Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini sebagai tugas Biokimia I. Kami telah menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa
tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa
menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari sebelumnya.
Pada dasarnya makalah ini kami sajikan khusus untuk membahas tentang
―Enzim dan Ko-enzim” Untuk lebih jelas simaklah pembahasan dalam makalah
ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang mendalam
tentang konsep dasar mengenai enzim kepada kita semua.
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Tak ada gading yang tak
retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman
untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Sumner menunjukkan bahwa urase adalah protein. Gagasan bahwa protein boleh
jadi suatu enzim mula-mula ditolak, tetapi ratusan enzim yang diisolasi dan
strukturnya dicirikan sesudah itu, semua merupakan protein (Wilbraham dan
Matta, 1992).
Enzim adalah biokatalisis atau polimer biologis yang dihasilkan oleh tubuh
untuk mengkatalisis reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi yang terjadi dalam
jaringan tubuh dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga suatu reaksi
5
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 - 1011 kali
lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim
dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien , disamping itu mempunyai
derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang
membutuhkan energi (reaksi endorgonik) dan adapula yang menghasilkan energi
atau mengeluarkan energi (reaksi eksergonik). Misalkan pembentukan ikatan
antara senyawa A denga senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan
energi.
Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan energi sebesar P, yaitu
selisih energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya penguraian senyawa AB
menjadi A dan B mengeluarkan energi sebesar P pula terurainya senyawa AB
tidak dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk lebih dahuu
senyawa AB aktif. Untuk pembentukan AB aktif ini dibutuhkan enrgi sebesar a,
yang disebut energi aktivasi. Makin besar harga a, makin sukar terjadinya suatu
reaksi. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau
diturunkan. Dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat
terjadinya suatu reaksi.
Terdapat lebih dari 2.500 macam reaksi biokimia dengen enzim spesifik
yang membantu peningkatan laju reaksi. Spesies organisme yang berbeda
memproduksi varisi struktur enzim yang berbeda pula, sehingga jumlah macam
protein ezim dalam seluruh system bioloogis adalah lebih dari 10 pangkat 6.
Setiap enzim di karakterisai oleh spesifikas subtract kimia (reaktan) serta molekul
lain yang mengatur aktivitasnya. Molekul lain ini disebut efektor, yang bisa
merupakan activator, inhibitor, atau keduanya. Dalam enzim yang lebih
kompleks, satu senyawa bisa memiliki salah satu efek, yang tergantung pada
kondisi fisik atau kimia lainnya, enzim berukuran mulai dari kompleks subunit
tunggal yang kecil.
2.2.2 Klasifikasi Enzim
Semua enzim di beri nama menurut sistem yang dirancang oleh Komisi
Enzim dari internasional Union Of Pure And Applied Chemistry (IUPAC). Dalam
7
Atas dasar jenis reaksinya maka enzim dibagi menjadi 6 golongan yaitu :
1. Oksidoredktase
Oksidoredktase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-
reduksi (Redoks). Biasanya menggunakan koenzim (NAD+, NADP+, FAD,
Lipoat dan Koenzim Q) yang termasuk enzim ini: enzim dehidrogenase, oksidase,
dan oksigenase, hidroksilase, peroksidase, reduktase. Dehidrogenase laktat pada
oksidoreduktase yang menghilangkan hidrogen dari molekul laktat.
8
2. Transferase
Transferase adalah enzim yang mengkatalisis transfer gugus fungsional dari
satu molekul ke molekul yang lain. contoh: transaminase mengkatalisis transfer
gugus fungsional amino, sebuah kinase yang mengkatalisis transfer gugus
fosfat.Contohnya adalah enzim aminotransferase, transketolase, dan transaldolase.
Ex : Hidroksi metil transferase
CH2 - CH - COOH CH2 - COOH
OH NH2 THFA NH2
3. Hidrolase
Hidrolase mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu penambahan molekul air
untuk ikatan mengakibatkan obligasi. Reaksi yang penting dalam proses
pencernaan. misalnya lipase mengkatalisis hidrolisis ikatan ester trigliserida.
4. Liase
Liase mengkatalisis penambahan kelompok untuk ganda atau penghapusan
kelompok untuk dari ikatan ganda. fumarase adalah contoh dari lyase dalam siklus
asam sitrat, fumarase mengkatalisis penambahan molekul air ke BND ganda dari
fumarat substrat. liase sitrat mengkatalisis reaksi yang jauh lebih rumit di mana
kita melihat revomal dari kelompok dan pembentukan bond. Specifically ganda,
liase sitrat mengkatalisis pemindahan gugus asetil dari molekul sitrat.
9
5. Isomerase
Isomerase mengatur ulang kelompok fungsional dalam molekul suatu
mengkatalisis yang konversi satu isomer dalam contoh another. for, mutase
phosphoglycerate mengkonversi salah satu isomer stuctural, 3-phoshoglycerate,
menjadi lain, 2- phshoglycerate.
6. Ligase
Ligase adalah enzymez yang mengkatalisis reaksi di mana C-C, C-S, C-O,
atau C-N. obligasi dibuat atau rusak disertai dengan ATP-ADP interconversion.
for contoh, DNA ligase mengkatalisis bergabung dari kelompok hidroksil dari
nukleotida dalam DNA untai kelompok fosforil dari nukleotida yang berdekatan
dengan dari ikatan phosphoester.
2.3 Ko Faktor Enzim
Kofaktor memiliki fungsi serupa dengan gugus prostetik tetapi berikatan
secara transien dan mudah terlepas dengan enzim atau substrat, misalnya ATP.
Tidak seperti gugus prostetik yang terikat secara stabil, kofaktor harus terdapat
dalam medium disekitar enzim agar katalisis dapat terjadi. Kofaktor yang paling
umum adalah ion logam. Enzim yang memerlukan kofaktor ion logam disebut
enzim yang diaktifkan oleh logam (metal-activated enzymes) untuk
membedakannya dari metaloenzim dengan ion logam berfungsi sebagai gugus
prostetik.
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat
berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor
ini dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Gugus prostetik
b. Koenzim
c. Aktivator
Yang dimaksud dengan gugus prostetik ialah kelompok kofaktor yang
terikat pada enzim dan tidak mudah lepas dari enzimnya. Sebagai contoh flavin
adenin dinukleotida adalah gugus prostetik yang terikat pada enzim suksinat
dehidrogenase. Suatu koenzim adalah molekul organik kecil, tahan terhadap
panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya dengan cara
dialisis. Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang dapat terikat atau
10
mudah terlepas dari enzim. Contoh aktivator logam ialah K+, Mn++, Mg++, Cu++,
atau Zn++. Dari tiga kelompok kofaktor tersebut, peranan koenzim dan gugus
prostetik serta hubungannya dengan vitamin akan dibahas lebih lanjut dengan
beberapa contoh (Lehninger, 1982).
Koenzim berfungsi sebagai pengangkut atau bahan pemindah gugus yang
dapat didaur ulang dan memindahkan banyak substrat dari tempat
pembentukannya ke tempat pemakaiannya. Ikatan dengan koenzim juga
menstabilkan substrat, seperti atom hidrogen atau ion hidrida yang tidak stabil
dalam lingkungan cair sel. Gugus kimia lain yang diangkut oleh koenzim antara
lain adalah gugus metil (folat), gugus asil (koenzim A), dan oligosakarida
(dolikol).
Vitamin B larut-air merupakan komponen penting berbagai koenzim. Selain
vitamin B, beberapa koenzim mengandung gugus adenin, ribosa, dan fosforil
AMP atau ADP. Nikotinamid adalah komponen koenzim redoks NAD dan
NADP, sementara riboflavin adalah komponen koenzim redoks FMN dan FAD.
Asam pantotenat adalah komponen dari koenzim A pengangkut gugus asil.
Sebagai pirofosfatnya, tiamin ikut serta dalam dekarboksilasi asam.
Vitamin ialah golongan senyawa kimia yang terdapat dalam jumlah kecil
makanan tetapi mempunyai arti yang penting, sebab kekurangan vitamin akan
menimbulkan beberapa jenis penyakit, misalnya beri-beri, skorbut, rabun senja
dan lain-lain yang digolongkan kedalam penyakit kekurangan vitamin atau
avitaminosis. Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin
tertentu. Pada koenzim tertentu, molekul vitamin menjadi bagian dari molekul
tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tampak pada contoh berikut:
1. Niasin adalah nama vitamin yang berupa molekul nikotamida atau asam
nikotinat. Niasin terdapat dalam jaringan hewan maupun tumbuhan. Daging
adalah bahan makanan yang mengandung banyak niasin. Molekul
nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+ atau NADP+.
11
Salah satu contoh reaksi yang menggunakan enzim dengan gugus prostetik FAD
adalah reaksi pembentukan asam fumarat dari asam suksinat dehidrogenase.
12
4. Biotin adalah vitamin yang terdapat banyak dalam hati dan berikatan dengan
suatu protein. Biositin adalah senyawa yang terdiri atas biotin yang berikatan
dengan lisin dan dapat diperoleh dari hidrolisis protein yang mengandung
biotin.
Biotin berfungsi sebagai koenzim pada reaksi karboksilasi. Dalam reaksi ini
biotin terikat pada suatu protein dengan BM kira-kira 20.000 yang disebut BCCP
(Biotin Carboxyl Carrier Protein), dapat menerima dan memisahkan gugus CO2.
ATP + HCO3- + BCCP BCCP CO2- +ADP +Pi
BCCP CO2- + asetil ----KoA BCCP + malonil KoA
5. Tiamin atau vitamin B1 umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras
atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri.
13
Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah tiaminpirofosfat (TPP) dan berperan
dalam reaksi yang menggunakan enzim α keto oksidase, transketolase dan fosfo
ketolase.
7. Asam folat dan derivatnya terdapat banyak di alam. Bakteri dalam usus
memproduksi asam folat dalam jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari
vitamin ini adalah asam tetrahidrofolat.
Koenzim A atau KoASH diisolasi dan strukturnya ditentukan pada tahun 1940
oleh F. Lipmann. Yang penting dalam molekul koenzim A ini gugus sulfhidril (-
SH). Koenzim A memegang peranan penting sebagai pembawa gugus asetil,
khususnya dalam biosintesis asam lemak.
2.4 Kinetika Enzim
Menurut Muray, dkk (2003) Kinetika enzim adalah bidang biokimia yang
berkaitan dengan pengukuran kuantitatif laju reaksi yang dikatalis oleh enzim dan
studi sistematik tentang faktor – faktor yang mempengaruhi laju tersebut.
Aktivitas enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal mendasar untuk
mempertahankan homoestasis. Oleh karena itu, pemahaman tentang kinetika
enzim penting untuk memhami bagaimana stres fisiologik seperti anoksia,
asidosis atau alkalosis metabolik, toksin dan bahan farmakologik mempengaruhi
keseimbangan tersebut.
Kinetika enzim berkaitan dengan laju reaksi enzimatik , serta dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi laju tersebut . faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi enzimatik adalah konsentrasi substrat dan enzim , pH , suhu, dan adanya
kofaktor serta ion logam . ada kalanya diperlukan optimalisasi laju reaksi tertentu.
Laju yang tergantung pada variabel juga memungkinkan untuk memilih model-
model yang mungkin untuk memperkirakan bagaimana enzim berfungsi
(mekanismenya). selain aspek-aspek percobaan kinetika enzim ,rancangan
percobaan , dan metode penentuan kemajuan reaksi enzimatik , aspek penting
lainnya adalah penafsiran data . aspek ini biasanya tergantung pada penulisan
matematik untuk skema model reaksi , yang meramalkan bagaimana laju
tergantung pada varibel reaksi . persamaan-persamaan matematik ini kemudian
15
Untuk apa pun sebagian kecil dari waktu molekul inhibitor kompetitif
menduduki situs aktif, enzim tidak tersedia untuk katalisis. Efek keseluruhan
adalah seolah enzim tidak dapat mengikat substrat juga ketika inhibitor yang
hadir. dengan demikian, kami berharap bahwa enzim akan bertindak seolah-olah
yang Km meningkat dengan kehadiran inhibitor. Secara matematis, kita
mengekspresikan ide-ide ini dengan menulis skema reaksi sebagai:
bahwa jika kita membuat [S] sangat besar pada diberikan [I], molekul substrat
banyak akan outcompete inhibitor. Efek inhibisi kompetitif pada grafik V
terhadap [S] ditunjukkan pada Gambar 11.20a.
lebih banyak daripada glukosa, reaksi berlangsung dari kiri ke kanan. Sebaliknya,
jika glukosa terdapat lebih banyak daripada maltosa, maka reaksi berlangsung dari
kanan ke kiri. Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-
Gembok (Lock and Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit
Theory):
A. Teori Kunci-Gembok (Lock and Key Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Emil Fisher (1894) yang menyatakan bahwa
kerja enzim seperti kunci dan anak kunci, melalui hidrolisis senyawa gula dengan
enzim invertase. Terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim adalah karena
adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan sisi aktif (active site) dari
enzim. Dengan begitu sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai
kunci (key) dan sisii aktif (lock) berperan sebagai gembok. Subtrat masuk ke
dalam sisi aktif sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Hubungan antara enzim
dan substrat membentuk ikatan yang lemah. Pada saat ikatan kompleks
enzimsubstrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali
pada konfigurasi semula.Tapi manakala model ini menjelaskan kespesifikan
enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi keadaan transisi yang dicapai oleh
enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat, dan model ketepatan induksilah
yang sekarang paling banyak diterima.
B. Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory).
Pada tahun 1958, Daniel Koshland mengajukan modifikasi model kunci dan
gembok. Menurut teori ini sisi aktif tidak bersifat kaku tetapi lebih fleksibel. Sisi
aktif secara terus menerus berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara
enzim dan substrat. Ini dibuktikan dari hasil kristalografi sinar x. Ketika substrat
memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif akan termodifikasi menyesuaikan
bentuk substrat sehingga terbentuk kompleks enzim substrat. Sisi aktif akan terus
berubah bentuknya sampai substrat terikat secara sepenuhnya, yang mana bentuk
akhir dan muatan enzim ditentukan. Ketika substrat terikat pada enzim, sisi aktif
enzim mengalami beberapa perubahan sehingga ikatan yang terbentuk antara
enzim dan substrat menjadi menjadi lebih kuat. Bahkan terkadang ditemukan
beberapa kasus, misalnya glikosidase, molekul substrat juga berubah sedikit
ketika ia memasuki tapak akti.Tapak aktif akan terus berubah bentuknya sampai
21
substrat terikat secara sepenuhnya, yang mana. Bentuk akhir dan muatan enzim
ditentukan.Interaksi antara enzim dan substrat disebutInduced fit.Enzim dapat
bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan ΔG‡ :
1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana
keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi
konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
2. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan
menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan
dengan keadaan transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama
pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini
melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya.
Menurut Murray 2009 (55-56) enzim menggunakan banyak mekanisme untuk
mempermudah katalisis.Enzim menggunakan berbagai kombinasi dari 4
mekanisme umum untuk mempercepat reaksi kimia.
1) Katalisis karena kedekatan
Agar dapat bereaksi, molekul-molekul harus berada dalam jarak yang cukup
dekat untuk membentuk ikatan satu sama lainnya. Semakin tinggi konsentrasinya,
akan semakin sering molekul-molekul itu bertemu satu sama lain dan semakin
besaar laju reaksinya. Ketika mengikat molekul substrat dibagian aktifnya, enzim
menciptakan suatu region dengan konsentrasi substrat local yang tinggi.
Lingkungan ini juga secara spasial mengatur arah molekul-molekul substrat
sehingga diperoleh posisi ideal untuk berintraksi. Hal tersebut menyebabkan laju
reaksi meningkat sedikitnya seribu kali lipat.
2) Katalisis Asam-Basa
Gugus-gugus fungsional yang dapat terionisasi pada rantai samping
aminoasil dan (jika ada) pada gugus prostetik berperan dalam katalisis dengan
berfungsi sebagai asam atau basa.Katalisis asam basa dapat bersifat spesifik atau
umum.Spesifik dalam hal ini diartikan hanya untuk proton (H3O+) atau ion OH-.
Pada katalisis asam spesifik atau basa spesifik, laju reaksi peka terhadap
22
Gambar dua dimensi sebuah substrat dipeptide, glisil-triosin yang terikat didalam bagian aktif karboksipeptidase A.
(donor proton) atau basa (asepktor proton) yang terdapat di dalam larutan atau di
bagian aktif. Reaksi yang lajunya responsive terhadap semua assam atau basa
yang ada dikatakan dapat mengalami katalisis basa umum atau asam umum.
3) Katalisis dengan Paksaan
Enzim yang mengkatalis reaksi lisis yang menyebabkan putusnya ikatan
kovalen biasanya mengikat substratnya dalam suatu konformasi yang agak sedikit
kurang menguntungkan bagi ikatan yang akan putus tersebut. Konformasi yang
terrrjadi akan merengangkan atau mendistorsi ikatan sasaran, melemahkannya,
dan menyebabkan lebih rentan terputus.
4) Katalisis Kovalen
Proses katalisis kovalen melibatkan suatu pembentukan ikatan
kovalenanatra enzim satu atau lebih substrat. Enzim yang telah mengalami
modifikasi tersebut kemudian menjadi ssuatu reaktan.Katalisis kovalen
memasukan suatu jalur reaksi baru dengan energi aktivasi yang lebih rendah dank
arena itu lebih cepat daripada jalur reaksi dalam larutan homogen.Namun,
modifikasi kimiawi pada enzim bersifat transien.Setelah reaksi selesai, enzim
kembali kekeadaan sebelum termodifikasi.Jadi, peran enzim tersebut tetap
katalitik.Katalisis kovalen sering terjadi pada enzim-enzim yang mengkatalisis
reaksi perpindahan gugus.Residu di enzim yang ikut serta dalam katalisis kovalen
umumnya adalah sintesis atau serin dan kadang-kadang histidine.Katalisis
23
I1 HHHH
I2 HHHM
I3 HHMM
I4 HMMM
I5 MMMM
menghasilkan ribuan salinan dari suatu sampel DNA yang pada awalnya terdapat
dalam kadar yang terlalu rendah untuk dideteksi secara langsung.
Deteksi Reaktion Fragment Length Polymorphisms (RFLP) memungkinkan
kita melakukan deteksi prantal berbagai penyakit herediter, seperti sel sabit,
talaseemia beta, feniketonuria bayi, dan penyakit hungtinton.Deteksi RFLP
melibatkan pemutusan DNA untai ganda oleh endonuklese restriksi, yang dapat
mendeteksi perubahan ringan padda DNA yng memperngaruhi tempat-tempat
pengenalannya (recognized Sites)
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900)
pertama kali menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani
yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi). Kata "enzyme" kemudian
digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment
digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan oleh organisme
hidup.Menurut definisi, enzim adalah suatu protein yang mempunyai struktur tiga
dimensi tertentu yang mampu mengkatalisis reaksi biologic (aktivitas
biokatalik).Enzim mempunyai beberapa peran, diantaranya: dalam proses
metabolisme (sebagai katalisator), sebagai alat diagnosis,penggunaan enzim
sebagai obat, enzim sebagai sasaran pengobatan.
Kofaktor berperan baik membantu proses katalisis oleh enzim maupun
penyusunan struktural yang penting. Fungsi kofaktor pada umumnya adalah untuk
memantapkan ikatan antara subtract pada enzim atau mentransfer electron yang
timbul selama katalis. Koenzim adalah berupa molekul organic yang mentranspor
gugus kimia atau electron dari satu enzim ke enzim yang lain, molekul organic itu
terikat pada bagian protein enzim.
Inhibitor merupakan suatu molekul yang mengikat enzim sehingga
menurunkan akivitasnya. Aktivitas disini yaitu aktivitas untuk membentuk enzim
substrat yang menghasilkan produk. Mekanisme kerja enzim terjadi melalui 2
cara, yaitu dengan teori gembok-kunci dan kecocokan induksi.
3.2 Saran
Makalah ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca sebagai bahan untuk
menunjang pengetahuan, jika ada kesalahan diharapkan kritik dan saran pembaca.
Gunakan juga buku penuntun lain dalam mempelajari tentang bimbingan dan
konseling. Saran dan harapan kami, dengan mempelajari tentang enzim pembaca
dapat lebih memahami tentang enzim dan dapat memanfaatkan ilmu
pengetahuannya sebaik-baiknya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Stryer, Lubert, 2000, Biokimia Edisi 4 vol.1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
EGC
Wilbraham, C.A., dan Matta, S.M., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.