Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HADIS

Tentang

“KEIMANAN”

Disusun oleh :

Kelompok 1 :

Agung Cikal Pratama 2112010106

M. Hafifurrazak 2112010112

Ambun Purnama 2112010120

Silvi Marselina 2012010072

Dosen Pengampu :

Drs. Zakirman, M.Ag

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Hadis” yang berjudul "Keimanan" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis tentang keimanan berdarkan
hadis yang tertulis .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen selaku yang mengajar mata kuliah
Hadis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 2 Maret 2022

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah iman adalah bagian dari keyakinan kepada Tuhan. Dalam Islam, iman adalah
mengakui dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Agama Islam mengatur tentang keimanan dalam rukun Iman.

Beriman artinya percaya dan membenarkan. Imam Syafi’i menjelaskan iman adalah bisa
membawa seseorang senantiasa lebih taat kepada segala perintah Tuhannya. Dalam Islam,
penilaian iman adalah hanya bisa dilakukan oleh Allah SWT dan manusia hanya bisa
berusaha terus bertakwa.

Islam mengatur iman adalah dalam sebuah rukun, namanya rukun Iman yang terdiri
dari iman kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, nabi dan rasul, hari kiamat, serta qada
dan qadar. Enam pilar rukun Iman adalah amalan yang bersifat batiniah atau keyakinan yang
ada di dalam hati.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa makna Iman, Islam, Ihsan & Hari Kiamat ?


2. Bagaimana penjelasan mengenai berkurangnya iman karena maksiat ?
3. Apa yang dimaksud dengan rasa malu sebagian dari iman ?

C. Tujuan

1. Mengetahui makna Iman, Islam, Ihsan & Hari Kiamat


2. Mengetahui penjelasan mengenai berkurangnya iman karena maksiat
3. Mengetahui tentang rasa malu sebagian dari iman
BAB II
PENJELASAN

A. Iman, Islam, Ihsan & Hari Kiamat


Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah Syariát adalah
meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikannya dengan anggota
badan. Iman adalah keyakinan yang menghunjam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikit pun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati
dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang
karena kemaksiatan.

Seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi
dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi
dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.
Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena
hari kiamat merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima
ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah
swt.

Ada beberapa sebab-sebab bertambah dan turunnya sebuah iman. Sebab


Bertambahnya Iman: Mengenal Allah swt dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya; melihat
ayat-ayat Allah swt yang kauniyah maupun syar’iyah; banyak berbuat taat dan kebaikan.
Meninggalkan maksiat (perbuatan buruk) dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab melemahnya iman: berpaling dari mengenal Allah swt,
nama-nama, dan sifat-sifat-Nya; berpaling dari melihat ayat-ayat Allah kauniyah dan
syar’iyah; kurang beramal shalih; dan berbuat maksiat.

Sifat malu termasuk kunci segala kebaikan, bila sifat malunya kuat, maka kebaikan
menjadi dominan dan keburukan menjadi melemah. Bila sifat malunya lemah, maka
kebaikan melemah dan perilaku buruk dominan, Karena malu adalah penghalang antara
seseorang dengan hal-hal yang dilarang.
B. Berkurangnya Iman Karena Maksiat
‫ح ي رببها‬
‫ ال ي ب الخمر ن ي‬,‫يز اهو مؤمن‬ ‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫ل ي‬ ‫ل ل‬
‫از نح ن‬ ‫يز الي ن‬‫" ا ن‬: َ‫النى ىل ا عليه اسلم َا‬ ‫أز هريرة أن ب‬
‫ديث ب ن‬
".‫ح ق اهو مؤمن‬ ‫ ال ق السارق ن ي‬,‫اهو مؤمن‬
‫ي نل‬ ‫ل‬ ‫ل ن ل ه ن ه أ أن ل ل ه‬ ‫ل ل‬
‫اَ يل ل‬ ‫ل ل نل‬ ‫ل ل ي‬
‫)أخرجه‬."‫ح ل َْ ههبها اهو مؤمن‬‫اُ هِل ني هه أَْاره نم هِيها ن‬ ‫َ فٍ رُِ الن‬ َ ‫"اا ل َْ ههب نهبة‬ : ‫لاَاَ ن رااية‬
.(‫البخارى امسلم‬

Artinya : Abi Hurairah berkata : Nabi Saw bersabda : ”Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu
berzina jika ia sedang berzina, dan tidak akan minum khamer di waktu minum jika ian
sedang beriman, dan tidak akan mencuri di waktu mencuri ia sedang beriman”.
Di lain riwayat :”dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang
membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas ia sedang beriman”. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Allah Swt mengharamkan mendekati zina yakni melakukan perbuatan yang dapat
menjerumuskan kita kepada zina seperti berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan
mahram, melihat aurat lawan jenis baik langsung atau melalui media, atau mendekati
tempat-tempat perbuatan zina. Dapat dipahami juga secara tersirat bahwa mendekati
tempat-tempat yang dipastikan dapat menjerumuskan kita kepada perbuatan haram lainnya
hukumnya adalah haram.
Menjauhi tempat-tempat yang haram adalah sebuah keharusan karena ia mengandung
bahaya yang banyak, seperti menimbulkan gejolak syahwat. Hal ini dapat mengakibatkan hal
negative seperti keguncangan dan kegelisahan jiwa, terjatuh kepada kemaksiatan,
menimbulkan prasangka buruk orang lain, terjatuh kepada perbuatan melihat yang
diharamkan oleh Allah Swt, Melemahkan iman dan kehilangan kebencian kepada
kemaksiatan, terancam meninggal dalam su’ul khatimah

Hamba Allah yang beriman selalu berusaha untuk menjaga kadar dan kualitas
imannya agar tidak melemah dan terkikis, sebaliknya ia senantiasa melakukan amal-amal
yang dapat meningkatkan iman. Allah Swt berfirman tentang salah satu sifat
hamba-hambaNya yang beriman:

‫ااِ لر ماما‬ ‫لن ل‬ ‫ل ل ل ل ل ن ل ه ل ر ل ل ل ل‬


‫اال هِ ن َ ْهدان اليار ا هَِا م رراا هْاللْ وو م رر ه‬

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Al-Furqan: 72).
C. Rasa Malu Sebagian Dari Iman
Malu berkaitan erat dengan iman. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang, tak bisa
dipisahkan. Rasulullah SAW bersabda, “Iman dan malu merupakan pasangan dalam segala
situasi dan kondisi. Apabila rasa malu sudah tidak ada, maka iman pun sirna,” (HR. Al-Hakim).
Rasa malu memiliki keutamaan yang sangat agung dalam syariat Islam. Jika manusia tidak
memiliki lagi rasa malu atau kurang rasa malunya, maka berbagai kerusakan akan terjadi di
muka bumi ini. “Jika kamu tidak memiliki rasa malu, berbuatlah sesukamu,” (HR. Bukhari).

Rasa malu adalah tameng, sekaligus benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan


buruk. Seseorang yang senantiasa memelihara dan menjaga rasa malu akan berhati-hati,
baik dalam ucapan maupun perbuatan. Selalu mempertimbangkan baik buruknya sesuatu
dan berpikir sebelum bertindak. Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan. Rasulullah
SAW bersabda, “Sifat malu seluruhnya merupakan kebaikan.” (HR. Muslim). Ibnu Rajab
membagi malu menjadi dua macam.

1.) malu yang menjadi karakter dan tabiat bawaan, dia tidak diusahakan melainkan
Allah anugerahkan kepada seorang hamba-Nya. Tentu saja hal tersebut ekslusif miliknya
para nabi dan rasul serta wali Allah Swt.

2.) malu yang diperoleh dari mengenal Allah dan mengenal keagungan-Nya, serta
keyakinannya tentang Maha Tahu-nya Allah Swt. Malu jenis ini merupakan bagian dari
buahnya iman yang dimiliki oleh seorang hamba, bahkan termasuk derajat ihsan yang paling
tinggi. Menyadari bahwa Allah Swt selalu melihat dan mengawasi apa yang dilakukan baik
dalam gelap maupun terang, lapang ataupun sempit. Maka berbahagialah mereka yang rasa
malunya terjaga, imannya mengendalikan seluruh nadi kehidupan, islam dan ihsannya
menjadi perhiasan semua amal perbuatan.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman adalah keyakinan yang menghunjam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikit pun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk.

Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat
karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan
manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian
kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

Ada beberapa sebab-sebab bertambah dan turunnya sebuah iman. Sebab


Bertambahnya Iman: Mengenal Allah swt dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya; melihat
ayat-ayat Allah swt yang kauniyah maupun syar’iyah; banyak berbuat taat dan kebaikan.
Meninggalkan maksiat (perbuatan buruk) dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebab melemahnya iman: berpaling dari mengenal Allah swt, nama-nama, dan
sifat-sifat-Nya; berpaling dari melihat ayat-ayat Allah kauniyah dan syar’iyah; kurang
beramal shalih; dan berbuat maksiat.

Sifat malu termasuk kunci segala kebaikan, bila sifat malunya kuat, maka kebaikan
menjadi dominan dan keburukan menjadi melemah. Bila sifat malunya lemah, maka
kebaikan melemah dan perilaku buruk dominan, Karena malu adalah penghalang antara
seseorang dengan hal-hal yang dilarang.

B. Saran
Kami selaku penulis dalam makalah ini pastinya kurang lebih ada kesalahan yang kami
sadari ataupun yang tidak kami sadari, maka kami selaku pemakalah meminta kepada Bapak
Dosen serta teman-teman untuk mengkritik dan memberi saran serta membimbing kami
lebih baik lagi dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asqanali, Ibnu Hajar Al-, 2002. Fathul Baari Jilid 10, Jakarta: Pustaka Azzam
Bukhari. Shahih Bukhari

Busyra, Zainuddin Ahmad, 2010. Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis. Yogyakarta:
Azna Books

Haqqi, Ahmad Muadz. 2003. 40 Hadits Akhlaq. Surabaya: As-Sunnah

Jazairi, Abu Bakar Jabir Al-. 2011. Minhajul Muslim. Kertosuro: Penerbit Insan Kamil,
Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-, 2010. Ensiklopedia Islam Al-Kamil.
Jakarta: Darus Sunnah Press

Ustaimin, Muhammad bin Sholeh Al-. 2007. Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Ebook
islamhose.com

Wahab, Muhammad Bin Abdul. 2007. Tiga Landasan Utama. Ebook islamhose.com

https://hot.liputan6.com/read/4575549/iman-adalah-meyakini-sesuatu-simak-maknanya-da
lam-sudut-pandang-islam

Anda mungkin juga menyukai