Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ISOLASI SOSIAL

OLEH :

ERIN NURUL AFIPAH

PROGRAM STUDI PROFEI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIJAYA HUSADA BOGOR

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama

Isolasi sosial : menarik diri

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal

yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial

(Depkes RI, 2010)

2. Tanda dan Gejala

Menurul Budi Anna Kelia (2010), tanda dan gejala ditemui seperti:

a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).

c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan

klien lain/perawat.

d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.

e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.

f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap

g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

h. Posisi janin saat tidur.

3. Rentang Respon Sosial

Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang

respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan


respons yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan budaya setempat yang

secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang

dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima

oleh norma – norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang

sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari adalah menarik diri, tergantung

(dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.

Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam

rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut

a) Respon Adaptif

adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial

dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif

terdiri dari :

1. Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang

untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan

suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.

Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.

2. Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3. Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan

interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan

menerima.

4. Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung

antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan

interpersonal.

b) Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan

berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif

terdiri dari :

1. Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

2. Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada

individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut

tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

3. Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak

mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.

4. Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh,

secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,

sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.

5. Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa

percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

6. Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya

dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan

tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai

dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya

yang dingin dan tanpa emosi.

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan

yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain,

ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari

orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.


Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya

stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti

berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,

merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons

menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 2010).

Tanda dan Gejala :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap

penyakit (rambut botak karena terapi).

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).

c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).

d. diri kurang (sukar mengambil keputusan).

e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang

suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

5. Akibat

Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko

perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu

orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien

terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien

menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.

6. Tanda dan gejala ;

a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.

b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.

c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.

d. Tidak dapat memusatkan perhatian.


e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),

takut.

f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

C. Pohon masalah:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri


Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:

1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

2. Isolasi sosial: menarik diri

3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

E. Data yang perlu dikaji

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

DS :

1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata.

2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.

3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.

4. Klien merasa makan sesuatu.

5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.


6. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.

7. K ingin memukul/melempar barang-barang.

DO :

1. Klien berbicara dan tertawa sendiri.

2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.

3. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

4. Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri

DS :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

DO :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

DS :

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

DO :

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Isolasi sosial: menarik diri

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.


G. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk

kelancaran hubungan interaksi seanjutnya

Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :

a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal\

b) Perkenalkan diri dengan sopan

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d) .Jelaskan tujuan pertemuan

e) Jujur dan menepati janji

f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

Adakan kontak sering dan singkat secara bertahapb. Observasi tingkah laku

klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa. tanpa stimulus

memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara

a. Bantu klien mengenal halusinasinya

b. Tanyakan apakah ada suara yang didengar

c. Apa yang dikatakan halusinasinya

d. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri

tidak mendengarnya.
e. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu Katakan bahwa perawat

akan membantu klien

Diskusikan dengan klien : Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan

halusinasi Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,

malam)

Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,

takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian

c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:

d. Katakan “ saya tidak mau dengar”

e. Menemui orang lain

f. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

g. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara

sendiri

h. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara

bertahap

i. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

j. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

k. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi

b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan

rumah):Gejala halusinasi yang dialami klien, Cara yang dapat dilakukan

klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, Cara merawat anggota

keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri,

makan bersama, bepergian bersama, Beri informasi waktu follow up atau

kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko

mencederai diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan

manfaat minum obat

b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan

manfaatnya

c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping

minum obat yang dirasakan

d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial: menarik diri

TujuanUmum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutikdengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b.Perkenalkan diri dengan sopan

c.Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d.Jelaskan tujuan pertemuan

e.Jujur dan menepati janji

f.Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g.Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan:

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri

atau mau bergaul

a. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

b. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian

tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (

tidur, marah, menyibukkan diri dll)

b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain

c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang lain.


d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan:

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

Klien – Perawat

Klien – Perawat – Perawat lain

Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain

K – Keluarga atau kelompok masyarakat

c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan:

a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang

lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang

lain.

c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan

manfaat berhubungan dengan oranglain


6.Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :Salam, perkenalan diri, Jelaskan

tujuan, Buat kontrak, Eksplorasi perasaan klien

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku menarik diri ,Penyebab

perilaku menarik diri, Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak

ditanggapi Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal

satu kali seminggu

e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 3 : harga diri rendah

Tujuan Umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji


f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan:

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien Setiap bertemu klien

hindarkan dari memberi penilaian negative Utamakan memberikan pujian yang

realistic

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Tindakan:

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki

Tindakan: Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

a. Kegiatan mandiri

b. Kegiatan dengan bantuan sebagian

c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Tindakan:

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah


6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan:

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga

diri rendah.

Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

(PERTEMUAN PERTAMA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :

S: Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya

O: Klien tampak menyendiri, klien terlihat mengurung diri, klien tidak mau bercakap-

cakap dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan Keperawatan :

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien

b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien

4. Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan klien

 SP 1 :

1) Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

3) Diskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain

4) Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

5) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam kegiatan harian


B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :

1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Erin Nurul Afipah,

biasa di panggil erin, hari ini saya yang akan merawat bapak. Nama Bapak siapa?

Senang di panggil apa?

2. Validasi

“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang terjadi sehingga Bapak dibawa

kesini??”

3. Kontrak :

 Topik : “Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita

berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak dapat

mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?

 Waktu: “ Berapa lama pak? Bagaimana kalau 15 menit saja?”

 Tempat : “Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, di ruangan

ini saja kita berbincang-bincang.”

FASE KERJA :

 “Bapak, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?”

 “Menurut bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain?”

 “Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi

dengan orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling

bercerita, dan tidak selalu sendirian”.


 “Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus, bapak dapat

mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan berbincang-

bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi Subyektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi?”

 Evaluasi Objektif: “Coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?”

2. Tindak Lanjut: “Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap bapak

dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“

3. Kontrak yang akan datang

 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan

berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan

mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain”.

 Waktu: “Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan

saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”

 Tempat: “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya

sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

(PERTEMUAN KEDUA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :

S: Klien mengatakan malas berinteraksi

O: Klien menyendiri di kamar, klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar,

klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan Keperawatan :

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien

b. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain

c. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan

orang lain

4. Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan klien

 SP 1 :

1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2) Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan

satu orang

3) Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

sebagai salah satu kegiatan harian


B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :

1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak!

saya suster Sinar”.

2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin

saya ajarkan?”

3. Kontrak :

 Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan

bagaimana cara berkenalan dengan satu orang”.

 Waktu : “Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya

selama 15 menit, bagaimana menurut bapak?

 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan,

apakah bapak setuju?”

FASE KERJA :

 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya

bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”

 “Hebat, bapak dapat melakukannya dengan baik. Sekarangvmari kita

melakukannya dengan satu orang yang bapak belum kenal!!”

 “Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya

ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal

di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”


FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-

bincang tadi?” Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”

 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di

kenalnya sebanyak 1 orang”.

2. Tindak Lanjut :“Bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal seperti

yang bapak lakukan tadi dengan orang yang belum bapak kenal, kemudian bapak

ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat

berkenalan.”

3. Kontrak yang akan datang

 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan

melakukan berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?”

 W aktu : “Berapa lama bapak punya waktu untuk interaksi dengan orang

lain? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”

 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Bagaimana kalau

besok kita melakukannya di tempat ini lagi? Selamat siang bapak!!!”


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

(PERTEMUAN KETIGA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :

S: Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain

O: Klien tampak sudah mau keluar kamar, klien dapat melakukan aktivitas di ruangan

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan Keperawatan :

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih

b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan klien

 SP 1 :

1) Evaluasi jadwal kegitan harian pasien

2) Berikan kesempatan pada klien berkenalan

3) Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :

1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya

suster Sinar”.

2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin

bapak lakukan?”
3. Kontrak :

 Topik : “ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan interaksi

dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak bapak kenal

atau orang baru”

 W aktu : “ Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya

selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”

 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras, apakah

bapak setuju?”

FASE KERJA :

 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya

bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya

dengan baik”.

 “Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak

2 orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai

berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain”.

 “Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di

masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi? Siapa saja nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”

 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di

kenalnya sebanyak 3 orang”.


2. Tindak Lanjut : “nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang

ibu lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat nama

yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat berkenalan.”

3. Kontrak yang akan datang:

 Topik : “Baiklah, pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah

kita pelajari dari kemarin ya pak. Apakah bapak bersedia?”

 Waktu : “Berapa lama bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita

melakukannya selama 15 menit?”

 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya

di sini saja. Selamat siang bapak!!!”


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

(PERTEMUAN KETIGA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1.Kondisi Klien :

S: Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain

O: Klien tampak sudah mau keluar kamar, klien dapat melakukan aktivitas di ruangan

2.Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan Keperawatan :

c. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih

d. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan klien

 SP 1 :

a. Evaluasi jadwal kegitan harian pasien

b. Berikan kesempatan pada klien berkenalan

c. Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

B.KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :

1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya

suster Sinar”.
2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin

bapak lakukan?”

3.Kontrak :

 Topik : “ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan interaksi

dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak bapak kenal

atau orang baru”

 W aktu : “ Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya

selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”

 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras, apakah

bapak setuju?”

FASE KERJA :

 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya

bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya

dengan baik”.

 “Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak

2 orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai

berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain”.

 “Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di

masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi? Siapa saja nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”

 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di

kenalnya sebanyak 3 orang”

2. Tindak Lanjut : “nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti

yang ibu lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak

ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat

berkenalan.”

3. Kontrak yang akan datang:

 Topik : “Baiklah, pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah

kita pelajari dari kemarin ya pak. Apakah bapak bersedia?”

 Waktu : “Berapa lama bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita

melakukannya selama 15 menit?”

 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya

di sini saja. Selamat siang bapak!!!”

Anda mungkin juga menyukai