DISUSUN OLEH:
SISKA OLIZA
NPM : 202122052
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang telah memberikan
petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang buku maupun artikel
yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman - teman yang telah
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Terima Kasih
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan.................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
I. Definisi Muskuloskeletal..................................................................... 4
C. Perkembangan Tulang..................................................................... 6
III. Persendian........................................................................................... 9
IV. Otot..................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang sakit kita harus terlebih dahulu
mengetahui struktur dan fungsi tiap alat dari susunan tubuh manusia yang sehat dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan Anatomi dan Fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia, seorang
perawat profesional dapat makin jelas menafsirkan perubahan yang terdapat pada alat tubuh tersebut.
Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian satu dengan yang lainnya. Struktur regional
mempelajari letak geografis bagian tubuh dan setiap region atau daerahnya misalnya lengan, tungkai,
kepala, dan seterusnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3. Serta mencari tahu dan mengetahui klasifikasi sistem ranka/tulang, persendian dan otot.
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI MUSKULOSKELETAL
Muskulo : Otot
Skeletal : tulang
Menurut Ilmu Myologi Muskulo atau Muskular adalah jaringan otot-otot tubuh.
Menurut ilmu Osteologi Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh.
muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan termasuk
sendi, ligamen,tendon, dan saraf.
Sistem yang memberi dukungan tubuh dan memungkinkan pergerakan bagi otot (klien gangguan sistem
muskuloskeletal . suratun: 2008)
Sistem tubuh yang terdiri dari otot ( muskulo) dan tulang – tulang yang membentuk rangka (skelet).
( histologi dasar anathomy; 2011)
Sistem penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan (anatomi dan fisiologi
untuk pemula. EGC;2004)
Jadi muskuloskeletal adalah sistem yang memberikan dukungan bagi tubuh yang bertanggung jawab
terhadap pergerakan yang terdiri dari otot ( muskulo ) dan tulang – tulang yang membentuk rangka
( skelet).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen
utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 %
berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka,
tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
(Price,S.A,1995 :175)
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk suatu
kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang , rangka disebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, rangka kemudian digolongkan
menjadi rangka aksial, rangka apendikuler dan persendian antara tulang.
1. Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-
organ pada kepala, leher, dan torso.
a. Kolumna vertebra
b. Tengkorak :
(1) Tulang kranial
(2) Tulang wajah
(4) Tulang hyoid
c. Kerangka toraks
2. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan tulang pectoral
serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangka aksial.
A. Fungsi Sistem Rangka
2. Pergerakan. Tulang beartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi sebagai
pengungkit.jika otot-otot (yang tertanam pada tulang) berkntraksi, kekuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan.
4. Pembentukan sel darah (hematopoiesis). Sumsum tulang merah, yang ditemukan pada orang
dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebrata, tulang pipih pada kranium, dan pada
bagian ujung tulang panjang, merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit darah.
5. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar 62% gram anorganik,
terutama kalsium fosfat, dan kalsium karbonat dengan jumlah magnesium klorid, florida, sitrat yang
lebih sedikit. Rangka mengandung 99% kalsium tubuh. Kalsium dan fosfor disimpan dalam tulang
agar bisa ditarik kembali dan dipakai untuk fungsi-fungsi tubuh; zat tersebut kemudian diganti
melalui nutrisi yang diterima.
B. Komposisi Jaringan Tulang
1. Tulang terdiri dari sel-sel dan matriks ekstraselular. Sel-sel tersebut adalah ostesit, osteoblas, dan
esteklas.
2. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar dan
garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium.
a. Substansi dasar. Tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama dari kondroitin
sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan protein.
b. Garam-garam tulang berada dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang disebut hidrogsiapatit
dengan rumus molekul 3Ca3 (PO4) Ca (OH)2.
c. Persenyawaan antara kolagen dan kristal higroksiapatit bertanggung jawab atas daya regang dan
daya tekan tulang besar. Cara penyusunan tulang serupa dengan pembuatan palang beton : serat-
serat kolagen seperti batang-batang baja pada beton; garam-garam tulang sama seperti semen,
pasir, dan batu pada beton tersebut.
3. Kedua jenis jaringan, tulang cancellus (berongga), dan tulang kompak. Kedua jenis tulang ini
memiliki komposisi yang sama tetapi prositasnya berbeda.
a. Tulang Kompak. Adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan
diatas jaringan tulang cancellus. Prositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanakuli) yang
mengandung pembuluh darah, yang berhubungan dengan saluran havers.
b. Tulang Cancellus. Tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguller yang bercabang dan
saling bertumpang tindih untuk membentuk jaring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang
mengandung sumsum. Numlah tulang cancellus dan tulang kompak relatif bervariasi bergantung
pada jenis tulang dan bagian yang berbeda dari tulang yang sama.
C. Perkembangan Tulang
1. Osifikasi Intramembranosa terjadi secara langsung dalam jaringan mesenkrim janin dan melibatkan
proses penggantian membran (mesenkim) yang sudah ada. Proses ini banyak terjadi pada tulang pipis
tengkorak, disebut sebagai “tulang membran”.
a. Pada area tempat tulang akan terbentuk, kelompok sel mesenkim yang berbentuk bintang
berdiferesiansi menjadi “osteblas” dan membentuk pusat osifikasi (pusat paling pertama yang terbentuk
pada minggu ke-8 masa kehidupan janin).
c. Kalsifikasi massa osteoid dilakukan melalui pengendapan garam-garam tulang yang mengikuti dan
menangkap osteoblast serta prosesus sel osteoblas.
d. Pulau-pulau pertumbuhan tulang, atau spikula, menyatu dan membentuk percabangan untuk
membuat jarring-jaring tulang cancellous berongga, atau trabekula.
e. Hasil osifikasi intramembranosa secara dini adalah pembentukan vascular, tulang-tulang primitive,
yang dikelilingi mesenkim terkondensasi dan kemudian akan menjadi periosteum. Karena serat-serat
kolagen tersebar kesemua arah, maka tulang baru ini seringkali disebut tulang woven.
(1) Pada area tulang berongga primitive yang menjadi tempat tumbuh tulang kompak, trabekula
menjadi lebih tebal dan secara bertahap menghentikan intervensi jaringan ikat.
(2) Di area tempat tulang tetap menjadi tulang cancellous, ruang-ruang jaringan kat diganti dengan
sumsum tulang.
2. Osifikasi Endokondral terjadi melalui penggantian model kartilago, sebagian besar tulang rangka
terbentuk melalui proses ini, yang terjadi dalam model kartilago hialin kecil pada janin.
a. Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilago hialin yang terbungkus perikondrium.
b. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat batang (diafisis) model kartilago tulang panjang.
c. Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya meningkat (berproliferasi) dan
ukurannya membesar (hipertrofi).
e. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi periosteum. Lapisan
osteogenic bagian dalam membentuk kolar tulang (klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago
terkasifikasi.
f. Kondrosit, yang nutrisinya diputus kolar tulang dan matriks terkalsifikasi, akan berdegenerasi dan
kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan matriks kartilago.
g. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteobas yang masuk ke dalam spikula
kartilago terkalsifikasi memaluli ruang yang dibentuk osteoklas pada kolar tulang.
h. Jika kuncup mencapai pusat, osteoblast meletakkan zat-zat tulang pada spikula kartilago
terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai suatu kerangka kerja. Pertumbuhan tulang
menyebar ke dua arah menuju epifisis.
i. Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis pada kedua ujung tulang
panjang.
1. Tulang panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk silindris, serta terdiri
dari diafisis dan epifisis. Fungsi tulang ini adalah untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam
pergerakan.
2. Tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang pergelangan kaki (tarsal).
Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur, dan biasanya ditemukan berkelompok untuk
memberikan kekuatan dan kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas. Sebagian besar tulang
pendek adalah tulang cancellous, yang dikelilingi lapisan tipis tulang kompak.
3. Tulang pipih ada pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada, struktur tulang yang mirip lempeng
ini memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan. Dua
lempeng tulang kompak (dikenal sebagai tabula luar dan tabula dalam pada cranium) membungkus
lapisan berongga (diploe).
4. Tulang Ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak termasuk kategori di atas;
meliputi tulang vertebra dan tulang osikel telinga. Strukturnya sama dengan struktur tulang pendek
yaitu tulang cancellous yang ditutupi lapisan tulang kompak yang tipis.
5. Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau bersambungan
dengan kartilago, ligament atau tulang lainnya. Salah satu contohnya adalah patela (tempurung lutut),
yang merupakan tulang sesamoid terbesar.
III. PERSENDIAN
A. Klasifikasi umum persendian. Suatu artikulasi, atau persendian. Terjadi saat permukaan dari dua
tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya.
1. Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.
2. Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago.
3. Persendian sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang
membungkusnya.
1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara skruktural persendian ini dibungkus dengan jaringan ikat
fibrosa atau kartilago.
a. Sutura yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat dan hanya ditemukan pada
tulang tengkorak.
a. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang menjadi
bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
a. Lapisan terluar kapsul sendi terbentuk dari jaringan ikat fibrosa rapat berwarna putih yang
memanjang sampai bagian periosteum tulang yang menyatu pada sendi.
b. Lapisan terdalam kapsul sendi adalah membran sinovial yang melapisi keseluruhan sendi, kecuali
pada kartilago artikular.
4. Bursa adalah kantong tertutup yang dilapisi membran sinovial, dan ditemukan diluar rongga sendi.
1. Sendi sfrerodial terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat yang masuk dengan pas
ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain.
2. Sendi engsel permukaan konveks sebuah tulang masuk dengan pas pada permukaan konkaf tulang
ke dua.
3. Sendi kisar adalah tulang berbentuk kerucut yang masuk dengan pas kedalam cekungan tulang
kedua, dan dapat berputar ke semua arah.
4. Persendian kondiloid terdiri dari sebuah kondilus oval suatu tulang yang masuk dengan pas
kedalam rongga berbentuk elips ditulang kedua.
5. Sendi pelana permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf di satu sisi dan konveks pada
sisi lainnya; sehingga tulang tersebut akan masuk dengan pas kedalam permukaan tulang kedua yang
berbentuk konveks dan konkafnya berada pada sisi berlawanan, seperti dua pelana yang saling
menyatu.
6. Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang yang berartikulasi berbentuk
datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang terhadap tulang lainnya.
IV. OTOT
Jaringan otot yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya tersusun dari sel-sel
kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.
A. Ciri-ciri otot
1. Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terelongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel
berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat
relaks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
B. Klasifikasi jaringan otot. Otot di klasifikasi secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang
(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunter (sadar) atau involunter (tidak
sadar), dan juga berdasarkan lokasi, seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung.
C. Jenis-jenis otot
1. Otot rangka. Adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
a. Serabut otot sangat panjang, sampai 30cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar antara 10
mikron sampai 100 mikron.
2. Otot polos. Adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada system
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan system sirkulasi darah.
b. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0.5 mm
pada uterus orang hamil.
3. Otot jantung. Adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
b. Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya sekitar 15 mikron.
c. Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan sel-sel
otot tetangga.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otot dan rangka adalah bagian penting untuk bergerak bagi manusia, manusia tidak bisa bergerak tanpa
adanya rangka, dan rangka tidak bisa bergerak tanpa adanya otot. Hal ini semua berkaitan. Dengan
adanya kerjasama antara rangka dan otot, manusia dapat berjalan, melompat, berlari dan sebagainnya.
B. Saran
Untuk semua mahasiswa keperawatan disarankan agar belajar lebih memahami dan mendalami lagi
tentang sistem muskuloskeletal. Karena, lebih banyak belajar kita lebih banyak tau lagi tentang struktur
tubuh manusia atau penyusunan tubuh manusia. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :
EGC
Black J, M., Jane, H.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Sudarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi. 2. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. (2011). Buku Saku Asuhan Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC
Departemen Kesehatan Republik. (2013). Latar Belakang Fraktur Femur. Retrivied : 20-12- 2013. From
http :// Depkes.go.id Dinkes. (2013) Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2011). Medical Surgical Nursing : Assessment
And Managemen Of Clinica Problems (8thed). USA : Elsevier Mosby.
Lukman, Ningsih, Nurna. (2009). Asuhan Keperwatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Noor Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2. Jakarta :
EGC