Anda di halaman 1dari 22

Office Pusat : Jl.

Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 1
Selatan
Luwu Timur, 2022
Kepada Yth
Ketua Pengadilan Tinggi Makassar
Di
Makassar
Melalui
Ketua Pengadilan Negeri Watansoppeng
Di
Watansoppeng

Hal : Pengajuan Memori Banding Atas Putusan Pengadilan Negeri


Watansoppeng Nomor : 112/Pid.Sus/2021/PN Wns Tanggal 12
Januari 2022

Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
RONAL EFENDI.S.H.C.PL,C.ME, Advokat / Pemberi Bantuan Hukum dari KANTOR
HUKUM REI ASSOCIATES LAW OFFICE, Berkantor Untuk Sementara Berdomisli Di Jln.
Trans Sulawesi, Desa Lestari, Kecamatan Tomoni,Telp. 0473 232 0971 yang dalam hal ini
Bertindak atas Nama berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertindak baik secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri untuk dan atas nama :
Nama lengkap : Adriani Alias Ani Binti Muh. Yusri
Tempat lahir : Sengkang Kabupaten Wajo
Umur/tanggal lahir : 38 Tahun / 28 Januari 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jl.Srikaya Kelurahan Siengkang Kecematan
Tempe Kabupaten Wajo
Agama : Islam
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Dahulu sebagai TERDAKWA, saat ini untuk selanjutnya akan disebut sebagai PEMOHON
BANDING.
Bahwa bersama ini, hendak mengajukan Memori Banding Atas Putusan Pengadilan Negeri
Watansoppeng 112/Pid.Sus/2021/PN Wns Tanggal 12 Januari 2022 yang amar putusannya
sebagai berikut :
MENGADILI

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 2
Selatan
1. Menyatakan TerdakwaADRIANI Alias ANI Binti MUH. YUSRI, telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana: “Tanpa hak memiliki dan menguasai Narkotika
Golongan I dalam bentukbukan tanaman” sebagaimana dakwaan alternatif kedua;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut diatas oleh karena itu dengan pidana penjara
selama4 (empat) tahun dan denda sejumlah Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah),
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana penjara
selama 1 (satu) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan Terdakwa tetap dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
 1 (satu) Sachet plastik klip bening berisi narkotika jenis sabu dengan berat ± 0,1103 gram;
 1 (satu) buah masker warna hijau;
 1 (satu) Unit Handphone jenis android Merk Xiamo warna hitam dengan nomor Kartu
085242467584 dan nomor IMEI 866709038895792
Untuk dimusnahkan;
6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp3.000,00 (tiga ribu
rupiah);
Bahwa atas putusan tersebut, Kuasa Hukum Terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH.
YUSRI menyatakan banding Dengan demikian, Permohonan Banding ini diajukan masih dalam
tenggang waktu yang ditentukan menurut pasal 233 ayat (2) KUHAP yang menyatakan: “Hanya
permintaan banding sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) boleh diterima oleh panitera pengadilan
Negeri dalam waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan
kepada anak yang tidak hadir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 196 ayat (2)”. Demikian pula
penyerahan Memori Banding ini melalui Pengadilan Negeri Watansoppeng masih dalam tenggang
waktu yang disyaratkan oleh Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 237 KUHAP yang
menyatakan bahwa:
“Selama pengadilan tinggi belum mulai memeriksa suatu perkara dalam tingkat banding, baik
terdakwa atau kuasanya maupun penuntut umum dapat menyerahkan memori banding atau
kontra memori banding kepada Pengadilan Tinggi”.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka adalah layak dan beralasan hukum jika Pengadilan
Tinggi Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara ini menerima Permohonan dan Memori
Banding ini.

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 3
Selatan
Bahwa apa yang diuraikan dalam Memori Banding ini merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Pledoi Tim Penasihat Hukum PEMOHON BANDING/ Terdakwa ADRIANI
ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI yang telah dibacakan dimuka persidangan
Bahwa turunan Putusan Nomor: 112/Pid.Sus/2021/PN Wns Tanggal 12 Januari 2022 . telah
kami Terima dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Watansoppeng Pada Tanggal 02 November 2021
Bahwa setelah membaca dan mempelajari segala isi dan pertimbangannya, PEMOHON
BANDING menyatakan keberatan dan berpendapat bahwa pertimbangan hukum dan Amar Putusan
judex factie Tingkat Pertama 112/Pid.Sus/2021/PN Wns Tanggal 12 Januari 2022 , tersebut tidak
tepat dan tidak benar. Dengan alasan-alasan sebagaimana di bawah ini:

Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
Bahwa setiap salinan keputusan yang dikeluarkan pengadilan tingkat pertama selalu diawali
kata-kata “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA “ selalu
denganhuruf besar ; artinya adalah Putusan pengadilan sudah berdasar bagi asas hukum dan asas
keadilan sebagaimana dalam UUD 1945 memuat berbagai pasal mengenai perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan Hak Asasi Manusia. Akan tetapi, banyak dari pasal-pasal tersebut yang
dilanggar. Kali ini saya akan menyampaikan contoh dari jaminan HAM yang sering dilanggar, yaitu
pasal 28D ayat 1. Yang berbunyi “ Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapanhukum”Artinya adalah bahwa
semua masyrakat indonesia memperoleh kedudukan dan perlakuan hukum yang sama dihadapan
para penegak Hukum (Equality Before Of The Law)
Bahwa Alasan Penasehat Hukum dari Adriani Alias Ani Binti Muh. Yusri Adalah sebagai
Berikut :
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
I. PENDAHULUAN
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas limpahan Rahmat dan Karunianya
kepada kita semua, sehingga kami sebgai penasihat Hukum dari terdakwa ADRIANI ALIAS ANI
BINTI MUH. YUSRI Mampu menyelesaikan Memori Banding Ini dengan Baik, lancar dan tepat
waktu sesuai dengan Yang direncanakan Bersama.

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 4
Selatan
Selanjutnya selawat beriring salam kita sampaikan kepada Junjungan Alam Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah memberikan Pedoman dan Suri
Teladan bagi kita semua, sehingga menjadi Tuntunan dan contoh bagi kita semua dalam menjalani
kehidupan dan menjalankan aktivitas di muka bumi ini.
Bahwa Alasan Penasehat Hukum dari ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI dalah
sebagai Berikut :
Bahwa pada judex facti Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru dalam memberikan
Putusan Kepada Terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI Oleh karna :
1. Judex Factie Majelis Hakim Pengadilan Negeri Watansoppeng Keliru Dalam
mempertimbangkan Perbuatan Terdakwa; Bahwa dengan penuh hormat, kami
Penasehat Hukum Pembanding/ Terdakwa keberatan atas judex factie dalam
mempertimbangkan perbuatan terdakwa, maka untuk itu kiranya dengan segala kehormatan
dan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam menyampaikan memori Banding
ini, perkenan kami Penasehat Hukum Pembanding/ Terdakwa mengemukakan
Argumentasi hukum kami dalam menanggapi Putusan tersebut.
Majelis hakim berpendapat bahwa para terdakwa tersebut terbukti “Menyatakan
Terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI, telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana' Tampa hak Memiliki dan Menguasai
Narkotika Golongan I dalam bentuk Bukan tanaman” sebagaimana dakwaan
alternatif kedua “
Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan, maka kami selaku
Penasehat hukum pembanding/terdakwa menyimpulkan:
bahwa berdasarkan fakta hukum diatas dihubungkan dengan keterangan Para Saksi,
keterangan Terdakwa, bukti surat dan barang bukti Penasihat Hukum Berpendapat bahwa
Atas Keterangan Saksi dan Fakta Persidangan yang dikemukakan dalam Persidangan telah
mengambarkan Situasi Bahwa Terdakwa Menguasai Narkotika Tersebut untuk dikomsumsi
diri sendiri dibuktikan dengan adanya Bekas Pakai Shabu Yang menajdi Barang Bukti
dalam perkara Ini, unsur menguasai narkotika tidak dijelaskan pengertian maupun
batasannya dalam undang-undang. Tidak dijelaskannya pengertian maupun batasan dalam
unsur menguasai narkotika mengakibatkan banyaknya pelaku tindak pidana narkotika yang
tertangkap tangan menguasai narkotika untuk tujuan dikonsumsi, Pasal ini telah menjadi
pasal karet Yang tidak dapat membedakan Yang Mana Pengguna Narkotika dan yang Mana
Pengedar Sehingga Patutlah beralasan Hukum bahwa Pertimbangan Majelis Hakim

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 5
Selatan
dalam perkara Aquo Sangat tidak Tepat dalam Memberikan pertimbangan terhadap
diri Terdakwa
2. Judex Factie Majelis Hakim Pengadilan Negeri Watansoppeng yang Menyatakan “
Menimbang, bahwa keterlibatan Terdakwa dalam peredaran gelap narkotika tidak
pernah dibuktikan oleh Penuntut Umum “ Pada Pertimbangan tersebut diatas Kami
panasihat Hukum perpendapat bahwa Atas Pertimbangan Judex Factie Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Watansoppeng telah Mengambarkan dan membuktikan bahwa terdakwa
Menguasai Narkotika Bukan Untuk Orang Lain melainkan Untuk Diri Sendiri Sehingga
Patut Beralasan Hukum Agar terdakwa Dinyatakan Sah dan Meyakingkan Sebagai
Pencandu Narkotika Golongan I Untuk diri Sendiri
3. Judex Factie Majelis Hakim Pengadilan Negeri Watansoppeng Telah Keliru dalam
Memberikan Pertimbangannya dan Menjatuhkan Hukuman “ Bahwa Dalam
Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Watansoppeng;
Bahwa pertimbangan Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur” Tanpa hak atau
melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, emenerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I” telah
terpenuhi;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 112 ayat (1) Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah diterpenuhi, maka Terdakwa haruslah
dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
Bahwa Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-
hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar
dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Bahwa Oleh karena Pertimbangan Tersebut tidak Mendasari sesuatu hal yang
harus disimpulkan bahwa Terdakwa Terlibat dalam Peredaran Narkotika Hal
tersebutlah Menjadi Perhatian Khusus Penasihat Hukum Terdakwa Apa Lagi dengan
Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Watansoppeng pada Perkara A Quo Yaitu
dengan Hukuman 4 (Empat ) tahun Penjara hal tersebut mebuktikan Bahwa Putusan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Watansoppeng Bukan Putusan yang Bersifat
Pembinaan Terhadap diri Terdakwa, Apa Lagi Terdakwa Merupakan Tulang
Punggung Terhadap Kelurga Terdakwa sehingga Putusan tersebut adalah Putusan
yang menghakimi diri dan keluraga Terdakwa Untuk Itu Mohon Kepada Hakim
Tinggi pengadilan Tinggi Makassar Agar kiranya dapat Meringangkan Hukuman
terdakwa Sedikit Kami mengutip Kata-kata

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 6
Selatan
“Bukankah Hukum dipergunakan Untuk pembinaan Bagi Sesorang yang
Melakukan perbuatan Bukan Untuk Menghakimi Sesoarang tersebut
Bahwa Hakim – pada setiap tingkatan dan lingkup Peradilan – mendasarkan
putusannya dengan irah-irah ”demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Menurut Bismar Siregar – hakim karier kenamaan tahun 1980 an – irah irah itu sangat
dalam maknanya. Itulah roh putusan. Putusan adalah mahkota hakim.
Kebenaran Tuhan itu mutlak, tetapi tidak demikian dengan kebenaran hakim. Sistem
peradilan di Indonesia, mengakui dan mengantisipasi kemungkinan hakim – salah atau
keliru dalam putusannya. Dalam perkara pidana misalnya. Berdasarkan pasal 183 - 184
KUHAP, hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Alat bukti
yang sah itu berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, atau keterangan
terdakwa.
Terhadap alat bukti, selain faktor objektif, subjektivitas hakim juga berpengaruh.
Faktor objektif adalah seperti keabsahan barang bukti (baik dalam tata cara memperoleh
maupun substansinya), kompetensi, independensi dan kredibilitas saksi, persesuaian
keterangan saksi dengan alat bukti lain. Faktor subjektivitas hakim ada dua jenis, yaitu
terhadap alat bukti selama dalam proses pemeriksaan, dan faktor subjektif inheren sang
hakim.
Yang dimaksud dengan subjektivitas terhadap alat bukti adalah seberapa jauh dan
cermat hakim (atau majelis hakim) memeriksa, mengadili dan memutus perkara, dengan
memberi pertimbangan yang adil, seimbang dan komprehensif terhadap dakwaan,
pembelaan, replik, duplik dan alat bukti di persidangan.
Persidangan sebagai muara dari pencarian keadilan tidak terlepas dari kualitas proses
sebelumnya pada tahapan penyelidikan – penyidikan – penuntutan. Pro Justicia. Penyidikan
yang belum matang – terang peristiwa pidana dan pelakunya, tetapi terburu-buru diteruskan
ke penuntutan dan dilimpahkan ke pengadilan, berkontribusi menambah berat tugas hakim
di persidangan.
Subjektivitas inheren hakim terkait dengan independensi, kejujuran dan imparsialitas
(ketidak memihakan), serta kompetensi dan pemahaman utuh terhadap perkara yang
diperhadapkan kepadanya. Independensi yang kasat mata (independence in appearance)
relatif mudah menjaganya. Misalnya dengan memastikan tidak ada hubungan kekeluargaan

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 7
Selatan
dan bisnis. Independensi mentalitas (independence in fact) seperti faktor kesamaan afiliasi
politik, ketergantungan dan ikat budi balas jasa. Ini relatif nisbi.
Hakim juga adalah manusia, sama dengan profesi lainnya. Ada yang pada waktu
kuliah ilmunya pas-pasan atau dari perguruan tinggi klasemen seadanya. Kurang piknik
pula. Ada yang jenius. Mandraguna. Ada yang rajin mengasah ilmu dan menambah
wawasan. Ada yang telah berpengalaman menangani kompleksitas perkara dan lain-lain.
Salah Stu Contoh Hakim di lingkungan Pengadilan Negeri di Jakarta misalnya.
Mereka menghadapi perkara dan pihak berperkara yang lebih kompleks. Pada umumnya -
jika hakim karier - adalah yang telah berpengalaman dan bertugas di berbagai kabupaten
dan provinsi serta telah pernah menjadi ketua pengadilan Negeri. Adapun hakim non karier,
tergantung eksposur dan pengalaman sebelumnya.
Menyadari keberbagai ragaman tersebut, dan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan hakim, baik dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara (judex factie),
maupun dalam penerapan hukum (juris)nya, serta untuk menjamin diperolehnya keadilan
substantif bagi para pencari keadilan, sistem peradilan kita menyediakan ruang dengan
memperkenalkan dua hal, yaitu penanganan satu perkara oleh majelis (tiga atau lima orang
hakim mengadili perkara yang sama), dan mekanisme upaya hukum (banding, kasasi dan
peninjauan kembali).
Putusan diambil melalui mekanisme majelis permusyawaratan hakim yang
diharapkan menghasilkan pendapat yang sama (concurring). Namun demikian
dimungkinkan terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinion), pada hal mereka mengadili
pihak berperkara dan alat bukti yang sama. Pendapat berbeda bisa terhadap fakta hukum,
pertimbangan hukum, maupun terhadap amar putusannya. Sehingga terpaksa dilakukan
secara voting. Pada hal - by nature, kebenaran tidak dapat divoting !
Katakanlah dalam satu perkara yang menggunakan dakwaan kesatu/ primer dan
dakwaan kedua/ sekunder, ditangani oleh majelis beranggotakan lima hakim, mengadili
tiga orang terdakwa yang melakukan tindak pidana secara bersama-sama (delneming). Dua
orang hakim menyatakan terbukti dakwaan primer, satu orang hakim menyatakan terbukti
dakwaan sekunder dan dua orang hakim lainnya menyatakan tidak terbukti dan ketiga
terdakwa harus bebas. Dalam kasus ini ketiga terdakwa akan dihukum bersalah secara sah
dan meyakinkan berdasarkan dakwaan primer. Putusan yang lonjong.
Katakanlah kemudian, bahwa dua orang terdakwa menerima putusan dan tidak
banding. Bagi keduanya, putusan tersebut telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht).
Hukuman dijalani. Sementara satu orang menyatakan banding. Pengadilan Tingkat Banding

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 8
Selatan
adalah judex factie, artinya mengambil alih keseluruhan tanggung jawab juridis
kewenangan memeriksa, mengadili dan memutus perkara, serta membatalkan putusan
pengadilan di tingkat bawahnya. Katakanlah putusannya yang terbukti adalah dakwaan
sekunder.
Di sini timbul pertanyaan hukum. Apakah kedua terdakwa yang menerima putusan
tingkat pertama, yang statusnya telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht),
terpengaruh dengan putusan yang berbeda dari Pengadilan Tingkat Banding tersebut?
Yahya Harahap (Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP) mencatat, bahwa
Mahkamah Agung membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi yang memeriksa keseluruhan
terdakwa pada perkara demikian. Artinya, sekalipun menurut Pengadilan Tinggi ada
kekeliruan putusan terhadap dua terdakwa yang telah menerima hukumannya dan berupaya
mengoreksinya, namun tidak diperkenankan oleh Mahkamah Agung.
Terdakwa ketiga tidak puas, dan melanjutkan kasasi. Di tingkat kasasi, Mahkamah
Agung ternyata menemukan bahwa peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak
sebagaimana mestinya, sehingga putusan pengadilan di bawahnya dibatalkan, dan diadili
sendiri dengan putusan bebas. Apakah kebebasan itu hanya berlaku kepada terdakwa ketiga
yang mengajukan kasasi. Bagaimana dengan dua terpidana lainnya, yang pasrah menerima
putusan pengadilan tingkat pertama. Apakah harus tetap menjadi terpidana? Peninjauan
Kembali? Apa daya mereka sampai ke sana.
Contoh kasus di atas membuktikan tidak ada keadilan yang absolut. Hakim adalah
pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Terdakwa yang tidak mampu melanjutkan upaya hukum, akan menjadi
terpidana. Pada sisi lain, para hakim - yang memiliki kebebasan dan
bertanggungjawab kepada nuraninya - tidak tertutup dari kemungkinan keliru dan
salah. Akibatnya bisa fatal.
SEMA (Surat Edaran MA) nr. 9 tahun 1976 menyatakan bahwa seorang hakim
tidak bisa dimintai pertanggungjawaban hukum terhadap putusan yang dibuatnya.
Sebetulnya SEMA tersebut sangat limitatif terkait dengan pertanyaan penanggung
keputusan perdata- gugatan perbuatan melawan hukum, pasal 1365 BW.
Karena itu sisakanlah benefit of the doubt. Mereka – yang saat ini dipidana,
siapapun itu – termasuk Bapak BTP - harus diberikan ruang untuk menguji dan
mendapatkan keadilan hakiki yang substantif. Hakim tidak datang dari dan berada di
ruang hampa. Mereka adalah pejabat peradilan Negara. Negara - mempunyai sistem.
Mempunyai Kepala.

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 9
Selatan
Untuk Itu Kami Berpendapat bahwa Seharusnya Majelis hakim Pengadilan
Negeri Watansoppeng Memberikan Hukuman Kepada Terdakwa Sebagai Hukuman
Pembinaan Guna Untuk Keberlangsungan Masa Depan Bangsa
II. ASPEK YURIDIS
 TERHADAP Pasal 114 (1) Huruf A UU 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
1. Setiap Orang.
Bahwa unsur ini telah dipertimbangkan dalam pertimbangan unsur ke-1 pada dakwaan
PERTAMA diatas dan didalam penjelasan tersebut, unsur ini dinyatakan telah terpenuhi
sehingga penjelasan hukum tersebut dianggap turut dipertimbangan dalam unsur ke-1 pada
dakwaan Kedua  ini;
2. Unsur “tanpa hak atau melawan hukum, menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar menyerahkan atau
menerima Narkotika Golongan I bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 (lima)
gram”
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, petunjuk, serta barang
bukti maka didapatkan fakta-fakat hukum sebagai berikut bahwa terdakwa Mengunasai
Narkotika Untuk Diri Sendiri dan dipergunakan untuk Menunjang Pekerjaan dari pada terdakwa.
Bahwa dalam hal menawarkan untuk dijual, menjual membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I bukan tanaman
tersebut Tidak terbukti Secara Sah dan Patut Beralasan Hukum Bahwa Penerapan Pasal 114 (1)
Huruf A UU 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terhadap diri Terdakwa Tidak Terpenuhi.
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
Sedikit Kami Penasihat Hukum Menjelaskan bahwa dalam penerpan Pasal 114 (1)
Huruf A UU 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika saharusnya Penuntut Umum dapat
Mengaji Analisis Yuridiks Secara Mendalam Sebelum Memberikan tuntutan kepada
terdakwa Apa lagi memberikan Hukum Kepada terdakwa Dengan hukum yang Tidak
mengacu pada Asas keadilan, Kemanusiaan dan Kepastian Hukum
Unsur Kesatu : ” Setiap Orang’’ ; Yang dimaksud dengan Setiap Orang adalah setiap orang
selaku subyek hukum yang melakukan perbuatannya dan dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya,yang diajukan sebagai terdakwa dalam perkara ini adalah terdakwa Raden Sebayang
Alias Rabun yang telah membenarkan isi surat dakwaan maupun idetitasnya dalam surat
dakwaan,selanjutnya sesuai dengan keterangan saksi-saksi yang telah diperoleh selama dalam

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 10
Selatan
persidangan diperoleh fakta bahwa pelaku tindak pidana sebagaimana yang didakwakan adalah
terdakwa dengan segala indetitasnya dan kemudian selama persidangan terdakwa dalam keadaan
sehat jasmani maupun rohani.Dalam hal ini terdakwa tidak dalam keadaan kurang sehat baik
jasmani maupun rohani.Dalam hal ini terdakwa tidak dalam kurang sempurna akalnya atau sakit
jiwa (zeekelijke storing der verstandelijke vermogens)sebagaimana dimaksud pasal 44 KUHP;
Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan
1. Unsur Kedua : ‘’ Unsur tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli,menukar atau
menyerahkan narkotika golongan 1 dalam bentuk bukan tanaman, jenis shabu-shabu
Bahwa Unsur ”tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika
Golongan I dalam bentuk bukan tanaman, jenis shabu-shabu”
Bahwa rumusan unsur menggunakan frase “atau” diantara tanpa hak dan melawan hukum,
oleh karena itu tidak diperlukan kedua rumusan yaitu tanpa hak dan melawan hukum terbukti,
unsur ini telah terpenuhi, artinya dapat terjadi “tanpa hak” saja atau “melawan hukum” menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan disini haruslah
dilakukan secara tanpa hak dan melawan hukum.
Bahwa yang dimaksud dengan tanpa hak adalah tidak ada kewenangan atau tidak
mempunyai kewenangan untuk melakukan sesuatu sedangkan yang dimaksud dengan melawan
hukum adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku atau
melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum sipelaku
Bahwa yang dimaksud dengan menawarkan untuk dijual memiliki pengertian dimana
menawarkan mempunyai makna menunjukkan sesuatu dengan maksud agar yang diunjukkan
mengambil. Menawarkan disini tentulah sudah ada barang yang akan ditawarkan, tidak menjadi
syarat apakah barang tersebut adalah miliknya atau tidak, tidak juga suatu keharusan menawarkan
mempunyai kekuasaan untuk menawarkan, disamping itu bahwa barang yang ditawarkan haruslah
mempunyai nilai dalam arti dapat dinilai dengan uang. Selanjutnya karena dijual mempunyai arti
diberikan sesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang, maka menawarkan untuk dijual
berati mempunyai kesempatan kepada orang lain melakukan penjualan barang agar mendapatkan
uang. Orang inilah yang melakukan penjualan, sehingga posisi orang yang mendapat kesempatan
adalah mendapat kekuasaan menjual dan atas penjualan tersebut, mendapatkan keuntungan materi
sesuai kesepakatan antara yang menawarkan/pemilik barang. Menawarkan untuk dijual dapat juga
berarti menunjukkan sesuatu benda kepada orang lain dengan maksud orang lain membeli.
Menawarkan untuk dijual dapat dilakukan dengan langsung kepada calon pembeli baik secara lisan

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 11
Selatan
maupun menggunakan sarana telekomunikasi lainnya baik ditunjukkan barangnya atau tidak, yang
penting proses menawarkan ini haruslah ada maksud agar lawan bicara membeli apa yang
ditawarkan. Menawarkan untuk dijual dalam hal ini haruslah dilakukan secara aktif, dalam arti
cukuplah dengan menyampaikan kalimat seperti “ada barang” atau bahwa simbol-simbol kepada
orang lain, asal kata tersebut calon membeli mengerti makna dalam pengertian sudah terkandung
makna agar lawan bicara melakukan pembelian barang yang dimaksud oleh karena itu maksud dari
simbol-simbol itu hanya bisa dimengerti oleh kalangan sendiri. Menjual mempunyai arti
memberikan sesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang pembayaran atau menerima uang.
Hal ini ada transaksi dan ada pertemuan antara penjual dan pembeli. Kewajiban penjual adalah
menyerahkan barang sedangkan kewajiban pembeli menyerahkan uang pembayaran. Dikatakan
menjual apabila barang sudah tidak ada lagi padanya sehingga tentulah dapat terjadi barang yang
diberikan lebih dahulu dan kemudian uang akan diserahkan beberapa waktu kemudian, hal ini tetap
termasuk pengertian menjual karena dengan diberikannya barang dengan maksud untuk dijual,
tidak perlu diisyaratkan uang harus seketika diberikan tergantung dari kesepakatan pihak penjual
dan pembeli. Membeli berarti makna memperoleh sesuatu melalui penukaran (Pembayaran)
dengan uang, ini berarti bahwa harus ada maksud terhadap barang tertentu yang akan diambil dan
haruslah ada pembayaran dengan uang yang nilainya sebanding dengan harga barang yang akan
diperoleh. Menerima mempunyai makna mendapatkan sesuatu karena pemberian pihak lain. Yang
berakibat dari menerima tersebut barang menjadi miliknya atau setidak-tidaknya berada dalam
kekuasaannya. Menjadi perantara dalam jual beli berarti sebagai penghubung antara penjual dan
pembeli dan atas tindakannya tersebut mendapat jasa/keuntungan. Jika seseorang menghubungkan
antara penjual dan pembeli kemudian orang tersebut mendapat barang berupa Narkotika sudah
dapat digolongkan sebagai perantara dalam jual beli. Menukar mempunyai makna menyerahkan
barang dan atas tindakannya tersebut mendapat pengganti baik secara sejenis maupun tidak sejenis
sesuai dengan kesepakatan. Menyerahkan berati memberikan sesuatu kepada kekuasaan orang lain.
(Komentar dan pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, AR.
Sujono, Bony Daniel, Sinar Grafika, 2011, 228).
Bahwa Oleh Karna Fakta Persidangan Terdakwa Tidak Pernah Menawarkan ataupun
Mnjadi Bandar dalam Tindak Pidana Tersebut melakinkan Terdakwa Hanya sebagai Penghubung
dalam Tindak Pidana Tersebut. Bahwa oleh karena unsur- unsur dalam pasal 114 (1) undang-
undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika tersebut diatas, Tidak terbukti secara sah dan
menyakinkan menurut hukum,
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 12
Selatan
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
Bahwa oleh karena unsur-unsur dalam pasal 114 Ayat (1) Undang-Undang No.35 tahun
2009 tentang Narkotika tersebut diatas, Tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum,
maka kami selaku Penasihat Hukum terdakwa berpendapat bahwa dakwaan kesatu kami yaitu
pasal 114 Ayat (1) Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika Tidak terbukti pula
secara sah dan meyakinkan menurut hukum.
 TERHADAP DAKWAAN Pasal 112 (1) Huruf A UU 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
 sebagai berikut:
1. Setiap Orang;
2. Tanpa Hak atau Melawan Hukum Memiliki, Menyimpan, Menguasai atau Menyediakan
Narkotika Golongan I bukan Tanaman;
Bahwa terhadap unsur-unsur diatas maka kami akan mempertimbangkan lebih lanjut dibawah ini.
 Setiap Orang.
 Bahwa unsur ini telah dipertimbangkan dalam pertimbangan unsur ke-1 pada dakwaan
PERTAMA diatas dan didalam penjelasan tersebut, unsur ini dinyatakan telah terpenuhi
sehingga penjelasan hukum tersebut dianggap turut dipertimbangan dalam unsur ke-1 pada
dakwaan Kedua  ini;
 Tanpa Hak atau Melawan Hukum Memiliki, Menyimpan, Menguasai atau Menyediakan
Narkotika Golongan I bukan Tanaman;
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, petunjuk, serta barang
bukti maka didapatkan fakta-fakta hukum sebagai berikut bahwa Bahwa berdasarkan keterangan
saksi-saksi, keterangan terdakwa, petunjuk, serta barang bukti maka didapatkan fakta-fakat
hukum sebagai berikut bahwa terdakwa Mengunasai Narkotika Untuk Diri Sendiri dan
dipergunakan untuk Menunjang Pekerjaan dari pada terdakwa.
Bahwa dari uraian pertimbangan tersebut diatas, Penasihat Hukum berpendapat bahwa
perbuatan Terdakwa  in casu tidak memenuhi kriteria sebagaimana terdapat dalam unsur ke-
2 tersebut sehingga perbuatan Terdakwa tidak terbukti dalam melanggar dakwaan Penuntut
Umum tersebut;
Unsur “Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan 1 bukan
Tanaman”
 Bahwa Sebagai Pemakai narkotika Maka sudah Pasti narkotika tersebut Akan Dikuasai
oleh Pemiliknya Sehingga menurut kami Unsur Ini Tidak terpenuhi

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 13
Selatan
 Bahwa Terdakwa Tidak pernah Terlibat dengan Adanya Peredaran Narkotika Sehingga
Kata menyediakan Pada pasal tersebut tidak Terpenuhi Oleh karena Tidak Ada Bukti yang
menjelaskan bahwa terdakwa melakukan transaksi Jual beli Narkotika dengan pihak lain
 Yang dimaksud pengertian Narkotika Golongan 1 menurut penjelasan Pasal 6 ayat (1)
huruf a adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menyebabkan ketergantungan. Dimana jenis-jenis Narkotika Golongan 1 sebagaimana
diatur dalam Lampiran 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Maka dari uraian tersebut diatas, Telah Mengabarkan Bahwa Unsur Pasal 112 Ayat 1 UU
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Tidak terpenuhi.
Sedikit kami Menjelaskan Berkaitan dalam asas hukum pidana yaitu Geen straf zonder
schuld, actus non facit reum nisi mens sir rea, bahwa tidak dipidana jika tidak ada kesalahan, maka
pengertian tindak pidana itu terpisah dengan yang dimaksud pertanggung jawaban tindak pidana.
 TERHADAP PEMBUKTIAN PASAL 127 Ayat 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 35
TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
Majelis Hakim tinggi Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati, dan
Pengunjung Sidang Sekalian
Pasal 127 ayat (10) huruf a undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
dengan unsur-unsur sebagai berikut :
Unsur setiap penyalahguna:
Unsur narkotika golongan 1 bagi diri sendiri
Unsur “Setiap penyalahgunaan”.
Bahwa unsur ini telah dipertimbangkan dalam pertimbangan unsur ke-1 pada dakwaan
PERTAMA diatas dan didalam penjelasan tersebut, unsur ini dinyatakan telah terpenuhi sehingga
penjelasan hukum tersebut dianggap turut dipertimbangan dalam unsur ke-1 pada dakwaan Kedua
ini;
Dengan demikian unsur “setiap orang” telah terbukti secara sah menurut hukum
Unsur “Narkotika golongan I bagi diri sendiri”:
Berdasarkan pasal (1) ke -1 Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika adalah
: “zat atau obat yang bersal dari tamana taua bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan perubahan kesadaran, hilangnya rasa,mengurangi sampai
mengurangi rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantuangan, yang dibedakan kedalam
golongan-golangan terlampir dalam undang-undang ini

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 14
Selatan
Bahwa oleh karena seluruh unsur-unsur dalam pasal 127 (1) huruf a Undang-undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika tersebut diatas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum, maka kami selaku Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa dakwaan Kedua
yaitu pasal 127 (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika telah terbukti
pula secara sah dan meyakinkan menurut hukum
Majelis Hakim Tinggi Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati, dan
Pengunjung Sidang Sekalian
Sedikit kami Menjelaskan Berkaitan dalam asas hukum pidana yaitu Geen straf zonder
schuld, actus non facit reum nisi mens sir rea, bahwa tidak dipidana jika tidak ada kesalahan, maka
pengertian tindak pidana itu terpisah dengan yang dimaksud pertanggung jawaban tindak pidana.
Tindak pidana hanyalah menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan itu dengan
suatu pidana, kemudian apakah orang yang melakukan perbuatan itu juga dijatuhi pidana
sebagaimana telah diancamkan akan sangat tergantung pada soal apakah dalam melakukan
perbuatannya itu si pelaku juga mempunyai kesalahan.
Dalam kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang disebut dengan
opzet merupakan salah satu unsur yang terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini,
maka apabila didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan sengaja atau biasa
disebut dengan opzettelijk, maka unsur dengan sengaja ini menguasai atau meliputi semua unsur
lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan.
Sengaja berarti juga adanya kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan
kejahatan tertentu. Maka berkaitan dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukannya itu
dilakukan dengan sengaja, terkandung pengertian menghendaki dan mengetahui atau biasa disebut
dengan willens en wetens. Yang dimaksudkan disini adalah seseorang yang melakukan suatu
perbuatan dengan sengaja itu haruslah memenuhi rumusan willens atau haruslah menghendaki apa
yang ia perbuat dan memenuhi unsur wettens atau haruslah mengetahui akibat dari apa yang ia
perbuat.
Disini dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Von Hippel maka dapat
dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja adalah kehendak membuat suatu perbuatan
dan kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu
yang menjadi maksud dari dilakukannya perbuatan itu.
Jika unsur kehendak atau menghendaki dan mengetahui dalam kaitannya dengan unsur
kesengajaan tidak dapat dibuktikan dengan jelas secara materiil -karena memang maksud dan
kehendak seseorang itu sulit untuk dibuktikan secara materiil- maka pembuktian adanya unsur

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 15
Selatan
kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum sehingga perbuatannya itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada si pelaku seringkali hanya dikaitkan dengan keadaan serta
tindakan si pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan
kepadanya tersebut.
Disamping unsur kesengajaan diatas ada pula yang disebut sebagai unsur kelalaian atau
kelapaan atau culpa yang dalam doktrin hukum pidana disebut sebagai kealpaan yang tidak
disadari atau onbewuste schuld dan kealpaan disadari atau bewuste schuld. Dimana dalam unsur
ini faktor terpentingnya adalah pelaku dapat menduga terjadinya akibat dari perbuatannya itu atau
pelaku kurang berhati-hati.
Wilayah culpa ini terletak diantara sengaja dan kebetulan. Kelalaian ini dapat didefinisikan
sebagai apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menimbulkan suatu
akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang, maka walaupun
perbuatan itu tidak dilakukan dengan sengaja namun pelaku dapat berbuat secara lain sehingga
tidak menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-undang, atau pelaku dapat tidak melakukan
perbuatan itu sama sekali.
Dalam culpa atau kelalaian ini, unsur terpentingnya adalah pelaku mempunyai kesadaran
atau pengetahuan yang mana pelaku seharusnya dapat membayangkan akan adanya akibat yang
ditimbulkan dari perbuatannya, atau dengan kata lain bahwa pelaku dapat menduga bahwa akibat
dari perbuatannya itu akan menimbulkan suatu akibat yang dapat dihukum dan dilarang oleh
undang-undang.
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia

Tindak pidana hanyalah menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan itu dengan
suatu pidana, kemudian apakah orang yang melakukan perbuatan itu juga dijatuhi pidana
sebagaimana telah diancamkan akan sangat tergantung pada soal apakah dalam melakukan
perbuatannya itu si pelaku juga mempunyai kesalahan.

Dalam kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang disebut
dengan opzet merupakan salah satu unsur yang terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur
kesengajaan ini, maka apabila didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan
sengaja atau biasa disebut dengan opzettelijk, maka unsur dengan sengaja ini menguasai atau
meliputi semua unsur lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan.

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 16
Selatan
Sengaja berarti juga adanya kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan kejahatan
tertentu. Maka berkaitan dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukannya itu dilakukan
dengan sengaja, terkandung pengertian menghendaki dan mengetahui atau biasa disebut
dengan willens en wetens. Yang dimaksudkan disini adalah seseorang yang melakukan suatu
perbuatan dengan sengaja itu haruslah memenuhi rumusan willens atau haruslah menghendaki apa
yang ia perbuat dan memenuhi unsur wettens atau haruslah mengetahui akibat dari apa yang ia
perbuat.

Disini dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Von Hippel maka dapat
dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja adalah kehendak membuat suatu perbuatan
dan kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu
yang menjadi maksud dari dilakukannya perbuatan itu.

Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia

Jika unsur kehendak atau menghendaki dan mengetahui dalam kaitannya dengan unsur
kesengajaan tidak dapat dibuktikan dengan jelas secara materiil -karena memang maksud dan
kehendak seseorang itu sulit untuk dibuktikan secara materiil- maka pembuktian adanya unsur
kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum sehingga perbuatannya itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada si pelaku seringkali hanya dikaitkan dengan keadaan serta
tindakan si pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan
kepadanya tersebut.
Disamping unsur kesengajaan diatas ada pula yang disebut sebagai unsur kelalaian atau
kelapaan atau culpa yang dalam doktrin hukum pidana disebut sebagai kealpaan yang tidak
disadari atau onbewuste schuld dan kealpaan disadari atau bewuste schuld. Dimana dalam unsur
ini faktor terpentingnya adalah pelaku dapat menduga terjadinya akibat dari perbuatannya itu atau
pelaku kurang berhati-hati.
Wilayah culpa ini terletak diantara sengaja dan kebetulan. Kelalaian ini dapat didefinisikan
sebagai apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menimbulkan suatu
akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang, maka walaupun
perbuatan itu tidak dilakukan dengan sengaja namun pelaku dapat berbuat secara lain sehingga
tidak menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-undang, atau pelaku dapat tidak melakukan
perbuatan itu sama sekali.

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 17
Selatan
Dalam culpa atau kelalaian ini, unsur terpentingnya adalah pelaku mempunyai kesadaran
atau pengetahuan yang mana pelaku seharusnya dapat membayangkan akan adanya akibat yang
ditimbulkan dari perbuatannya, atau dengan kata lain bahwa pelaku dapat menduga bahwa akibat
dari perbuatannya itu akan menimbulkan suatu akibat yang dapat dihukum dan dilarang oleh
undang-undang.
B.    ASPEK NON YURIDIS.
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
 Bahwa didalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum sebagai suatu hal yang memberatkan “bahwa
perbuatan Terdakwa menghambat program pemerintah tentang pemberantasan Narkotika”.
PERTANYAAN terbesar adalah apa yang menjadi program pemerintah dalam melakukan
pemberantasan Narkotika saat ini ? sejak diberlakukannya UU No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (UU Narkotika) terdapat kebijakan baru dalam pemberantasan Narkotika sebagaimana
tertuang dalam tujuan UU Narkotika yakni “Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
social bagi Penyalahguna dan Pecandu Narkotika” Tujuan tersebut kemudian ditegaskan dalam
Pasal 54 UU Narkotika yang menyatakan “Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial” Penggunaan kata wajib
disini bukan hanyadibebankan kepada Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika, namun juga pemerintah dalam menyediakan akses terhadap rehabilitasi medis dan
sosial, serta pihak-pihak yang secara hukum memiliki kewenangan untuk menempatkan
seseorang kedalam tempat rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, baik sebelum maupun
sesudah putusan pengadilan sebagaimana diatur dalam  Pasal 13 Peraturan Pemerintah No 25
Tahun 2011 yang menyatakan : Ayat (3) “Pecandu Narkotika yang sedang menjalani proses
peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial”
Ayat (4) “Penempatan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau lembaga rehabilitasi sosial
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) merupakan kewenangan penyidik, penuntut umum atau
hakim sesuai dengan tingkat pemeriksaan setelah mendapatkan rekomendasi dari Tim Dokter”
 Apabila   Jaksa   Penuntut   Umum   menyatakan   Terdakwa   menghambat program pemerintah,
namun tidak bercermin apakah Kita semua sudah menjalankan program pemerintah sudah
secara menyeluruh ?, karena setiap korban yang berjatuhan harus ada yang bertanggung jawab
dengan mekanisme yang tersedia.  Kebijakan   yang   hanya   menerapkan   pola  
pemberantasan   Narkotika,   tanpa   melihat apakah dia sebagai produsen, bandar, pengedar,
pengguna atau pihak yang dijebak dengan   cara   mengirimkan   mereka   semua   ke   penjara  

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 18
Selatan
menimbulkan   berbagai permasalahan kedepannya tidak hanya terjadi overcapacity yang
membengkakan beban negara dan pelanggaran hak  asasi  manusia namun juga  mengakibatkan
tingginya penyebaran penyakit menular, bertemunya pedagang dan konsumen, transfer ilmu dari
pengedar ke pengguna yang kemudian digunakan karena Penyalah guna Narkotika yang keluar
dari penjara akan sulit mendapatkan pekerjaan dan tidak akan pernah pulih nama baiknya
seperti sedia kala, BUKAN KAH ITU SUDAH SEBUAH HUKUMAN ? kemudian apakah efek
jera yang selama ini di jadikan sebagai alasan pemidanaan untuk menghilangkan Narkotika
sebagai program pemerintah harus dibomberkan dan dibebankan kepada Terdakwa yang hanya
menggunakan narkotika jenis shabu yang beratnya kurang dari 1 Gram.
 Bahwa kami Menilai jika Yang Mulia Majelis Hakim Mengadili Terdakwa dengan pemidanaan
penjara yang berat hanya untuk menjadi Efek Jera buat pengguna - pengguna Narkotika lainnya
adalah tidak memenuhi rasa keadilan buat Terdakwa dan keluarga Terdakwa serta tidak lagi
berdiri pada konsistensi dari HUKUM PIDANA itu sendiri;
 Bahwa suatu hukuman bukanlah merupakan suatu balas dendam kepada Terdakwa namun lebih
ditekankan sebagai tindakan represif dan mendidik bagi Terdakwa yang telah melakukan suatu
tindak pidana agar kedepan menjadi lebih baik;
 BahwaKebijakan   baru   yang   digunakan   adalah   memutus   mata   rantai   pengguna  
dengan/pengedar   yakni   mencoba   memulihkan   pengguna   dari   kecanduaan   dan   mengejar
pengedar Narkotika, BUKAN MENGEJAR PENGGUNA
NARKOTIKA dan MELINDUNGI PENGEDAR BESAR;
 Bahwa selain hal tersebut Terdakwa dalam menghadapi Perkaranya pada saat Pemeriksaan
Persidangan  tidak pernah melakukan Perbuatan - Perbuatan yang mengandung cacat Moral  serta
dalam hal jawab menjawab pertanyaan yang dilontarkan pada saat penyidikan sampai Proses
Peradilan sangat Sopan yang berguna untuk memudahkan Aparat/pejabat Penegak Hukum untuk
menemui titik terang dalam hal memutuskan suatu Perkara dan Terdakwa juga merupakan
tulang punggung keluarga yang WAJIB MENAFKAHI keluarganya secara lahir dan
Batin kemudian dari pada itu Terdakwa juga belum pernah dihukum  serta Terdakwa mengakui
terus terang, menyesali perbuatannya dalam Penyalah gunaan Narkotika dan berjanji tidak akan
mengulanginya;
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
----------------------------------------N A M U N-----------------------------------Menurut pendapat
kami, walaupun perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pasal dalam dakwaan

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 19
Selatan
Subsider, Kami berpendapat bahwa terdakwa tidak dapat dihukum Penjara Namun harus
diberikan Rehabilitasi Agar terdakwa Dapat Pulih kembali dan bias Terlepas dalam
penggunaan Narkotika
Oleh Karena Setiap Tindak Pidana Mempunyai Golongan Masing-Masing Tindak
Pidana
Bahwa Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa tiap kedudukan dan perbuatan pelaku tindak pidana narkotika memiliki
sanksi yang berbeda, karena alangkah tidak adilnya seorang korban atau penyalahguna narkotika
untuk diri sendiri in.casu terdakwa harus dihukum sama beratnya dengan seorang pengedar
narkotika.
Jadi berdasarkan Penggolongan pelaku tindak pidana Narkotika tersebut, penegak
hukum dalam hal ini Penyidik dan Penuntut umum, seharusnya dalam penanganan sebuah kasus
narkotika tidak semata-mata hanya melihat bahwa setiap penyalahguna yang kedapatan
membawa atau memiliki narkotika tersebut harus dikenakan pasal 114, namun sebagai seorang
penegak hukum harus bersikap secara jujur dan adil, menggali fakta yang sebenarnya, apa tujuan
seorang penyalahguna yang kedapatanmemiliki, menguasai dan membawa narkotika tersebut,
apakah untuk diperdagangkan ataukah untuk digunakan bagi dirinya sendiri,sebagai acuan untuk
menentukan apakah seseorang tersebut adalah penyalahguna bagi diri sendiri atau bukan,
Penasihat Hukum Agung Republik Indonesia telah mengeluarkan surat edaran Nomor 4 Tahun
2010 tertanggal 7 April 2010 yang dapat dijadikan dasar untuk penerapan ketentuan pidana yang
tepat tentang tujuan seseorang yang sedang menguasai, memiliki, menerima atau membeli
narkotika.
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam Putusan diatas dan dibandingkan dengan
perkara ini, kami berpendapat bahwa dakwaan rekan JPU yang mendakwa dan menuntut
Terdakwa dengan pasal 114 ayat (1) UU 35 Tahun 2009 adalah tidak tepat, karena
berdasarkan Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, terdakwa terbukti sebagai
Penyalahguna Narkotika pasal 127 ayat (1) UU 35 Tahun 2009. Oleh Karena Terdakwa
Bukanlah Bandar Melaikan Sesorang Yang Melakukan Penyalagunaan narkotika Untuk Diri
Sediri sebagaiman pada Pasal pasal 127 ayat (1) UU 35 Tahun 2009 bukan untuk menghalangi
ditegakkannya hukum pidana. Meskipun hak tersangka atau terdakwa dilindungi oleh hukum

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 20
Selatan
acara pidana namun tetap harus diperhatikan batas-batas kewajaran dan juga kepentingan hukum
masyarakat yang diwakili oleh negara;
Sehingga dari Fakta Persidangan Telah mengambarkan bahwa Terdakwa
Merupakan Pengguna narkotika Untuk Diri Sediri Dibuktikan dengan tidak adanya saksi
atau keterangan yang mengatakan bahwa terdakwa Pernah melakukan Proses Transaksi
Jual Beli Untuk keuntungan diri Terdakwa
Ketua / Majelis Hakim Tinggi yang terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Sidang Yang Berbahagia
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, kami Penasehat Hukum Terdakwa
memohon kepada Majelis Hakim Tinggi yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar
menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan memohon kepada kepada
Majelis Hakim agar memutuskan sebagai berikut:
PRIMER :
MENGADILI :
1. Menerima permohonan banding Terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI
tersebut
2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Watansoppeng Nomor : 112/Pid.Sus/2021/PN Wns
Tanggal 12 Januari 2022
MENGADILI SENDIRI :
1. Memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Watansoppeng Nomor : 112/Pid.Sus/2021/PN Wns
Tanggal 12 Januari 2022 dengan amar Putusan Sebagai Berikut :
2. Menyatakan Pembanding yaitu terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI
Tidak terbukti secara syah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 114 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika sesuai dengan
Surat Dakwaan Alternative Ke Satu
3. Menyatakan Pembanding yaitu terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI
Tidak terbukti secara syah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika sesuai dengan
Surat Dakwaan Alternative Ke dua;
4. Menyatakan Pembanding yaitu terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI MUH. YUSRI
telah terbukti secara syah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35 Tahun 2009;

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 21
Selatan
5. Menjatuhkan pemidanaan berupa perintah untuk menjalani pengobatan dan/atau perawatan
berupa rehabilitasi atas diri Pembanding yaitu terdakwa ADRIANI ALIAS ANI BINTI
MUH. YUSRI
6. Membebangkan Biaya Perkara Ini Kepada negara
SUBSIDER :
Atau apabila Majelis Hakim A gung berpendapat lain mohon putusan seadil-adilnya (ex
aquo et bono) sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

HORMAT KAMI
PENASIHAT HUKUM
TERDAKWA/PEMOHON PEMBANDING

RONAL EFENDI, S.H.C.PL.C.ME

Office Pusat : Jl. Soekarno Hatta No 23 Cengkareng Jakarta Barat – Indonesia


Domisili Sementara di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kab.Luwu Timur Sulawesi 22
Selatan

Anda mungkin juga menyukai