Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA

Medina Fitri Maulida


G6401211096
ST 26.2

Dosen Penanggung Jawab Praktikum :


Prof. Dr. R. Tony Ibnu Sumaryada Wijaya Puspita S.Si., M.Si.

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2022
Tujuan
Praktikum Kinematika bertujuan mampu menentukan besar percepatan gerak sistem
dua benda baik secara teori maupun secara eksperimen, membandingkan keduanya dan
memberikan ulasan tentang kedua hasil tersebut.

Teori Singkat
Hukum II Newton menyatakan bahwa percepatan yang dialami sebuah benda besarnya
sebanding dengan besar resultan gaya yang bekerja pada benda itu, searah resultan gaya itu dan
berbanding terbalik dengan massa kelembaman benda itu. Gaya adalah suatu pengaruh yang
menyebabkan benda mengalami perubahan kecepatan, atau dengan kata lain benda dipercepat.
Lalu, arah gaya adalah arah percepatan yang disebabkan jika hanya gaya itu satu-satunya gaya
yang bekerja pada suatu benda. Besar gaya didapat dari hasil kali massa benda—ukuran
resistansi benda terhadap percepatan—dengan besarnya percepatan (Wahid et al. 2019).
Mekanika adalah bagian dari ilmu fisika yang mempeelajari gerak benda, konsep gaya,
dan hubungannya dengan energi. Mekanika terbagi menjadi kinetika dan dinamika. Dinamika
merupakan ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan memperhatikan penyebab gerak
benda tersebut, berbeda dari kinematika yang tidak memperhatikan penyebab geraknya. Gerak
benda atau perubahan gerak benda terjadi bersamaan dengan penyebab geraknya, misalnya
gaya, karena massa dari benda memengaruhi gerak benda tersebut. Kinematika dan dinamika
saling berkaitan sehingga dinamika dapat dimengerti dengan mudah bila sudah memahami
konsep kinematika dengan benar (Astutik et al. 2021).
Benda yang dijatuhkan dari atas akan jatuh ke bumi karena mendapat percepatan
gravitasi (g) yang arahnya selalu menuju ke pusat bumi. Untuk menentukan jarak yang
ditempuh oleh suatu benda selama benda bergerak selama t detik dari posisi awalnya, dapat
digunakan persamaan y = ½gt2. Jika gerak jatuh benda tersebut tidak memiliki kecepatan awal
atau v0 = 0 m/s, benda tersebut dikatakan mengalami gerak jatuh bebas (Ristiawan 2018).

Data
Tabel 1 Percepatan Hasil Perhitungan Teoritis Mesin Atwood
m (gram) 2M (gram) g (m/s2) a (m/s2)
40.2 ± 0.01 204.57 ± 0.01 9.83 ± 0.05 1.61
Tabel 2 Percepatan Hasil Percobaan
i Waktu Jarak Kecepatan vi2 Posisi 2xi
ti (s) di (cm) vi (m/s) (m2/s2) xi (cm) (m)
1 0.084 5 0.595238 0.354308 10 0.2
2 0.07081 5 0.706115 0.498598 15 0.3
3 0.06354 5 0.786906 0.619221 20 0.4
4 0.05726 5 0.87321 0.762496 25 0.5
5 0.05417 5 0.92302 0.851966 30 0.6
6 0.05061 5 0.987947 0.976039 35 0.7
7 0.0481 5 1.039501 1.080562 40 0.8
8 0.0461 5 1.084599 1.176354 45 0.9
9 0.04433 5 1.127904 1.272168 50 1.0
10 0.04073 5 1.227596 1.506993 55 1.1
a = 1.19 m/s2 v02 = 0.14 m2/s2
∆a = 0.04 m/s2 ∆v02 = 0.03 m2/s2

Tabel 3 Percepatan pada Bidang dengan Perhitungan Teoritis


M1 (gram) M2 (gram) g (m/s2) a (m/s2)
255.571 ± 0.001 19.99 ± 0.001 9.83 ± 0.05 0.713

Tabel 4 Percepatan pada Bidang Hasil Percobaan


i Waktu 𝟏 2 Jarak
ti
𝟐
ti (s) xi (m)
1 0.1 0.005 0.007
2 0.2 0.02 0.021
3 0.3 0.045 0.04
4 0.4 0.08 0.66
5 0.5 0.125 0.099
6 0.6 0.18 0.138
7 0.7 0.245 0.184
8 0.8 0.32 0.237
9 0.9 0.405 0.295
10 1.0 0.5 0.361
a = 0.711 m/s2 x0 = 0.008 m
∆a = 0.005 m/s2 ∆x0 = 0.001 m

Pengolahan Data
• Perhitungan Percepatan Teoritis (Tabel 1)
𝑚
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 2𝑀+𝑚 × 𝑔

𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 1.61 m/s2


• Perhitungan Percepatan Bidang (Tabel 3)
𝑀2
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑀 ×𝑔
1 +𝑀2

𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 0.713 m/s2

1.6

1.4 y = 1.1911x + 0.1357

1.2
vi^2 (m^2/s^2)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
2xi (m)

Gambar 1 Grafik hubungan vi2 terhadap 2xi


𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 = 1.19 m/s2
∆𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 = 0.04 m/s2
𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 ± ∆𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 = (1.19 ± 0.04) m/s2
0.4
y = 0.7113x + 0.0079
0.35

0.3

x (m) 0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
1/2t^2(s^2)

𝟏
Gambar 2 Grafik hubungan x terhadap 𝟐t2

𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 = 0.711 m/s2


∆𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 = 0.005 m/s2
𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 ± ∆𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝 = (0.711 ± 0.005) m/s2

• Ketepatan Data 1
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 −𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
Ketepatan = (1 − | |) × 100%
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

= 73.91%
• Ketepatan Data 2
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 −𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
Ketepatan = (1 − | |) × 100%
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

= 99.72%

Pembahasan
Dalam Praktikum Dinamika, dilakukan percobaan untuk mengamati percepatan gerak
dalam dua sistem, yaitu sistem pesawat Atwood dan sistem katrol pada bidang datar.
Percepatan gerak sistem kemudian dihitung secara teoritis dan eksperimen berdasarkan data-
data yang digunakan. Untuk menghitung percepatan gerak sistem secara teoritis, rumusnya
∑𝐹
diturunkan dari rumus Hukum II Newton, yaitu 𝑎 = . Rumus tersebut didapat dari
𝑚

pernyataan Hukum Newton bahwa percepatan yang dialami sebuah benda besarnya sebanding
dengan besar resultan gaya yang bekerja pada benda itu, searah resultan gaya itu dan
berbanding terbalik dengan massa kelembaman benda itu (Wahid et al. 2019).
Pada sistem pesawat Atwood, beban-beban yang terlibat dalam gerak sistem adalah M1
(yang diletakkan pada penjepit beban), M2 (yang akan melewati gerbang cahaya), dan m (yang
akan tertinggal di penyangkut beban). Pada sistem katrol, beban-beban yang terlibat dalam
gerak sistem adalah M1 (PasCar) dan M2 (beban katrol). Setelah rumus percepatan gerak
masing-masing sistem diturunkan dari rumus Hukum II Newton dan data-data massa beban
yang terlibat serta data besar gaya gravitasi digunakan dalam perhitungan, didapatkan
percepatan gerak secara teoritis pada sistem pesawat Atwood sebesar 1.61 m/s2 dan pada sistem
katrol 0.713 m/s2.
Setelah dihitung secara teoritis, percepatan gerak sistem juga dihitung secara
eksperimen, yaitu berdasarkan data-data yang didapatkan setelah dilakukan pengulangan
sebanyak 10 kali. Untuk menentukan percepatan gerak pada sistem pesawat Atwood, posisi
penyangkut beban terhadap posisi awal beban M2 divariasikan untuk mendapatkan data waktu
yang berbeda-beda. Jarak antara penghenti beban dengan gerbang cahaya 1 serta antara
gerbang cahaya 1 dengan gerbang cahaya 2 tidak diubah. Data-data yang diperoleh kemudian
disusun dan diolah dalam Tabel 2. Sementara itu, untuk menentukan percepatan gerak pada
sistem katrol, waktu tempuh gerak PasCar divariasikan untuk mendapatkan data jarak akhir
PasCar dari sensor yang berbeda-beda. Data-data yang diperoleh kemudia disusun dan diolah
dalam Tabel 4.
Data-data dari tabel 2 diolah menjadi grafik hubungan vi2 terhadap 2xi seperti pada
Gambar 1 sehingga didapatkan persamaan y = 1.1911x + 0.1357 atau jika dibulatkan y = 1.19x
+ 0.14, di mana y adalah vi2 dan x adalah 2xi. Dari persamaan tersebut, dapat diinterpretasikan
bahwa setiap kali terjadi penambahan sebanyak 1 m pada 2xi, vi2 akan bertambah sebanyak
(1.19 ± 0.04) m2/s2. Lalu, v02-nya adalah sebesar (0.14 ± 0.03) m2/s2. Berarti, semakin jauh
posisi penyangkut beban beserta kedua gerbang cahaya terhadap posisi awal beban M2,
semakin besar kecepatan beban M2 ketika melewati jarak antara kedua gerbang cahaya.

Data-data dari tabel 4 diolah menjadi grafik hubungan x terhadap ½ti2 seperti pada
Gambar 2 sehingga didapatkan persamaan y = 0.07113x + 0.0079 atau jika dibulatkan menjadi
y = 0.0711x + 0.008 di mana y adalah xi dan x adalah ½ti2. Dari persamaan tersebut, dapat
diinterpretasikan bahwa setiap kali terjadi penambahan sebesar 1 s2 pada ½ti2, jarak PasCar
dari sensor akan bertambah sejauh (0.711 ± 0.005) m. Lalu, jarak awal PasCar dari sensor
adalah sejauh (0.008 ± 0.001) m. Berarti, semakin lama waktu yang ditempuh PasCar untuk
melakukan gerak, semakin jauh jarak akhir PasCar dari sensor setelah selesai melakukan gerak.
Percepatan gerak masing-masing sistem yang didapat secara eksperimen dibandingkan
dengan yang didapat secara teoritis untuk melihat tingkat ketepatan data yang diperoleh.
Semakin dekat angka ketepatan dengan 100%, semakin tinggi tingkat ketepatannya dan
semakin rendah tingkat kesalahannya. Ketepatan data 1 mencapai hanya mencapai angka
73.91%, sementara ketepatan data 2 mencapai 99.72%. Penyebab ketepatan kedua data tersebut
dapat diamati pada Gambar 1 dan Gambar 2. Terlihat bahwa titik-titik pada grafik yang
menggunakan data dari tabel 2 letaknya sedikit menyimpang dari garis persamaan, sementara
grafik yang menggunakan data dari tabel 4 semua titiknya cenderung tidak menyimpang dari
garis persamaan.

Simpulan
Percepatan gerak sistem secara teoritis dapat dihitung dengan menurunkan rumus
Hukum II Newton, meninjau gaya-gaya pada sistem, dan mengukur massa beban-beban yang
terlibat pada sistem. Lalu, percepatan gerak sistem secara eksperimen bisa didapat dari
kemiringan grafik linear hubungan kecepatan dan waktu.

Daftar Pustaka
Astutik S, Supeno, Prastowo SHB, Prihandono T, Bektiarso S. 2021. Study of kinematics and
dynamics of motion at Semanggi Bridge Jember, Indonesia as a contextual in physics
learning. Journal of Physics: Conference Series. 1832(1): 012033. doi:10.1088/1742-
6596/1832/1/012033.
Ristiawan A. 2018. Analisis gerak jatuh bebas dengan metode Video Based Laboratory (VBL)
menggunakan software tracker. JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics.
3(2): 26-30. doi: 10.15575/jotalp.v3i2.6556.
Wahid MA, Rahmadhani F. 2019. Eksperimen menghitung momen inersia dalam pesawat
atwood menggunakan katrol dengan penambahan massa beban. Jurnal Phi: Jurnal
Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. 2019(2): 1 – 7. doi: 10.22373/p-
jpft.v2019i2.7442.

Anda mungkin juga menyukai