifas dan menyusui, dengan 20

orang diantaranya mengalami masalah produksi ASI yang tidak lancar.

ASI memiliki kandungan laktosa yang sangat tinggi dan memiliki

kandungan lemak yang akan meningkat selama ibu menyusui. Meningkatnya

angka menyusui akan meningkatkan kesehatan ibu dan anak, tetapi banyak

hambatan untuk dapat bertahan menyusui hal ini juga disebabkan karena

produksi ASI ibu yang kurang sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar

dan kebutuhan bayi menjadi tidak tercukupi (Wulan & Br. Girsang, 2020).

Dampak dari ASI yang tidak lancar membuat ibu berpikir bahwa bayi

mereka tidak akan mendapat cukup nutrisi sehingga ibu langsung mengambil

keputusan untuk berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula,

sementara bayi yang tidak diberi ASI secara efektif, tetapi diberi susu formula

akan lebih berisiko alergi terhadap makanan atau paparan udara, mudah

terserang diare, menderita asma, gampang obesitas, dapat menderita diabetes,

terjadi gangguan pencernaan, gangguan pada gigi dan maloklusi, dapat

menderita anemia defisiensi besi, bahkan sampai komplikasi pada bagian


4

jantung. Berdasarkan hasil penelitian para ilmuan bayi yang diberi susu

formula memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang

mendapat ASI secara eksklusif (Wulan & Br. Girsang, 2020).

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak produksi ASI

misalnya dengan cara mengkonsumsi sayur sayuran, buah buahan. Asupan

makanan ibu menyusui ikut menentukan kualitas ASI-nya, ada beberapa

tanaman yang di percaya baik secara turun temurun maupun yang sudah

terbukti uji ilmiahanya dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI

misalnya daun katuk dan jantung pisang (Septadina et al., 2018).

Hasil penelitian (Widuri, Febby Riana, 2018) efektivitas pemberian daun

katuk dan jantung pisang terhadap peningkatan produksi asi didapatkan hasil

jantung pisang lebih efektif terhadap peningkatan produksi ASI karena rata-

rata selisihnya 81,43 lebih tinggi dari daun katuk 61,43. Jantung pisang

memiliki potensi untuk meningkatkan produksi asi, karna didalamnya

mengandung lactagogum yang dapat menstimulasi hormone oksitosin dan

prolactin.

Didukung dengan hasil penelitian (Suharman dkk, 2021) senyawa

laktogagum pada sayur jantung pisang dapat meningkatkan kelancaran ASI

ibu, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata sebelum dan sesudah

diberikan sayur jantung pisang, yaitu 5,00 menjadi 7,65 yang artinya terjadi

perubahan secara signifikan.

Jantung pisang mengandung laktagogum yang memiliki potensi

menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol,


5

steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan

dan memperlancar produksi ASI (Permatasari & Qomar, 2019).

Jantung pisang memiliki khasiat dan manfaat untuk kesehatan karena

kandungan gizi dan vitamin yang ada didalamnya. Jantung pisang diketahui

mengandung vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C. Didalam jantung pisang

juga terkandung beberapa mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh, antara

lain zat besi, kalsium dan fosfor. Pada setiap 25 gram jantung pisang diketahui

mengandung karbohidrat 7.1 gram, kalori 31 kkal, lemak 0.3 gram, dan

senyawa protein sebanyak 1.2 gram (Febriyona & Tuna, 2019).

Pengolahan jantung pisang pada masyarakat biasa dilakukan dengan cara

direbus, diurap, dikukus dan dioseng-oseng. Dengan pemanfaatan jantung

pisang yang dapat meningkatkan produksi ASI, dapat membantu keberhasilan

program pemerintah (Kementerian Kesehatan) dalam upaya pemberian ASI

Eksklusif yaitu pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan dan tetap

diberikan ASI sampai usia anak 2 tahun yang ditambah dengan makanan

pendamping ASI (Febriyona & Tuna, 2019).

Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian karena

masih banyak ibu menyusui yang mengalami produksi ASI tidak lancar,

sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan ASI Tidak Lancar di Praktek Mandiri

Bidan “F” Kota Bengkulu”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, menunjukkan

bahwa salah satu faktor terbanyak ibu tidak dapat memberikan ASI secara

maksimal dikarenakan tidak lancarnya produksi ASI. Dengan pertanyaan

peneliti yakni Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dengan ASI

Tidak Lancar di Praktek Mandiri Bidan (PMB) “F” Kota Bengkulu Tahun

2022?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di

PMB “F” Kota Bengkulu tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data subjektif pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di

PMB “F” Kota Bengkulu tahun 2022

b. Mengetahui data objektif pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di

PMB “F” Kota Bengkulu tahun 2022

c. Mengetahui analisa pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di PMB

“F” Kota Bengkulu tahun 2022

d. Mengetahui penatalaksanaan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar

di PMB “F” Kota Bengkulu tahun 2022

e. Mengetahui kesenjangan teori dan praktik pada ibu nifas dengan ASI

tidak lancar di PMB “F” Kota Bengkulu tahun 2022


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat bagi penulis adalah menambah wawasan tentang pemberian

jantung pisang untuk memperlancar produksi ASI pada ibu nifas.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi profesi kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan

peran, fungsi dan tanggung jawab dalam bentuk asuhan kebidanan

dalam ibu nifas menyusui.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai pengembangan ilmu kebidanan melalui penelitian terhadap

pelayanan asuhan kebidanan pada ibu nifas menyusui.

c. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terutama asuhan

kebidanan pada ibu nifas menyusui.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

a. Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium yaitu

dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerperium

berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil

(Rini dan Kumala, 2017:1).

Menurut Ambarwati (Walyani dan Purwoastuti, 2020:1) masa nifas

(puerperium) adalah masa setelah keluar plasenta sampai alat-alat

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Kemenkes R.I tahun 2018 tujuan asuhan kebidanan nifas

yaitu:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik secara fisik maupun psikologis,

dalam hal ini diperlukan peran keluarga dalam pemenuhan nutrisi dan

juga dukungan psikologis agar kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga,

memberikan asuhan kebidanan yang sistematis yaitu dimulai dari

pengkajian, interpretasi data dan analisa masalah, perencanaan,

8
9

b. Penatalaksanaan dan evaluasi sehingga dapat mendeteksi secara dini

bila ada penyulit maupun komplikasi,

c. Melaksanakan rujukan yang aman dan tepat ke fasilitas pelayanan

yang dibutuhkan,

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas

dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan jarak kelahiran,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi

sehat serta pelayanan keluarga berencana sesuai dengan pilihan ibu.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi

24 jam pertama. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk

memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah

beberapa kematian ini. Menurut Rini dan Kumala (2017:5-6), peran bidan

antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.
10

d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

h. Memberikan asuhan secara profesional.

4. Periode Masa Nifas

Masa nifas pada ibu dapat diuraikan menjadi tiga tahapan. Berikut

merupakan tahapan masa nifas menurut Rini dan Kumala (2017:6-7)

yaitu:

a. Puerperium dini, yaitu suatu masa kepulihan dimana ibu

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan serta menjalankan

aktivitas layaknya wanita normal lainnya (40 hari).

b. Puerperium intermedial, adalah suatu masa kepulihan menyeluruh

alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote puerperium, yakni waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi.
11

b. Konsep Laktasi

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan khusus yang kompleks, unik,

serta dihasilkan oleh kelenjar kedua payudara. ASI merupakan cairan

yang terbaik bagi bayi baru lahir hingga umur 6 bulan dikarenakan

komponen ASI yang mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh bayi baru lahir,

dan memiliki kandungan nutrient terbaik dibandingkan dengan susu

formula. Karakteristik ASI bervariasi, normalnya berwarna putih

kekuningan, sedangkan kolostrum merupakan ASI yang pertama kali

keluar dan umumnya berwarna kekuningan (Azizah dan Rosyidah,

2019:149).

2. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi ASI

(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin) merupakan suatu interaksi

yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-

macam hormon.

a. Produksi ASI prolaktin

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu,

dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah

hormon estrogen dan progesterone yang membantu maturasi alveoli.

Sedangkan hormone prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Volume

ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi 500 – 800 ml/hari

(3000ml/Hr ).
12

Gambar 2.1 Produksi ASI Prolaktin Skema produksi ASI

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang

masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada

saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi

sekresi ASI, pada proses laktasi terdapat dua refleks aliran yang

berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul

akibat perangsangan puting susu akibat isapan bayi (Fitriahadi dan

Utami, 2018:38).

1) Reflek prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin

dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi.

Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan

berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan


13

progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang

puting susu dan kalangan payudara, karena ujung-ujung saraf

sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla

spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor

pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin

akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin.

Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan

menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai

penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada

peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun

pengeluaran air susu tetap berlangsung.

2) Refleks aliran (let down refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan

ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian

dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini

menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi

dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari

alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir

melalui duktus laktiferous masuk ke mulut bayi.


14

Faktor-faktor yang meningkatkan let down ialah melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk

menyusui bayi. Faktor- faktor yang menghambat refleks let

down adalah stress, seperti keadaan bingung/pikiran kacau,

takut dan cemas. Refleks yang penting dalam mekanisme

hisapan bayi adalah :

(a) Refleks menangkap

Timbul saat bayi baru lahir disentuh pipinya, dan bayi

akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang

dengan papilla mammae, maka bayi akan membuka mulut

dan berusaha menangkap puting susu.

(b) Refleks menghisap (sucking refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi

tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum,

maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.

Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah

areola, tertekan antar gusi, lidah dan palatum sehingga

ASI keluar.

(c) Refleks menelan (swallowing refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI,

maka ia akan menelannya (Fitriahadi dan Utami,

2018:39).
15

b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada gandula pituitaria

posterior sehingga keluar hormone oksitosin. Hal ini menyebabkan

miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI

masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain

dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin

dikeluarkan oleh hipofisis (Fitriahadi dan Utami, 2018:40).

c. Pengaruh hormonal

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-

hormon yang berperan adalah :

1) Progesterone

Berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli, tingkat

progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal

ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.

2) Estrogen

Berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.

Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk

beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui

untuk menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen,

karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.


16

3) Follicle stimulating hormone ( FSH)

4) Luteinizing hormone (LH)

5) Prolaktin

Berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.

6) Oksitosin

Berfungsi mengencangkan otot halus pada saat melahirkan dan

setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca

melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar

alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin

berperan dalam proses turunnya susu let-down /milk ejection

refleks.

7) Human placenta lactogen ( HPL )

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL

yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting dan areola

sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,

payudara siap memproduksi ASI (Fitriahadi dan Utami, 2018:41).

d. Proses laktasi dan menyusui

Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk

manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian

ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak

mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.


17

Proses ini timbul setelah ari-ari dan plasenta lepas. Ari- ari

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas, hormone

plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga susu pun keluar.

Sempurnanya, ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.

Namun, sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang

sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan

antibodi pembunuh kuman.

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin

membuat ASI mengalir dari alveoli, melalui saluran susu

(duktus/milk canals) menuju reservoir susu sacs yang berlokasi di

belakang areola, lalu kedalam mulut bayi (Fitriahadi dan Utami,

2018:42).

c. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal

(setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh dan tanpa tambahan

makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi dan

nasi tim (Walyani dan Purwoastuti, 2020:24).


18

Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi

selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan

resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan

UNICEF merekomendasikan kepada para ibu bila memungkinkan untuk

memberikan ASI menerapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi

b. ASI eksklusif secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi,setiap

hari setiap malam

c. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot (Azizah

dan Rosyidah, 2019:178).

2. Kandungan ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat

untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan

sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi, zat gizi

yang terkandung dalam ASI adalah:

a. Protein

ASI mengandung alfa-laktabumin sedangkan air susu sapi

mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin, ASI

mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar methiolin

dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sistin lebih

tinggi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin

dan nukleotida yang penting untuk sintesis protein pada ASI lebih

tinggi dibandingkan air susu sapi.


19

b. Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5-7

gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.

c. Lemak

Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8

kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang

berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang diperlukan

untuk meilinisi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi

dalam perkembangan pembentukan enzim.

d. Mineral

ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi

adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diit ibu.

Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium,

dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium,

fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah

dibandingkan dengan susu sapi.

e. Air

Kira-kira 88% ASI terdiri dari air yang berguna melarutkan zat-zat

yang terdapat didalamnya yang sekaligus juga terdapat didalamnya

yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus pada bayi.


20

f. Vitamin

 Vitamin A : Air susu manusia yang sudah masak (dewasa

mengandung 280 iu) vitamin A dan kolostrum mengandung

sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 iu.

 Vitamin D : Vitamin D larut dalam air dan lemak, yang ada

dalam air susu manusia

 Vitamin E : Kolostrum manusia kaya akan vitamin E,

fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia akan tetapi

juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cidera

akibat oxide.

 Vitamin K : Diperlukan untuk sintesis factor-faktor pembekuan

darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin k lebih

banyak.

 Vitamin B : Semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini

memberikan komplek kebutuhan harian yang diperlukan.

 Vitamin C : Vitamin C sangat penting dalam sintesa kolagen,

ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibandingkan dengan

susu sapi (Rini dan Kumala, 2017:27-29).

3. Komposisi Gizi dalam ASI

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini

berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam:


21

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari hari

pertama kelahiran bayi, kolostrum lebih kental berwarna kekuning-

kuningan, karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel-sel

hidup. Kolostrum juga mengandung mengandung zat zat gizi yang

pas untuk bayi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit

karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1 %, antibodi serta

kandungan imunoglobulin lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI

matur yang mengakibatkan bayi tidak mudah terserang diare.

Manfaat besar dari kolostrum masih banyak tidak diketahui oleh ibu-

ibu setelah melahirkan, sehingga mereka masih ragu untuk

melakukan inisiasi dini. Kebanyakan mereka takut memberikan

kolostrum karena kepercayaan yang menganggap kolostrum sebagai

ASI basi atau ASI kotor sehingga harus dibuang. Padahal manfaat

kolostrum tersebut sudah seringkali diberitakan melalui media,

ataupun melalui penyuluhan.

b. Asi masa transisi

ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, dimana

pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa ini,

terjadi peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya

penurunan komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi

protein ini diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan

makanannya.
22

c. Asi matur

ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar

karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya

meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Setelah melewati masa

transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI

relatif stabil. Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan

utama dalam ASI sebagai sumber energi untuk otak. Konsentrasi

laktosa pada air susu manusia kira-kira 50% lebih banyak jika

dibandingkan dengan kadar laktosa dalam susu sapi. Walaupun

demikian, angka kejadian diare karena intoleransi laktosa jarang

ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini disebabkan

karena penyerapan laktosa ASI lebih baik jika dibandingkan dengan

laktosa yang terdapat pada susu sapi (Fitriahadi dan Utami, 2018:47-

49).

4. Manfaat Pemberian ASI

a. Bagi Bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

2) Mengandung antibodi

3) ASI mengandung komposisi yang tepat

4) Mengurangi kejadian karies dentis

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi


23

6) Terhindar dari alergi

7) ASI meningkatkan kecerdasan bayi

8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan

gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara

b. Bagi Ibu

1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen

akibatnya tidak ada ovulasi.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar: hipofisis. Oksitosin membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih

cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada

saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga

karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini

sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam

proses produksi ASI.


24

4) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,

tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,

rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Bagi Keluarga

1) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan

lain. Penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat

ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja

dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air

masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta

pertolongan orang lain.

d. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
25

menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa

ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya

diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian

bawah.

2) Menghemat devisa negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6

sakit milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu

formula.

3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang

diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat

ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang

mendapatkan susu formula.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin

(Walyani dan Purwoastuti, 2020:15-20).

5. Keunggulan ASI

a. ASI praktis, ekonomis dan higienis


26

b. Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan sadar,

tanpa penggunaan alat bantu

c. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan/takaran

d. Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit

daripada bayi yang mendapat susu formula buatan

e. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah (Nurliana, 2014).

6. Tanda bayi cukup ASI

Bayi 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut:

a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama

b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi

muda pada hari kelima lahir

c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali

d. Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan

e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis

f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal

g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi Badan (TB) bayi sesuai

dengan grafik pertumbuhan.

h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai

dengan rentang usianya).

i. Bayi terlihat puas, sewaktu-waktu lapar akan bangun dan tidur

dengan cukup
27

j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian mengantuk dan tertidur

pulas (Fitriahadi dan Utami, 2018:53-54).

7. Upaya memperbanyak ASI

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2020:22-23), upaya

memperbanyak ASI antara lain :

a. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk

merangsang produksinya

b. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk

merangsang produksinya

c. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak

dihisap makin banyak rangsangannya

d. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai tambahan.

Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi

e. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa

susu maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi

mengandung banyak air

f. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk

menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang

sedang menyusui harus dapat tambahan energi, protein, maupun

vitamin dan mineral. Pada 6 bulan pertama masa menyusui saat bayi

hanya dapat ASI saja, ibu perlu tambahan nutrisi 700 kalori/hari.

Bulan berikutnya 500 kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori/hari.


28

g. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan

kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI

h. Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba

dengan pemeriksaan obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk

menambah produksi ASI.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh

kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak

semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut

gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga

ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya

ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan

pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan

oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan

oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan

dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang

dihasilkan juga banyak.

Berikut hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI yaitu:

a. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap

produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
29

pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan

lancar.

b. Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI.

c. Penggunaan alat kontrasepsi

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI.

d. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi

hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

e. Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting

susu ibu.

f. Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang

menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.

g. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila

kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
30

h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan

pengeluaran ASI akan semakin banyak. Pada bayi cukup bulan

frekuensi penyusuan 10 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah

melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga

direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode

awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

i. Berat lahir bayi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap

ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500

gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi

frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat

lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

j. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif

sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup

bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat

disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi

organ.
31

k. Konsumsi rokok dan alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah di satu

sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses

pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi

oksitosin (Fitriahadi dan Utami, 2018:50-53).

e. Jantung Pisang Dalam Peningkatan Produksi ASI

1. Pengertian Jantung Pisang

Gambar 2.2 Jantung pisang

Sumber : https://bit.ly/3oy2uXP

Jantung pisang adalah bunga yang dihasilkan oleh pokok pisang

yaitu sejenis tumbuhan dari keluarga Musaceae yang berfungsi untuk

menghasilkan buah pisang. Jantung pisang dihasilkan semasa proses

pisang berbunga dan menghasilkan tandan pisang sehingga lengkap.

Hanya dalam keadaan tertentu atau spesies tertentu jumlah tandan dan
32

jantung pisang melebihi daripada satu. Ukuran jantung pisang sekitar

25 – 40 cm dengan ukur lilit tengah jantung pisang 12 – 25 cm. Kulit

jantung pisang luar adalah sederhana keras dan akan terbuka apabila

sampai waktu bagi mendedahkan bunga betina. Struktur jantung

pisang mempunyai banyak lapisan kulit yang dari yang paling gelap

coklat-ungu kemerahan di bagian luar dan warna putih krim susu di

bagian dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari diantara kulit

tersebut dan ditengahnya yang lembut. Jantung pisang mempunyai

cairan berwarna jernih dan akan pudar warnanya apabila jantung

pisang terkena udara dari luar lingkungan sekitarnya (Novitasari dkk.,

2013 dalam Astuti, 2020).

Sebagian orang belum banyak yang belum pernah

mengkonsumsi jantung pisang. Banyak orang yang membuang

jantung pisang, akan tetapi banyak olahan yang dapat dibuat dari

jantung pisang. Semua jantung pisang dapat dijadikan sayur,

khususnya pisang kepok, pisang klutuk, pisang kapas dan pisang

tanduk yang memiliki jantung pisang yang lembut dan enak

dimakan karena pisang ini tidak memiliki rasa pahit (Lingga,2010

dalam Safitri, 2018).

2. Klasifikasi Jantung Pisang

Tanaman pisang adalah tumbuhan yang dapat tumbuh di

daerah yang memiliki iklim tropis basah, lembab dan panas. Tanaman

pisang memiliki taksonomi antara lain :


33

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotylae

Ordo : Musales

Family : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa Paradisiaca L (Kalenka, 2013).

3. Kandungan dan Manfaat Jantung Pisang

Jantung pisang memiliki kandungan serat yang tinggi dan bagi

penderita hiperglikemi yang sering mengalami sembelit dapat

mengkonsumsi jantung pisang. Jantung pisang juga mengandung fosfor,

kalium, dan kalium yang diperlukan untuk pembentukan tulang. Selain

kandungan yang telah disebutkan, jantung pisang juga mengandung

kalium, dan beberapa studi telah membuktikan bahwa kalium dapat

mengencerkan darah dan juga mampu menyingkirkan kotoran dalam

darah. Dengan darah yang bersih, maka peredaran darah yang membawa

oksigen ke otak akan memadai sehingga kebutuhan tubuh akan terpenuhi

dengan baik ( Lingga, 2010 dalam Safitri, 2018).

Khasiat jantung pisang memiliki khasiat dan manfaat untuk

kesehatan karena kandungan gizi dan vitamin yang ada didalamnya.

Jantung pisang diketahui mengandung zat laktagogum untuk melancarkan

ASI, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C. Di dalam jantung pisang juga


34

terkandung beberapa mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh, antara

lain zat besi, kalsium dan fosfor (Harismayanti, Febriyona, & Tuna,

2019).

Jantung pisang mengandung laktagogum yang memiliki potensi

menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol,

steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam

meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara

hormonal untuk memproduksi ASI, sewaktu bayi menghisap puting

payudara ibu, akan terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu

dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui nervos

vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan

hormon prolaktin dan masuk ke peredaran darah dan sampai pada

kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk

menghasilkan ASI (Wahyuni, 2012 dalam Harismayanti dkk, 2018).

Peneliti oleh Laeli Musfiroh et al menjelaskan bahwa

mengkonsumsi jantung pisang oleh ibu nifas sangat efektif dalam

meningkatkan produksi ASI. Hal ini dilihat berdasarkan berat badan bayi

meningkat dibandingkan dengan hanya sekedar pendidikan tentang gizi

pada ibu nifas (Musfiroh, Santoso and Runjati, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih menyatakan bahwa

terdapat pengaruh signifikan ekstrak bunga pisang terhadap produksi ASI

dan kadar prolaktin ibu menyusui dan hal inilah yang menjadi alternatif

bagi ibu nifas yang awalnya tidak mampu dalam memberikan ASI yang
35

cukup terhadap bayinya. Berdasarkan literatur dan teori bahwa makanan

yang dikonsumsi ibu nifas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas

jumlah produksi ASI, untuk ibu nifas wajib menerima makan tambahan

yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi ASI

(Wahyuningsih, 2017).

4. Cara Pengolahan Jantung Pisang Untuk Memperlancar Produksi

ASI

Jantung pisang di Indonesia sangatlah mudah di dapat dan hampir

setiap pekarangan sekitar rumah masyarakat ada tanaman pisang. Jantung

pisang merupakan jenis makanan mengandung laktagogum yaitu zat gizi

yang dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI terutama pada

ibu yang mengalami masalah dalam produksi ASI.

Pemanfaatan jantung pisang pada masyarakat sudah banyak

ditemui, seperti menyembuhkan luka lecet pada kaki, memberikan

perasaan kenyang yang lebih lama, digunakan untuk membuat sayur

karena kandungan protein dan vitamin, serta dimakan untuk

memperlancar dan memperbanyak produksi ASI. Pengolahan jantung

pisang pada masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus, di urap,

dikukus dan di oseng-oseng. Dengan pemanfaatan jantung pisang yang

dapat meningkatkan produksi ASI, dapat membantu keberhasilan program

pemerintah (Kementerian Kesehatan) dalam upaya pemberian ASI

Eksklusif yaitu pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan dan
36

tetap diberikan ASI sampai usia anak 2 tahun yang ditambah dengan

makanan pendamping ASI (Harismayanti, Febriyona, & Tuna, 2019).

Pemberian konsumsi jantung pisang dengan cara pengonsumsian

tumis sayur jantung pisang pada ibu menyusui selama 7 hari sebanyak

200 gram/hari (Noviawanti, Fitri and Silalahi, 2019).

B. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney

Konsep teori asuhan kebidanan dibuat dengan pendekatan Manajemen

Varney sesuai dengan data fokus. Konsep teori askeb dibuat terdiri dari :

a) Langkah I : Pengkajian

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien

secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain :

1) Keluhan klien

2) Riwayat kesehatan klien

3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

4) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan

semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data

dasar awal secara lengkap.


37

b) Langkah II : Interpretasi data (diagnosa, masalah dan kebutuhan)

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

c) Langkah III : Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

Langkah ketiga mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan bidan mengamati klien

diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-

benar terjadi (Mufdlilah, dkk 2012).

d) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan segera

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu instruksi dokter. Sehingga bidan perlu mengevaluasi situasi

pasien untuk menentukan asuhan yang paling tepat (Mufdlilah, dkk

2012).

e) Langkah V : Rencana Tindakan

Pada langkah ini, semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan

suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang

benar. Berdasarkan pengetahuan, teori yang up to date serta


38

divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan wanita

tersebut dan apa yang tidak diinginkan (Mufdlilah, dkk 2012).

f) Langkah VI : Tindakan Kebidanan

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilakukan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian

lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-

benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang

mengalami komplikasi, serta bidan tetap bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut

(Mufdlilah, dkk 2012).

g) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut

dianggap efektif, jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya

(Mufdlilah, dkk 2012).


39

2. Pendokumentasian Dengan Metode SOAP

Pendokumentasian dilakukan dengan metode SOAP berdasarkan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR :

938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan:

a. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

b. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.


40

C. Konsep Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Di PMB

Kota Bengkulu tahun 2022

Hari/Tanggal Pengkajian :

Tempat Pengkajian :

Pengkaji :

I. Pengkajian

1. Data subjektif

a. Biodata

Ibu

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

b. Alasan datang/Kunjungan

1) Kunjungan saat ini :

2) Keluhan utama : Ibu mengatakan merasakan nyeri pada

pinggang, ibu belum dapat memberikan ASI pada bayi


41

c. Riwayat Perkawinan

Menarche : 12-16 tahun

Siklus : 28-32 hari

Lamanya : 5-7 hari

Banyaknya : … x ganti pembalut

Keluhan : ada / tidak ada

d. Riwayat Perkawinan

Status perkawinan : sah

Perkawinan ke : ............

Usia saat menikah : … tahun

Lama perkawinan : ………..

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

G( )P( )A( ) Hidup( )

Kehamilan Persalinan BBL Nifas

Hamil Ke Penyulit UK Jenis Penolong Penyulit JK BB Kondisi Laktasi Penyulit

(MG) (Gr) Sekarang

f. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang

ANC : kali

Penyulit : ada/tidak

Tanggal persalinan : Jam :

Tempat persalinan : klinik/rumah sakit

Jenis persalinan : spontan/tidak


42

Penolong persalinan : bidan/dokter

Penyulit persalinan : ada/tidak

g. Keadaan Bayi Baru Lahir

Lahir tanggal : Jam :

Berat badan lahir : …..gr

PB lahir : …..cm

Jenis kelamin : L/P

Kelainan : Ada/tidak

h. Riwayat KB

Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan :

Lama penggunaan :

keluhan : ada/tidak

i. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit menular seperti

Hepatitis B, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti Diabetes

Melitus, Jantung, Hipertensi dan penyakit menahun

2) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti

Hepatitis B, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti Diabetes

Melitus, Jantung, Hipertensi dan penyakit menahun


43

3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular

seperti Hepatitis B, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti

Diabetes Melitus, Jantung, Hipertensi dan penyakit menahun

j. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

1) Pola nutrisi

Makan : 3x sehari, jenis makanan : nasi, sayur, lauk dan buah

Minum : 6-8 gelas/hari, jenis minuman : air putih dan susu

2) Pola eliminasi

BAB : 1-2x/hari, konsistensi : lembek, warna : kuning

BAK : 6-10x/hari, warna : putih kekuningan

3) Pola Istirahat

Tidur malam : 6-8 jam

Tidur siang : 2 jam

4) Personal hygiene

Mandi : 2-3x/hari

Keramas : 2-3x/minggu

Ganti baju : 2-3x/hari

k. Psikososial, kultural, dan spiritual

1) Psikososial

Respon ibu dan keluarga dalam penerimaan terhadap kehamilan

dan persalinan sangat senang serta dukungan keluarga baik.

Hubungan dengan suami baik.


44

2) Kultural

Pengambilan keputusan di tangan suami.

3) Spiritual

Ibu selalu menjalankan ibadah sesuai kepercayaan yang dianutnya

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : baik/sedang/buruk

2) Kesadaran : composmentis/tidak

3) Tanda vital

TD : normal(100/60-130/90 mmHg)

N : normal (60-100 x/menit)

RR : normal (16-24 x/menit)

S : normal (36,5-37,5 ̊ C)

4) Antropometri

BB :

TB :

Lila :

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak

ada oedema

Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera an

ikterik
45

Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada

stomatitis, tidak ada caries, gusi tidak berdarah

2) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, limfe

dan vena jugularis

3) Payudara : simetris, puting susu menonjol, pembesaran

normal, tidak ada benjolan yang abnormal, tidak

ada nyeri tekan

4) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, uterus teraba bulat

dan keras

5) Genitalia : tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, tidak

ada oedema, tidak ada varises, tidak ada luka

laserasi

6) Anus : tidak ada hemoroid

7) Ekstremitas

Atas : simetris, kuku tidak pucat dan bersih, tidak ada

oedema

Bawah : simetris, tidak ada varises, tidak ada oedema,

reflek patela (+/+)

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Hb : normal 11-14 gr/dL %

2) protein Urine : (-)

3) reduksi urin : (-)


46

II. INTERPRETASI DATA

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. “…”, umur ( ) tahun, P( )A( ) postpartum dari hari >4 hari dengan

produksi ASI tidak lancar

DS :

- Ibu mengatakan merasakan nyeri pada pinggang, ibu belum

dapat memberikan ASI pada bayi

DO:

- Keadaan umum ibu : baik

- Kesadaran : Composmentis

- TTV

TD : 100/60 mmHg - 130/90 mmHg

S : 36,5-37,5◦C

R : 16-24x/menit,

N : 60-100x/menit

b. Masalah

Ibu merasa khawatir bayinya tidak mendapatkan ASI yang cukup

c. Kebutuhan

Informasi tentang keadaan yang ibu alami

Informasi tentang pemberian ASI Eksklusif

Informasi tentang pemenuhan nutrisi bayi

Dukungan moril kepada ibu untuk menyusui


47

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH

POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Tidak ada

V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN

a. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu

b. Beritahu tentang kebutuhan nutrisi ibu dan bayi

c. Beritahu tanda-tanda bahaya masa nifas

d. Beritahu cara menjaga kebersihan diri

e. Beritahu cara perawatan luka

f. Beritahu ibu untuk istirahat yang cukup

g. Beritahu ibu teknik menyusui yang benar

h. Beritahu ibu cara perawatan payudara

i. Berikan nutrisi yang mengandung laktogogum yang dapat

meningkatkan dan memperlancar produksi ASI

j. Beritahu ibu tentang perawatan bayi baru lahir

VI. TINDAKAN KEBIDANAN

a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dalam keadaan

normal, TD :….mmHg, N : 60-100x/menit, RR : 16-24x/menit, S :

36,5-37,5ºC

b. Memberitahu tentang kebutuhan nutrisi ibu dan bayi

c. Memberitahu tanda-tanda bahaya masa nifas


48

d. Memberitahu cara menjaga kebersihan diri

e. Memberitahu cara perawatan luka

f. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup

g. Memberitahu ibu teknik menyusui yang benar

h. Memberitahu ibu cara perawatan payudara

i. Memberikan nutrisi yang mengandung laktagogum yaitu zat gizi yang

dapat meningkatkan dan memperlancar produksi ASI

j. Memberitahu ibu tentang perawatan bayi baru lahir

VII. EVALUASI

a. Ibu telah mendapatkan dan mengetahui informasi tentang keadaannya

b. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang kebutuhan

nutrisinya dan bayi

c. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang tanda-tanda

bahaya nifas

d. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang menjaga

kebersihan diri

e. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang cara perawatan

luka

f. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang kebutuhan

istirahat

g. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang teknik menyusui

yang benar
49

h. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang cara perawatan

payudara

i. Ibu telah mengetahui dan bersedia mengkonsumsi nutrisi yang

mengandung laktagogum

j. Ibu telah mengetahui dan mengerti informasi tentang perawatan bayi

baru lahir
50

D. Kerangka Konseptual

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual

Input Proses Output

Ibu nifas normal Proses Asuhan Kebidanan Setelah dilakukan asuhan


hari ke >4 hari kebidanan 7 hari, maka
1. Pengkajian hasil yang diharapkan :
dengan masalah
2. Interpretasi Data 1. KU baik
ASI tidak lancar 3. Mengidentifikasi 2. TTV :
Diagnosa Atau  TD : 100/60-
Masalah Potensial 130/90 mmHg
4. Tindakan Segera Atau  N : 60-100x/m
Kolaborasi  P :16-24x/m
5. Rencana Asuhan  S : 36,5-37,5ºC
Kebidanan 3. Payudara : ASI
6. Tindakan Kebidanan banyak
7. Evaluasi 4. Genitalia :
Pengeluaran lochea
Pendokumentasian sesuai hari
dengan metode SOAP 5. Ibu merasa senang
karena dapat
memenuhi
kebutuhan bayi
dengan ASI yang
banyak.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain

Metode yang digunakan dalam studi kasus asuhan kebidanan ini adalah

metode penelitian deskriptif dan jenis penelitian deskriptif berupa studi

penelaahan kasus (Case Study).

B. Tempat Dan Waktu

Tempat : Penelitian kasus ini akan dilakukan di PMB “F” Kota Bengkulu

Waktu : Penelitian kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2022

C. Subyek

Rencana subyek studi kasus ini yaitu satu orang ibu nifas normal >4 hari

yang mengeluh produksi ASI nya tidak lancar di wilayah PMB “F” Kota

Bengkulu dengan kriteria ibu yang belum pernah mengonsumsi sayur jantung

pisang, ibu yang belum pernah mengkonsumsi obat-obatan untuk

meningkatkan produksi ASI dan bersedia menjadi responden.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa informed

concent untuk mengetahui responden bersedia menjadi responden penelitian,

format asuhan kebidanan dalam penelitian ini adalah varney dan SOAP. Alat-

alat pemeriksaan fisik untuk menunjang penelitian. Lembar perkumpulan data

primer observasi, wawancara langsung pada responden, pemeriksaan fisik

pada subjek kasus, dan lembar kuesioner kecukupan ASI.

51
52

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan data

primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden

dengan instrument kuesioner dan checklist. Pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan lembar kuesioner. Pada awalnya peneliti akan menjelaskan

maksud dan tujuan dalam penelitian kepada responden.

Subyek yang dipakai dalam penelitian adalah subyek yang sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan. Sebelumnya peneliti akan memberikan

informed choice atau tanda persetujuan untuk dijadikan responden. Apabila

responden telah setuju maka dapat dijadikan obyek penelitian. Pengumpulan

data yang digunakan adalah menggunakan data primer, observasi dan

wawancara langsung pada subyek kasus, sebagai berikut:

1. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu yang sedang menyusui dan pada

bayinya yang bertujuan untuk mendapatkan data seobjektif mungkin hasil

pemeriksaan yang dilakukan sehingga dapat menunjang dalam proses

penulisan laporan ini.

2. Wawancara

Melakukan tanya jawab secara langsung yang bertujuan mendapatkan

informasi yang lengkap dan akurat melalui jawaban tentang permasalahan

mengenai meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui.


53

3. Observasi

Metode pengumpulan data melalui pengkajian pada ibu menyusui di PMB

“F” Kota Bengkulu selama 7 hari dalam meningkatkan produksi ASI

sesuai format asuhan kebidanan ( SOAP ) dan menggunakan kuesinoer di

awal dan sesudah penelitian dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan

perhari ialah:

a) Mengisi lembar kuesioner sebelum penelitian dilakukan.

b) Memberi makanan tambahan pada ibu berupa sayur tumis jantung

pisang pada pagi dan sore hari

c) Memberikan konseling sesuai kebutuhan ibu

d) Memberikan asuhan sesuai kebutuhan

e) Hari terakhir akan dilakukan pengisian kuesioner post test,

penimbangan berat badan bayi.

F. Alat dan bahan

1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik : Tensimeter, stetoskop, timbangan, thermometer,

handscoon.

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara : Format

pengkajian data subjektif dan objektif dan pendokumentasian asuhan

kebidanan

3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :

Lembar kuesioner kecukupan ASI, catatan SOAP


54

G. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti mulai melakukan

penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Notoatmodjo (2012),

meliputi sebagai berikut :

1. Informend concent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed

consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberii nomor atau kode pada masing-masing lembar

tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek penelitian dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil penelitian.

H. Jadwal Kegiataan

Waktu yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian dimulai dari

bulan Januari tahun 2022 sampai bulan Februari 2022. Jadwal penelitian

merupakan waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian seperti yang


55

telah direncanakan. Penelitian ini mengenai “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Nifas Dengan ASI Tidak Lancar Di PMB “F” Kota Bengkulu Tahun 2021”.

Table 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

1. Pengumuman

pembimbing

LTA

2. Pengajuan

Judul

3. ACC Judul

4. Bimbingan

BAB 1,2 & 3

5. ACC
Proposal
6. Seminar
Proposal
7. Penelitian

8. ACC Hasil
Penelitian
9. Seminar
Hasil
56

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Selama Studi Kasus

N Waktu Rencana Asuhan

O Kunjungan

1. Hari pertama Informed consent

Mengetahui masalah produksi ASI menggunakan

kuesioner

Anamnesa lengkap

Mengisi lembar observasi

Mengingatkan ibu untuk selalu mengonsumsi

makanan bergizi untuk produksi ASI

Memberikan konseling sesuai kebutuhan

2. Hari kedua – Melakukan observasi

keenam Memberikan tindakan sesuai dengan prosedur

Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar

Mengisi lembar observasi

Memberikan konseling sesuai kebutuhan

Memberikan konseling pada ibu tanda bayi cukup

ASI

3. Hari Ketujuh Melakukan observasi hari ke-7

Memberikan tindakan sesuai dengan prosedur

Memberikan konseling pada ibu tanda bayi cukup

ASI
57

Mengisi lembar observasi

Mengisi kuesioner post test untuk menilai hasil

asuhan yang diberikan


58

LAMPIRAN

SOP Tumis Sayur Jantung Pisang Untuk Melancarkan Produksi ASI

No Langkah Kerja Ilustrasi/gambar

Persiapan Alat dan Bahan


1. Pertama siapkan alat untuk memasak
wajan, sodet, kompor, talenan dan pisau
untuk mengiris

2. Selanjutnya, siapkan piring, jantung


pisang 200 gram, bawang merah 3
siung, bawah putih 2 siung. Garam dan
gula secukupnya dan bahan-bahan lain
yang diperlukan
No Langkah Kerja Ilustrasi/gambar
3. Ambil 200 gram jantung pisang.
Bersihkan jantung pisang buang kulit
luar sampai kelihatan kulit putihnya, iris
tipis segera. Lalu remas dengan sedikit
garam agar jantung pisang tidak
berubah warna saat dimasak. Bersihkan
jantung pisang dan cuci hingga bersih.
4. Dididihkan air secukupnya. Masukkan
jantung pisang yang telah dibersihkan
kedalam air mendidih, lalu rebus selama
± 10 menit.

5. Setelah itu tiriskan jantung pisang yang


telah direbus tadi
59

6. Tumis bawang merah, bawang putih


yang telah dihaluskan

7. Setelah harum masukan jantung pisang


yang telah di rebus tadi, lalu tumis
hingga matang. Tambahkan garam dan
penyedap rasa secukupnya. Cicipi, lalu
masak hingga matang.

8. Tumis sayur jantung pisang siap di


hidangkan.
60

SOP (Standar Operasional Prosedur)

Pemberian Sayur Tumis Jantung Pisang Untuk Melancarkan Produksi Asi

Pengertian Jantung pisang adalah bunga yang dihasilkan oleh pokok


pisang yaitu sejenis tumbuhan dari keluarga Musaceae
yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang. Jantung
pisang dihasilkan semasa proses pisang berbunga dan
menghasilkan tandan pisang sehingga lengkap.
Tujuan Untuk membantu melancarkan produksi ASI ibu dan
menjadi strategi untuk menanggulangi gagalnya
pemberian ASI eksklusif yang disebabkan oleh produksi
ASI yang tidak lancar.
Kebijakan Dilakukan di rumah responden selama 7 hari dengan
pemberian setiap pagi dan sore
Petugas Peneliti
Persiapan 1. Responden yaitu ibu post partum diberitahukan
tujuan penelitian
2. Melakukan kontrak waktu
3. Menyiapkan jantung pisang
Peralatan Wajan, sodet, kompor, talenan dan pisau
Prosedur 1. Tahap pra interaksi
Pelaksanaan a. Melakukan kontrak waktu
b. Mengecek kesiapan responden
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam kepada responden
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap kerja
a. Melakukan anamnesa menanyakan keluhan
b. Melakukan pengkajian pada ibu menyusui dan
pengkajian pada bayi melalui data subjektif
c. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkomsumsi
makanan bergizi, cukup kalori dan tinggi
protein serta banyak minum air putih
d. Memberikan konseling pada ibu tentang faktor
yang mempengaruhi ASI
e. Memberikan ibu sayur tumis jantung pisang
untuk dikomsumsi setiap pagi dengan sekali
pemberian sebanyak 200 gr selama 7 hari agar
produksi ASI lancar
f. Mencatat hasil pengkajian dan pemberian
sayur tumis jantung pisang di lembar
observasi.
4. Tahap terminasi
61

a. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan


b. Mencatat hasil kegiatan
62

Lembar Observasi Penelitian

Pemberian Sayur Tumis Jantung Pisang Untuk Melancarkan Produksi ASI

Tanggal wawancara :

Nama :

Umur :

Alamat :

No Hari/Tanggal, Pemberian BB Frekuensi Istirahat bayi BAK BAB Bayi


Pukul Sayur Tumis bayi/hari Menyusui (cukup/tidak,re Bayi
Jantung Pisang (6-8x/hari) wel/nyenyak) (6-8x/
(gr) hari hari)
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Anda mungkin juga menyukai